You are on page 1of 3

Nama : Mastrida Nainggolan

Nim: 3193321012
1.Wisnuwardhana
Wisnuwardhana adalah raja Singhasari yang memerintah pada tahun 1249-1268. Gelar
lengkapnya ialah Sri Jayawisnuwardhana Sang Mapanji Seminingrat Sri Sakala Kalana
Kulama Dhumardana Kamaleksana (menurut Prasasti maribong, 1248). Dalam Pararaton
dikisahkan nama asli Wisnuwardhana adalah Ranggawuni, putra Anusapati, atau cucu
Tunggul Ametung. Pada tahun 1249 Anusapati tewas oleh kudeta licik yang dilakukan adik
tirinya, bernama Tohjaya. Setelah kematian Tohjaya,Ranggawuni naik takhta bergelar
Wisnuwardhana, sedangkanMahisa Campaka menjadi Ratu Angabhaya bergelar
Narasingamurti. Adapun Mahisa Campaka adalah putra Mahisa Wunga Teleng, atau cucu
Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasri). Pada masa kekuasaan Ranggawuni bergelar
Wisnuwardhana, perseteruan antar-keluarga dalam Dinasti Rajasa berakhir dengan
rekonsiliasi.

Wisnuwardhana memerintah bersama sepupunya, Mahesa Cempaka. (Mahesa Cempaka dan


Ranggawuni adalah cucu Ken Dedes). Wisnuwardhana memiliki menantu bernama
Jayakatwang. Sepeninggal Raja Tohjaya terjadi penyatuan Janggala dan Panjalu oleh Raja
Wisnuwardhana seperti yang diuraikan dalam prasasti Mahaksobhya.

Diantara Keluarga raja Kediri ada yang keberatan dengan penyatuan Kediri dan Singhasari
yaitu Sri Maharaja Lingga Chaya ( Linggapati). Dalam Nagarakretagama dan Pararaton
selanjutnya menceritakan setelah naik takhta di Tumapel, Wisnuwardhana menghancurkan
pemberontakan Linggapati di Mahibit. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1252.
Nagarakretagama (1365) juga menyebutkan tentang adanya pemerintahan bersama antara
Wisnuwardhana dan Narasingamurti untuk menciptakan perdamaian antara pengikut Tunggul
Ametung dan Ken Arok. Namun ditulis pula dalam naskah tersebut kalau Wisnuwardhana
naik takhta menggantikan Anusapati tahun 1248, bukan menggantikan Tohjaya tahun 1250.
Kebenaran berita dalam Nagarakretagama terbukti dengan ditemukannya Prasasti Maribong
yang diterbitkan Wisnuwardhana pada 23 September 1248.
Pemerintahan Wisnuwardhana
Dalam menjalankan pemerintahannya Raja Wisnu dibantu oleh batara Narasinga (Mahisa
Campaka) juga dibantu oleh Mahamentri Patih Raganata. Dalam Pararaton disebutkan demi
memajukan kemakmuran negara pada tahun saka 1193 Prabu Wisnuwardhana membuat
pelabuhan di sungai Brantas dekat kota Majakerta yang terkenal dengan Canggu.

Pada tahun 1254 ibu kota Kerajaan Tumapel diganti nama dari Kutaraja menjadi Singhasari.
Pada tahun itu pula Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai
raja. Panji Patipati yang bergelar Mpu Kapat yang menyelamatkan hidup mereka dari
ancaman Panji Tohjaya diangkat sebagai Dharmadikrama (hakim tertinggi) seperti terbukti
dalam serat Kekancingan Gunung Wilis tahun saka 1191.

Tahun kematian Wisnuwardhana menurut Pararaton adalah 1268, Wisnuwardhana setelah


wafat dicandikan di Waleri sebagai Siwa dan di Jajagu sebagai Budha. Tidak berselang
beberapa lama Narasingamurti juga wafat dan dimakamkan di Wengker didirikan Arca Siwa
yang sangat indah di kumitir. Menurut Negarakertagama Narasinghamurti menurunkan Dyah
Lembu Tal, yang di Candikan di Mireng sebagai Budha. Beliau berputra Raden Wijaya yang
akan mendirikan kerajaan besar Majapahit. Dalam kitab negarakertagama pupuh 41 bait 4
disebutkanNagarakretagama tidak menyebutkan siapa nama asli Wisnuwardhana. Nama
Ranggawuni sendiri tidak pernah dijumpai dalam prasasti apa pun sehingga disinyalir
merupakan nama ciptaan Pararaton.

Dalam Prasasti Mula Malurung (1255) disebutkan kalau ayah dari Kertanagara bernama
Seminingrat. Nama Seminingrat juga ditemukan dalam Prasasti Maribong (1248) sebagai
nama lain Wisnuwardhana. Selain itu Prasasti Mula Malurung juga menyebutkan kalau ibu
Kertanagara bernama Waning Hyun yang merupakan sepupu Seminingrat sendiri. Dalam
Prasasti Wurare (1289), Kertanagara menyebut ibunya bernama Jayawardhani. Kiranya
nama Jayawardhani ini merupakan gelar resmi dari Waning Hyun.

Berdasarkan bukti prasasti tersebut, dapat disimpulkan bahwa, nama asli Wisnuwardhana
adalah Seminingrat, sedangkan Ranggawuni hanyalah nama ciptaan pengarang Pararaton.
Candi Jago berkaki tingkat tiga tersusun semacam limas berundak-undak dan tubuh candinya
terletak di bagian belakang kaki candi menunjukkan timbulnya kembali unsur-unsur
Indonesia, disamping terlihat pula dari relief reliefnya dengan pahatan datar, gambar-gambar
orang yang mirip wayang kulit Bali saat ini, dan para kesatriyanya diikuti punakawan (bujang
pelawak).
2.Mahesa Cempaka
Riwayat dalam Pararaton Menurut Pararaton, Mahisa Campaka adalah putra dari Mahisa
Wonga Teleng putra Ken Arok pendiri Kerajaan Tumapel (atau lebih terkenal Singhasari).
Namanya muncul pertama kali dalam kisah pelantikan Tohjaya sebagai raja Tumapel
menggantikan Anusapati tahun 1249.

Akibat hasutan dari pembantunya yang bernama Pranaraja, Tohjaya berniat membunuh
Mahisa Campaka dan sepupunya, Ranggawuni (putra Anusapati) karena keduanya dianggap
berbahaya terhadap kelangsungan takhta. Usaha pembunuhan itu gagal. Mahisa Campaka dan
Ranggawuni justru mendapat dukungan kuat dari tentara Tumapel dan berbalik
menggulingkan Tohjaya tahun 1250.

Setelah Tohjaya tewas, Ranggawuni menjadi raja Tumapel bergelar Wisnuwardhana,


sedangkan Mahisa Campaka menjabat Ratu Angabhaya bergelar Bhatara Narasinghamurti.
Keduanya memerintah berdampingan. Hal itu dimaksudkan untuk menciptakan kerukunan di
antara keturunan Ken Arok (dalam hal ini diwakili Narasinghamurti) dan keturunan Tunggul
Ametung (yang diwakili Wisnuwardhana). Pemerintahan bersama itu dalam Pararaton
diibaratkan seperti dua ular dalam satu liang.

[sunting] Nama Asli Narasinghamurti Nama Narasinghamurti juga terdapat dalam


Nagarakretagama yang ditulis pada tahun 1365. Dikisahkan bahwa, Wisnuwardhana dan
Narasinghamurti memerintah bersama di Tumapel bagaikan sepasang dewata, Wisnu dan
Indra.
Nama Narasinghamurti juga ditemukan dalam prasasti Penampihan, sehingga dapat
dipastikan kalau nama ini bukan sekadar ciptaan Pararaton atau Nagarakretagama. Akan
tetapi, Mahisa Campaka sebagai nama asli Narasinghamurti hanya terdapat dalam Pararaton
yang ditulis ratusan tahun sejak kematiannya, sehingga kebenarannya perlu untuk dibuktikan.

Prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan oleh Wisnuwardhana tahun 1255 mencantumkan
daftar nama para raja bawahan Tumapel namun tidak menyebutkan adanya nama
Narasinghamurti di dalamnya. Hal ini terasa aneh karena menurut Pararaton dan
Nagarakretagama, Narasinghamurti adalah tokoh penting dalam pemerintahan
Wisnuwardhana.

Namun demikian, dalam daftar tersebut ditemukan nama yang mirip dengan Narasinghamurti
yaitu Narajaya penguasa Hering. Selain itu, Narajaya juga disebut sebagai sepupu raja.
Sejarawan Slamet Muljana menganggap Narajaya sebagai nama asli Narasinghamurti,
sedangkan Mahisa Campaka adalah nama ciptaan Pararaton.

You might also like