You are on page 1of 13

RMK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK LANJUTAN

PENGANGGARAN DAN PENGENDALIAN DI SEKTOR PUBLIK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

SRI WAHYUNI JUMADI A062221006


SOFIA A062221012
SARAH ALIFA A062221020

KELAS C REGULER
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
1. Penganggaran Sektor Publik
A. Pengertian Penganggaran Sektor Publik
Dalam organisasi sektor publik anggaran merupakan instrumen akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai oleh uang publik.
Anggaran Sektor Publik juga merupakan perencanaan finansial tentang perkiraan
pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang dengan
melihat data yang diperoleh dari masa lalu sebagai acuan penetapan anggaran. Pada sektor
publik, anggaran merupakan dokumen publik yang bisa diakses oleh publik untuk diketahui, diberi
masukan, dikritisi, dan diperdebatkan. Anggaran sektor publik harus bersifat partisipatif yang melibatkan
masyarakat dalam perencanaan anggaran. Anggaran sektor publik merupakan blue print organisasi
tentang rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta masa depan yang akan diwujudkan.
Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan aktivitas yang penting
karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap program maupun
aktivitas. Tiga aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi Aspek
Perencanaan, Aspek Pengendalian dan Aspek Akuntabilitas Publik.
B. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama setelah adanya
gerakan reformasi sektor publik di berbagai negara. Berikut adalah beberapa jenis anggaran sektor publik
yaitu :
1) Line Item Budget merupakan sistem anggaran yang menyajikan belanja berdasarkan input atau
sumber daya yang digunakan. Kelemahan line item budget adalah kurang dapat menginformasikan
tentang efisiensi anggaran karena tidak dilakukan pengkaita antara input dengan output. Line item
budget lebih berfokus pada pembuatan keputusan tentang input, tetapi tidak mengukur efisiensi dan
efektivitas program. Kelebihan line item budget di antaranya adalah sederhana dan mudah
mengadministrasikannya serta cukup baik untuk pengendalian input, membantu perencanaan serta
penetapan prioritas. Meskipun line item budget dikategorikan sebagai anggaran tradisional, line item
budget tidak bisa dihilangkan sama sekali dan dalam beberapa bentuk dikombinasikan dengan
sistem anggaran modern.
2) Incremental Budget merupakan sistem penganggaran yang hanya menambah atau mengurangi
jumlah anggaran dengan menggunakan data anggaran tahun lalu sebagai dasar perencanaan tahun
sekarang. Kelebihan sistem incremental budget adalah cocok untuk penganggaran kegiatan yang
sifatnya rutin dan selalu dilakukan, sistem incremental budget juga mudah dilakukan karena tidak
harus merumuskan dari awal tentang pos-pos anggaran apa saja yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan suatu program. Kelemahan sistem incremental budget ini antara lain karena
menggunakan anggaran tahun lalu sebagai dasar penganggaran, maka seringkali terjadi duplikasi
anggaran. Selain itu, dasar kenaikan dan penurunan pos anggaran terkadang tidak melalui analisis
yang memadai sesuai dengan kebutuhan anggaran yang rasional.
3) Planning, Programming, Budgeting System (PPBS) merupakan sistem penganggaran yang
penyusunan anggarannya berdasarkan progam. Setiap unit kerja memiliki visi, misi, tujuan, dan
strategi organisasi yang dituangkan dalam renstra unit kerja. PPBS menjabarkan program kerja
dalam bentuk anggaran yang diperlukan untuk masing-masing program. Pengalokasian anggaran
pada PPBS dilakukan berdasarkan dfungsi dan program. Dalam sistem PPBS terdapat dua bagian
struktur utama program dan analisis program. Struktur program berisi rerangka konseptual yang
mengaitkan sumber daya, program dan kegiatan dengan tujuan. Program analisis terkait dengan
analisis biaya dan manfaat untuk masing-masing program serta alokasi anggarannya, PPBS meliputi
tiga level manajemen, yaitu:
a) Manajemen kebijakan: berisi identifikasi kebutuhan, analisis pilihan alternatif program,
pemilihan program, dan alokasi anggaran.
b) Manajemen sumber daya: berisi penetapan sistem pendukung utama berupa perbaikan struktur
anggaran dan praktik manajemen keuangan.
c) Manajemen program: berisi implementasi kebijakan, strategi, program, dan kegiatan; akuntansi,
pelaporan, dan evaluasi.
4) Zero Based Budget (ZBB) merupakan sistem penganggaran yang berbasis nol atau mulai dari nol.
Kelebihan ZBB antara lain anggaran didasarkan kebutuhan riil bukan sekedar mengulang dan
meneruskan program lama sehingga hal ini dapat mengurangi terjadinya duplikasi dan pemborosan
anggaran. Kelemahan ZBB cukup rumit penyusunannya dan sulit dalam implementasinya. Program
kerja dan kegiatan yang tidak selalu baru harus dimulai dari nol. Dalam penyusunan anggaran
dengan pendekatan ZBB, terdapat tiga langkah dasar yaitu:
a) Identifikasi unit keputusan
b) Membuat paket-paket keputusan
c) Mereview dan meranking paket keputusan
5) Perfomance Budget atau anggaran berbasis kinerja merupakan sistem penganggaran yang
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara anggaran (input) dengan keluaran (output) dan
hasil (outcome) yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian
keluaran dan hasil tersebut. Penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan mengaitkan
setiap anggaran program dan kegiatan dengan target kinerja, capaian kinerja, standar satuan harga,
analisis standar belanja, dan standar pelayanan minimal.
C. Proses Penyusunan Anggaran
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya meliputi tahap-tahap berikut:
1) Perencanaan Anggaran dapat dilakukan melalui pendekatan top down budget planning, bottom up,
atau kombinasi antara top down dan bottom up budget. Dalam perencanaan anggaran dengan
pendekatan top down, rencana anggaran telah ditetapkan oleh organisasi atasan sedangkan unit
organisasi di bawahnya tinggal melaksanakan. Sementara itu perencanaan anggaran dengan
pendekatan bottom up atau disebut juga anggaran partisipasi, unit kerja mengajukan usulan
anggaran sedangkan manajemen atasannya mengevaluasi dan menyetujui usulan anggaran unit.
Perencanaan anggaran sektor publik di Indonesia khususnya untuk penyusunan RAPBN dan
RAPBD dilakukan dengan pendekatan anggaran partisipasi yaitu melibatkan unit kerja organisasi
dan masyarakat dalam proses perencanaan anggaran. Unsur top down dalam proses perencanaan
anggaran masih ada namun tidak dominan terutama hal ini dilakukan dalam penentuan prioritas dan
plafon anggaran serta penetapan kebijakan anggaran yang ditetapkan dari atas.
2) Pengesahan (Ratifikasi). Setelah rencana anggaran selesai disusun oleh eksekutif, tahap
selanjutnya adalah pembahasan dan pengesahan oleh dewan legislatif sebagai pelaksanaan hak
budget. Pembahasan di dewan meliputi dua tahapan, yaitu pembahasan di tingkat komisi atau badan
anggaran dan pembahasan di tingkat sidang paripurna dewan. Tahap pengesahan anggaran oleh
dewan legislatif merupakan tahap yang sangat penting, sebab tanpa mendapat persetujuan dewan,
anggaran yang diusulkan eksekutif tidak dapat dilaksanakan. Dalam hal rencana anggaran tidak
disetujui dewan, maka pemerintah harus menggunakan anggaran tahun lalu sebagai dasar
pelaksanaan anggaran.
3) Pelaksanaan. Anggaran dapat dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dewan. Pada tahap
pelaksanaan, pengguna anggaran mengajukan permintaan pencairan anggaran berdasarkan
rencana penarikan dana yang telah dituangkan dalam Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
untuk unit kerja di pemerintah pusat dan dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat
daerah (DPA-SKPD) untuk pemerintah daerah. Pada tahap pelaksanaan anggaran terdapat dua
aktivitas utama, yaitu penatausahaan anggaran dan pencatatan akuntansi.
4) Pelaporan Dan Pertanggungjawaban. Tahap terakhir dalam siklus anggaran adalah pelaporan dan
pertanggungjawaban. Realisasi atas pelaksanaan anggaran dilaporkan dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Laporan Organisasi (LO). Laporan pelaksanaan anggaran merupakan bagian
dari laporan pertanggungujawaban presiden dan kepala daerah yang harus disampaikan kepada
dewan legislatif dan masyarakat.
D. Aspek Perilaku Dan Politik Penganggaran Sektor Publik
1) Aspek Perilaku Dalam Penganggaran Sektor Publik
Anggaran dapat mempengaruhi perilaku pimpinan dan pegawai yang berperan sebagai
pelaksana anggaran. Aspek perilaku dalam anggaran dapat mempengaruhi kinerja anggaran.
Beberapa aspek perilaku dalam penganggaran sektor publik antara lain:
a) Partisipasi anggaran
b) Keterlibatan manajer senior
c) Senjangan anggaran
2) Aspek Politik Dalam Penganggaran Sektor Publik
Penganggaran sektor publik merupakan suatu proses politik, bukan semata-mata
permasalahan teknis akuntansi, keuangan, dan manajerial saja. Anggaran sektor publik
merefleksikan pilihan tentang apa yang akan dilakukan pemerintah dan apa yang tidak dilakukan.
Anggara merefleksikan prioritas program dan kegiatan yang harus didahulukan dilakukan dan
dianggaran dengan program yang bisa ditunda atau dikesampingkan. Anggaran harus mendapat
persetujuan dewan legistlatif sedangkan dewan legislatif merupakan lembaga politik. Anggaran harus
melalui proses politik baik di legislatif maupun di tingkat eksekutif sendiri. Semua hal-hal tersebut
menunjukkan bahwa anggaran sektor publik merupakan instrumen politik.
Terdapat beberapa area atau tahapan dalam siklus anggaran yang melibatkan terjadinya
proses politik anggaran, antara lain pada saat:
a) Penentuan kebijakan anggaran
b) Penentuan prioritas program dan plafon anggaran
c) Penentuan alokasi anggaran
d) Pembahasan anggaran
e) Perubahan anggaran
f) Pertanggungjawaban anggaran
E. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:
1) Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)
Anggaran sektor publik dibuat untuk merencakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh
pemerintah, berupa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah
tersebut.Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
a) Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan,
b) Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
sertamerencanakan alternatif sumber pembiayaannya,
c) Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun,
d) enentukan indikator kinerja dan tingkat pencapian strategi.
2) Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.Anggaran
sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya overspending,
underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian anggaran dalam bidang
lain yang bukan merupakan prioritas.Pengendalian anggaran public dapat dilakukan dengan 4 cara,
yaitu:
a) Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan;
b) Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances
c) Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tak dapatdikendalikan
(uncontrollable) atas suatu varians;
d) Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.
3) Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkanekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan
mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakatsehingga dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi.
4) Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)
Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmeneksekutif
dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana publik untuk kepentingantertentu. Oleh karena
itu pembuatan anggaran publik membutuhkan political skill,coalition building, keahlian bernegosiasi,
dan pemahaman tentang prinsip manajemenkeuangan publik oleh para manajer publik.
5) Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and Communication Tool)
Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik
yang disusun dengan baik mampu mendeteksi inkonsistensi suatu unir kerja dan juga berfungsi
sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif.
6) Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement Tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif) kepada pemberi
wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian targetanggaran dan
efisiensi pelaksanaan anggaran.
7) Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)
Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifal challenging but attainable atau
demanding but achieveable. Maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi
hingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah hingga terlalu mudah dicapai.
8) Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Share)
Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat
dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba
mempengaruhi anggaran pemerintah, kelompok lain yang kurang terorganisir akan mempercayakan
aspirasinya melalui proses politik yang ada.
F. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi:
a) Otorisasi oleh legislatif Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dulu
sebelumeksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
b) Komprehensif Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh
karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya adalah menyalahi prinsipanggaran yang
bersifat komprehensif.
c) Keutuhan anggaran Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum
(general fund).
d) Nondicretionary Apropriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan
secara ekonomis,efisien, dan efektif.
e) Periodik Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multi-
tahunan.
f) Akurat Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden
reserve) yang dapat dijadikan sebagai pemborosan dan inefisiensi anggaran sertadapat
mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.
g) Jelas anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan
h) Diketahui publik anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
2. Pengendalian Manajemen Sektor Publik
A. Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik
Setiap organisasi publik maupun swasta memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai
tujuan organisasi tersebut diperlukan strategi yang dijabarkan dalam bentuk program-program atau
aktivitas. Organisasi memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk memberikan jaminan
dilaksanakannya strategi organisasi secara efektif dan efisisen sehingga tujuan organisasi dapat dicapai.
Pengendalian manajemen meliputi beberapa aktivitas, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Koordinasi antar
berbagai bagian dalam organisasi, (3) Komunikasi informasi, (4) Pengambilan keputusan, (5) Memotivasi
orang-orang dalam organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi agar berperilaku sesuai
dengan tujuan organisasi, (6) Pengendalian, (7) Penilaian kinerja.
Kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi karena adanya
kelemahan atau kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam proses pengendalian
manajemen. Sistem pengendalian manajemen sektor publik berfokus pada bagaimana melaksanakan
strategi organisasi secara efektif dan efesien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Sistem
pengendalian manajemen tersebut harus didukung dengan perangkat yang lain berupa struktur organisasi
yang sesuai dengan tipe pengendalian manajemen yang digunakan, manajemen sumber daya manusia,
dan lingkungan yang mendukung.
Struktur organisasi harus sesuai dengan desain sistem pengendalian manajemen, karena sistem
pengendalian manajemen berfokus pada unit-unit organisasi sebagaui pusat pertanggungjawaban
tersebut merupakan basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja. Manajemen sumber daya
manusia harus dilakukan sejak proses seleksi dan rekruitmen, training, pengembangan, dan promosi
hingga pemberhentian karyawan. Faktor lingkungan meliputi kestabilan politik, ekonomi, sosial,
keamanan, dan sebagainya. Kesemua unsur tersebut hendaknya dapat mendukung pelaksanaan strategi
organisasi.
B. Tipe Pengendalian Manajemen
Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Pengendalian preventif (preventif control)
Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan perumusan strategi perenanaan
strategik yang dijabarkan dalam bentuk program-program.
2) Pengendalian operasional (operational control)
Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan pengawasan pelaksanaan program
yang telah ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran digunakan untuk menghubungkan
perencanaan dengan pengendalian.
3) Pengendalian kinerja
Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berdasarkan tolok
ukur kinerja yang telah ditetapkan.
C. Struktur Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur organisasi yang baik. Struktur
organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur pusat pertanggungjawaban (responsibility centers). Pusat
pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh manajer yang bertanggungjawab terhadap
aktivitas pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Suatu organisasi merupakan kumpulan dari
berbagai pusat pertanggungjawaban tersebut adalah:
1) Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja manajer dan unit organisasi yang
dipimpinnya;
2) Untuk memudahkan mencapai tujuan organisasi;
3) Memfasilitasi terbentuknya goal congruence;
4) Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi sehingga mengurangi
beban tugas manajer pusat;
5) Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan;
6) Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisisen; dan
7) Sebagai alat pengendalian anggaran;
Tanggung jawab manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk menciptakan hubungan yang
optimal antara sumber daya input yang digunakan dengan output dihasilkan, kemudian dikaitkan dengan
target kinerja. input diukur dengan jumlah sumber daya yang digunakan sedangkan output diukur dengan
jumlah produk/output yang dihasilkan.
D. Proses Pengendalian Manajemen Sektor Publik
Saluran komunikasi informal dapat dilakukan melalui komunikasi langsung, pertemuan informal,
diskusi, atau melalui metoda management by walking around. Sistem pengendalian manajemen suatu
organisasi dirancang untuk mempengaruhi orang-orang didalam organisasi tersebut agar berperilaku
sesuai dengan tujuan organisasi. Pengendalian organisasi dapat berupa aturan dan prosedur birokrasi
atau melalui pengendalian dan manajemen informasi yang dirancang secara formal.
Dalam tujuan organisasi setiap orang memiliki tujuan personal (individual goal). Untuk menyikapi
hal tersebut perlu adanya suatu “jembatan” yang mampu mengantarkan organisasi mencapai tujuannnya,
yaitu tercapainya keselarasan antara individual goal dengan organization goal. Dalam hal ini, sistem
pengendalian manajemen hendaknya dapat menjadi jembatan dalam mewujudkan adanya goal
congruence, yaitu keselarasan antara tujuan organisasi dengan tujaun personal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi goal congruence tersebut dapat dikategorikan dalam dua
kelompok, yaitu faktor pengendalian formal dan faktor informal. Faktor pengendalian formal misalnya
adalah sistem pengendalian manajemen, sistem aturan (rules of the game), dan reward & funishment
system. Sementara itu, faktor informal terdiri atas faktor eksternal dan internal. Faktor pengendalian
informal misalnya etos kerja dan loyalitas karyawan (dalam sistem pemerintahan dikenal istilah “abdi
negara dan abdi masyarakat”, sedangkan yang bersifat internal misalnya: kultur organisasi, gaya
manajemen (management style), dan gaya komunikasi (communication style).
Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor publik dapat dilakukan dengan
menggunakan saluran komunikasi formal dalam organisasi yang meliputi:
1) Rumusan strategi (strategy formulation)
Perumusan strategi merupakan proses penentuan visi, misi, tujuan, sasaran, target (outcome),
arah dan kebijakan, serta strategi organisasi. Perumusan strategi merupakan tugas dan tanggung
jawab manajemen puncak (top management). Dalam organisasi pemerintahan, perumusan straegi
dilakukan oleh dewan legislatif yang hasilnya berupa Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
yang akan menjadi acuan bagi eksekutif dalam bertindak.
Strategi yang dihasilkan dari proses perumusan strategi merupakan strategi global (makro) atau
dalam perusahaan disebut corporate level strategy. Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan
kemudahan dalam mencapai tujuan organisasi. Salah satu metode penentuan strategi adalah
dengan menggunakan analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, threath). Berdasarkan
analisis SWOT tersebut, organisasi dapat menentukan strategi terbaik untuk mencapai tujuan
organisasi. Strategi perusahaan dapat beruabah atau mengalami revisi (strategy revision), jika
terdapat lingkungan yang berubah yang dipengaruhi oleh adanya ancaman (threat) dan kesempatan
(opportunity) misalnya adanya inovasi teknologi baru, peraturan pemerintah baru, atau perubahan
lingkungan politik dan ekonomi lokal dan global.
Proses perumusan strategi pada organisasi sektor publik banyak dipengaruhi oileh sektor
swasta. Sama halnya dengan sektor swasta, tahap paling awal dari manajeen strategik pada sektor
publik adalah perencanaan. Perencanaan dimulai dari perumusan strategi. Olsen dan Eadie (1982)
menyatakan proses perumusan strategi terdiri atas lima komponen dasar, yaitu:
a) Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang dirumuskan oleh manajemen eksekutif
organisasi dan memberikan kerangka pengembangan strategi serta target yang akan dicapai.
b) Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari pengidentifikasian dan pengukuran (assessment)
faktor-faktor eksternal yang sedang dan akan terjadi dan kondisi yang harus dipertimbangkan
pada saat merumuskan strategi organisasi.
c) Profil internal dan audit sumber daya, yang mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan
kelemahan organisasi dalam hal berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan strategik.
d) Perumusan, evaluasi, dan pemilihan strategi
e) Implementasi dan pengendalian rencana strategik
Sementara itu, Bryson (1995) membuat model delapan langkah untuk memfasilitasi proses
perumusan strategi, yaitu:
a) Memulai dan menyetujui proses perencanaan strategik
b) Identifikasi apa yang menjadi mandat organisasi
c) Klarifikasi misi dan nilai-nilai organisasi
d) Menilai lingkungan eksternal (peluang dan ancaman)
e) Menilai lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan)
f) Identifikasi isu strategik yang sedang dihadapi organisasi
g) Perumusan strategi untuk me-manage isu-isu
h) Menetapkan visi organisasi untuk masa depan
2) Perencanaan startegik (strategic plannning)
Sistem pengendalian manajemen diawali dari perencanaan strategik (strategic planning),
perencanaan strategik adalah proses penentuan program-program, aktivitas, atau proyek yang akan
dilaksanakan oleh suatu organisasi dan penentuan jumlah alokasi sumber daya yang akan
dibutuhkan.
Perbedaannya dengan perumusan strategi adalah perumusan strategi merupakan proses untuk
menentukan strategi, sedangkan perencanaan strategik berupa rencana-rencana strategik (strategic
plans). Dalam proses perumusan strategi, manajemen memutuskan visi, misi, dan tujuan organisasi
serta strategi untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan strategik merupakan proses
menurunkan strategi dalam bentuk program-program.
Proses strategik merupakan proses yang sistematik yang memiliki prosedur dan skedul yang
jelas. Organisasi yang tidak memiliki atau tidak melakukan perencanaan strategik akan mengalami
masalah dalam penganggaran, misalnya terjadinya beban kerja anggaran (budget workload) yang
terlalu berat, alokasi sumber daya yang tidak tepat sasaran, dan dilakukannya pilihan strategi yang
salah. Orientasi dilakukannya manajemen strategik pada organisasi publik menuntut adanya
strategic vision, strategic thinking, strategic leadership, dan strategic organization.
Perencanaan strategik sangat penting bagi organisasi. Manfaat perencanaan strategik bagi
organisasi adalah:
a) Sebagai sarana untuk memfasilitasi terciptanya anggaran yang efektif;
b) Sebagai sarana untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan;
c) Sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannnya alokasi sumber daya yang optimal (efektif
dan efisien);
d) Sebagai kerangka untuk pelaksanaan tindakan jangka pendek (short term action);
e) Sebagai sarana bagi manajemen untuk dapat memahami strategi organisasi secara lebih jelas,
dan
f) Sebagai alat untuk memperkecil rentang alternatif strategi.
Tujuan utama perencanaan strategik adalah untuk meningkatkan komunikasi antara manajer
puncak dengan manajer level bawahannya. Adanya komunikasi ini akan memungkinkan terjadi
persetujuan antara manajer puncak dengan manajer level bawah mengenai strategi terbaik untuk
mecapai tujuan organisasi yang ditetapkan. Hal ini akan mendorong terwujudnya good congruence.
Perencanaan strategik dapat digunakan untuk membantu mengantisipasi dan memberika arahan
perubahan Perencanaan strategik perlu ditranslasikan dalam bentuk tindakan-tindakan konkrit. Untuk
itu, perencanaan strategik harus didukung oleh hal-hal sebagai berikut:
a) Struktur pendukung, baik secara manajerial maupun political will.
b) Proses dan praktik implementasi di lapangan; dan
c) Kultur organisasi
Struktur organisasi hendaknya dapat mendukung pelaksanaan strategi. Desain sistem
pengendalian manajemen harus didukung oleh struktur organisasi yang sesuai. Visi, misi, tujuan,
dan strategi yang sudah disusun secara baik dapat gagal dicapai apabila struktur organisasi tidak
mendukung strategi. Oleh karena itu perlu dilakukan restrukturisasi dan reorganisasi (institutional
reform) agar selaras dengan strategi dan desain sistem pengendalian manajemen. Restrukturisasi
tersebut didasarkan pada prinsip:
a) Perubahan struktur organisasi hendaknya dapat meningkatkan kapasitas untuk mencapai
strategi yang efektif.
b) Pimpinan eksekutif bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi dan arahan kebijakan
hingga level bawah.
c) Dewan bertang jawab secara kolektif untuk merencanakan strategi, kebijakan dan otorisasi
alokasi sumber daya, dan menilai kinerja manajemen (eksekutif).
Proses dan praktik implementasi di lapangan terkait dengan prosedur dan sistem pengendalian.
Perencanaan strategik harus didukung dengan budaya organisasi yang kuat. Perencanaan strategik
harus diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap anggota organisasi untuk melaksanakan
program-program secara efektif dan efisien.
3) Penganggaran
Apabila tahap perencanaan strategik telah selesai dilakukan, tahap berikutnya adalah
menentukan anggaran. Tahap penganggaran dalam proses pengendalian manajemen sektor publik
merupakan tahap yang dominan. Proses penganggaran pada organisasi sektor publik memiliki
karakteristik yang agak berbeda dengan penganggaran pada sektor swasta. Perbedaan tersebut
terutama adalah adanya pengaruh politik dalam proses penganggaran.
4) Evaluasi kinerja
Tahap akhir dari proses pengendalian manajemen adalah penilaian kinerja. Penilaian kinerja
merupakan bagian dari proses pengendalian manajemen yang dapat digunakan sebagai alat
pengendalian. Pengendalian manajemen melalui sistem penilaian kinerja dilakukan dengan cara
menciptakan mekanisme reward & punishment. Sistem pemberian penghargaan (rewards) dan
hukuman (punishment) digunakan sebagai pendorong bagi pencapaian strategi. Pemberian imbalan
(reward) dapat berupa finansial dan nonfinansial seperti pshycologoical reward dan social reward.
Imbalan atau penghargaan yang sifatnya finansial misalnya berupa kenaikan gaji, bonus, dan
tunjangan. Imbalan yang bersifat psikologis dan sosial misalnya berupa promosi jabatan,
penambahan tanggung jawab dan kepercayaan, otonomi yang lebih besar, penempatan kerja di
lokasi yang lebih baik, dan pengakuan. Mekanisme pemberian sanksi dan hukuman untuk kondisi
tertentu diperlukan.

You might also like