Professional Documents
Culture Documents
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I Meidy 1
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I Meidy 1
MODUL
MATEMATIKA TEKNIK I
MODUL
MATEMATIKA TEKNIK I
i
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan penyertaan
dan tuntunannya maka penulis dapat menyelesaikan modul ini. Matematika merupakan dasar teori
yang sangat diperlukan dalam menunjang perkuliahan di bidang teknik. Modul “Matematika
Teknik I” di perlukan sebagai alat bantu mahasiswa dalam memahami Aljabar, Deret, Matriks,
Vektor, Bilangan Kompleks, Geometri dan Trigonometri. Dengan selesainya modul ini, maka
pada kesempatan ini saya sampaikan terima kasih kepada Bapak Direktur Politeknik Negeri
Manado, Bapak Ir. Evert M. Slat, M.T beserta Wakil Direktur khususnya Wakil Direktur Bidang
Akademik Ibu Dra.Mareyke Alelo, MBA, Pimpinan Jurusan Teknik Mesin, yang memberi
ii
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
MATEMATIKA TEKNIK I
iii
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
PETA KEDUDUKAN MODUL ii
DAFTAR ISI iii
GLOSARIUM iv
BAB I. Operasi Dasar Aljabar 1
1.1. Hukum Operasi Dasar 1
1.2. Penjumlahan Dalam Pernyataan Aljabar 2
1.3. Pengurangan Dalam Pernyataan Aljabar 2
1.4. Perkalian Dalam Pernyataan Aljabar 3
1.4. Pembagian Dalam Pernyataan Aljabar 4
BAB II. Deret 6
2.1. Pengertian Barisan Dan Deret 6
2.2. Deret Arimetika 6
2.3. Deret Geometri 7
2.4. Deret Geometri Tak Berhingga 8
BAB III. Matriks Dan Determinan 11
3.1. Matriks 11
3.2. Penjumlahan Dan Pengurangan Matriks 13
3.3. Perkalian Matriks 14
3.4. Determinan Matriks Bujur Sangkar Ordo 2x2 19
3.5. Determinan Matriks Bujursangkar Ordo 3x3 21
BAB IV. Vektor 36
4.1. Besaran Vektor dan Skalar 36
4.2. Penambahan Vektor 38
4.3. Perkalian Skalar antara Dua Vektor 40
4.4. Perkalian Vektor antara Dua Vektor 41
4.5. Sudut antara Dua Vektor 42
BAB V. Bilangan Kompleks 45
5.1. Persamaan Kuadrat 45
5.2. Pangkat dari j 46
5.3. Penjumlahan dan pengurangan bilangan Kompleks 48
5.4. Perkalian Bilangan Kompleks 50
5.5. Pembagian bilangan Kompleks 52
5.6. Kesamaan Bilangan Kompleks 53
5.7. Pernyataan bilangan kompleks secara Grafis 56
5.8. Penjumlahan Bilangan Kompleks secara Grafis 59
iv
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
v
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
GLOSARIUM
Irasional : Bilangan riil yang tidak bisa dibagi (hasil baginya tidak pernah berhenti)
Numerik : Sebuah simbol atau kumpulan dari simbol yang mempresentasikan sebuah bilangan
Rasional : Bilangan yang dapat dinyatakan sebagai a/b dimana a,b bilangan bulat dan b tidak
sama dengan 0.
vi
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
BAB I
OPERASI DASAR ALJABAR
Contoh:
Jumlahkan pernyataan aljabar 7x + 3y3 + 4xy, 3x – 2y3 +7xy dan 2xy – 5x– 6y
3
3
Dapat ditulis : 7x + 3y + 4xy
3
3x – 2y + 7xy
-5x – 6y3 + 2xy +
Penjumlahan : 5x – 5y3 + 13xy
sehingga hasilnya adalah 5x – 5y3 +13xy
Contoh:
Kurangkan pernyataan aljabar 2x2 – 3xy + 5y2 dari 10x2 - 2xy - 3y
2
2 2
Dapat ditulis: 10x – 2xy – 3y
2x2– 3xy + 5y2 –
2 2
Pengurangan : 8x + xy – 8y
2 2 2 2
Kita juga boleh menulis (10x - 2xy - 3y ) – (2x – 3xy + 5y )
2 2 2 2 2 2
= 10x - 2xy - 3y – 2x + 3xy – 5y = 8x + xy – 8y
2
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Contoh:
2 3 4 4 2
Kalikan pernyatan aljabar -3x y z, 2x y dan -4xy z
2 3 4 4 2
Ditulis ( -3x y z) ( 2x y) (-4xy z )
Pengaturan menurut hukum komutatif dan asosiatif diperoleh :
2 4 3 4 2
(-3) ( 2) (-4) (x ) ( x ) (x) (y ) ( y) (y ) (z) ( z )
Gabungkan dengan menggunakan aturan tanda dan hukum-hukum pangkat,
7 8 3
diperoleh : 24x y z
b. Mengalikan sebuah polinomial dengan sebuah monomial, kalikan tiap-tiap suku dari
polinomial dengan monomial kemudian gabungkan hasil-hasilnya.
Contoh:
3 2
Kalikan pernyataan aljabar 3xy – 4x +2xy dengan
5x2y4 Ditulis (5x2y4) (3xy – 4x3 +2xy2)
2 4 2 4 3 2 4 2
= (5x y ) (3xy) + (5x y ) (-4x ) + (5x y )( 2xy )
3 5 5 4 3
= 15x y – 20x y +10x y
c. Mengalikan sebuah polinomial dengan sebuah polinomial, kalikan tiap-tiap suku dari
polinomial yang satu dengan tiap-tiap suku dari polynomial lainnya lau gabungkan hasil-
hasilnya. Dalam perkalian sangat bermanfaat apabila mengatur terlebih dahulu polinomial-
polinomial dalam pangkat-pangkat menaik atau menurun menurut huruf-huruf yang ada.
Contoh
Kalikan pernyataan aljabar -3x + 9 + x2 dengan 3 – x,
Pengaturan menurut pangkat x yang menurun
2
x – 3x + 9 (1)
-x + 3 x (2)
Contoh:
4 2 3 3 4
Bagilalah pernyataan aljabar 24x y z dengan -3x y z
Dapat ditulis 24x4y2z3 = 24 x4 y2 z3 = -8 xy-2z2 = -8xz2
-3x3y4z -3 x3 y4 z y2
a. Membagi sebuah polinomial dengan sebuah polinomial, dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Aturlah suku kedua polinomial dalam pangkta-pangkat yang menaik sampai menurun
dari huruf-huruf yang sama dikedua polinomial.
2. Bagilah suku pertama pada yang dibagi dengan suku pertama pada yang pembagi. Ini
memberikan suku pertama hasil bagi.
3. Kalikan suku pertama hasil bagi dengan pembagi dan kurangkan dari yang dibagi,
jadi diperoleh yang dibagi baru.
4. Gunakan yang dibagi yang diperoleh di (3) untuk mengulangi langkah (2) dan (3)
sampai diperoleh sebuah sisa yang derajatnya lebih rendah dari pembagi atau sama
dengan nol.
5. Hasilnya ditulis yang dibagi = hasil bagi + sisa
Pembagi pembagi
4
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Soal Latihan :
1. Hitunglah tiap-tiap pernyataan aljabar berikut , juka diberikan x =2, y= -1, z = 3, a = 0 , b = 4,
c=1/3
2
a. 2x – 3yz b. 2z4 – 3z3 + 4z2 – 2z + 3 c. 4a2 – 3ab + 6c
2
d. 5xy + 3z e. 4x y(z-1)
2a3 – c2 a + b - 3c
2. Carilah derajat dari tiap-tiap polinomial berikut:
3 4 2 3 3 2 3 2 2 3 4
a. 2x y + 4xyz b. x + 3x – 4c = y – 3y + 4y – 2 d. xz +3x z – 4x z + x
3. Jumlahkan pernyataan aljabar dari pernyataan
5
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
BAB II
DERET
Barisan adalah suatu set kuantitas u1, u2, u3,.....yang dinyatakan dalam suatu urutan
tertentu dalam setiap sukunya terbentuk menurut pola tertentu, dengan kata lain ur = f(r)
Misalnya : 1, 3, 5, 7,.....adalah suatu barisan (suku berikutnya adalah 9)
2, 4, 6, 8,....adalah suatu barisan (suku berikutnya 10
Derret dibentuk oleh jumlah suku –suku suatu barisan.
Contoh: 1, 3, 5, 7,........adalah suatu barisan
1+3+5+7+......adalah suatu deret.
Kita akan menyatakn suku-suku dari suatu deret sebagai berikut :
u1 menyatakan suku pertama
u2 menyatakan suku kedua
u3 menyatakan suku ketiga, dan seterusnya. Sehingga ur akan menyatakan suku ke-r
dan ur+1 menyatakan suku ke (r + 1), dst.
Jadi jumlah dari n suku pertama akan dinyatakan oleh Sn .
di mana a = 5 dan r = 10 = 20 = 2.
5 10
n-1 7-1 6
Suku ke tujuh adalah l = ar = 5(2 ) = 5(2 ) = 320
n 7
Jumlah tujuh suku pertama adalah Sn = a(r – 1) = 5(2 – 1) =635
r–1 2-1
7
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Contoh 2. Jika suku ke-5 suatu DG adalah 162 dan suku ke-8 adalah 4374, tentukan deretnya.
4
Kita mengetahui Suku ke-5 = 162 ar = 162
7
Suku ke-8 = 4374 ar = 4374
7 3
ar = 4374 r = 27 r=3
4
ar 162 a=2
karena ar4 =162; ar7 =4374 dan r = 3
a. 34 = 162 a = 162 a=2
81
Tentu saja, karena kita sudah mengetahui nilai a dan r, maka kita dapat menghitung nilai dari setiap
suku atau jumlah dari beberapa suku tertentu.
Sebagai contoh, dari deret diatas tadi, tentukanlah:
(a) suku ke-10
(b) jumlah dari 10 suku pertama.
Disini kita akan membahas deret yang jumlah sukunya tak berhingga. Jika kita ingin
mencari jumlah dari suatu deret yang banyak sukunya tak-berhingga, kita harus berhati hati
dengan langkah-langkah yang diambil.
Sebagai contoh, tinjaulah deret takhingga 1 + ½ + ¼ + 1/8 +. . .
Deret ini kita ketahui sebagai deret geometri dimana a = 1 dan r = ½ . Dengan demikian jumlan n
suku pertamanya adalah :
n
1 (1- (1/2) )
n
Sn = =2(1-½ )
1- ½
8
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
n n
Jika n sangat besar, maka 2 akan menjadi sangat besar dan dengan demikian ½ akan menjadi
n
sangat kecil. Sebenarnya, jika n→ ∞, ½ →0. Jumlah dari semua suku dari deret tak berhingga ini
dengan demikian diperoleh dari S = nilai limit dari Sn jika n →∞,
dengan kata lain S = Lim Sn = 2(1 – 0) = 2 . Hasil ini menunjukkan bahwa kita
n
bisa membuat jumlah dari deret ini sedikit mungkin dengan nilai 2 seperti yang kitainginkan
dengan menggunakan lebih banyak suku dari derer ini. Perhatikan deret takhingga 1 + 3 + 5 +7 + .
..
Deret ini adalah suatu DA dimana a = 1 dan d = 2. Maka
Sn = n/2(2a + n – 1.d) = n/2(2 + n – 1.2)
=
n/2 (2 + 2n – 2)
2
Sn = n
Tentu saja, dalam kasus ini, jika n besar maka nilai Sn akan sangat besar. Kenyataannya jika
n, Sn, yang bukan merupakan nilai numerik yang berhingga sehingga tidak banyak
berguna bagi kita. Ini selalu terjadi untuk suatu DA, jika kita mencoba mencari ”jumlah sampai
tak berhingga”, kita akan selalu mendapatkan hasil + atau -, bergantung kepada deret yang
ada.
Jumlah banyak suku sampai tak hingga dari sebarang deret geometri yang rasionya r
secara numerik kurang dari 1 diberikan oleh
a
Sn = , dimana | a | < 1.
1–r
a) Kita tidak bisa menghitung jumlah dari suku-suku suatu Deret aritmetika yang banyak tak
berhingga karena hasilnya selalu tak-berhingga.
b) Kita kadang-kadang bisa menghitung jumlah dari suku-suku suatu Deret Geometri yang
banyaknya tak-berhingga karena untuk deret yang seperti ini ,
9
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
n
a (1- r )
Sn = dan asalkanr1, maka jika n, rn0.
1- r
a (1- 0) a a
S = = ; dengan kata lain, S =
1- r 1–r 1–r
Latihan Soal
1. Hitung jumlah semua bilangan antara 100 dan 800 yang habis dibagi 3.
2. Carilah suku ke- 40 dan jumlah 40 suku pertama dari DA : 10+ 8 + 6 +. . .
3. Berapa banyaknya bilangan bulat yang berurutan mulai dari 10 yang harus
diambil agar jumlahnya 2035?
4. Carilah suku ke-8 dan jumlah 8 suku pertama dari DG : 4 + 8 + 16 +.....
5. Diketahui suku ke-2 dari sebuah DG adalah 3 dan suku ke- 5 adalah 81/8.
Carilah suku kedelapannya.
6. Carilah jumlah dari deret geometri tak berhingga
a. 2+1+½+¼+...
b. 1/3 – 2/9 + 4/27 – 8/81 +....
c. 1 + 1 + 1 + ......
2
1,04 (1,04)
7. Carilah banyaknya suku terkecil yang harus di ambil dari deret 1/3 + 1/6 + 1/12 +
. . . agar jumlahnya berbeda dengan jumlah tak terhingga kurang dari 1/1000.
10
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
BAB III
MATRIKS DAN DETERMINAN
3.1. Matriks
Matriks adalah sekumpulan bilangan riil ( atau elemen ) atau kompleks yang disusun
menurut baris dan kolom sehingga membentuk jajaran ( array ) persegi panjang. Matriks
mempunyai m baris dan n kolom disebut matriks m x n.
Suatu matriks ditunjukkan dengan menuliskan jajarannya di antara kurung sisi misalnya
3 x 2;2 x 4
Matriks hanyalah sekedar jajaran sekumpulan bilangan : tidak ada hubungan aritmetis
antare elemen-elemennya. Matriks berbeda dengan determinan, karena tidak ada harga numerik
suatu matriks yang diperoleh dari perkalian antar elemennya. Juga, pada umumnya baris dan
kolom tidak dapat dipertukarkan seperti dalam determinan.
Matriks baris ( line matriks ) : suatu matriks kolom hanya terdiri dari I kolom saja. Contoh,
11
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Untuk menghemat tempat, matriks kolom seringkali dituliskan dalam satu garis, tetapi diberi
kurung kurawal. Contoh, { 6 3 8 } menyatakan matriks yang sama dengan matriks kolom berode 3
x 1.
Jadi berdasarkan pemahaman di atas:
12
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Notasi Matriks: Jika tidak menimbulkan keragu-raguan, keseluruhan matriks dapat dinyatakan
dengan sebuah elemen umum yang dituliskan dalam kurung siku, atau dengan
sebuah huruf yang dicetak tebal. Penulisan ini singkat dan rapih, dan juga banyak menghemat
banyak huruf dan tempat. Sebagai contoh,
a11 a12 a13 a14
a21 a22 a23 a24 dapat dinyatakan dengan [ a ij ] atau [ a ] atau dengan A saja
a31 a32 a33 a34
Serupa dengan itu dapat dinyatakan dengan [ ] atau [ x ] atau dengan x saja.
Untuk menyatakan matriks ( m x n ) akan kita gunakan huruf besar tebal, misalnya A. Untuk
matriks baris atau matriks kolom kita gunakan huruf kecil tebal, misalnya x. ( Dalam tulisan
tangan, cetak tebal dapat digantikan dengan garis bergelemobang di bawah huruf yang
bersangkutan, misalnya A atau x ).
Jadi jika B menyatakan matriks 2 x 3, tuliskanlah elemen – elemen b dalam matriks
tersebut dengan menggunakan notasi dua-indeks. Hasilnya
B=
Contoh + =
Dan
- =
13
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
(b) _ = ……………………………
Penyelesaian.
(a). 6 +1 5+4 4+2 1+3 = 7 9 6 4
2+6 3+-1 -7+0 8+5 8 2 -7 13
Contoh 4 x =
5x
14
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
(b) Perkalian dua buah matriks: Dua buah matriks dapat dikalikan, satu terhadap yang lain, hanya
jika banyaknya kolom dalam matriks yang pertama sama dengan banyaknya baris dalam matriks
yang kedua.
Maka
A b=
Yaitu masing – masing elemen matriks A dalam baris yang atas dikalikan dengan elemen yang
bersesuaian dalam kolom pertama matriks b dan kemudian semua hasil-kalinya dijumlahkan.
Serupa dengan itu, baris kedua dari hasil-kali kedua matriks diperoleh dengan mengalikan
masing-masing elemen dalam baris kedua matriks A dengan elemen yang bersangkutan dalam
kolom pertama matriks b.
Contoh 1
= = =
Cara yang sama berlaku juga untuk baris dan kolom yang lain.
15
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Contoh 2
A B =
Jika A= dan B =
Maka A B adalah,
Karena A B=
= =
16
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Jelaslah bahwa suatu matriks hanya dapat dikuadratkan jika matriks tersebut merupakan matriks
bujur sangkar, yaitu matriks dengan banyak barisnya sama dengan banyak kolomnya.
Jika A =
= =
Contoh 3.
Jika A= dan B =
Maka A B =
= =
17
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
dan B A =
= =
AB= ; B A=
Transpose matriks: Jika baris dan kolom suatu matriks dipertukarkan, maksudnya : baris
pertama menjadi kolom pertama, baris kedua menjadi kolom kedua, baris ketiga menjadi kolom
ketiga, dan seterusnya. Maka matriks baru yang terbentuk disebut transpose dari matriks semula.
Jika matriks semula adalah A, maka transposenya dinyatakan dengan atau . Kita akan
18
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
A= dan B =
A B= ; =
Soal Latihan:
1. Jika A = dan B =
2. Jika A = dan B=
19
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Harga suatu determinan tetap tidak berubah jika baris diganti menjadi kolom dan kolom menjadi
baris.
=
Jika dua baris (atau kolom ) ditukarkan tempatnya tanda determinan berubah .
=
Jika ada dua baris ( atau kolom ) yang identik , maka harga determinan tersebut sama dengan nol .
=0
Jika elemen-elemen salah satu baris ( atau kolom ) semua dikalikan dengan factor yang
sama,maka determinanya pun dikalikan dengan factor tersebut .
=
Jika elemen-elemen salah satu baris ( atau kolom ) ditambah (atau dikurangi ) dengan kelipatan-
kelipatan elemen baris ( atau kolom) lain yang bersesuaian ,maka harga determinannya tidak
berubah .
=
Sekarang, sebagai ulangan, lengkapilah yang berikut ini :
(i) = …………………………
(ii) = …………………………
(iii) = ………………………….
(iv) = ………………………….
Inilah hasilnya :
(i). 20 – 42 = - 22 (ii). -20 – 6 = -26
(iii). ac – bd (iv). ps – rq
20
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
= 2(20)+0+0=40.
Kofaktor. Jika A = [ ] adalah matriks bujur sangkar, kita dapat membentuk determinan yang
elemen – elemennya adalah
21
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
.
.
.
Masing-masing elemen memberikan kofaktor, yang tidak lain daripada minor elemen dalam
determinan bersama-sama dengan ‘tanda tempat’-nya, yang rinciannya telah dijelaskan dalam
program sebelum ini.
22
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Tanda plus dan minus bergantian, dimulai dengan tempat di sudut kiri atas yang memuat tanda +.
Jadi, dalam contoh di atas, minor elemen 6 adalah yaitu 8 – 3 = 5. Tanda tempatnya -.
=+ = + (0-24) = -24
=- =-(0-6)=6
=+ =+(16-1)=15
=- =-(0-20)=20
23
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
=+ =+(0–5)=-5
=- =-(8–3)=-5
=+ =+(18–5)=13
=- =-(12–20)=8
Dan transpose dari C, yaitu = Matriks ini disebut matriks adjolin dari
matriks A semula dan dituliskan adj. A. Jadi untuk memperoleh adjolin suatu matriks bujur sangkar
A kita harus :
(a) Membentuk matriks kofaktor C
(b) Menuliskan transpose C , yaitu .
Dengan demikian adjoin dari matriks
adalah Adj A = =
24
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
adjolin A dibagi dengan harga determinan A, yaitu A , (asal saja A 0), maka diperoleh matriks
-1
baru yang disebut invers dari matriks A dan dituliskan sebagai A .
Untuk matriks yang kita gunakan dalam bingkai yang lalu, yaitu, A =
-1
A =
C=
Karena
= +(-0) = 2; = -(8-30) = 22; = +(0-6) = 6
= -(4-0) = -4 = +(2-18) = -16; = -(0-12) = 12
= +(10-3) = 7; = -(5-12) = 7 = +(1-8) = -7
Adj A == ………………………….
Adj A = C =
(d) Akhirnya, elemen – elemen adj A kita bagi dengan harga A , yaitu 28, untuk memperoleh A-
1
, invers matriks A.
-1
A = ……………………….
A-1=
26
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Untuk matriks lain pun dapat dicari dengan jalan yang sama. Kerjakanlah soal yang berikut ini
sendiri.
-1
A = ……………………………
A-1 =
Kofaktor
=+(8-0)=8; = -(24-30) = 6; = +(0-5) = -5
C= =
-1
Jadi A =
Sekarang marilah kita lihat beberapa penggunaan invers. Perkalian matriks bujur sangkar dengan
inversnya.
-1
Maka A =
27
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
-1
Sehingga A A=
= =1 A-1 A=1
= ………………………………….. selesaikanlah.
-1
A A= = =1
-1 -1
A A =A A=1
Hasil ini memperlihatkan bahwa perkalian suatu matriks bujur sangkar dengan inversnya,
dalam urutan bagaimanapun, akan menghasilkan matriks satuan dalam orde yang sama dengan
matriks semula.
Pemecahan sistem persamaan linear
Tinjaulah suatu sistem persamaan linear
. . . . .
. . . . .
. . . . .
28
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Dari bekal kita tentang perkalian matriks, sistem persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk
matriks.
. . . . = .
. . . . . .
. . . . . .
Yaitu A x=b
Dengan A=
;x= ; dan b =
. . . . .
. . . . .
. . . . .
Jika kedua ruas persamaan matriks tersebut kita kalikan dengan invers matriks A, kita peroleh
A -1 A x = A -1 . b
-1 -1 -1
Tetapi A A=1 1 x=A b yaitu x = A .b
Kita lihat bahwa jika kita bentuk invers dari matriks koefisien dan matriks b kita kalikan-kiri
(pre-multiply) dengan matriks – invers, maka akan kita peroleh matriks pecahan x. Contoh
pecahkan sistem persamaan
Pertama - tama jika kita tuliskan sistem persamaan ini dalam bentuk matriks, maka kita dapatkan
. =
29
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
-1
Yaitu A x = b x=A b
Langkah selanjutnya adalah mencari invers matriks A dengan A adalah matriks koefisien x. kita
-1
telah mengetahui bagaimana menentukan invers suatu matriks, jadi dalam hal ini A = …………...
A-1=-
Kofaktor
=+(-20+6)= -14; =-(15+10)=-25; =+(9+20)=29
=-(10–3)=-7; =+(5–5 )=0; =-(3–10)=7
=+(-4+4)=0; =-(-2–3)=5; =+(-4–6)=-10
C= adj A = =
-1
Telah diperoleh A = - 35 A = =-
-1
x=A b =- .
X=- =
30
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
. . . . . = yaitu A . x = b
. . . . . .
. . . . . .
Semua hal yang diperlukan untuk memecahkan sistem persamaan di atas dikandung oleh
matriks koofisien A dan matriks kolom b. jika elemen – elemen matriks b kita tuliskan dalam
matriks A, maka kita peroleh matriks yang diperluas ( augmented matrix ) B untuk sistem
persamaan tersebut.
Yaitu B =
. . . . .
. . . . .
. . . . .
(a) sekarang kita eliminasikan elemen-elemen dalam kolom pertama, kecuali elemen , dengan
jalan mengurangi baris kedua dengan / kali baris pertama dan mengurangin baris ketiga
dengan / kali baris pertama, demikian seterusnya.
(b) langkah ini menghasilkan matriks baru yang berbentuk
31
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
. . . . .
. . . . .
. . . . .
Proses tersebut kita ulangi lagi untuk mengeliminasi elemen kolom kedua mulai dari baris
ketiga ke bawah.
Contoh pecahkanlah x1 + 2x2 – 3x3 = 3
2x1 – x2 – x3 =
11
3x1 + 2x2 + x3
= -5
Kurangi baris kedua dengan kali baris pertama dan baris ketiga dengan kali baris pertama
Matriksnya menjadi
Dengan langkah ini matriks koofisien x telah direduksi menjadi matriks segitiga.
Akhirnya, kita letakkan kolom-kolom kembali ke posisinya semula.
. =
32
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Dengan ‘subtitusi mundur’, mulai dengan baris yang paling bawah, kita peroleh
= -18 = -3 = -3
+ =5 = 5+15=20 = -4
+ - =3 –8+9=3 =2
= 2; =-4;=-3
Perhatikan bahwa dalam mengolah matriks yang diperluas, jika dikehendaki kita boleh
(a) Mempertukarkan dua baris,
(b) Mengalikan baris dengan faktor yang tidak nol
(c) Menambahkan (atau mengurangkan) kelipatan salah satu baris dengan (atau dari ) baris lain.
Operasi ini diperkenankan karena kit menangani koofisien-koofisien dari kedua ruas persamaan.
Contoh pecahkanlah sistem persamaan berikut
X1 – 4x2 – 2x3 = 21
2x1 + x2 + 2x3 = 3
3x1 + 2x2 – x3 = -2
Pertama – tama kita tuliskan persamaan di atas dalam bentuk matriks, yaitu
. =
Sekarang kita dapat mengeliminasi koofisien dari baris kedua dan ketiga dengan
……………….. dan
33
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
. =
1. Sekarang kerjakanlah .
Jawab :
=5 -7 +2
=5(9–4)-7(6–24)+2(2–18)
= 5 (5) -7 (-18) +2 (-16)
= 25+126–32 =119
2.
34
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Jawab:
Karena = -7 +3 -1
= -7(18–48)+3(9–32)-1(6–8)
= -7 ( - 30) +3 (-23) -1 (-2)
= 210– 69+2 =143
΅ = = +5 +11
= 2(8–18)+5(8+24)+11(-3–4)
= -20+160–77=6
Jawab :
Langkah-langkah pokoknya:
= 54
35
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
= 27
= 81
=-27
=- x= = = 2
X=2
=- y= = = -1
X=-1
=- z= = = -3
X = -3
agar sejalan =0
=3 -1 +2 =0
= 3 ( 6k – k ) -1 ( 12k + 2k ) +2 ( -4 – 4 ) = 0
= 15k – 14k – 16 = 0 k – 16 = 0 k = 16
36
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
BAB IV
VEKTOR
37
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Representasi Vektor
Suatu kuantitas vektor dapat direpresentasikan secara grafis dengan garis, yang ditarik sdemokian
rupa sehinga :
(a) panjang garisnya menandakan magnitudo kuantitas tersebut, sesuai dengan skala vektor yang
dinyatakan.
(b) arah garis tersebut menandakan arah bekerjsnys kuantitas vektor tersebut. Arah ditunjukkan
oleh anak panah.
Contoh.
Diketahui gaya 35 N yang bekerja ke kanan, akan ditandai oleh garis
dan jika skala vektor yang dipilih adalah 1 cm 10 N. Berapakah panjang dari garis tersebut ?
Penyelesaiannya:
Karena 1 cm 10 N maka panjang dari garis tersebut adalah 35 10 = 3,5 cm.
Kuantitas vektor AB disebut sebagai AB atau a B
Magnitudo kuantitas vektor ditulis dengan
AB, atau a atau cukup dengan AB atau a. a
A
Perhatikan bahwa BA merepresentasikan suatu kuantitas vektor yang magnitudonya sama tetapi
dengan arah berlawanan.
B B
a
A AB = a A BA = AB = - a
Dua Vektor yang Sama
Dua vektor a dan b dikatakan sama, jika keduanya memiliki magnitudo yang sama dan arah yang
sama.
Jika a = b, maka : a b
(a) a = b (magnitudonya sama)
(b) arah a = arah b, dengan kata lain, kedua vektor sejajar dan berarah sama.
Jika dua vektor a dan b sdemikian rupa sehingga b = -a, apa yang dapat kita katakan
tentang magnitudo dan arahnya ?
38
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Jadi, magnitudonya sama, dan vektor vektor ini sejajar tetapi arahna berlawanan. Artinya, jika b =
-a maka
a b
Jenis-jenis Vektor
(a) Vektor posisi AB terjadi apabila titik A tetap
(b) Vektor garis ialah sedemikian rupa sehinga vektor itu dapat digeser di sepanang garis
kerjanya, misalna, gaya mekanis yang bekeja pada sebuah benda
(c) Vektor bebas tidak dibatasi oleh apapun. Vektor ini didefnisikan secara lengkap oleh
magnitudo dan arahnya dan dapat digambar sebagai salah satu dari kumpulan garis sejajar
yang panjangnya sama.
4.2 Penambahan Vektor
Jumlah dari dua vektor, AB dan BC, didefinisikan sebagai vektor tunggal atau vektor
ekuivalen atau vektor resultan AC.
C artiya AB + BC = AC
atau a + b =c
c
b
A a B
Maka untuk mencari jumlah dari dua vektor a dan b, kita gambar vektor-vektor ini sebagai
suatu rantai, memulai vektor yang kedua dari ujung vektor pertama; jumlah c diberikan oleh vektor
tunggal yang menghubungkan pangkal vektor pertama dengan ujung vektor
kedua. Contoh . Jika p gaya 40 N, yang bekerja ke arah timur
q gaya 30 N, yang bekerja ke arah utara
maka magnitudo dari jumlah vektor r dari kedua gaya ini akan sama dengan.................
Karena r2 = p2 + q2
= 402 + 302
r q = 1600 + 900 = 2500
r = 2500 =50N
p
Jumlah dari beberapa vektor a + b + c + d +. . .
Perhatikan gambar dari vektor-vektor dibawah ini:
39
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
E
d (a) gambar vektor vektor tersebut sebagai suatu rantai D
(b) kemudian,
c a + b = AC
A C AC + c = AD
a Bb a + b + c = AD
AD + d = AE
a + b + c + d = AE
dengan kata lain, jumlah semua vektor, a, b, c, d, diberikan oleh vektor tunggal yang
menghubungkan pangkal vektor pertama ke ujung vektor terakhir, dalam hal ini AE .
Komponen-komponen Vektor dinyatakan dalam Vektor Satuan
Y
Vektor OP di definisikan oleh besarannya
(r) dan arahnya ( ). Vektor ini dapat pula
P pula dinyatakan dakam kedua komponen nya
dalam arah OX dan OY.
r b
0 a X
Dengan kata lain, OP ekuivalen dengan vector a dalam arah OX + a vektor b dalam arah OY
Artinya, OP = a ( di sepanjang OX) + b (di sepanjang ) OY
Jika kita definisikan i sebagai vektor satuan dalam arah OX
Maka a = ai
Serupa halnya, jika kita definisikan j sebagai vektor satuan dalam arah OY,
Maka a = bj
Dengan demikian Vektor OP dapat di tuliskan sebagai:
r = ai + bj
dimana i dan j meupakan vektor satuan masing-masing dalam arah OX dan OY. Misalkan z1= 2
i + 4 j dan z2 = 5i + 2j
40
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Y
z1
4 z2
2
0 2 X
5
Z2
Z1 B
2
5
4
X
2
O
Dengan kata lain keseluruhan komponen vektor di sepanjang OX, dan keseluruhan
komponen vektor di sepanjang OY.
Tentu saja hal ini dapat kita lakukan tanpa bantuan diagram :
Jika z1 = 3i + 2j dan z2 = 4i + 3j
z1 + z2 = 3i + 2j + 4i + 3j
= 7i + 5j
Latihan Soal.
Jika z1 = 5i – 2j ; z2 = 3i + 3j; z2 = 4i – 1j
Penyelesaian :
41
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
= (5 + 3+ 4)i + (3 – 2 - 1)j
=12i
= -2i - 4j
4.3 Perkalian Skalar antara Dua Vektor
Jika a dan b adalah dua buah vektor, maka perkalian skalar antara a dan a di definisikan
sebagai skalar (bilangan) ab cos dimana a dan b merupakan magnitudo vektor a dab b serta
merupakan sudut di antara kedua vektor ini.
a Hasil kali skalar ini di notasikan dengan a.b (sering
disebut ‘hasilkali titik’)
b
a.b = ab cos
= a proyeksi b pada a
= b proyeksi a pada b
Sebagai contoh
B OA. OB=……..
7
A
o
70 5
o
O 25
Penyelesaian:
Karena kita lihat bahwa :
B
OA.OB = OA. OB.
7
= 5.7
A
o
45 5 = 35. =
O
42
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Hasil kali vektor a dan b ditulis a x b (sering di sebut ‘hasilkali silang’) dan didefinisikan
sebagai vektor yang memiliki magnitudo ab sin dengan merupakan sudut di antara kedua
vektor yang diketahui tersebut. Vektor hasikali mempunyai arah yang tegak-lurus baik terhadap a
maupun b dengan arah yang sedemikian rupa sehingga a, b, dan a x b membentuk set tangan
kanan- dalam urutan tersebut.
a x b = ab sin
(a x b) Perhatikan bahwa b x a akan membalik arah
Rotasi dan vektor hasilkalinya sekarang mempu
nyai arah ke bawah, dengan kata lain
b x a = -(a x b)
b Jika = 0o, maka a x b = 0o
a = 90o, maka a x b = ab
(b x a)
43
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
P
(n – n)
P' (l – l)
0 (m-m) Y
X
Maka
2 2 2
(PP') = (l – l) + (m – m') + (n – n')
= 2 2 2 2 2 2
l – 2.l.l’ + l’ + m – 2m.m’ + m' + n – 2n.n' + n'
= 2 2 2 2 2
(l + m + n ) + (l' + m' + n' ) – 2(ll' + mm' +
2 2 2 2 2
nn') Tetapi (l + m + n ) = 1 dan (l' + m' + n' ) =1
2
(PP') = 2 – 2(ll' + mm' + nn') (a)
Juga, dengan aturan kosinus :
= 0,5266
= 58º13
p = 2i + 3j + 4k dan q = 4i – 3j + 2k
Penyelesaian.
m=b = 3
p 29
n= c= 4
p 29
l', m', n' = 2/ 29, 3/29, 4/29
kosinus arah l', m', n' untuk Q dengan cara yang sama pula :
2 2 2
q =q = 4 + 3 + 2 =16 + 9 + 4 =29
l', m', n' = 4/29, -3/29, 2/29
Telah kita katahui bahwa untuk P :
l, m, n = 2/ 29, 3/29, 4/29
Jadi, dengan menggunakan cos = ll' + mm' + nn', maka sudut -nya :
cos = 2 . 4 + 3 . (-3) + 4 . 2
46
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
BAB V
BILANGAN KOMPLEKS
atau
Di sini tidak ada masalah, tetapi jika kita coba memecahkan persamaan
dengan cara yang sama, kita dapatkan
tidak dapat dinyatakan dengan bilangan biasa, karena tidak ada bilangan riil yang
kuadratnya negatif.
Namun kita tahu bahwa, -64 = -1 x 64, sehingga dapat kita tuliskan
Jadi
Tentu saja kita masih di hadapkan dengan , yang, karena seperti alasan di atas, tidak dapat
dipandang sebagai bilangan riil. Akan tetapi jika kita tuliskan huruf j untuk menyatakan
maka
47
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
j5
Sekarang kita mempunyai cara untuk menyelesaikan persamaan kuadratik seperti yang
diberikan dalam bingkai 1
atau
Kita akan membahas kembali hasil semacam ini nanti.
Dengan mengingat bahwa j menyatakan , marilah kita tinjau beberapa pangkat dari
j.
2
= =1
Khususnya perhatikanlah hasil terakhir : setiap kali muncul factor ia dapat di gantikan
dengan factor 1, sehingga pangkat dari j berkurang menjadi salah satu di antara keempat hasil di
atas.
Contoh:
48
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
dan
5
jadi, dengan cara yang sama, j …...
j
karena Yang lain pun
dikerjakan dengan cara yang sama.
Sehingga (a)
(b)
(c)
dan (d) Jika
Jawab. (a) -1
(b) 1
(c) –j dan
(d) dapat dicari sebagai berikut :
yaitu atau
Jadi ingatlah, untuk menyederhanakan pangkat dari j, kita kurangi pangkatnya dengan pangkat
tertinggi dari yang mungkin, maka hasilnya akan kembali ke salah satu hasil : j, -1, -j, 1.
Bilangan Kompleks
Hasil yang kita peroleh terdiri atas dua suku yang terpisah, yaitu 3 dan j5. Suku-suku
ini tidak dapat disederhanakan lebih lanjut, karena suku yang kedua bukan bilangan riil (karena
memuat faktor j).
Dalam pernyataan seperti
49
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Bilangan kompleks sering juga digunakan dalam ilmu teknik. Untuk dapat menggunakannya kita
harus mengetahui dahulu bagaimana melakukan opersi-operasi hitungan (aritmatik) biasa.
Hal ini sangat mudah dilakukan, satu atau dua contoh cukup untuk memperhatikan ini.
Contoh 1. (4j + j5) + (3 – j2). Walaupun bagian riil dan bagian imajiner tidak dapat digabungkan,
kita boleh membuka tanda-kurungnya dan menjumlahkan suku-suku yang sejenis.
(4 +5j) + (3 - j2) = 4 + j5 + 3 – j2 = (4 + 3) + j(5 – 2)
= 7 + j3
Contoh 2.
(4 + j7) – (2 - j5) = 4 + j7 – 2 + j5 = (4 – 2) + j(7 +5)
= 2 + j12
Jadi, secara umum, (a +jb) + (c +jd) = (a + c) + j(b + d)
Sekarang kerjakan ini:
(5 + j7) + (3 – j4) – (6 – j3) = …………..
2 + j6
50
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Soal Latihan
12 10
1. Sederhanakanlah (a) j (b) j (c) j23
2. Sederhanakalah :
2
(a) (5 – j9) – (2 – j6) + (3 – j4) (b) (6 – j3) (2 + j5)(6 – j2) (c) (4 – j3)
(d) (5 – j4)(5 + j4)
51
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
2
4 = 6 + j8 + j15 + j 20
12
2
= 6 +j23 – 20 (karena j = -1)
3
2 = -14 + j23
3
22 – j7
2
Karena: (4 – j5) (3 + j2) = 12 – j15 + j8 – j 10
2
= 12 – j7 + 10 (j = -1)
= 22 – j7
Jika perkaliannya memuat lebih dari dua faktor, maka perkaliannya dilakukan secara bertahap:
(3 + j4) (2 – j5) (1 – j2)
2
= (6 + j8 – j15 – j 20) (1 – j2)
= (6 – j7 + 20) (1 – j2)
= (26 – j7) (1 – j2)
=…………………..
12 – j59
= 26 – j7 – j52 + j214
= 26 – j59 – 14 = 12 – j59
Perhatikanlah bahwa bila kita bekerja dengan bilangan kompleks, hasil perhitungan kita pada
umumnya berupa bilangan kompleks juga.
Sekarang hitunglah soal berikut.
(5 + j8) (5 – j8) =………………
89
Begini caranya:
(5 + j8) (5 – j8) = 25 + j40 – j40 – j264
= 25+64
= 89
52
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Meskipun ada pernyataan di atas, ternyata di sini kita tidak menjumpai suku j. Sehingga hasilnya
merupakan bilangan riil.
Hal ini agak khusus. Perhatikanlah kedua bilangan kompleks yang baru saja kita kalikan.
Adakah anda melihat sesuatu yang khusus diantara keduanya? Jika ada, apakah itu?
Pasangan bilangan kompleks semacam ini disebut bilangan kompleks konjugat dan hasil-kali dua
bilangan kompleks konjugat selalu merupakan bilangan riil. Perhatikanlah langkah berikut :
Karena (7 – j6) (4 + j3) adalah perkalian antara dua bilangan kompleks yang bukan merupakan
pasangan bilangan kompleks konjugat atau kelipatan konjugat.
Ingatlah: Bilangan kompleks konjugat keduanya identik, kecuali tanda yang di tengah di dalam
kurung
(4+j5) dan (4 – j5) adalah pasangan kompleks konjugat
(a+jb) dan (a – jb) adalah pasangan kompleks konjugat
Tetapi (6+j2) dan (2 + j6) bukan pasangan kompleks konjugat
(5-j3) dan (-5 + j3) bukan pasangan kompleks konjugat
53
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Jadi, bilangan kompleks manakah yang harus kita kalikan degan (3 – j2) agar diperoleh hasil yang
riil?
Karena konjugat dari (3 – j2) harus identik dengannya, kecuali tanda di tengahnya, yaitu (3 + j2),
dan kita tahu bahwa perkalian antara dua bilangan kompleks konjugat selalu riil. Berikut ini
adalah beberapa contoh lagi.
2 2 2
Contoh 1 (3 – j2) (3 + j2) = 3 – (j2) = 9 – j 4
= 9 +4=13
2 2 2
Contoh 2 (2 + j7) (2 – j7) = 2 – (j7) = 4 – j 49
= 4 +49=53
Bilangan kompleks dalam bentuk (a + jb) dan (a – jb) disebut pasangan bilangan
kompleks…………….
Konjugat
Seandainya, dengan suatu cara, kita dapat mengubah penyebutnya menjadi bilangan riil, kita dapat
menyelesaikannya seperti pada contoh di atas. Jadi persoalan kita sekarang adalah bagaimana kita
dapat mengubah (4 + j3) menjadi penyebut yang riil – ini tidak lain daripada pekerjaan kita yang
baru lalu.
Kita tahu bahwa kita dapat mengubah (4 + j3) menjadi bilangan riil dengan mengalikannya
dengan k …………….
Konjugatnya Yaitu bilangan kompleks yang sama tetapi dengan tanda yang berlawanan di
tengahnya, dalam hal di atas adalah (4 – j3).
Tetapi jika penyebut dikalikan dengan (4 – j3), pembilangnyapun harus dikalikan dengan
faktor yang sama.
54
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
= 0,64 – j1,48
Jadi untuk membagi sebuah bilangan kompleks dengan bilangan kompleks lainnya, kita
kalikan pembilang dan penyebutnya dengan konjugat dari penyebutnya. Cara ini akan mengubah
penyebutnya menjadi bilangan riil dan langkah selanjutnya dapat diselesaikan dengan mudah.
Jadi, untuk menyederhanakan , kita harus mengalikan atas dan bawah dengan……………..
Konjugat dari penyebutnya, yaiut (1 – j2)
kita peroleh:
= -1,2 – j2,6
a + c = j(d – b)
dapat benar hanya jika
a – c = 0, yaitu a = c
dan jika d – b = 0, yaitu b = d
Dengan demikian kita peroleh hasil yang sangat penting:
Jika dua buah bilangan kompleks sama, maka
(i) Kedua bagian riilnya sama
(ii) Kedua bagian imajinernya sama
Sebagai contoh, jika x + jy = 5 + j4, maka kita ketahui x = 5 dan y = 4 dan jika a + jb = 6 – j3,
maka a =….. dan b=……
a=6 dan b = -3
a = 4,5; b = 2,5
Karenaa + b = 7 2a = 9
2b = 5
a–b=2
Kita lihat bahwa persamaan yang menyangkut bilangan kompleks memberikan sepasang
persamaan simultan dengan membuat
(i) Kedua bagian riilnya sama
(ii) Kedua bagian imajinernya sama
56
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Soal Latihan
1. Tuliskanlah hasil-kali perkalian berikut
a. (4 – j3) (4 + j3) b. (4 + j7) (4 – j7) c. (a + jb) (a –jb) d. (x – jy) (x + jy)
2. Kalikanlah (3 – j5) dengan faktor yang sesuai agar memberikan hasil yang rill.
3. Sederhanakanlah
(i) (ii)
(iii)
arah
Jika (+3) kita kalikan dengan faktor (-1), maka kita peroleh (-3), yaitu faktor (-1) menyebabkan
vektor berbalik arah 180o.
57
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
o
180
-3 +3
-3 - -101 2 3
-2 2
Mengalikan dengan (-1) setara dengan mengalikan dengan j 2, yaitu mengalikan dengan faktor j
dua kali. Jadi mengalikan sekali dengan sebuah faktor j memiliki akibat separuhnya dan
o
merotasikan vektornya melalui sudut sebesar…….. .
o
90
j3
xj o
Faktor j selalu memutar vektor sebesar 90 dalam arah positif
+3
pengukuran sudut, yaitu dalam arah berlawanan jarum jam.
-3 -2 -1 0 1 2
- 3
3
Jika sekarang kita kalikan lagi j3 dengan faktor j,
3
maka kita peroleh j23, yaitu (-3) dan diagramnya pun
2 sesuai dengan hasil ini.
j3
xj xj
-3 3
-3 - -1 0 1 2 3
-2 4
Jika (-3) kita kalikan lagi dengan faktor j, gambarkanlah posisi vektor yang baru dalam
diagram seperti di atas.
Hasilnya:
58
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Baiklah kita nyatakan kedua garis acuan ini dengan XX1 dan
YY1 seperti biasa.
j3
-j3
Karena itu XX1 disebut sumbu riil.
(ii) Skala pada sumbu-Y menyatakan bilangan imajiner.
Y1
Karena itu YY1 disebut sumbu imajiner.
Soal Latihan
Dalam diagram seperti di atas, gambarkanlah vektor-vektor yang menyatakan
(i) 5, (ii) -4, (iii) -j2, (iv) -j
Hasilnya:
Periksalah apakah vektor-vektor anda telah memuat
Y kepala anak-panah untuk menyatakan arah!
j2
-4 5
X1 X
-j
(3) (2)
59
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Jika kita ingin menyatakan bilangan kompleks (3 + j2), maka kita jumlahkan vektor yang
menyatakan j2.
Perhatikan bahwa sekarang 2 dikalikan dengan faktor
j yang memutarkan vektornya sebesar 90o.
j2
Vektor setara yang menyatakan (3 + j2) adalah sebuah
xj
(3) (2) vektor dari pangkal vektor pertama (yaitu titik asal) ke
X
0 1 2 3 4 ujung vektor kedua.
5
Pernyataan grafis ini dikenal sebagai diagram Argand.
Soal Latihan
Gambarkanlah diagram Agrand untuk menyatakan vekto-
vektor:
(i) z1 = 2 + j3 (ii) z2 = -3 + j2
(iii) z3 = 4 – j3 (iv) z4 = -4 – j5
Y
4
j z1 = 2 + j3
z2 = -3 +
2
X1 X
-6 -4 -2 0 2 4
6
-2
-j
z3 = 4 - j3
-
4
z4 = -4 - Y1
j5
Perhatikan sekali lagi bahwa letak titik-ujung vektor diperoleh seperti dalam penggambaran
koordinat x dan y.
Bagian riilnya bersesuaian dengan harga x.
Bagian imajinernya bersesuaian dengan harga y.
60
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Sekarang marilah kita coba mencari jumlah antara z1 = 5 + j2 dan z2 = 2 + j3 dengan menggunakan
diagram argand. Jika kita menjumlahkan vektor, vektor-vektor itu harus digambarkan berantai. Jadi
Y di
5 P
ujung z1 kita gambarkan vector AP yang baik arah
4
j B z2 maupun besarnya menyatakan z2, yaitu AP sama dan
3 z2 sejajar dengan OB. Segi-empat OAPB merupakan jajar-
2
z1 A genjang. Jumlah z1 dan z2 dinyatakan oleh vektor yang
1 X menghubungkan titik ujung vektor terakhir, yaitu OP.
O 12 3 4 5
a=5+2= b=2+3
Anda dapat memeriksa hasil ini dengan menjumlahkan (5 + j2) dan (2 + j3) secara aljabar.
Jadi, jumlah dua vektor dalam diagram Argand diberikan oleh…………… jajar genjang yang
dibentuk oleh kedua vektor tersebut.
diagonal
Bagaimanakah kita melakukan pengurangan denagn cara yang sama? Dengan sedikit
kecerdikan kita dapat memecahkannya tanpa harus mempelajari cara baru. Siasatnya hanyalah
demikian:
z1 – z2 = z1 + (-z2)
Jadi, kita gambarkan vektor yang menyatakan z1 dan vektor negatif dari z2 dan kita jumlahkan
keduanya seperti biasa. Vektor negatif z2 adalah vektor yang mempunyai besar ( atau panjang)
sama dengan z2 tetapi mengarah ke arah yang berlawanan.
61
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Contoh.
Tentukanlah (4 + j2) + (-2 + j3) – (- + j6) dengan diagram Argand
Y
6
P (z1 +
5
j
4
(z2) B
-3
A (z1)
X1 X
-3 -2 - 1 3 4 5 6
-1 Q (z1 + z2 –
z)
-2
OA = z1 = 4 + j2
-3
- OB = z2 = -2 +j3
4
OC = -z3 = 1 – j6
-5 C (-z3)
Y1
Maka OP = z1 + z2 OQ = z1 + z2 – z3 = 3 – j
62
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
0 a X Maka r 2 = a2 + b2 r=
Dan = =
Juga a=r dan b = r
Karena z = a + jb, maka z dapat dituliskan sebagai
z=r + jr atau z = r +j
bentuk ini dikenal sebagai bentuk kutub (polar) bilangan kompleks a + jb, dengan
r= dan
baiklah kita lihat saja suatu contoh numerik.
Pertama-tama, gambarkanlah dahulu suatu diagram sketsa (hal ini akan selalu sangat membantu)
(i) r2 = 42 + 32 = 16 + 9 = 25
r=5
j r 3
(ii) = = 0,75
X
0 4
= 36o52’
z = a + jb = r = +j
o o
sehingga dalam hal ini z = 5 cos 36 53’ + j sin 36 52’
63
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Soal Latihan
Tentukanlah bentuk kutub dari bingan kompleks (2 + j3)
Inilah langkahnya,
Y
z = 2 j3 = r (cos = j sin )
2
r = 4 + 9 =13 r = 3,606
o
tan = = 1,5 = 56 19’
r
3
z = 3,6006 (cos 56o19’ + j sin 56o19’)
j
Kita mempunyai nama khusus untuk r dan .
z = a + jb = r = +j
X
0 2 (i) r disebut modulus dari bilangan kompleks dan biasanya
disingkat menjadi ‘mod z’ atau dinyatakan dengan |z|.
jadi jika z = 2 + j5, maka |z| = =
(ii) disebut argumen dari bilangan kompleks tersebut dan disingkat menjadi ‘arg z’.
Jadi jika z = 2 + j5, maka arg z = ……………
o
Arg z = 68 12’
Bentuk kutub bilangan kompleks selalu sama dan hanya berbeda dalm harga r dan saja.
Seringkali digunakan simbol singkat r untuk menyatakan bentuk kutub tersebut.
Soal Latihan
o o
1. Nyatakanlah dalam bentuk a + jb, 4(cos 65 + j sin 65 )
z = 1,6904 + j3,6252
Jika argumennya lebih besar daripada 90o, kita harus hati-hati dalam menghitung cosinus dan
sinusnya agar selalu menyertakan tanda yang sesuai.
Contoh: jika z = 2(cos 210o + j sin 210o), vektornya terlerak dalam kuadran ketiga.
64
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
S A
210
o o
O Cos 210 = - cos 30
O 0 o o
30 Sin 210 = - sin 30
2
Begini langkahnya –
4 5 o o
Cos 140 = - cos 40
o Sin 140o = - sin 40o
o 140
40
0 X
X1
o o o o
z = 5(cos 140 + j sin 140 ) = 5(- cos 40 + j sin 140 )
= 5(- 0,7660 + j0,6428)
= - 3,8300 + j3,2140
65
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
BAB VI
GEOMETRI PADA BIDANG
Menghilangkan Parameter
Untuk mengenali kembali sebuah kurva yang ditentukan oleh persamaan parameter,
sebaiknya kita menghilangkan (mengeliminasikan) parameter. Hal ini kadang dapat dicapai engan
mencari t dan salah satu persamaan parameter dan kemudian mensubstitusikannya ke dalam
persamaan lain.
66
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Contoh1. Hilangkan parameter t dari persamaan kemudian tentukan bentuk kurva dan gambarlah
grafiknya.
2
y = t + 2t, y = t – 3, -2 t 3
Penyelesaian. Dari persamaan kedua kita peroleh t = y + 3 . Jika t ini disubsitusikan dalam
persamaan pertama maka diperoleh;
x = (y + 3)2 + 2(y + 3) = y2 + 8y + 15
atau
x + 1 = (y + 4)2
Persamaan ini kita kenal sebagai parabol dengan puncak di (-1, -4) dan terbuka ke kanan.
Untuk menggambarkan grafiknya, kita hanya memperlihatkan bagian parabol yang sesuai
dengan nilai parameter yang memenuhi -2 t 3 . Daftar nilai-nilai dan grafik dapat dilihat pada
gambar di bawah ini. Anak panah menunjukkan arah naiknya nilai t.
t x y
-2 0 -5
-1 -1 -4
0 0 -3
1 3 -2
2 8 -1
3 15 0
67
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
u
u+v u+v
v
v
68
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Apabila u vektor, maka 3u adalah vektor yang searah dengan u tetapi yang panjangnya
tiga kali panjang u; vektornya -2u dua kali panjangnya u tetapi arahnya berlawanan (lihat gambar
c). Pada umumnya, cu adalah kelipatan skalar vektor u, yang panjangnya adalahc kali panjang
u, searah dengan u apabila c positif dan berlawanan arah apabila c negatif. Khususnya, (-1)u (juga
ditulis sebagai –u) sama panjangnya dengan u, tetapi arahnya berlawanan. Vektor ini disebut
vektor negatif u sebab apabila –u dijumlahkan pada u, hasilnya adalah vektor nol (yaitu sebuah
titik); vektor ini, satu-satunya vektor tanpa arah tertentu, dinamakan vektor nol, yang
dilambangkan dengan 0. Vektor ini adalah unsur satuan penjumlahan yaitu u + 0 = 0 + u = u.
Akhirnya pengurangan ditentukan sebagai:
u–v=u+(-v)
Contoh 1. Dalam gambar (d), nyatakan w dengan u dan v
Penyelesaian. Olek karena u + w = v, maka
w=v–u
gbr (c)
u 3u
-2u
gbr (d)
w
v
gbr (e) C
B
A m v
69
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Penyelesaian.
m = u + AB = u + 2 AC
3
= u + 2/3(v – u)
= 1/3u + 2/3v
m = (1 – t)u + tv
u v
u+t(v-u)
Penerapan. Sebuah gaya memiliki besaran dan arah. Apabila dua gaya u dan v bekerja pada
sebuah titik, gaya hasilnya dititik tersebut adalah jumlah vektor gaya-gaya tersebut.
Contoh 3. Diketahui sebuah beban 200 neewton digantungkan pada dua utas kawat (seperti pada
gambar g). Tentukanlah besarnya tegangan dalam tiap-tiap kawat.
Penyelesaian. Bobot w dan tegangan u dan v adalah gaya yang bersifat sebagai vektor (lihat
gambar h). Tiap vektor ini dapat dinyatakan sebagai jumlah komponen yang
mendatar dan yang tegak dalam kedudukan seimbang, maka (1) besarnya gaya
yang kekirisama dengan besarnya gaya yang ke kanan, dan (2) besarnya gaya yang
mengarah ke atas sama dengan besarnya gaya yang mengarah ke bawah.
gbr. (g) gbr. (h)
u v
o o
33 50
o o
33 50
200 kg w
Sehingga ,
70
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
u cos 33° = v cos 50° v =u cos 33° …..(1)
cos 50o
u sin 33° +v sin 50° = w = 200 ......(2)
Dari persamaan (1) kita hitungv dan mensubsitusikannya dalam (2)., kita peroleh
u sin 30° +u cos 33° sin 50° = 200
o
cos 50
atau
200
u = 129,52 newton
Sin 33° + cos 33° tan 50°
Soal Latihan
1. Gambarlah vektor w.
(a) w = u +3/2v
u v
(b) w = u1 + u2 + u3
u2
u1 u3
2. Sebuah sungai lebarnya 0,62 mil. Laju air dalam sungai adalah 6 mil tiap jam.Perahu ini dapat
melaju 20 mil tiap jam dalam airyang tidak mengalir. Dengan arah manakah perahu harus
ditujukan apabila ingin melaju sampai diseberang sungai pada sebuah titik yang garis
hubungnya tegak lurus arah aliran. Berapa waktu yang di perlukan untuk menyeberang ?
3. Gambar dibawah ini adalah jajaran genjang. Nyatakan w dalam u dan v
w
u
v
71
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
vektor u
x x
Kita mulai dengan mengambil sebuah sistem koordinat cartesius pada bidang. Sebagai
wakil dan vektor u, kita pilih sebuah anakpanah yang berpangkal di titik asal (gambar 2). Anak
panah ini ditentikan secara tunggal oleh koordinat u1 dan u2 titik ujungnya, ini bererti bahwa
vektor u ditentukan oleh pasangan terurutu1,u2 (gambar 3). Jadi kita anggapu1,u2 adalah
vektor u; pasngan terurutu1,u2 ini merupakan vektor u secara aljabar. Kita menggunakan
lambangu1,u2 dan bukan (u1,u2) oleh sebab yang terakhir ini sudah memiliki dua pengertian,
yaitu untuk selang terbuka dan untuk titik pada bidang.
72
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
u = u12 + u22
2 2
Misalkan, jika u =4, -2 , maka u = 4 + (-2) = 25. jika u dikalikan dengan skalar c, maka
panjangnya kita kalikan dengan c, jadi
cu = c u
Jangan keliru mengartikan pemakaian ganda simbol. Simbol c, yang disebut nilai
mutlak c, adalah jarak antara titik asal dan c pada garis bilangan (lihat gambar 4). Sedangkan u,
yang dinamakan panjang u, adalah jarak antara titikasal dan ujung pada bidan (lihat gambar 5).
y u
c u
x
O c O
gbr (4) gbr(5)
Contoh. Andaikan u =4, -3 . tentukan udan -2u. Tentukan pula vektor v yang searah
dengan u tetapi dengan panjang 1.
73
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Penyelesaian. u = 42 + (-3)2 = 5 dan -2u = -2u = 2 . 5 = 10. Untuk mencari v, kita
bagi u dengan panjangnyau; yakni,
u 4, -3 1
v= = = 4, -3 = 4/5, -3/5
u 5 5
Perkalian dua vektor u dan v dinamakan hasilkali titik, yang dilambangkan dengan u . v ,
dapat ditentukan perkalian ini dengan:
u . v = u1v1 + u2v2
Perhatikan bahwa hasilkali titik itu adalah skalar.
Jika u dan v adalahvektor nol, maka hasilkali titik adalah:
u . v =uv cos
disisni adalah sudut antara u dan v. Dengan sudut antara u dan v, kita maksudkan adalah sudut
terkecil yang positif antara u dan v, sehingga 0.
Untuk menurunkan rumus tersebut, kita gunakan Hukum Kosinus pada segitiga dalam
(lihat gambar 6).
u–v u – v2 =u2 + v2 - 2uv cos
v u
gbr (6)
Contoh. Tentukan sudut antara u =8, 6 dan v =5, 12
Penyelesaian.
-1
= cos (0,862) 0,532 (atau 30,5°)
Soal Latihan
1. Tentukan b sehingga u =8, 6 dan v =3, b tegak lurus
2. Tentukan besarnya sudut ABC, dengan A= (4, 3), B= (1, -1),dan C = (6, -4), tunjukkan dalam
grafik.
3. Andaikan a = -3i + 4j, b = 2i – 3j, dan c = -5j . hitunglah
(a) 2a – 4b
74
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
(b) a . b
(c) a . (b + c)
4. Hitunglah kosinus sudut antara a dan b
(a) a =2, -3 , b =-1, 4
(b) a =-5, -2, b =6, 0
75
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
BAB VII
GEOMETRI PADA RUANG
Tiga garis koordinat yangsaling tegak lurus pada sumbu x, y dan z dengan titik-titik nolnya
berada pada suatu titik 0 yang sama, disebut titik asal. Sumbu y dan z terletak pada bidang kertas
dengan arah positif masing – masing ke kanan dan ke atas. Kemudian sumbu x tegak lurus kertas
dengan arah positif menuju kita, sehingga membentuk suatu sistem tangan-kanan. Kita
menamakannya tangan kanan karena jika jari-jari tangan kanan dikepalan sehingga melengkung
dari sumbu x positif ke arah sumbu y positif, inu jari akan mengarah ke sumbu z positif (Gambar
1).
Gambar (1)
Ketiga sumbu tersebut menentukan tiga bidang, bidang-bidang yz, xz, dan xy, yang
membagi ruang menjadi delapan oktan (Gambar 2). Terhada tiap titik P dalam ruang yang
berpadanan suatu bilangan ganda-tiga berurut (x, y, z), yaitu koordinat Cartesiusnya, yang
mengukur jarak-jarak berarah dari tiga bidang itu (Gambar 3).
Memetakkan titik-titik di oktan pertama (oktan dimana semua koordinatnya posotif) secara
relatif mudah. Pada gambar 4 dan 5, kita ilustrasikan sesuatu yang lebih sukar dengan
memetakkan dua titik dari oktan-oktan lain, titik-titik P(2,-3,4) dan Q(-3,2,-5).
76
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
GAMBAR 4 GAMBAR 5
Rumus Jarak
Pandanglah dua titik P1(x1, y1, z1) dan P2( x2, y2, z2) dalam ruang dimensi-tiga (x1 x2, y1 y2,
z1 z2. Mereka menentukan suatu balok genjang (paralelepipedum), dengan P1 dan P2 sebagai titik
sudut yang berlawanan dan dengan sisi-sisi sejajar terhadap sumbu-sumbu koordinat (Gambar 6).
Segitiga P1RQ dan P1QP2 adalah segitiga siku-siku, dan menurut Teorema Pythagoras,
P1P22 =P1Q 2 2
+ QP2
GAMBAR (6)
dan
P1Q2 =P1R 2 2
+ RQ2
Jadi,
2 2 2 2
P1P2 =P1R + RQ2 + QP2
Ini akan memberikan rumus jarak pada ruang dimensi-tiga.
2 2 2
P1P2 = (x2 – x1) + (y2 – y1) + (z2 – z1)
77
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Contoh 1. Carilah jarak antara titik P(2, -3, 4) dan Q(-3, 2, -5).
Penyelesaian.
2 2 2
PQ=(-3–2 + (2+3) +(-5–4) =13111,45.
2 2 2 2
(x – h) + (y – k) + (z – l) = r
Ini kita sebut persamaan baku sebuah bola.
Dalam bentuk terurai, persamaan dalam kotak tersebut dapat dituliskan
2 2 2
sebagai , x + y + z + Gx + Hy + Iz + J = 0
GAMBAR (7)
78
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Jadi, persamaan tersebut menyatakan sebuah bola dengan pusat pada (5,4,6) dan radius 3.
(grafiknya lihat pada gambar 8).
Jika suatu bidang memotong ketiga sumbu, yaitu kasus yang akan seringkali terjadi , maka
kita mulai dengan mencari titik-titik potong ini, yakni kita cariperpotongan x, y, z. Ketiga titik ini
menentukan bidang dan memungkinkan kita menggambar jejak, yang berupa garis-garis
perpotongan dengan bidang-bidang koordinat.
Contoh 1. Gambarkan grafik dari 3x + 4y + 2z = 12
GAMBAR (9)
Penyelesaian.
Untuk menemukan perpotongan x, tetapkan y dan z sama dengan nol dan selasaikan untuk x,
diperoleh x = 4. Titik yang berpadanan adalah (4,0,0). Secara serupa, perpotongan y dan
z adalah (0,3,0) dan (0,0,6). Lalu tarik ruas-ruas garis yang menghubungkan titik-titik ini untuk
memperoleh jejak. Kemudian arsir (oktan pertama sebagian) bidang tersebut, dengan demikian
diperoleh hasil yang diperlihatkan pada gambar 9.
79
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
u
k
j y
Vektor-vektor dapat ditambahkan, dikalikan dengan skalar, dan dikurangkan sama seperti
pada bidang, dan hukum-hukum aljabar yang dipenuhi sesuai dengan yang telah dipelajari
terdahulu. Hasilkali titik dari u = (u1,u2,u3) dan v = (v1,v1v3) definisikan sebagai
u . v = u1,v1 + u1 v1 + u3 v3
dan mempunyai tafsiran geometri yang telah dinyatakan terdahulu, yakni
u . v =uv cos
dimana adalah sudut antara u dan v. Akibatnya, masih tetap benar bahwa dua vektor saling
tegak lurus jika dan hanya jika hasilkali titiknya nol.
contoh 1 : cari sudut ABC jika A = (1,-2, 3), B = (2, 4, -6), dan C = (5, -3, 2)
80
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Penyelesaian : pertama kita tentukan vektor-vektor u dan v (berasal dari titik asal), setara
terhadap BA dan BC. Ini dilakukan dengan cara mengurangi koordinat- koordinat titik-titik awal
dari titik-titik ujungnya, yakni
u =1 – 2, - 2 – 4, 3 + 6 =– 1, – 6, 9
v =5 – 2, - 3 – 4, 2 + 6 =3, - 7, 8
A(1,-2,3)
B(2,4,-6) C(5,-3,2)
Jadi,
u v
n
m
Penyelesaian dari gambar diatas kita dapat mencari pertama cari m, yang merupakan proyeksi dari
u pada v.
v v
m =m =u cos
v v
= u.v v = u.v v
v v v2
= (2)(2) + (4)(-1) + (5)(-2)2,-
1,2 4+1+4
Maka,
n = u – m =38/9, 26/9, 25/9
GAMBAR 7. 1
GAMBAR 7. 2
82
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Adalah sebuah elips. Jejak-jejak di bidang xz dan bidang yz (masing-masing diperoleh dengan
menetapkan y =0 dan x = 0) juga berupa elips. Jejak ini dapat kita lihat pada gambar 7.2 dan
gambar itu disebut elipsoid.
Soal Latihan
1. Tuliskan persamaan bola yang pusat dan radiusnya diberikan
(a) (3,1,4); 5 (b) (-6,2,-3); 2
2. Pakailah proses pelengkap kuadrat untuk mencari pusat dan radius bola dari persamaan
2 2 2
(a) x + y + z – 12x + 14y - 8z + 1 = 0
(b) 4x2 + 4y2 + 4z2 - 4x + 8y + 16z - 13 = 0
3. Cari sudut ABC jika A = (2,-3,4), B + (-2, 6,1) dan C = (2,0,2)
83
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
BAB VIII
TRIGONOMETRI
8.2. Sudut
Rotasi
Apabila suatu garis lurus di rotasi terhadap satu titik, garis tersebut akan menyapu suatu sudut
yang dapat di ukur dalam derajat atau radiun. Menurut konvensi suatu garis lurus yang berotasi satu
sudut penuh dan kembali keposisi awalnya dikatakan telah dirotasi melalui 360 derajat
0
– 360 – dimana setiap derajatnya dibagi menjadi 60 menit – 60’ – dan setiap menitnya dibagi lagi
0
menjadi 60 detik – 60’’. Sudut lurus adalah separuhnya, yakni 180 dan sudut siku separuhnya
0 0
lagi, yakni 90 . Sebarang sudut yang lebih kecil dari pada 90 disebut sudut lancip dan lebih besar
0
dari pada 90 disebut sudut tumpul.
Suatu sudut yang di ukur dalam derajat, menit dan detik dapat di konversi ke derajat
decimal sebagai berikut:
o o
45036’18’’= 450 + 36 + 18
60 6060
84
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
= o
(45 + 0,6 + 0,005)
=
45,6050
Pengkonversian ini mudah, jadi bentuk desimal untuk 530 25’7’’ hingga 3 tempat decimal ialah 53,485
0
Karena, o o
0 0
53 29’7’’ =53 29 + 7
60 6060
= o
(53 + 0,483 +0,00194)
=
53,4850 sampai 3 tempat decimal
0
Bagaimana dengan sebaliknya? Sebagai contoh, untuk mengkorvensi 18,478 menjadi derajat,
menit dan detik kita kerjakan sebagai berikut:
0 0
18,478 = 18 + (0,478 60)' kalikan bagian pecahan derajat tersebut dengan 60
0
= 18 + 28,68’
= 180 + 28’ + (0,68 60) kalikan bagian pecahan menit dengan 60
0
= 18 + 28’ + 40,8’’
= 18028’41’’ ke detik terdekat
0 0
Sehingga 236,986 = 236 59’10’’ (dalam derajat, menit dan detik)
0 0
Karena 236,986 = 236 + (0,986 60)’
0
= 236 + 59,16’
0
= 236 + 59’ + (0,16 60)’’
0
= 236 + 59’ + 9,6’’
0
= 236 59’10’’ hingga ke detik terdekat
Radian
Satuan lain untuk ukuran sudut ialah radian. Jika garis lurus yang panjangnya r berotasi
pada salah satu ujungnya sehingga ujung lain membentuk busur yang panjangnya r, garis tersebut
dikatakan telah berotasi melalui 1 radian – 1 rad.
r
r
1 radian
85
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Karena busur yang dibentuk ketika garis tersebut berotasi satu putaran penuh merupakan
keliling suatu lingkaran yang berukuran 2r, besar radian untuk satu putaran penuh ialah 2
radian. Karenanya, dengan menghubungkan derajat dengan radian kita lihat bahwa :
Karena
0 0
2 rad = 360 , jadi 1 rad = 360 = 180 = 57,096
2
Jadi, ekuivalen derajat untuk 2,34 rad,/3 rad, 5/6 rad dan 7/4 ialah 134,10 hingga 1
0
0
5/6 rad = 5180 = 150
6
0
0
7/4 rad =7180 = 315
4
86
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
Segitiga
Semua segitiga memiliki bangun dan ukuran. Bangun segitiga ditentukan oleh ketiga
sudutnya dan ukuran oleh panjang ketiga sisinya. Dua segitiga dapat memiliki bangun yang sama
- memiliki sudut yang sama – tetapi dengan ukuran yang berbeda. Kita katakan bahwa kedua
segitiga itu sebangun. Kesebangunan gambar dari ukuran yang berbeda inilah yang
memungkinkan seorang seniman dapat melukis gambar pemandangan yang tampak menyerupai
aslinya – panjang garis-garis yang bersesuaian dalam gambar tersebut dan pemandangannya jelas
berbeda tetapi sudut-sudut yang bersesuaian dalam gambar dan pemandangannya tetap sama.
A’
B’ C’
Sifat penting pada gambar-gambar yang sebangun ialah panjang sisi-sisi yang bersesuaian
semuanya dalam rasio yang sama, sehingga. Misalnya, dalam segitiga sebangun ABC dan A’B’C’
dalam gambar ini:
AB=AC =BC
AB AC BC
Rasio Trigonometrik
Diketahui suatu segitiga siku-siku ABC seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
A
B C
Dengan sudut pada titik sudut B dimana sisi AC berhadapan dengan, sisi BC bersebelhan
dengan dan sisi AB disebut hipotenusa, kita mendefinisikan rasio trigonometrik sebagai :
sinus sudut sebagai berhadapan = AC, rasio ini dinyatakan dengan sin
hipotenusa AB
87
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
tangen sudut sebagai berhadapan = AC, rasio ini dinyatakan dengan tan
bersebelahan AB
Setiap sudut memiliki pasangan nilai masing-masing untuk rasio trigonometrik ini dan
nilai-nilai ini paling mudah dicari dengan menggunakan kalkulator. Misalnya, dengan kalkulator
dalam mode derajat, masukanlah 58 dan tekan tombol sin untuk memperagakan 0,84804..yang
o
merupakan nilai sin 58 (yaitu rasio sisi berhadapan terhadap hipotenusa semua sigitiga siku-siku
dengan sudut 58o).
Sekarang kita dapat menggunakan rasio untuk mencari yang takdiketahui. Sebagao contoh
lihat gambar dibawah ini, tangga yang panjangnya 3 m bersandar pada dinding dengan sudut 56 o
terhadap bidang mendatar (horizontal).
v
3m
o
56
Tinggi tangga ini sekarang dapat dicari sebagai berikut. Dengan membagi tingginya v (berhadapan)
dengan panjang tangga (hipotenusa) akan dihasilkan sin sudut kemiringa 56o. Dengan kata lain :
tinggi = sin 56o. Dengan kata lain v = 0,82903…yang menghasilkan tinggi panjang
tangga
v sebagai,
3 x 0,82903...= 2,49 m (hingga 3 angka signifikan)
Jadi ika sebatang tangga yang panjangnya L bersandar pada dinding dengan sudut 60o terhadap
bidang mendatar dengan ujung atas tangga 4,5 m di atas tanah, panjang tangga tersebut ialah:
o
tinggi = 4,5 = sin 60 = ,8660...
L L
Teorema Pythagoras
Semua segitiga siku-siku memiliki sifat-sifat yang sama yang
dinyatakan dalam teorema Pythagoras:
Kuadrat hipotenusa suatu segitiga siku-siku sama dengan
penjumlahan dari kuadrat kedua sisi lainnya
88
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
c b
B a C
Jadi pada gambar diatas :
2 2 2
a +b =c
Jadi jika segitiga siku-siku memiliki hipotenusa yang panjangnya 8 dan satu sisi lain
panjangnya 3, panjang sisi ketigahingga 3 tempat desimal, dapat dicari :
Jika a merepresentasikan panjang sisi ketiga tersebut, maka :
2 2 2 2
a + 3 = 8 jadi a = 64 - 9 = 55 yang menghasilkan a = 7,416 hingga 3 tempat desimal. Sebagai
pertanyaan apakah segitiga dengan sisi-sisi 7, 24 dan 25 merupakan segitiga siku-siku?
dua sisinya sama panjang) yang sudut-sudutnya ialah 90o, 45o, yang oleh sebab itu, panjang sisi-
sisi memiliki rasio 1: 1 :2 (berdasarkan teorema Pythagoras).
o
45
2 1
o
45
1
Disini kita lihat bahwa :
o o
Sin 45 = cos 45 = 1 dan tan 45o = 1
2
89
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
o
45
o
45
3,4 m
Penyangga berbentuk segitiga sama-kaki yang terbuat dari kayu ditempatkan pada dinding tegak.
Jika panjang sisi di sepanjang permukaan datar ialah 3,4 m, panjang hipotenusanya hingga 2
tempat desimal ialah sebagai berikut :
panjang datar = 3,4 = cos 45o = 1
hipotenusa hipotenusa 2
Setengah Sama-sisi
Segiiga siku-siku khusus kedua ialah segitiga setengah sama-sisi (half equilateral) (suatu
segitiga sama sisi ialah segitiga yang semua sisinya sama panjang) dengan panjang sisi
(berdasarkan Pythagoras) memiliki rasio 1 :3 : 2.
2 30o 2
3
60o
1 1
Disini kita lihat bahwa :
90
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan
MODUL MATEMATIKA TEKNIK I
o o o o o
sin 30 = cos 60 = ½, sin 60 = cos 30 =3 dan tan 60 = 1 =3
o
2 tan 30
Dalam hal ini pun, jika kita mengukur sudut-sudutnya dalam radian:
60o
83 m
Sebatang pohon membentuk bayangan panjangnya 83. Jika sebuah garis ditarik dari ujung
bayangan ke puncak pohon, garis tersebut akan miring terhadap bidang mendatar dengan sudut
60o. Berapa tinggi pohon itu ?
Penyelesaian.
Panjang pohon = tan 60o3
Panjang bayangan
Sehingga,
Soal Latihan
1. Sebuah tangga disandarkan pada dinding dengan panjang bayangan tangga 3cm, dengan sudut
yang terbentuk 550 . Berapakah tinggi tangga tersebut?
2. Diketahui sisi dari segitiga siku siku berturut turut 2cm dan 4cm. Berapakah panjang sisi yang lainnya?
3. Sebuah pohon tingginya 3m dan ditarik garis miring dari ujung pohon tersebut dan membentuk
sudut 3/4. Berapa panjang bayangan dari pohon tersebut?
91
Program Studi D-IV Teknik Mesin Produksi & Perawatan