You are on page 1of 7

II.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Sel Kanker
Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan adanya kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah mutasi
dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi tersebut dapat
diakibatkan oleh agen kimia maupun agen fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi
secara spontan ataupun diwariskan (mutasi germline). Kanker disebabkan adanya genom
abnormal, terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan diferensiasi sel.
Gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel disebut protooncogen dan tumor
suppressor genes, dan terdapat pada semua kromosom dengan jumlah yang banyak.
Protooncogen yang telah mengalami perubahan hingga dapat menimbulkan kanker disebut
onkogen. Suatu pertumbuhan normal diatur oleh kelompok gen, yaitu growth promoting
protooncogenes, growth inhibiting cancer
supresor genes (antioncogenes) dan gen yang berperan pada kematian sel terprogram
(apoptosis). Selain ketiga kelompok gen tersebut, terdapat juga 13 kelompok gen yang
berperan pada DNA repair yang berpengaruh pada proliferasi sel. Ketidakmampuan dalam
memperbaiki DNA yang rusak menyebabkan terjadinya mutasi pada genom dan
menyebabkan terjadinya keganasan. Proses karsinogenesis merupakan suatu proses multi
tahapan dan terjadi baik secara fenotip dan genetik. Pada tingkat molekuler, suatu progresi
merupakan hasil dari sekumpulan lesi genetic (Maramis, 2005).
The six hallmark of cancer ( enam karakter sel kanker ) adalah kontek enam perubahan
mendasar dalam fisiologi sel yang secara bersama-sama menentukan fenotipe keganasan
(Karsono, 2006).
1. Growth signal autonomy: Sel normal memerlukan sinyal eksternal untuk pertumbuhan dan
pembelahannya, sedang sel kanker mampu memproduksi growth factors dan growth factor
receptors sendiri. Dalam proliferasinya sel kanker tidak tergantung pada sinyal pertumbuhan
normal. Mutasi yang dimilikinya memungkinkan sel kanker untuk memperpendek growth
factor pathways.
2. Evasion Growth inhibitory signal : Sel normal merespon sinyal penghambatan
pertumbuhan untuk mencapai homeostasis. Jadi ada waktu tertentu bagi sel normal untuk
proliferasi dan istirahat. Sel kanker tidak mengenal dan tidak merespon sinyal penghambatan
pertumbuhan, keadaan ini banyak disebabkan adanya mutasi pada beberapa gen
(protoonkogen) pada sel kanker.
3. Evasion of Apoptosis Signal : Pada sel normal kerusakan DNA akan dikurangi jumlahnya
dengan mekanisme apoptosis, bila ada kerusakan DNA yang tidak bisa lagi direparasi. Sel
kanker tidak memiliki kepekaan terhadap sinyal apoptosis. Kegagalan sel kanker dalam
merespon sinyal apoptosis lebih disebabkan karena mutasinya gen-gen regulator apoptosis
dan gen-gen sinyal apoptosis.
4. Unlimited replicative potential: Sel normal mengenal dan mampu menghentikan
pembelahan selnya bila sudah mencapai jumlah tertentu dan mencapai pendewasaan.
Penghitungan jumlah sel ini ditentukan oleh pemendekan telomere pada kromosom yang
akan berlangsung setiap ada replikasi DNA. Sel kanker memiliki mekanisme tertentu untuk
tetap menjaga telomere yang panjang, hingga memungkinkan untuk tetap membelah diri.
Kecacatan dalam regulasi pemendekan telomere inilah yang memungkinkan sel kanker
memiliki unlimited replicative potential. Sebagian besar kanker memperoleh berbagai
kemampuan ini selama perkembangannya melalui mutasi di gen tertentu (Karsono, 2006).
5. Angiogenesis (formation of blood vessel): sel normal memiliki ketergantungan terhadap
pembuluh darah untuk mendapatkan suplai oksigen dan nutrient yang diperlukan untuk
hidup. Namun bentuk dan karakter pembuluh darah sel normal lebih sederhana atau konstan
sampai dengan sel dewasa. Sel kanker mampu menginduksi angiogenesis, yaitu
pertumbuhan pembuluh darah baru di sekitar jaringan kanker. Pembentukan pembuluh darah
itu baru diperlukan untuk survival sel kanker dan ekspansi kebagian lain dari tubuh
(metastase). Kecacatan pada pengaturan keseimbangan induser angiogenik dan inhibitornya
dapat mengaktifkan angiogenic switch.
6. Invasion and metastasis: Sel normal berpindah ke lokasi lain di dalam tubuh. Perpindahan
sel kanker dari lokasi primernya ke lokasi sekunder atau tertiernya merupakan faktor utama
adanya kematian yang disebabkan karena kanker. Mutasi memungkinkan peningkatan
aktivitas enzim enzim yang terlibat invasi sel kanker (MMPs). Mutasi juga memungkinkan
berkurangnya atau hilangnya adhesi antar sel oleh molekul-molekul adhesi sel, meningkatnya
attachment, degradasi membran basal, serta migrasi sel kanker (Karsono, 2006).
B. Hepar
Hepar merupakan salah satu organ dalam tubuh yang mempunyai berat ratarata 1500gr atau
2.5% BB orang dewasa normal, yang terletak pada kavum abdominalisregio hipokondrium
bagian kanan. Terbagi menjadi tiga lobus yaitu lobus kanan (terbesar), kiri dan kaudal
(terkecil). Hepar atau hepar mendapat darah dari dua sumber, yaitu arteri hepatica dan vena
porta. Hepar penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada hampir setiap fungsi
metabolisme tubuh dan bertanggung jawab lebih dari 500 aktivitas. Seluruh sel dalam hepar
mempunyai kemampuan untuk regenerasi. Sel hepar tergolong sel yang stabil. Dalam
keadaan normal sel hepar tidak mengalami replikasi, tetapi apabila hepar mengalami cedera
sel terangsang untuk replikasi. Kemampuan regeneratif ini sangat vital bagi penderita pada
fase penyembuhan kerusakan hepar akibat infeksi virus, obat atau trauma. Kanker hepar
merupakan salah satu gangguan pada hepar yang berawal dari tumor hepar (adenoma hepar),
kondisi ini dimulai dari sirosis (Weizman and Yanif, 1999). Hepar (hepar) merupakan organ
terbesar dalam tubuh manusia. Didalam hepar terjadi proses-proses penting bagi kehidupan,
yaitu proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan
metabolisme kolesterol, dan penetralan racun yang masuk dalam tubuh, sehingga timbulnya
kerusakan pada hepar akan mengganggu proses penting dalam kehidupan tersebut (Kumar
dan Robin, 1995). Nekrosis hepar terjadi karena interaksi radikal bebas hasil metabolisme
obat dan metabolisme tubuh dengan biomolekul penyusun membran sel hepar. Interaksi
radikal bebas ini menyebabkan perubahan dan merusak membran sel. Kerusakan sel hepar
menyebabkan meningkatnya lipid peroksida darah karena lipid peroksida tubuh tidak dapat
lagi didetoksifikasi dalam hepar (Weizman dan Yanif, 1999).
C. Kanker Hepar
Menurut Corwin (1997) kanker merupakan pembelahan dan pertumbuhan sel secara
abnormal yang tidak dapat dikontrol sehingga mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena.
Kanker juga disebut dengan neoplasma maligna. Neoplasma adalah masa yang dibentuk oleh
sel-sel kanker, sedangkan maligna berarti ganas. Kanker hepar merupakan salah satu bentuk
gangguan pada hepar, akibat pertumbuhan sel-sel hepar yang tidak terkendali yang biasanya
diawali oleh sirosis yang merupakan kondisi premaligna.

Beginilah Terjadinya Kanker


Satu saja perubahan yang terjadi pada struktur DNA kita, bisa menjadi
pemicu kanker. Apa penyebab perubahan ini? Dan bagaimana proses
terjadinya kanker?
Kanker muncul akibat adanya penumpukan perlahan sel-sel yang telah rusak, yang tak
lagi bisa diperbaiki. Setiap kanker yang timbul- berasal dari “Mutasi“ atau perubahan
gen. Jarang sekali kanker diwariskan dari orang tua kepada anak. Sebagian besar dari
penyakit kanker- muncul seiring perjalanan hidup seseorang. Satu dari 100 trilyun sel-
sel yang ada dalam tubuh kita suatu saat bisa saja mengalami kemunduran, yakni
perubahan dari sel-sel sehat yang berfungsi normal menjadi sel-sel tumor.
Penyebab kanker
Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan oleh sinar UV, sinar X dan bahan-
bahan kimia penyebab kanker. Yang termasuk bahan-bahan kimia penyebab kanker
adalah Benzopyrene, yakni zat berbahaya yang terjadi akibat adanya pembakaran.
Benzopyrene biasa ditemukan pada produk-produk yang dimasak dengan api atau
pengasapan. Benzopyrene mengakibatkan timbulnya sebuah zat tertentu yang secara
kimia bisa mengikat DNA dan ikatan inilah yang kemudian mengakibatkan terjadinya
perubahan struktur DNA.
Perubahan ini merugikan proses pembelahan sel dan sebaliknya menguntungkan proses
“Mutasi.” Semakin lama seseorang mengkonsumsi tembakau, maka semakin besar pula
zat-zat penyebab kanker yang dihisap oleh si perokok, sehingga semakin tinggi pula
resiko- bahwa zat-zat penyebab kanker yang telah ia hisap tersebut, akan menjadi
pemicu terjadinya perubahan struktur dalam gen.
Resiko terjadinya “Mutasi” akan semakin bertambah seiring dengan pertambahan usia,
hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang semakin berumur bekerja tak seoptimal dulu.
Inilah yang dengan mudah bisa memicu terjadinya kesalahan pada pembelahan sel.

Kesalah kecil berakibat besar


Satu kesalahan saja yang terjadi dalam gen bisa menyebabkan tubuh tak lagi bisa
memproduksi zat putih telur atau protein penting. Akibatnya, ini akan memungkinkan
terjadinya perubahan struktur gen dalam skala ringan. Meski perubahan yang terjadi
hanya dalam sekala ringan, hal ini sudah bisa menyebabkan sel tak bisa berfungsi
sebagaimana mestinya.
Perubahan gen yang paling berbahaya adalah jika perubahan tersebut menimpa gen dan
protein yang bertugas mengontrol pertumbuhan sel-sel. Akibatnya, dalam keadaan
tertentu siklus sel-sel bisa keluar jalur, sehinga sel-sel tersebut mengalami degradasi
atau kemunduran.
Tumor baik dan tumor jahat
Sel-sel yang gennya telah mengalami perubahan tersebut bisa berubah menjadi sel-sel
tumor. Sel-sel tumor ini tumbuh sendiri tanpa perintah dan bisa membelah tanpa
kontrol. Jika sel-sel yang rusak ini berkembang biak, tapi tetap tinggal di satu tempat-
maka sel-sel ini akan menjadi tumor baik yang bisa dengan mudah diangkat melalui
sebuah operasi.
Akan tetapi, jika sel-sel dari tumor tersebut pecah kemudian menyebar ke tempat lain
dalam tubuh lalu berkembang biak disana- maka sel sel tersebut telah berubah menjadi
sel sel tumor jahat. Benjolan kanker yang baru timbul tersebut akan memicu terjadinya
pembentukan pembuluh darah baru disekeliling benjolan. Dari pembuluh darah
inilah tumor mendapat makanan, sehingga tumor yag terletak di tempat-tempat
terpencil dalam tubuh pun bisa tumbuh.
Perlindungan tubuh terhadap tumor
Dalam sebuah sistem yang rumit perubahan struktur DNA semacam itu, adalah suatu
kesalahan yang tak bisa dihindari. Untuk menangkal hal semacam ini, untungnya tubuh
kita secara alami telah meyediakan mekanisme-mekanisme perbaikan, salah satu
contohnya adalah protein. Protein atau zat putih telur ini melakukan perbaikan dan
kontrol terus-menerus terhadap DNA. Selain itu protein ini juga bertugas memusnahkan
sel-sel yang telah rusak yang bisa berubah menjadi kanker.
Tapi tentu saja, mekanisme perlindungan semacam ini bisa saja tak berfungsi-
contohnya jika kesalahan dalam rencana pembangunan DNA yang terjadi disebabkan
sendiri oleh si penjaga kanker atau misalnya karena mekanisme perlindungan tersebut
tak bisa lagi dengan baik menjalankan tugasnya. Mekanisme perlindungan tubuh bisa
juga tak berfungsi jika protein tersebut telah kelebihan beban, sehingga mekanisme
perlindungan tubuh mengabaikan proses “Mutasi“- yang pada keadaan tertentu bisa
memicu perkembangan kanker. Seberapa bagus kerja mekanisme perbaikan tubuh kita?
Hal ini berbeda-beda pada tiap-tiap orang.

You might also like