You are on page 1of 15

RESUME

PERTEMUAN KEENAM
EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD
TENTANG

“PENGEMBANGAN NON TES”

OLEH
18 At 14
Kelompok 4

1. Mella Sari (18129279)


2. Methania Risvi (18129280)
3. Syarabia Lee Apsyah (18129318)
4. Tri Ayu Utami (18129323)
5. Vezi Rahmawati (18129325)

DOSEN PEMBINA MATA KULIAH

Dra. Rifda Eliyasni, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
Mella Sari (18129279)

A. Pengembangan Cek Lis (Daftar Cek)

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak
baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan
kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian
tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek
dalam jumlah besar. Ekawati (2011: 67-70)

Tambahan
Tri Rahayu Utami (18129323)

B. Pengembangan Skala Nilai

Menurut Ekawati (2011: 70-73) Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala
penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi
tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari
dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Untuk
memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar
hasil penilaian lebih akurat. Agar para penilai memiliki frame yang sama maka perlu dibuat
rubrik penilaiannya. Rubrik penilaian dapat berupa generik dan spesifik. Contoh rating scale
dan rubriknya dapat dicermati pada uraian berikut.
Hhhghhj

Tambahann
Syarabia Lee Apsyah (18129318)

C. Pengembangan Sosiometri

Menurut Zainal (2013) tahap-tahap dalam pelaksanaan sosiometri adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki.
b. Memberikan informasi atau keterangan tentang tujuan penyelenggaraan sosiometri.
c. Mempersiapkan angket sosiometri
2. Tahap Pelaksanaan
a. Membagikan dan mengisi angket sosiometri.
b. Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah diisi dengan benar
3. Tahap Pengolahan
Memeriksa hasil angket
Berdasarkan penyataan di atas, berikut merupakan contoh langkah pengembangan
instrumen jenis non tes yaitu sosiometri berdasarkan tujuan pembelajaran menurut
Ekawati dan Sumaryanta (2011) sebagai berikut.

Tujuan Pembelajaran:
Memiliki sikap disiplin dalam mengerjakan tugas–tugas yang
berkaitan dengan materi konsep limit fungsi.
Lembar Penilaian Antarpeserta Didik
Sikap Disiplin
Petunjuk :
Berilah tanda cek (√) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan
oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan
sering tidak melakukan
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik yang dinilai : ………………….


Kelas : ………………….
Tanggal Pengamatan : …………………..
Materi Pokok : …………………..
No Pertanyaan Skor
1 2 3 4
1 Masuk kelas tepat waktu
2 Mengumpulkan tugas Limit
Fungsi tepat waktu
3 Memakai seragam sesuai tata
tertib
4 Mengerjakan tugas Limit Fungsi
yang diberikan
5 Tertib dalam mengikuti
pembelajaran Limit Fungsi
6 Membawa buku teks saat materi
Limit Fungsi
Jumlah Skor
Petunjuk Penskoran :
Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus :
Skor diperoleh
× 4=Skor akhir
Skor maksimal
Contoh :
Skor diperoleh 14, skor tertinggi 4 x 6 pernyataan = 24, maka skor akhir :
14
× 4=2,3
24
Peserta didik memperoleh nilai:

Interval Nilai Interpretasi


X ≥ 15 Baik
3 ≤ X <15 Sedang
X ≤3 Kurang

Setelah menyusun sosiometri, data tersebut dapat digunakan untuk mengukur bagaimana
sikap disiplin siswa terhadap materi Limit Fungsi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Vezi Rahmawati (18129325)

D. Pengembangan Quisionare

Menurut Hamzah (2011: 111-120) Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan
penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk
memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.

Angket sebagai alat penilaian non-tes dapat dilaksanakan secara langsung maupun
secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada
anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung
apabila nagket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang
lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.

Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori.


Pembagiannya dibedakan menjadi dua, yaitu pembagian kuesioner berdasarkan siapa yang
menjawab, dan pembagian berdasarkan cara menjawab.

Jenis-jenis Angket/ kuisioner

a. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, kuesioner/angket dibagi menjadi dua yaitu:
1) Kuesioner langsung

Suatu kuesioner dikatakan sebagai kuesioner langsung adalah apabila kuesioner


tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban
tentang dirinya.

2) Kuesioner tidak langsung

Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh
orang yang diminta keterangannya. Kuesioner jenis ini biasanya digunakan untuk
mencari data tentang bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.

b. Ditinjau dari segi cara menjawab atau strukturnya, kuesioner dibagi menjadi dua
yaitu:
1) Kuesioner tertutup (berstruktur)

Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan


jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda centang pada
jawaban yang dipilih.

2) Kuesioner terbuka (tidak berstruktur)

Kuesioner terbuka adalah kuisioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para
pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila
macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan
beraneka ragam. Dengan kata lain, kuesioner ini adalah angket/kuesioner yang
membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak
dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.

Kelebihan dan kelemahan angket

Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak,
mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan angket antara lain:

a) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang
hanya membutuhkan waktu yang singkat.
b) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
c) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

a) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-
hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
b) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau
mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak
merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
c) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab
banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga
tidak memberikan kembali angketnya.

Methania Risvi (18129280)

Penulisan angket yang baik perlu memperhatikan beberapa prinsip. Sugiyono (2010 : 142-
144) menyatakan ada 10 prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Isi dan tujuan pertanyaan

Isi dan tujuan pertanyaan harus memberi makna bahwa isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap
pertanyaan harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur
variabel yang akan diteliti.
2. Bahasa yang digunakan

Bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus sesuai dengan kemampuan bahasa
responden. Jika sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia maka angket tidak
disusun dengan bahasa Indonesia.

3. Tipe dan bentuk pertanyaan

Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka maupun tertutup dan bentuknya dapat
menggunakan kalimat positif dan negatif.

4. Pertanyaan tidak mendua

Setiap pertanyaan dalam angket tidak mendua (double-barreled) sehingga menyulitkan


responden untuk memberikan tanggapan.

5. Tidak menanyakan yang sudah lupa

Setiap pertanyaan dalam intrument angket sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang
sekiranya reponden sudah lupa atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan
berfikir berat.

6. Pertanyan tidak menggiring atau berpihak

Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring atau berpihak ke jawaban
yang baik saja atau ke yang buruk saja.

7. Panjang pertanyaan

Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak teralu panjang, sehingga akan membuat jenuh
responden dalam mengisi angket.

8. Urutan pertanyaan

Urutan pertanyan dalam angket dimulai dari yang umum menuju ke hal spesifik atau dari
yang mudah menuju ke hal yang sulit atau diacak.

9. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.

10. Penampilan fisik angket

Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpulan data akan mempengaruhi respon atau
keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas buram akan
mendapat respon kurang menarik bagi responden bila dibandingkan angket yang dicetak
dalam kertas yang bagus dan berwarna.

Langkah Pengembangan Angket (Quisionare)

Langkah yang pertama yaitu menentukan spesifikasi tes. Tujuan instrumen ini adalah
untuk menggali informasi tentang sikap siswa dalam memahami pelajaran Limit Fungsi.
Sebelum menyusun kisi-kisi, Anda perlu mengkaji berbagai literatur sehingga Anda mengerti
dengan benar apakah yang dimaksud dengan sikap memahami pelajaran Limit Fungsi dalam
pemecahan masalah. Sebagai ilustrasi, berikut contoh kajian literatur tentang sikap
menghargai kegunaan matematika dalam pemecahan masalah:

Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (Hamzah, 2011) adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi,
konsep, atau orang. Sikap merupakan kecenderungan merespons secara konsisten
baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek. Sikap peserta didik setelah
mengikuti pelajaran harus lebih positif dibanding sebelum mengikuti pelajaran.
Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar. Pada Permendiknas No 22 Tahun 2006
(Hamzah, 2011) disebutkan bahwa salah satu tujuan diajarkan mata pelajaran
matematika disekolah adalah agar siswa memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan

Berdasarkan definisi teoritik di atas, Anda dapat merumuskan definisi operasional


sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan masalah. Misalnya, siswa
dikatakan memiliki sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan masalah jika:
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, dan sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Setelah Anda merumuskan definisi
operasional seperti di atas, Anda dapat membuat kisi-kisi instrumen. Misalkan sebagai
berikut:

Tabel. Kisi-Kisi Instrumen

Aspek Indikator
Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu
Fungsi. Memiliki perhatian dalam belajar
Memiliki minat mempelajari
Memiliki sikap ulet
Memiliki rasa percaya diri, aktif
dalam pemecahan masalah

Setelah Anda menentukan indikator sikap memahami pelajaran Limit Fungsi seperti pada
tabel di atas, selanjutnya Anda menentukan bentuk instrumen yang digunakan, disini
berdasarkan indikator diatas maka dapat menggunakan jenis instrument non tes yaitu angket.

Langkah berikutnya adalah menentukan panjang instrumen. Setelah Anda


menyelesaikan spesifikasi instrumen, langkah selanjutnya adalah menentukan skala
pengukuran dan dilanjutkan menyusun butir-butir instrumennya. Misalnya angket dibawah
ini memberikan contoh skala Likert. Pada skala likert, alternaif jawaban adalah dapat
menggunakan alternatif:

SS: Sangat Setuju; S: Setuju; TS : Tidak Setuju; STS: Sangat Tidak Setuju.

Setelah skala pengukuran sudah ditetapkan, berikutnya Anda dapat menyusun butir-
butir instrumennya.

Tabel. Butir-Butir Pernyataan Angket


Indikator Pernyataan Jenis Pernyataan
Positif Negatif
Memiliki rasa ingin Saya merasa mudah memahami Limit √
tahu
Fungsi
Saya selalu mengerjakan soal-soal Limit √
Fungsi ini dengan tekun
Saya tertantang untuk mengetahui Limit √
Fungsi ini lebih dalam lagi
Memiliki perhatian Selama pembelajaran Limit Fungsi √
dalam belajar
berlangsung, saya memperhatikan setiap
penjelasan yang diberikan guru.
Saya memperhatikan dengan seksama √
tanggapan guru terhadap pertanyaan siswa.
Selama pembelajaran matematika √
berlangsung, saya melakukan aktivitas lain
yang tidak berhubungan dengan pelajaran
matematika
Memiliki minat Saya menyukai pelajaran Limit Fungsi ini √
Mempelajari
Proses pembelajaran Limit Fungsi ini √
menyenangkan
Saya setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini √
akan banyak gunanya.
Memiliki rasa percaya Saya berusaha menjawab ketika guru √
diri, aktif dalam matematika mengajukan pertanyaan selama
pemecahan masalah pembelajaran
Saya tidak aktif menyampaikan pendapat √
ketika materi disampaikan guru

Untuk penyekoran menggunakan ketentuan berikut:


Untuk pernyataan positif: SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1
Untuk pernyataan negatif: SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4
Karena terdapat 11 butir, maka skor tertinggi adalah 44 dan skor terendah 11.

Untuk menentukan kriteria penafsiran Anda perlu menghitung terlebih dahulu mean
ideal (Mi) dan simpangan baku sebagai berikut:
1
Mi= ( skor tinggi+ skor rendah )
2

1
¿ ( 44 +11 )
2

¿ 27,5

1
Sbi= ( skor tinggi−skor rendah )
6
1
¿ ( 44−11 )
6
¿ 5,5
Berdasarkan kriteria penafsiran pada 2.3.1. , kriteria penafsiran yang sesuai adalah
sebagai berikut.
Interval Nilai Interpretasi
X ≥ 33 Baik
22 ≤ X <33 Sedang
X ≤ 22 Kurang
Lalu, sebelum butir-butir pernyataan di atas disusun menjadi angket yang utuh, lakukan
telaah terlebih dahulu atas butir-butir itu agar butir penyataan yang dimasukkan dalam
angket nanti sudah tepat.

Daftar Rujukan
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ekawati, Estina dan Sumaryanta. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran


Matematika SD/SMP. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Hamzah B. Uno, dkk. 2001. Pengembangan Instrumen untuk Penelitian. Jakarta: Delima Press

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

You might also like