Professional Documents
Culture Documents
Referat THT Yolanda 712021037
Referat THT Yolanda 712021037
OTITIS EKSTERNA
MALIGNA
Oleh:
Yolanda Fitriani, S.Ked
NIM: 71 2021 037
Pembimbing:
dr. Meilina Wardhani, Sp.THT-KL
i
HALAMAN PENGESAHAN
OTITIS EKSTERNA
MALIGNA
Referat
Oleh:
Yolanda Fitriani, S.Ked
(71 2021 037)
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Penyakit THT-KL Palembang Bari Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Otitis
Ekterna Maligna” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF Ilmu Penyakit THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian referat ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, baik yang diberikan secara lisan
maupun tulisan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada :
1. dr. Meilina Wardhani, Sp.THT-KL, selaku pembimbing Kepaniteraan
Klinik Senior di SMF Ilmu Penyakit THT-KL Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang
2. Rekan sejawat seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH..........................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
2.1 Anatomi Telinga..................................................................................3
2.2 Fisiologi Pendengaran.........................................................................5
2.3 Otitis Ekterna Maligna...........................................................................6
2.3.1. Definisi...........................................................................................6
2.3.2. Epidemiologi..................................................................................6
2.3.3. Etiologi...........................................................................................7
2.3.4. Patofisiologi....................................................................................7
2.3.5. Gejala Klinis...................................................................................8
2.3.6. Diagnosis........................................................................................9
2.3.7 Diagnosis Banding........................................................................13
2.3.8. Tatalaksana...................................................................................14
2.3.9. Komplikasi....................................................................................15
2.3.10 Prognosis.....................................................................................15
BAB III KESIMPULAN................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah
radang telinga luar ialah perubahan pH diliang telinga, yang biasanya normal atau
asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan
udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi
otitis eksterna yang lain adalah trauma yang ringan ketika mengorek telinga.¹’²
1
Sebelum antibiotik digunakan dalam pengobatan, otitis eksterna maligna
sering menyebabkan kematian, dengan angka kematian mendekati 50%.
Pengobatan dasarnya melalui operasi. Sekarang pengobatan otitis eksterna
maligna efektif dengan menggunakan antibiotik dan dikombinasikan dengan
teknik operasi seperti biopsi dan debridement lokal.³
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga4
Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.4
Telinga Luar
Aurikula adalah bagian dari telinga luar, suatu tambahan yang melekat
pada sisi kepala dan dimaksudkan untuk menangkap suara. Dibentuk oleh
kartilago dan dibagian kaudal dari aurikula terdapat lobules aurikula. Meatus
akustikus eksternus adalah suatu saluran udara, panjang kira-kira 2-3 cm, arah
ke medial sampai pada telinga tengah, berada dalam pars petrosa ossis
temporalis. Sepertiga bagian lateral dibentuk oleh kartilago dan 2/3 bagian
medial dibentuk oleh tulang biasa. Pada ujung medial dari saluran tersebut
terdapat membrane timpani, yang terletak miring, memisahkan meatus
akustikus eksternus daripada kavum timpani. Letak dari membrane timpani
adalah sedemikian rupa sehingga sisi luarnya menghadap ke daerah ventral,
kaudal dan lateral. Pada saluran ini terdapat mukosa yang mengandung
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Hasil produksi dari kelenjar
disebut serumen.⁴
3
Gambar 2. Telinga Luar.5
Telinga Tengah
4
Telinga Dalam
5
Ujung tangkai maleus melekat dibagian tengah membrane timpani. Dan tempat
perlekatan ini secara konstan akan tertarik oleh musculus tensor tympani, yang
menyebabkan membrane timpani tetap tegang. Keadaan ini menyebabkan getaran
pada setiap bagian membrane timpani akan dikirim ke tulang-tulang pendengaran,
dan hal ini tidak akan terjadi bila membrane tersebut longgar.⁵
Tulang-tulang pendengaran telinga tengah ditunjang oleh ligamen-ligamen
sedemikian rupa sehingga gabungan maleus dan inkus bekerja sebagai pengungkit
tunggal, dengan fulcrum yang terletak hampir pada perbatasan membrane
timpani.⁵
Artikulasi inkus dengan stapes menyebabkan stapes mendorong fenestra ovalis ke
depan dan di sisi lain juga mendorong cairan koklea ke depan setiap saat
membrane timpani bergerak ke dalam, dan setiap maleus bergerak keluar akan
mendorong cairan ke belakang.⁵
Getaran suara memasuki skala vestibule dari bidang depan stapes pada fenestra
ovalis. Bidang depan stapes akan menutup fenestra ini dan dihubungkan dengan
bagian tepi fenestra oleh ligamentum anularis yang longgar, sehingga fenestra
dapat bergerak ke dalam dan keluar bersama getaran suara. Pergerakan ke dalam
menyebabkan bergeraknya cairan ke dalam skala vestibule dan skala media, dan
pergerakan keluar menyebabkan cairan bergerak kearah sebaliknya.⁵
6
sangat hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Diabetes
merupakan faktor risiko utama tetapi tidak ada hubungan yang jelas dengan
berat atau lamanya menderita diabetes dengan otitis eksterna maligna. 99%
pasien otitis eksterna maligna mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus.
Pasien diabetik mempunyai pH serumen yang tinggi dan menurunnya
konsentrasi lisosim yang menghalangi aktivitas antibakteri. Penyakit ini juga
pernah dilaporkan pada pasien dengan imunitas yang rendah, pasien dengan
HIV atau pasien yang menjalani ransplantasi organ, misalnya pada limfoma
maligna, dan leukemia. Dapat juga ditemukan pada bayi – bayi yang
mengalami malnutrisi, dan anemia.²’³
2.3.3 Etiologi
Organisme penyebab otitis eksterna maligna adalah Pseudomonas
aeruginosa menempati 80-85 %. Organisma penyebab yang lainnya seperti
Streptococcus aureus, golongan Proteus, serta golongan Aspergillus.1
Kecenderungan Otitis eksterna maligna umumnya ditemukan pada kondisi berikut :
1. Diabetik (90 % ),
Diabetik merupakan faktor resiko utama berkembangnya otitis eksterna
maligna. Vaskulopati pembuluh darah kecil dan disfungsi immun yang
berhubungan dengan diabetik merupakan penyebab utama predisposisi ini.
Serumen pada pasien diabetik mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya
konsentrasi lisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal.Tidak
perbedaan antara DM tipe I dan II.
2. Immunodefisiensi seperti gangguan proliferasi limfosit atau adanya
immunosupresi karena penggunaan obat
3. Irigasi telinga, dilaporkan sebanyak 50% kasus otitis eksterna maligna karena
trauma irigasi telinga pada pasien diabetik.
2.3.4 Patofisiologi
Otitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang meatus
akustikus eksternus dan tulang temporal. Organisme penyebabnya
adalah Pseudomonas aeruginosa, dan paling sering menyerang pasien
diabetik usia lanjut. Pada penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi
dibanding pH serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita
7
diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya
faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut
menjadi otitis eksterna maligna. Infeksi dimulai dengan otitis eksterna yang
progresif dan berlanjut menjadi osteomielitis pada tulang temporal.
Penyebaran penyakit ini keluar dari liang telinga luar melalui Fisura
Santorini dan osseocartilaginous junction.1,2,6
Gambar 5. Gambaran anatomi tempat terjadinya infeksi pada otitis eksternal maligna.8
2.3.6 Diagnosis
Diagnosis otitis eksterna nektrotikan dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium
dan radiologi. Empat gejala yang menonjol adalah otalgia yang menetap lebih
dari 1 bulan, otore purulen dan menetap dengan adanya jaringan
granulasi dalam beberapa minggu, riwayat diabetes mellitus, status imun yang
9
rendah dan usia lanjut, dan adanya gangguan saraf kranial.
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisis
Gambar 7. Gambaran otitis eksterna maligna dengan adanya pus yang keluar dari liang
telinga yang sudah nekrosis. Kelihatan aurikula membengkak dan kehilangan bentuk di
daerah yang terdiri dari kartilago.10
Pembagian stadium pada otitis eksterna nekrotikan dibuat oleh Levenson et al, Corey et
al, Benecke dan Davis et al. pembagian stadium didasarkan pada luasnya kerusakan
jaringan atau tulang dan besarnya komplikasi neurologik yang terjadi.3
Dibagi atas tiga stadium :7
a. Stage I : Infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago liang telinga.
10
(otalgi yang menetap, terbatas pada liang telinga luar, belum ada
kelumpuhan n. fasialis)
b. Stage II : Dijumpai keterlibatan jaringan lunak dan (kelumpuhan nevus fasialis
pada foramen jugualar bagian lateral)
c. Stage III : Perluasan intrakranial atau erosi di luar tulang temporal. (Ekstensi
sampai foramen jugular dan lebih medial bawah dari kepala)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Radiologi
11
Gambar 8. Foto Schuller kanan tampak gambaran mastoiditis kronik (bulatan
merah). 3
c. CT Scan
CT-Scan dapat menunjukkan adanya dekstruksi tulang di
sekitar dasar tulang tengkorak dan meluas ke intrakranial.
Pemeriksaan dengan teknik nuklir baik digunakan pada stadium awal.
Scan Technetium (88Tc) methylene diphosphonate menunjukkan area
yang mengalami osteogenesis dan osteolisis. Sedangkan Gallium
(56Ga) menunjukkan jaringan lunak yang mengalami inflamasi. 11
12
Gambar 9. CT-Scan kepala yang menunjukkan kerusakan jaringan lunak pada MAE kiri,
tulang mastoideus kiri, fossa infra-temporalis dan dasar tulang tengkorak (anak panah).12
d. Histopatologi
3. Otomikosis
2.3.8 Tatalaksana
Awalnya, pembedahan merupakan pilihan utama untuk penanganan
pasien dengan otitis eksterna nekrotikans. Tetapi sejak ditemukannya
aminoglikosida, penisilin sintetik, generasi ketiga Cephalosporin dan
quinolon, maka penggunaan antibiotik merupakan pilihan utama pengobatan.
Sejak teknik pembedahan pada dasar tulang tengkorak berkembang, beberapa
ahli otologi mulai menggunakan teknik radikal sebagai pilihan terapi.²
14
resistensi. Mengingat kuman penyebab tersering adalah Pseudomonas
aeroginosa, diberikan antibiotika dosis tinggi yang sesuai dengan
Pseudomonas aeroginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi,
diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxacin) dosis tinggi peroral. Pada
keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan
antibiotika golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.¹’²
2.3.9 Komplikasi12, 5
Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif
kelapisan subkutis, tulang rawan dan ke tulang sekitarnya, sehingga timbul
kondritis, osteitis dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.
Dapat terjadi penyakit neuropati, meningitis, abses otak.¹’²’⁷
2.3.10 Prognosis10
Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9% - 27%. Hal ini berhubungan
dengan lamanya pemberian terapi yang tidak adekuat dan manifestasi klinik
15
berupa sakit kepala dan otalgia, bukan otorea. Otitis eksterna nekrotikan dapat
kambuh kembali setelah satu tahun pengobatan komplit. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Chandler, rata – rata kematian sekitar 50% tanpa
pengobatan. Kematian berkurang sampai 20% dengan ditemukannya
antibiotik yang cocok. Penelitian terbaru melaporkan bahwa angka kematian
turun sampai 10%, tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati
atau adanya komplikasi intrakranial.¹⁰
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna Nekrotikan
atau Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi telinga luar yang
dapat menyebabkan kematian. Infeksi biasanya dimulai dari meatus akustikus
eksterna (MAE) sebagai otitis eksterna akut (OEA) yang tidak ada respon
terhadap terapi. Infeksi menyebar melalui fissura Santorini ke jaringan lunak
dan pembuluh darah sekitarnya sampai ke tulang dasar tengkorak.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Askaroellah A. Otitis Eksterna Maligna In Majalah Kedokteran Nusantara, Vol
39. Medan: Departemen Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Rumah Sakit
Umum Pemerintah Adam Malik Medan; 2006. p. 317-318.
2. Duvvi S., Lo S., Kumar R., Blanshard J. Malignant External Otitis With Multiple
Cranial Nerve Palsies. The Internet Journal of Otorhinolaryngology. 2004
Volume 4 Number 1. [cited 2015 April 24]. Available from:
http://ispub.com/IJORL/4/1/11897
3. Edward Y., Sri Mulyani. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik Tipe
Bahaya.. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. [cited 2015 April 26].
Available from:
http://repository.unand.ac.id/17260/1/Penatalaksanaan_Otitis_Media_Supuratif_K
ronik_Tipe_Bahaya.pdf
4. Efiaty AS, Nurbaid I, Bashiruddin J. Otitis Eksterna In Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher, 6th Edition. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p. 60-63.
5. Guyton, Hall. Indera Pendengaran In Sistem Saraf Indera Khusus Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran, 11th Edition. New York: Elsevier Pte. Ltd; 2008. p. 681-
684.
18
9. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. Otitis Eksterna Maligna In Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Dan Tenggorok Kapita Selekta Kedokteran, 3rd Edition. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001. p. 83-85.
11. Nussebaum B, et al. Externa ear, Malignat external otitis. 2013 December 6
[cited 2015 April 26]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/845525-overview
12. Osguthorpe JD., Nielsen DR. Otitis Externa: Review and Clinical Update. 2006
November 1. [cited 2015 April 23]. Available from:
http://www.aafp.org/afp/2006/1101/p1510.html
19