You are on page 1of 8

MAKALAH

PRESENTASI PPKN

DISUSUN OLEH:
ARLI MAYASARI ZEN
DINDA AMELIA CECILIANI
LEVINA AZALEA
MELANI WIDIA PUTRI
UCHA WULAN SARI
ZAHARA SEPTIA NINGRUM

KELAS XI IPA 5
PENDAHULUAN

Perkembangan bangsa Indonesia telah mengalami banyak perubahan baik secara konstitusi
maupun sistem pemerintahan. Untuk pembahasan kali ini kita akan membahas mengenai
sistem pemerintahan Indonesia pada masa Demokrasi Liberal. Seperti yang kita ketahui
Demokrasi Liberal (atau Demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang melindungi
secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam Demokrasi
Liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung)
diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada
pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan
hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi.

Berawal dari pengakuan kedaulatan, Indonesia memasuki masa demokrasi Liberal. Masa
demokrasi Liberal berlaku antara tahun 1949-1959, ditandai dengan tumbuh suburnya
partai politik dan berlakunya kabinet parlementer. Demokrasi Liberal di Indonesia ditandai
oleh prestasi politik dan kemelut politik. Prestasi politik berupa pemberlakuan system
multipartai dan penyelenggaraan pemilu yang demokratis. Kemelut politik berupa kabinet
yang silih berganti dan perdebatan berkepanjangan dalam kontituante. Prestasi politik dan
kemelut politik merupakan hal yang terjadi pada masa demokrasi Liberal. Pada masa itu,
untuk pertama kalinya dilaksanakan pemilu I yang dinilai banyak kalangan merupakan
pemilu yang paling demokratis. Begitu juga pada masa itu sering terjadi pergantian kabinet
(Matroji, 2002:65).

Dapat dijelaskan bahwa demokrasi Liberal adalah sebutan bagi masa pemerintahan
Presiden Soekarno yang melindungi hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Lebih
lanjut Demokrasi liberal (atau Demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang
melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam
Demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau langsung)
diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan pemerintah yang tunduk pada
pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar kemerdekaan dan
hak-hak individu seperti tercantum dalam Demokrasi liberal pertama kali dikemukakan pada
Abad Pencerahan oleh penggagas teori kontrak sosial seperti Thomas Hobbes, John Locke,
dan Jean-Jacques Rousseau.
1.PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA PADA PERIODE 1949-1959

Sistem pemerintahan dalam bidang politik yang dianut pada masa Demokrasi Parlementer,
atau yang dikenal juga dengan sebutan Demokrasi Liberal adalah sistem kabinet
parlementer. Periode kedua pemerintahan negara Indonesia merdeka berlangsung dalam
tentang waktu antara tahun 1949 sampai 1959. Pada periode ini terjadi dua kali pergantian
undang-undang dasar.

Pertama, pergantia UUD 1945 dengan konstitusi RIS (Republik Indonesi Serikat) pada
rentan waktu 27 desember 1949 sampai dengan 17 agustus 1950. Dalam rentang waktu ini,
bentuk negara kita diubah dari presidensil menjadi quarsi parlementer yaitu, dimana
parlemen (legislatif) mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap kekuasaan
pemerintah (eksekutif) walaupun parlemen kedudukannya hanya terbatas pada hal hal
tertentu saja.

Kedua, pergantian konstitusi RIS dengan dengan Undang Undang Dasar Sementara 1950
pada rentang waktu 17 agustus 1950 sampai dengan 15 juli 1959. Pada periode
pemerintahan ini bentuk negara kembali berubah menjadi negara kesatuan dan sistem
pemerintahan menganut sistem parlementer.

Masa demokrasi parlementer merupakan masa yang semua elemen demokrasinya dapat
kita temukan perwujudannya dalam kehidupan politik di indonesia.

 lembaga Perwakilan Rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi
dala proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan
dengan adanya sejumlah mosi tidak percaya kepada pihak pemerintah yang
mengakibatkan kabinet harus meletakkan jabatannya meskipun pemerintahannya
baru berjalan beberapa bulan, seperti yang terjadi pada Ir. Djuanda Kartawidjaja
yang diberhentikan dengan mosi tidak percaya (pernyataan atau pemungutan
suara tentang apakah seseorang dalam suatu posisi kekuasaan masih layak untuk
memegangnya) dari parlemen.
 akuntabilitas (pertanggung jawaban) pemegang jabatan dan politisi pada umumnya
sangat tinggi. Hal ini dapat terjadi karena berfungsinya parlemen dan juga
sejumlah massa sebagai alat kontrol sosial. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet pada
periode ini merupakan contoh konkret dari tingginya akuntabilitas tersebut.
 kehidupa kepartaian boleh dikatakan memperoleh peluang yang sebesar-besarnya
untuk berkembang secara maksimal. Dalam periode ini indonesia menganut sistem
multipartai. Pada periode ini hampir 40 partai politik terbentuk dengan tingkatan
otonomi yang sangat tinggi dalam proses rekrutmen, baik pengurus atau pemimpin
partainya maupun para pendukungnya. Campur tangan pemerintah dalam hal
rekrutmen boleh dikatakan tidak ada sama sekali. Setiap partai bebas memilih
ketua dan segenap anggota pengurusnya.
 sekalipun pemilihan umum hanya dilaksanakan satu kali yaitu pada 1955, tetapi
pemilihan umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
Kompetisi antarpartai politik berjalan sangat intensif dan fair, serta yang tidak
kalah pentingnya adalah setiap pemilih dapat menggunakan hak pilihnya dengan
bebas tanpa ada tekanan atau rasa takut.
 masyarakat pada umumnya dapat merasakan bahwa hak-hak dasar mereka tidak
dikurangi sama sekali, sekalipun tidak semua warga negara dapat
memanfaatkannya dengan maksimal.
 dalam masa pemerintahan parlementer, daerah-daerah memperoleh otonomi
yang cukup bahkan otonomi yang seluas-luasnya dengan asas desentralisasi
sebagai landasan untuk berpijak dalam mengatur hubungan kekuasaan antara
pemerintah pusat pemerintah daerah.

Keenam idikator tersebut merupakan ukuran dalam pelaksanaan demokrasi pada masa
pemerintahan parlementer. Hal tersebut hanya bertahan selama sembilan tahun seiring
dikeluarkannya dekrit oleh Presiden Soekarno pada tanggal 5 juli 1959 yang membubarkan
Konstituante dan kembali kepada UUD 1945.

Penyebab dikeluarkannya dekrit oleh Presiden Soekarno yang membubarkan konstituante


dan kembali kepada UUD 1945 yaitu, Presiden menganggap bahwa demokrasi parlementer
tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh semangat gotong-
royong sehingga beliau menganggap bahwa sistem demokrasi ini telah gagal mengadopsi
nilai-nilai kepribadian bangsa indonesia.

Beberapa alasan mengapa demokrasi parlementer mengalami kegagalan sebagai berikut:


 Munculnya usulan presiden yang dikenal denga konsepsi presiden untuk
membentuk pemerintahan yang bersifat gotong-royong yang melibatkan semua
kekuatan politik yang ada termasuk Partai Komunis Indonesia. Lalu, Presiden
membentuk Dewan Nasional yang melibatkan semua organisasi politik dan
organisasi kemasyarakatan. Konsepsi Presiden dan Dewan Nasional ini mendapa
tantangan yang sangat kuat dari sejumlah partai politik terutama Masyumi dan
Partai Serikat Islam. Dikarenakan mereka menganggap pembentukan Dewan
Nasional merupakan pelanggaran yang sangat fundamental terhadap konstitusi
negara karena lembaga tersebut tidak dikenal dalam konstitusi.
 Dewan konstituante mengalami jalan buntu untuk mencapai kesepakatan
merumuskan ideologi nasional.
 Dominannya politik aliran sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan
konflik. Akibatnya setiap konflik yang terjadi cenderung meluas melewati batas
wilayah yang pada akhirnya membawa dampak yang sangat negatif terhadap
stabilitas politik.
 Basis ekonomi yang masih sangat lemah.

2.PELAKSANAAN DEMOKRASI DI INDONESIA PADA PERIODE 1959-


1969

Kinerja Dewan konstituante yang berlarut-larut membawa Indonesia kedalam persoalan


politik yang sangat pelik. Untuk mengeluarkan bangsa dari persoalan ini, Presiden Soekarno
menerbitkan dekrit pada tanggal 5 juli 1959 yang selanjutnya dikenal dengan sebutan Dekrit
Presiden 5 juli 1959. Dalam dekrit tersebut, presiden menyatakan pembubaran Dewan
Konstiuante dan kembali kepada UUD 1945. Dekrit tersebut mengakhiri era demokrasi
parlementer atau demokrasi liberal, yang kemudian membawa dampak yang sangat besar
dalam kehidupan politik nasional. Era baru demokrasi dan pemerintahan indonesia mulai
dimasuki, yaitu suatu konsep demokrasi yang oleh presiden soekarno disebut sebagai
Demokrasi Terpimpin. Maksud konsep terpimpin ini, dalam pandangan Presiden Soekarno
adalah dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Demokrasi
terpimpin merupakan pembalikan total dari proses politik yang berjalan pada masa
demokrasi parlementer.

Karakteristik yang utama dalam perpolitikan pada era demokrasi terpimpin yaitu:

1. Mengaburnya sistem kepartaian.


2. Terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, peranan lembaga legislatif
dalam sistem politik nasional menjadi sedemikian lemah.
3. Hak dasar manusia menjadi lemah.
4. Masa demokrasi terpimpin membuat kebebasan pers berkurang.
5. Sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah. Daerah-daerah memiliki otonomi yang terbatas.

Dari lima karakter tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada era demokrasi terpimpin
terdapat penyimpangan-penyimpanga terhadap demokrasi. Hal ini tidak terlepas dari
kondisi indonesia yang baru merdeka.

3.PELAKSANAAAN DEMOKRASI DI INDONESIA PADA PERIODE 1965-


1998

Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi yang singkat yaitu
antara tahun 1966-1968, ketika jenderal Soeharto dipilih menjadi presiden republik
indonesia. Era ini kemudian dikenal dengan Orde Baru dengan konsep Demokrasi Pancasila.
Visi utama pemerintahan orde baru adalah untuk melaksanakan pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat indonesia. Dalam
perjalanan politik pemerintahan orde baru, kekuasaan presiden merupakan pusat dari
seluruh proses politik di indonesia. Lembaga kepresidenan merupakan pengontrol utama
lembaga negara lainnya, baik yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, dan MA)
maupun yang bersifat infrastruktur (LSM, Partai Polituk, dan sebagainya). Presiden soeharto
juga memiliki sejumlah legalitas yang tidak dimiliki oleh siapapun seperti pengemban
supersemar, mandataris MPR, bapak pembangunan, dan panglima tertinggi ABRI.

Pelaksanaan demokrasi pancasila masih jauh dari harapan. Pelaksanaan nilai-nilai pancasila
secara murni dan konsekuen hanya dijadikan alat politik penguasa belaka. Kenyataan yang
terjadi demokrasi pancasila sama dengan kediktatoran.

Karakteristik demokrasi pancasila masa demokrasi Orde Baru:

 Rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan sangat kecil terjadi. Kecuali pada jajaran
yang lebih rendah. Seperti gubernur, bupati/walikota, camat, dan kepala desa.
Kalaupun ada perubahan, selama pemerintahan orde baru hanya terjadi pada
jabatan wakil presiden, sementara pemerintahan secara esensial masih tetap sama.
 Rekrutmen politik bersifat tertutup. Kecuali DPR yang berjumlah 400 orang dipilih
melalui pemilihan umum. Siapa yang akan menjabat diputuskan oleh presiden.
 Pemilihan umum. Pada masa pemerintahan orde baru, pemilihan umum telah
dilaksanakan sebanyak enam kali dengan frekuensi yang teratur setiap lima tahun
sekali. Tetapi, kualitas pelaksanaan pemilihan umum tersebut masih jauh dari
semangat demokrasi. Pemilihan umum tidak melahirkan persaingan yang sehat.
 Pelaksanaan hak dasar warga negara. Dunia internasional menyoroti politik
indonesia berkaitan erat dengan perwujudan jaminan hak asasi manusia. Masalah
kebebasan pers sering muncul ke permukaan. Persoalan mendasar adalah selalu
adanya campur tangan biroakrasi yang sangat kuat. Selama pemerintahan orde baru,
sejarah pengekangan kebebasan pers terulang kembali seperti yang terjadi pada
masa orde lama.beberapa media masa seperti Tempo, Detik, dan Editor dicabut
surat izin penerbitannya atau dngan kata lain dibreidel (penghentian penerbitan dan
peredaran atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum) setelah mereka
mengeluarkan laporan investigasi tentang berbagai masalah penyelewengan yang
dilakukan oleh pejabat-pejabat negara. Pemerintah melalui panjang tangannya
(aparat keamanan) memberikan ruang yang terbatas kepada masyarakat untuk
berpendapat. Pemberlakuan undang undang subversif membuat pemerintah
semakin kuat karena tidak ada kontrol dari rakyat. Rakyat menjadi takut untuk
berpendapat mengenai kebijakan yang diambil pemerintah. Tidak jarang
pemerintahan memenjarakan dan mencekal orang orang yang mengkritisi
kebijakannya.

4.pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1998-


sekarang

Penyimpangan penyimpangan yang terjadi pada masa pemerintahan orde baru pada
akhirnya membawa indonesia pada krisis multidimensi yang diawali dengan badai krisis
moneter yang tidak lunjung reda. Krisis monetertersebut membawa akibat pada
terjadinya krisis politik, tingkat kepercayaan rakyat terhadap pemerintah begitu kecil.
Kerusuhan terjadi hampir di semua belahan bumi nusantara. Pemerintahan orde baru
dibawah pimpinan presiden soeharto (meskipun kembali dalam sidang umum MPR
bulan maret tahun 1998) terperosok ke dalam kondisi yang diliputi oleh berbagai
tekannan politik, baik dari luar maupun dalam negeri. Dari dunia internasional, terutama
amerika serikat, secara terbuka meminta presiden soeharto untuk mundur dari
jabatannya. Dari dalam negeri timbul gerakan massa yang dimotori mahasiswa
menuntut presiden soeharto untuk mundur dari jabatanya.

Akhirnya pada hari kamis tanggal 21 mei 1998, presiden soeharto bertempat di istana
merdeka jakarta menyatakan berhenti sebagai presiden dan dengan menggunakan pasal
8 UUD 1945, presiden soeharto segera mengatur agar wakil presiden habibie disumpah
sebagai penggantinya dihadapan mahkamah agung,

Dalam masa pemerintahan presiden habibie inilah muncul beberapa imdikator


pelaksanaan demokrasi yaitu;

 Diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi


dalam berbangsa dan bernegara.
 Diberlakukannya sistem multipartai dalam pemilu 1999.

Dua hal yang dilakukan presiden habibie tersebut merupakan fondasi yang kuat dalam
pelaksanaan demokrasi indonesia pada masa selanjutnya. Demokrasi yang diterapkan pada
era reformasi ini adalah demokrasi pancasila. Tentu saja dengan karakteristik yang berbeda
dengan orde baru dan sedikit mirip dengan demokrasi parlementer tahin 1950-1959.

 Pemilu dilaksanakan jauh demokratis dari yang sebelumnya


 Rotasi kekuasaan dilaksanakan mulai dari pemerintah pusat sampai tingkat desa.
 Pola rekrutmen politik untuk pengisian jabatan dilakukan secara terbuka.
 Sebagian besar hak dasar rakyat dapat menjamin seperti adanya kebebasan
menyatakan pendapat, kebebasan pers, dan sebagainya.

You might also like