You are on page 1of 139
Menimbang, Mengingat BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 79 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, bahwa menindaklanjutiketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor I Tahun 2016 tentang Pajak Daerah, Pemerintah Daerah telah menetapkan Peraturan Bupati Garut Nomor 79 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah; bahwa sehubungan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah, Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pedoman Penetapan Nilai Air Tanah, maka Peraturan Bupati Garut sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditinjau kembali dan dilakukan penyesuaian; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah; Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat. (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 10. 11. 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684); Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (Lerabaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 5049); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5879); Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161); Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5950); Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 3 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 147/PMK.07/2010 tentang Badan/atau Perwakilan Lembaga Internasional yang Tidak Dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan; 13, Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK 148/PMK.07/2010 tentang Badan/atau Perwakilan Lembaga Internasional yang Tidak Dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; 14, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 47); 15. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pedoman Perietapan Nilai Perolehan Air Tanah (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 Nomor 15); 16, Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2016 Nomor 1); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 6 Tahun 2016 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2016 Nomor 6); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2016 Nomor 9); MEMUTUSKAN: Menetapkan ; — PERATURAN BUPATI TENTANG KETENTUAN UMUM PAJAK DAERAH. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan 1 2. Daerah Kabupaten adalah Daerah Kabupaten Garut. Pemerintah Daerah Kabupaten adalah Bupati sebagai unsur_penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Bupati adalah Bupati Garut. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten. Camat adalah pemimpin dan koordinator penyelenggaraan _pemerintahan di wilayah kerja Kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dalam wilayah kerja kecamatan. Lurah adalah pemimpin Kelurahan. 10. rT 13, 14. 15. 16. 17. 18. 19, 20. 21 24 25 4 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan emngurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dohormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Badan Pendapatan Daerah yang disingkat menjadi Bapenda adalah instansi Pemerintah Daerah yang melaksanakan pemungutan pajak daerah. Pejabat adalah pegawai negeri sipil yang diberikan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksana adalah pegawai negeri sipil dan/atau pegawai kontrak yang diberikan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Petugas yang ditunjuk adalah pegawai Bank persepsi, pegawai PT. Pos dan Giro, pegawai Alfamart atau Indomaret dan masyarakat yang membuka layanan PPOB. Wilayah Daerah adalah seluruh wilayah daerah Kabupaten Garut. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran vakyat Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepulush) Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan, Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenaikan, menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa. orang atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan/atau dinikmati oleh umum, Keklame megatron adalah reklame digital dengan visual video yang berukuran Giatas 25,1 m* (dua puluh lima koma satu meter persegi). Reklame videotron adalah reklame digital dengan visual video yang berukuran dibawah 25 m? (dua pului lima meter persegi). 26. 27. 28. 29, 30, 31 32 33, 34 36, 37 38, 39) 40, 41 42. 43. 5 Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan taniah Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta dan collocalia linchi. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan disingkat menjadi PBB-P2 adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru atau NJOP pengganti Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan yang selanjutnya disingkat menjadi BPHTB. Perolchan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan /atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan Hak @tas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak bengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang di bidang pertanahan dan bangunan. Perolehan Hak Karena Waris adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan oleh ahli waris dati pewaris, yang berlaku setelah pewaris meninggal dunia pubah Wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus mengenai pemberian hak ‘tas tanah dan/atau bangunan kepada orang pribadi atau badan hula ‘ertentu, yang berlaku setelah pemberi hibah wasiat meningeal dunia. 44. 45, 46. 47 48. 49. 50. 51. 52. 54 55. 56, 87. 6 Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dari orang pribadi atau badan kepada Perseroan ‘Terbatas atau badan hukum lainnya sebagai penyertaan modal pada Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya tersebut. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah pemindahan sebagian hak bersama atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau badan kepada sesama pemegang hak bersama Penunjukan pembeli dalam lelang adalah penetapan pemenang lelang oleh Pejabat Lelang sebagaimana tercantum dalam risalah lelang. Pelaksanaan dari putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap adalah terjadinya peralihan hak dari orang pribadi atau badan hukum sebagai salah satu pihak kepada pihak yang ditentukan dalam putusan hakim tersebut. Penggabungan Usaha adalah penggabungan dari dua badan usaha atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha dan melikuidasi badan usaha lainnya yang menggabung, Peleburan Usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih badan usaha dengan cara mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badan-badan usaha yang bergabung tersebut. Pemekaran Usaha adalah pemisahan suatu badan usaha menjadi dua badan usaha atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa melikuidasi badan usaha yang lama. Hadiah adalah suatu perbuatan hukum berupa penyerahan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan hukum kepada penerima hadiah Pemberian hak baru karena kelanjutan pelepasan hak adalah pemberian hak baru kepada orang pribadi atau badan hukum dari negara atas tanah yang berasal dari pelepasan hak. Pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah pemberian haak baru atas tanah kepada orang pribadi atau badan hukum dari negara atau dari pemegang hak milik menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang pribadi atau badan-badan hukum tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu sebagaimana yang ditentukan oleh perundang-undangan yang berlaku Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajivan yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 58. 59. 60. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 7 Hak milik atas satuan rumah susun adalah hak milik atas satuan yang bersifat perseorangan dan terpisah, yang meliputi juga hak ataas bagian bersama, benda bereama, dan tanah bersama yang semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan satuan yang bersangkutan. Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain berupa perencanaan peruntukan dan penggunaan tanah, penggunaan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan/atau bekerja sama dengan pihak ketiga. ‘Tanah dan/atau bangunan yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan pembanguna guna kepentingan umum adalah tanah dan/atau bangunan yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan baik Pemerintah maupun oleh Pemerintah Daerah dan kegiatan yang semata-mata tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, misalnya tanah dan/atau bangunan yang digunakan untuk instansi Pemerintah, Rumah Sakit Pemerintah, jalan umum Konversi Hak adalah perubahan hak dari hak lama menjadi hak baru menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, termasuk pengakuan hak oleh Pemerintah, Wakaf adalah perbuatan hukum oarang pribadi atau badan yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa hak milik tanah dan/atau bangunan dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau kepentingan umum lainnya tanpa imbalan apapun. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Bupati paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajak yang terutang Tahun Pajak adalah jangka waktu yang Jamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya. Nilai perolehan tidak kena pajak yang disebut Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak disingkat menjadi NPOPTKP. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan ewaiiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan aerah. m1. 72. 73 14. 75, 76. 77. 78. 79. 80. 81 82. 83. 84 8 Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati Surat Tanda Setoran, yang selanjutnya disingkat STS adalah tanda bukti penyetoran pembayaran, Surat Pemberitahuan Penilaian PBB yang selanjutnya disingkat SPbP PBB adalah surat pemberitahuan kepada subjek pajak atau Wajib Pajak mengenai dilakukannya Penilaian PBB. Surat Pemberitahuan Objek Pajak yang selanjutnya disingkat SPOP dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak yang selanjutnya disingkat LSPOP adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Penilai adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Pendapatan Daerah yeng memiliki kemampuan untuk melakukan Penilaian PBB, dan menjabat sebagai Fungsional Penilai PBB atau yang ditetapkan menjadi petugas penilai dengan Keputusan Bupati Garut. ‘Tanda Bukti Pembayaran, adalah tanda bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan SSPD atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang, Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat SPPT adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDK8 adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidalk terutang dan tidak ada kredit pajak Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang, Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda Surat Keputusan Pembetulan adaleh surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN, SKPDLB, STPD, Surat Keputusan Pembetulan atau Surat Keputusan Keberatan. 85. 86. 87. 89. 90. 91 ( (2) 9 Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN, SKPDLB atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap ‘Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. Pembukuan Online adalah suatu sistem aplikasi pencatatan transaksi yang terkoneksi via internet dengan server Bapenda. Pengawasan ialah suatu proses untuk menegaskan bahwa seluruh aktifitas yang terselenggara telah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya dan pengawasan aktif ialah merupakan suatu bentuk pengawasan yang dilaksanakan ditempat kegiatan yang bersangkutan. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ketentuan umum pajak daerah mencakup seluruh rangkaian proses yang harus dilakukan dalam menerima, menatauszhakan dan melaporkan penerimaan pajak daerah, Ketentuan umum pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. sistem pemungutan pajak daerah; b. masa pajak daerah; ¢. jatuh tempo pembayaran pajak daerah; d. pendataan Wajib Pajak daerah; e. pendaftaran Wajib Pajak daerah; {. NPWPD dan NOP; g. perhitungan dan penetapan pajak daerah; h. Penilaian PBB-P2; pembayaran pajak daerah; penagihan pajak daerah; pembukuan, pengawasan, pemeriksaan dan penertiban pajak daerah; (3) (4) (5) (6) (7 8) @) (10) (uy 10 |. permohonan keringanan, pengurangan dan pembebasan pajak daerah, pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administratif; m. permohonan keberatan; n._permohonan banding; ©. pencatatan dan pelaporan realisasi pajak daerah serta pelaporan pembuatan akta atau risalah lelang Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara; p. ketentuan khusus untuk reklame; pemberian penghargaan kepada Kecamatan, Kelurahan dan Desa yang berprestasi dalam pemungutan PBB-P2; r sanksi sosial bagi Wajib Pajak; 8. verifikasi lapangan; dan t.nilai perolehan air tanah. Sistem pemungutan pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hurufa adalah sistem pemungutan official dan self assestment. Masa Pajak Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Bupati ini. Jatuh tempo pembayaran pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah satu tangga’ tertentu yang ditetapkan sebagai batas akhir pembayaran pajak dalam satu masa pajak tertentu, yang akan dijadikan dasar perhitungan denda apabila pembayaran melewati tanggal jatuh tempo tersebut. Pendataan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d daerah adalah pengumpulan fakta yang dipakai untuk keperluan suatu analisa, diskusi, presentasi ilmiah, atau tes statistik prosedur pemilahan dari subjek pajak menjadi Wajib Pajak Pendaftaran Wajib Pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e adalah prosedur pendaftaran calon Wajib Pajak yang berdomisili di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Garut, yang objek pajaknya berada di wilayah Kabupaten Garut. NPWPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f merupakan identitas permanen Wajib Pajak untuk pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dikecualikan pemilikan NPWPD terhadap Reklame non permanen dan BPHTB sedangkan untuk PBB mengunakan NOP. Perhitungan dan penetapan pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf g adalah prosedur perhitungan dan penetapan besaran pajak daerah. Penilaian PBB-P2 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf h terdiri dari Penilaian lapangan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan yang dilakukan dengan peninjauan lapangan atas objek pajak, serta Penilaian kantor yaitu Penilaian PBB yang dilakukan di kantor Badan Pendapatan Daerah tanpa peninjauan lapangan atas objek pajak. Pembayaran pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf i adalah prosedur pembayaran pajak daerah terutang yang dilakukan Wajib Pajak dengan menggunakan SSPD dan STS, (12) 3) (4) (15) (16) a7 (18) (19) (20) (21) ll Penagihan pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf j adalah Prosedur yang dilakukan oleh petugas pajak untuk menagih pajak daerah yang belum dibayar oleh Wajib Pajak setelah jatuh tempo pembayaran. Fembukuan, pengawasan, pemeriksaan dan penertiban pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf k adalah suatu tindakan yang dilakeanakan guns fenvajudnya Ketaatan oleh Wajib Pajak daerah dalam hal pelaporan hingga pembayaran pajak daerah dan terwujudnya tertib administrasi perpajakan daera? Permohonan keringanan, pengurangan dan pembebasan pajak daerah, pembetulan, Pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sankel administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf I adalah prosedur Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf m adalah proseddur Pengajuan keberatan terhadap penetapan SKPD yang diajukan oleh Wajib Pajak daerah Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf n adalah prosedur pengajuan banding terhadap surat keputusan atas keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak daerah Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf o adalah kegiatan atau Froses pendokumentasian realisasi pajak daerah dalam bentuk tulisan. Pencatatan dilakukan secara hardcopy (tulisan) dan softeopy (data digital). Bentuke cataten dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara. Selanjutnya untuk melengkapi Pelmasatan setiap Kegiatan yang dilakukan diakhiri dengan pembuatan laporan Pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang realisast pajak daerah dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan dengan kegiatan pemungutan pajak daerah. Pelaporan pembuatan akta atau risalch lelang porolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan oleh Pejabat Pembuat Akta [aneh/Notaris dan kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara adalah laporan transaksi jual/beli tanah dan/atau bangunan yang digunakan sebagai dasar pengenaan BPHTB yang selanjutnya disampaikan ke pihak Bapenda, Ketentuan khusus untuk reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf p adalah peraturan dan syarat pemasangan reklame ata iklan di media luar Pemberian penghargaan kepada Kecamatan, Kelurahan dan Desa yang berprestasi dalam pemungutan PBB-P2 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf q adalah Sanksi sosial bagi wajib pajak sebagaimana _dimaksud pada ayat (2) hurufr adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Pemerinten, Daerah untuk craunékatkan Kesadaran dan efek jera Wajib Pajak dengan cara penyebaran secara Bapenda, dalam —rangka__menerbitken surat ketetapan —_pajak, menerbitkan/menghapus pajak terutang dan/ata mengukut pengukuhan NPWPD, 6 ' eee neces 12 (22) Nilai perolehan air tanah selanjutnya disingkat NPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf t adalah nilai air tanah yang diambil dan dikenai pajak air tanah, besarnya sama dengan volume air yang diambil dikalikan dengan harga dasar air. BAB IIT KETENTUAN UMUM PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH Bagian Kesatu Sistem Pemungutan Pajak Daerah Pasal 3 (1) Pemungutan pajak daerah menerapkan 2 (dua) sistem yaitu: a. official assessment, dan b. self assessment. (2) Sistem official assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan kepada Bupati melalui pejabat atau petugas pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang Wajib Pajak. (3) Sistem self assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menghitung sendiri besarnya pajak terutang. (3) Sistem official assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai ciri-citi sebagai berikut: a. kewenangan untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Bupati melalui pejabat atau petugas pajak (fiskus); b. Wajib Pajak bersifat pasif; dan © tang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh pejabat atau petugas pajak (fiskus} (5) Sistem self assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. kewenangan untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri; b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang; ©. Pejabat atau petugas pajak (fiskus) melakukan fungsi pengawasan. (6) Pemungutan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b dilarang diborongkan. (7) Semua administrasi pemungutan pajak daerah melalui tempat pelayanan Bapenda (8) Unit kerja yang mempunyai fungsi pengawasan dan pengendalian pada Bapenda memantau, membina, memeriksa dan menertibkan pemungutan pajak daerah. ©) Tata cara pemungutan pajak daerah sebagaimana dimaksud pada ayat () preantum dalam Lampiran 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. () (2) (3) ay (2) 13 Bagian Kedua Pajak Daerah M Pasal 4 Masa pajak daerah diatur sebagai berikut @. masa pajak selama 2 (dua) minggu, ditetapkan untuk masa pajak reklame bagi jenis pajak reklame: baligo non permanen; kain/spanduk/umbul-umbul/banner/sunscreen; selembaran/brosur; Bone poster melekat/stiker; 5. media udara/balon; dan 6. film/slide. b. masa pajak selama 1 (satu) bulan, ditetapkan untuk masa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak parkir dan pajak air tanah; c. masa pajak selama 3 (tiga) bulan, ditetapkan untuk masa pajak reklame bagi jenis pajak reklame: 1, megatron/videotron; 2. billboard /papan; 3. berjalan/kendaraan; 4, wallpainting; dan 5. stiker rombong. d. masa per-setiap kali panen, ditetapkan untuk masa pajak sarang burung walet; . masa pajak PBB-P2 berlaku untuk I (satu) tahun pajak; dan f. masa pajak BPHTB sampai dengan terjadinya peralihan kembali Masa pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dikecualikan untuk katering/jasa boga yang merupakan objek pajak restoran, dan instansi Pemerintah yang melakukan pembelanjaan Larang/jasa yang merupakan objek pajak daerah dengan dana bersumber dari APBN atau APBD, termasuk BUMN/BUMD. Masa pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditentukan per setiap kali kontrak pekerjaan/pemesanan. Bagian Ketiga Jatuh Tempo Pembayaran Pajak Daerah Pasal 5 ‘Tanggal jatuh tempo pembayaran pajak daerah ditetapkan 1 (satu) bulan sejak dari tanggal masa pajak berakhir, Tanggal jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecuatikan untuk jenis pajak reklame, pajak penerangan jalan yang dipungut PT. PLN (persero), BPHTB serta PBB-P2. 8) (4) (5) (6) (6) (7) (Q) 14 ‘Tanggal jatuh tempo pembayaran pajak reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan 7 (tujuh) hari setelah tanggal pendaftaran/pengajuan reklame melalui SPTPD reklame untuk jenis reklame yang disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) hurufa. Tanggal jatuh tempo pembayaran pajak reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan 12 (dua belas) hari setelah tanggal pendaftaran/pengajuan reklame melalui SPTPD reklame untuk jenis reklame yang disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) hurufc. ‘Tanggal jatuh tempo pembayaran pajak penerangan jalan yang dipungut PT. PLN (persero) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan tanggal 25 setiap bulannya, dikecualikan pada bulan desember yaitu pada tanggal 24. Pembayaran BPHTB sebagaimena dimaksud pada ayat (2) saat terutangnya pajak BPHTB ditetapkan untuk: a, jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; b. tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; d. hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; ¢. waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke kantor bidang pertanahan; {. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pangadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap; i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak; j. pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak; k.penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; |. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; m, pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; n. hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; dan ©. Ielang adalah sejak tanggal penunjukkan pemenang lelang, Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (5). Tanggal jatuh tempo pembayaran PBB-P2 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan setiap tanggal | Oktober pada tahun m asa pajak Bagian Keempat Pendataan Wajib Pajak Daerah Pasal 6 Pendataan Wajib Pajak daerah dilaksanakan oleh unit kerja yang mempunyai fungsi pendataan dan penetapan pada Bapenda. (2) (3) (4) (5) (6) (7) (3) (1) (2) (3) (4) (5) 15 Pendataan objek pajak daerah dilakukan terhadap calon Wajib Pajak yang berdomisili di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Garut, yang objek pajaknya berada di wilayah Kabupaten Garut Pendataan objek pajak daerah dilakukan terhadap Wajib Pajak official assessment yang berdomisili di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Garut, yang objek pajaknya berada di wilayah Kabupaten Garut. Pelaksanaan pencatatan/pendataan pengambilan air tanah dan penghitungan perolehan air dilaksanakan oleh Bapenda yang berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Garut yang mempunyai fungsi pengelola sumber daya air, Hasil pencatatan/pendataan pengambilan air tanah dan penghitungan NPA paling lambat tanggal 15 setiap bulannya disampaikan ke Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat yang mempunyai kewenangan dalam energi sumber daya mineral Penetapan dan pelaporan NPA dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat yang mempunyai kewenangan dalam energi sumber daya mineral. Wajib Pajak daerah yang mempunyai objek pajak di wilayah Kabupaten Garut berkewajiban mengisi SPTPD atau SSPD BPHTB serta mengisi SPOP dan LSPOP untuk pendataan PBB-P2 ‘Tata cara pengisian, penerbitan dan penyampaian SPTPD, SPOP, LSPOP serta SSPD BPHTB Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran Il yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini Bagian Kelima Pendaftaran Wajib Pajak Daerah Pasal 7 Pendaftaran Wajib Pajak daerah dilakukan oleh unit kerja yang mempunyai fungsi pendataan dan penetapan pada Bapenda dan Khusus untuk pendaftaran Wajib Pajak PBB-P2 dapat melalui pihak Kecamatan. Calon Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan objek pajaknya, Apabila ketentuan yang dimaksud ayat (2) tidak dilaksanakan maka Bapenda dapat menerbitkan NPWPD bagi calon Wajib Pajak sesuai dengan kewenangan Pendatiaran Wajib Pajak dilakukan terhadap calon Wajib Pajak yang berdomisili di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Garut, yang objek pajaknya berada di wilayah Kabupaten Garut. Pejabat yang dilimpahkan kewenangan dari Kepala Badan untuk menandatangani SPTPD dilakukan oleh Kepala Subbidang Pelayanan dan Keberatan Bidang Pendataan dan Penetapan. Pejabat dan tenaga ahli yang dilimpahkan kewenangan dari Kepala Badan untuk menandatangani SPOP dan LSPOP dilakukan oleh Kepala Subbidang PBB dan SPHTS Bidang Pendataan dan Penetapan serta penilai PBB-P2 Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dilimpahkan kewenangan dari Kepala Badan untuk membantu pendaftaran PBB-P2 dilaksanakan oleh Kecamatan set pendaftar Wajib Pajak. “° = (8) (y 2) (3) (4) (5) it) 16 Tata cara pendaftaran Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Ill yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Bagian Keenam Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah dan Nomor Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 8 NPWPD dan NOP diterbitkan oleh unit kerja yang mempunyai fungsi pendataan dan penetapan pada Bapenda. NPWPD terdiri dari 15 (lima belas) digit dengan ketentuan sebagai berikut: a. digit 1 diisi P untuk Pajak Daerah; b, digit 2 diisi 1 untuk Golongan Wajib Pajak Pribadi atau 2 untuk Golongan Wajib Pajak badan; c. digit 3 diisi Kode tempat tinggal Wajib Pajak, tinggal di area Garut 1 dan tinggal di luar area Garut 2; d. digit 4 dan 5 diisi kode wilayah kecamatan 01 - 42 apabila Wajib Pajak tinggal di area Garut, bila tidak diisi 00; ce. digit 6 s/d 15 diisi Noror Pokok Registrasi NPWPD yang disusun berurutan untuk seluruh Wajib Pajak yang ada. Bagi wajib pajak yang mendaftarkan diri sebelum tahun 2000 atau masih menggunakan NPWPD lama maka akan disesuaikan secara bertahap. NOP PBB terdiri dari 18 (delapan belas) digit angka dengan ketentuan sebagai berikut: a. digit 1 dan 2 diisi angka 3 dan 2 menunjukan lokasi Pulau Jawa dan Provinsi Jawa Barat; b. digit 3dan 4; diisi angka 0 dan 7 menunjukan lokasi Kabupaten Garut; c. digit 5 s/d7 diisi angka kode Kecamatan; d. digit 8 s/d 10 diisi angka kode Desa/Kelurahan; e. digit 11s/d 13: diisi angka kode Blok; f. digit 148/d17 : diisi angka nomor urut Objek Pajak; g. digit 18 : diisi 0 jika data sudah terintegrasi dengan sistem atau diisi 7 jika belum terintegrasi dengan sistem. Tata cara penomoran Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah serta Nomor Objek Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini Bagian Ketujuh Perhitungan dan Penetapan Besaran Pajak Daerah Pasal 9 Pendaltaran, Perhitungan dan Penetapan Besaran Pajak Daerah dilaksanakan unit Kerja yang mempunyai fungsi pendataan dan penetapan pada Bapenda. (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (19) (1) (12) (13) (ay (15) 17 Untuk Wajib Pajak sistem official assessment, perhitungan dan penetapan besaran pajak dilakukan oleh Bupati melalui Pejabat yang ditunjuk yaitu kepada unit kerja yang mempunyai fungsi penetapan pajak daerah pada Bapenda atas dasar laporan omset/volume produksi/data teknis yang disampaikan oleh Wajib Pajak dan dituangkan dalam SKPD dan SPPT PBB-P2. Perhitungan yang dimaksud ayat (2) untuk SPPT PBB-P2 melalui penilaian dengan lua cara yaitu: a. penilaian massal; dan b. penilaian individual. Untuk Wajib Pajak sistem self assessment, perhitungan dan penetapan besaran pajak dilakukan sendiri Adapun jenis pajak yang dipungut berdasarkan ketetapan sistem official assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi a. pajak air tanah; b. pajak reklame; dan ©. pajak bumi dan bangunan sektor perdesaan dan perkotaan Adapun jenis pajak yang dipungut berdasarkan ketetapan sistem self assessment sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi: a. paink hotel: b. pajak restoran; ©. pajak hiburan; «.pajak penerangan jalan; ©. pajak mineral bukan logam dan batuan; f pajak parkir; 8 pajak sarang burung walet; dan h. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Penentuan standar harga untuk perhitungan pajak mineral bukan logam dan batuan yang melalui rekanan Pemerintah, ditetapkan setiap tahun berdasarkan harga pasar yang cantumkan dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Pejabat yang dilimpahkan kewenangan dari Kepala_ Bapenda untuk menandatangani SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN dilakukan oleh Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. Kewenangan _menandatangani SKPDLB dilakukan oleh Kepala Bapenda berdasarkan Surat Keputusan Bupati. Kewenangan menandatangani SPPT PBB-P2 dilakukan oleh Kepala Bapenda NPOPTKP BPHTB satu kali untuk satu Wajib Pajak dalam satu tahun pajak. NPOPTKP BPHTB sebagaimana dimaksud pada ayat (11) berlaku untuk satu kali transaksi BPHTB bukan waris/hibah /wasiat. NPOPTKP untuk transaksi BPHTB wari is/hibah/wasiat dapat dikenakan walaupun pada tahun pajak yang sama pntuk Wansaksi jual beli tanah dan bangunan sebelum tahun 2011 dan/atau Pukan pada tahun ditandatangani akta jual beli maka besaran nilai perhitungan BPHTB berdasarkan harga pasar pada tahun pengajuan BPHTB Apabila harga pasar sebagaimara dimaksud Pada ayat (14) tidak diketahui maka nai perhitungan BPHTB menggunakan NJOP pada tahun pengajuan BPHTB. 18 (16) Pengajuan BPHTB diverifikasi oleh unit kerja yang mempunyai fungsi pendataan dan penetapan pada Bapenda. (17) Tata cara penerbitan serta penyampaian SPPT PBB-P2, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, SKPDN serta penilaian SPPT dan matrik perhitungan hasil nilai sewa Reklame berdasarkan skor NFR, NFJ dan NSP tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Bagian Kedelapan Penilaian PBB-P2 Pa: (1) Penilaian PBB dilaksanakan melalui: 110 a. _penilaian lapangan; atau b. penilaian kantor, 2) Penilaian PBB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap objek pajak berdasarkan SPOP dan LSPOP yang sudah diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani oleh subjek pajak atau Wajib Pajak (3) Penilaian Lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat dilaksanakan terhadap objek pajak dengan kriteria sebagai berikut. a. 2 (dua) tahun atau lebih tidak dilakukan penilaian lapangan; memiliki potensi kenaikan nilai bumi dan/atau bangunan yang. signifikan; dan/atau ©. terdapat indikasi penambahan luas bumi dan/atau bangunan yang signifikan. (4) Penilaian Kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan terhadap objek pajak yang tidak dilakukan penilaian lapangan. Pasal 11 Dalam penilaian lapangan scbagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a, Penilai melakukan hal-hal berikut & mengidentifikasi dan mengumpulkan data melalui peninjauan lapangan objek pajak: b. menganalisis data; © menentukan pendekatan penilaian dan metode penilaian yang sesuai; 4, membuat kertas kerja penilaian PBB; dan € membuat laporan penilaian lapangan. Pasal 12 (} Dalam peninjauan lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, Penilai mengumpulkan data dan informasi terkait: a. karakteristik fisik objek pajak; > legalitas kepemilikan, penguasaan, dan/atau pemanfaatan objek paja lingkungan objek pajak; objek pembanding; dan & Kegiatan usaha subjek pajak atau Wajib Pajak yang terkait dengan objek pajak. 2) (3) (5) (6) fal (8) 19 Data can informasi terkait karakteristik fisik objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a untuk objek pajak: a, bumi, berupa tanah, meliputi data dan informasi mengenai kondisi fisik tanah, antara lain bentuk, ukuran, elevasi, topografi, keadaan permukaan, luasan, dan/atau batas-batas; b, bangunan, antara lain data dan informasi mengenai spesifikasi teknis bangunan, berupa jenis bangunan, jenis konstruksi, jumlah lantai, bentuk dan ukuran, komponen material, komponen fasilitas, dan/atau peralatan penunjang bangunan. Data’ dan informasi terkait legalitas kepemilikan, penguasaan, dan/atau pemanfaatan objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, antara lain a, berupa sertifikat tanah, izin usaha pemanfaatan, dan/atau perjanjian sewa menyewa; b. untuk perairan (offshore), berupa izin dari instansi yang berwenang; dan c. untuk bangunan, berupa Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Data dan informasi terkait lingkungan objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hurufc, antara lain berupa aksesibilitas dan ketersediaan infrastruktur Data dan informasi untuk kegiatan usaha subjek pajak atau Wajib Pajak yang terkait dengan objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e untuk Objek Pajak PBB sektor pedesaan dan perkotaan yang dimanfaatkan, antara lain berupa data dan informasi mengenai hasil produksi, hasil olahan, biaya produksi, harga jual hasil produksi, harga jual hasil olahan, sarana produksi, pengolahan dan distribusi, dan/atau pihak lawan transaksi. Dalam melakukan penilaian lapangan, Penilai berwenang: a, meminta salinan dokumen, melihat dan/atau meminjam dokumen yang berhubungan dengan tujuan Penilaian PBB; b._meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari subjek pajak atau Wajib Pajak, kuasanya, atau yang mewakilinya; dan c. meminta bantuan subjek pajak atau Wajib Pajak, kuasanya, atau yang mowakilinya untuk menyediakan tenaga pendamping dalam rangka peninjauan lapangan Dalam pelaksanaan penilaian lapangan, subjek pajak atau Wajib Pajak berhak a, meminta kepada Penilai untuk memberikan SPbP PBB; b. meminta kepada Penilai untuk memperlihatkan surat tugas Penilaian PBB; dan ¢. meminta kepada Penilai untuk memperlihatkan surat tugas Penilaian PBB perubahan apabila susunan keanggotaan tim Penilai atau Penilai mengalami perubahan, Dalam pelaksanaan Penilaian Lapangan, subjek pajak atau Wajib Pajak wajib: a. memberikan kesempatan kepada Penilai untuk melakukan peninjauan lapangan; memberikan bantuan tenaga pendamping yang dilengkapi dengan surat penugasan, dalam rangka peninjauan lapangan atas permintaan Penilai; memberikan salinan dokumen, memperlihatkan dan/atau meminjamkan dokumen atas permintaan Penilai; dan d. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis serta memberikan data dan/atau keterangan yang diperlukan. 20 Pasal 13 Dalam Penilaian Kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf b, Penilai melakukan hal-hal berikut: a, b c 2) (3) (4) 2) 7) (8) (9) (10) (uy (12) menganalisis data yang telah tersedia di kantor yang berkaitan dengan objek pajak; menentukan pendekatan penilaian dan metode penilaian yang sesuai; membuat kertas kerja penilaian PBB; dan membuat laporan penilaian Kantor. Bagian Kesembilan Pembayaran Pajak Daerah Pasal 14 Pembayaran pajak daerah adalah prosedur pembayaran pajak terutang yang dilakukan Wajib Pajak dengan menggunakan SSPD, SSPD BPHTB, STS, STPD dan/atau fasilitas pembayaran yang disediakan Bank Persepsi. Pejabat dan pelaksana yang dilimpahkan kewenangan dari Kepala Badan untuk menandatangani SSPD ‘dilakukan oleh Kepala Subbidang Pajak Lainnya Bidang Penagihan, Bendahara Penerimaan dan Penagih Pajak. Penandatanganan SSPD oleh Penagih Pajak sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah SSPD yang ditagihkan langsung kepada Wajib Pajak. Pejabat dan pelaksana yang dilimpahkan kewenangan dari Kepala Badan untuk menandatangani SSPD BPHTB dilakukan oleh Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan serta Bendahara Penerimaan dan/atau Petugas yang ditunjuk. Pembayaran pajak daerah dapat dilakukan di Bank Persepsi dan/atau difasilitasi oleh unit kerja yang mempunyai fungsi pelayanan/penaginan pada Bapenda Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus dilakukan secara sekaligus atau lunas kecuali ada permohonan dari Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat mengangsur atau menunda pembayaran pajak setelah permohonannya disetujui oleh Bupati atau Kepala Bapenda melalui Kepala Bidang Penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen} sebulan dari sisa pokok pajak Kepada Wajib Pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran pajak dan dicatat dalam buku penerimaan Pelaksana yang dilimpahkan kewenangan dari Kepala Badan untuk menandatangani tanda bukti pembayaran pajak dilakukan oleh Bendahara Penerimaan dan/atau Petugas yang ditunjuk Surat Tanda Terima Sementara PBB-P2 dapat ditukarkan dengan surat tanda terima setoran dari bank yang dapat diambil di Desa/Kelurahan setempat Pelaksana yang dilimpahkan kewenangan dari Kepala Badan _untuk menandatangani Surat Tanda Terima Sementara PBB-P2 dilakukan oleh Penagih PBB Bapenda dan/atau Kolektor PBB Kecamatan, Desa dan Kelurahan Apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan STPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, pembayaran pajak harus dilunasi paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (13) (14) a) (2) (3) 21 Validasi SSPD BPHTB dilaksanakan oleh unit kerja yang mempunyai fungsi penagihan pada Bapenda. [2a cata pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini Bagian Kesepuluh Penagihan Pajak Daerah Pasal 15 Penagihan pajak daerah dilaksanakan oleh unit kerja yang mempunyai fungsi penagihan pada Bapenda. Apabila pajak daerah yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, Bupati melalui unit kerja yang mempunyai fungsi penagihan pada Bapenda akan melaksanakan tindakan penagihan pajak daerah. Prosedur penagihan yang dimaksud pada ayat (2) adalah sebagai berikut % apabila setelah melaporian SPTPD dan/atau telah terbitnya SKPD, SPPT, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding wajib pajak yang telah melewati jatuh tempo Pembayaran pajak tidak membayar pajak terutang maka akan diterbitkan Sire: Teguran; b. setclah 7 (tujuh) hari penerbitan surat teguran maka dilaksanakan penagihan dengan STPD; © femvata setelah ditagih dengan STPD wajib pajak tidak membayar pajak ferulang maka akan dilaksanakan prosedur penagihan pajak daerah lebih lanjut. Kewenangan menandatangani surat teguran sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf a dilakukan oleh Kepala Bapenda Pejabat yang dilimpahkan kewenangan dari KepalaBapenda untuk Kanandatangani STPD sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf b dilakukan oleh Kepala Subbidang terkait pada Bidang Penagihan. Penagihan pajak terutang dalam STPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Paksa, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dat Putusan Banding yang menyebabkan jumiah pajak yang harus dibayar bertambah [3ta cara penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampivan VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini Bagian Kesebelas Pembukuan, Pengawasan, Pemeriksaan dan Penertiban Pajak Daerah 22 Wajib Pajak yang tidak melaksanakan pembukuan atau pencatatan atau pelaporan pembukuan online dimaksud ayat (1) dan/atau melaporkan omset tidak sesuai ketentuan maka unit yang melaksanakan pengawasan dan pengendalian pajak dacrah dapat melaksanakan pemeriksaan pajak daerah. Walib Pajak wajib mencantumkan jumlah pajak daerah pada setiap tanda bukti pembayaran berupa kwitansi/tiket/dokumen yang dipersamakan yang diberikan kepada masyarakat pengguna/penyewa yang menikmati jasa atau fasilitas yang dimiliki atau dikuasai oleh wajib pajak. Bukti pembayaran berupa kwitansi/tiket/dokumen yang dipersamakan harus sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak yang dilaporkan sebagai lampiran SPTPD dan/atau informasi pembuluan online. Pengawasan, pemeriksaan dan penertiban pajak daerah dilaksanakan oleh Bapenda dan berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait dan instansi diluar Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. Pengawasan pajak daerah dapat dilaksanakan dengan cara secara rutin dan acak melalui &. Uji petik dengan mendata langsung pada objek pajak dengan cara: |. mengirimkan surat pemberitahuan pelaksanaan uji petik kepada wajib pajak, 2. menugaskan fiskus melaksanakan uji petik pada objek pajak dengan jangka waktu tertentu, 3. menyusun laporan hasil uji petik; b. informasi yang didapat melalui pembukuan online; dan ©. kerangka kegiatan lainnya tanpa sepengetahuan dari Wajib Pajak. Pemerikssaan pajak daerah dapat dilaksanakan apabila terdapat laporan dan/atau ada ketidakwajaran hasil pengawasan atau dalam SPTPD dan/atau pembayaran Pajak daerah yang tidak sesuai dengan bukti-bukti yang lainnya Pemeriksaan pajak daerah terbagi pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan. Hasil pemeriksaan akan dilaporkan kepada Kepala Bapenda untuk ditindaklanjuti Renertiban pajak daerah dilaksanakan untuk menertibkan objek pajak daerah yang melanggar ketentuan perpajakan daerah sesuai dengan peraturan perundane- undangan yang berlaku, dengan cara sebagai berikut: ® Wath Pajak diberi_waktu 7 (tujuh) hari untuk menindaklanjut hasil pemeriksaan kepada Bapenda; b menerbitkan surat teguran kepada Wajib Pajak apabila wajib Pajak tidak menindaklanjuti hasil pemeriksaan yang dimaksud huruf a: © setclah 7 (tujuh) hari Bapenda menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Keberatan dan Surat Keputusan Pembetulan; d © memDerikan sanksi sosial apabila dalam 7 (tujuh) hari Wajib Pajak tidak pembayar pajak terutang setelah ditagih dengan STPD yang cimakoud huruf d dan/atau 7 (tujuh) hari setelah diterbitkan Surat Teguran yang dimaksud huruf b; . Pencabutan media reklame bagi objek pajak reklame dan khusus untuk objek reklame yang tidak berizin/tidak membayar pajak/liar langsung ditertibkan tempat; 23 & penagihan dengan surat paksa untuk objek pajak daerah selain pajak reklame dilaksanakan setelah 14 (empat belas) hari dari pengenaan sanksi sosial; h. dikenakan sanksi —administratif —sesuai_ «= dengan_—_peraturan perundang-undangan yang berlaku sampai dengan penutupan objek pajak, setelah 2 (dua) hari penagihan dengan surat paksa; \. melaksanakan penyitaan aset Wajib Pajak sesuai dengan besaran utang pajak dacrah apabila dalam 2 (dua) hari setelah penutupan objek pajak Wajib Pajak tidak melunasi pajak yang terutang; dan j. dapat dikenakan —sanksi_—pidana_—sesuai._~— dengan —_—_peraturan perundang-undangan yang berlaku. (11) Menindaklanjuti yang dimaksud ayat (10) huruf a adalah penandatanganan berita acara hasil pemeriksaan oleh wajib pajak dan/atau pengajuan permohonan keberatan/banding oleh wajib pajak sebelum diterbitkan SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Keberatan dan Surat Keputusan Pembetulan (12) Pelaksanaan sanksi sosial dan penutupan objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (10) hurufe dan huruf i dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (13) Pejabat dan pelaksana yang dilimpahkan kewenangan dari Kepala Badan untuk menandatangani seluruh administrasi pemeriksaan pajak dilakukan oleh Kepala Subbidang Pengawasan dan Pengendalian Bidang Penagihan serta fungsional pengawas dan pemeriksa pajak daerah. Bagian Keduabelas Permohonan Keringanan, Pengurangan dan Pembebasan Pajak Daerah, Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan Atau Pengurangan Sanksi Administratif Pasal 17 (l| Berdasarkan permohonan Wajib Pajak yang ditujukan kepada Bupati melalui Kepala Bapenda dalam hal ini unit kerja yang mempunyai fungsi pelayanan pada Bapenda serta melalui tahapan koordinasi dengan unit kerja yang mempunyai fungsi pengawasan dan pengendalian pada Bapenda, Bupati melalui Kepala Bapenda dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak daerah (2) Permohonan Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pajak Bumi dan angunan sektor Pedesaan dan Perkotaan diajukan ke Bapenda paling lambat tanggal 31 Agustus pada tahun masa pajak {9} Permohonan Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan tidak menunda kewajiban Wajib Pajak untuk membayar pajak terutang kecuali untuk pemohon PBB-P2 (4 Khusus untuk Permohonan Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan PBB-P2 tidak menunda kewajiban membayar pajak terutang apabila melewati batas waktu pelayanan. (5) Pengurangan ketetapan PBB-P2 dapat diberikan kepada & Wiib Pajals orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subyek pajak atau karena sebab-sebab tertentu ainnya; 5. Wajtb Pajak anggota veteran termasuk janda/dudanya; © Wajib’ Pajak pensiunan PNS, TNI, POLRI, BUMN, BUMD, janda/dudanya; termasuk d. obyek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa. 24 Kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subyek pajak atau karena sebab-sebab tertentu lainnya sebagaimana dimaksud ayat (5) huruf a terdiri dari: a, objek berupa lahan pertanian atau perkebunan atau perikanan atau peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang dimiliki dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak orang pribadi; b. objck pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang nilai jualnya meningkat akibat adanya pembangunan atau perkembangan lingkungan c. objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak orang pribadi yang berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi; d. objek pajak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh wajib pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius sepanjang tahun, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin perusahaan. Wajib pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dan huruf c adalah anggota veteran, pensiunan PNS/TNI/POLRI, pensiunan BUMN/BUMD sebagaimana diatur dalam undang-undang. Objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa; sebag: dimaksud ayat (5) huruf d terdiri dari ana a. terkena bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus serta bencana alam lainnya; b. sebab-sebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan, wabah penyakit dan hama tanaman Pengurangan hingga pembebasan pajak sebagaimana dimaksud — ayat (8) berdasarkan penilaian oleh penilai Bapenda yang berkoordinasi dengan instansi teknis lainnya untuk menentukan persentase kerusakan objek pajak Persentase kerusakan sebagaimana dimaksud ayat (9) berbanding lurus dengan persentase pengurangan pajak hingga pembebasan pajak apabila kerusakan hingga 100% (seratus persen), dikecualikan untuk objek pajak yang berubah fungsi dan manfaatnya Objek pajak yang berubah fungsi dan manfaatnya sebagaimana dimaksid ayat (10) yang terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa, dikenakan 100%, (seratus persen) pembebasan pajak untuk 1 (satu) tahun masa pajak. Pengajuan Keringanan, Pengurangan dan Pembebasan Pajak Daerah kolektif dari pihak Desa/Kelurahan harus terlebih dahulu di verifikasi lapangan oleh pihak Kecamatan Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (12) ditandatangani oleh Camat dan tenaga ahli Kecamatan yang ditunjuk Apabila Camat berhalangan lebih dari 2 (dua) minggu maka penandatanganan sebagaimana dimaksua pada ayat (13) dapat dilakukan oleh Pejabat 1 (satu) tingkat dibawah Camat. Pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administratif dilaksanakan oleh unit kerja yang mempunyai fungsi pendataan dan penetapan yang berkoordinasi dengan bidang unit kerja yang mempunyai fungsi penagihan pada Bapenda. . (2) (3) (4) (6) a (8) 25 Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati melalui pejabat yang ditunjuk dapat membetulkan STPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN dan SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang- undangan perpajakan daerah. Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat: a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda, dan kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya; b. mengurangkan atau membatalkan STPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN dan SKPDLB yang tidak benar; cc. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dan (. mengurangkan ketetapanpajak terutang berdasarkan _pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak. Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administratif PBB-P2 paling lambat diajukan ke Bapenda tanggal 31 Agustus pada tahun berjalan. Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administratif tidak menunda kewajiban Wajib Pajak untuk membayar pajak terutang kecuali untuk pemohon PBB-P2 Khusus untuk permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administratif PBB-P2 tidak menunda kewajiban membayar pajak terutang apabila melewati batas waktu pelayanan. Pengajuan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administratif PBB-P2 kolektif dari pihak Desa/Kelurahan harus terlebih dahulu di verifikasi lapangan oleh pihak Kecamatan Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditandatangani oleh Camat dan tenaga ahli Kecamatan yang ditunjuk Apabila Camat berhalangan lebih dari 2 (dua) minggu maka penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat dilakukan oleh Pejabat 1 (satu) tingkat dibawah Camat. ‘Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan Pajak Daerah Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan Atau Pengurangan Sanksi Administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 18 ayat (1) tercantum dalam Lampiran VIIl yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini, Bagian Ketigabelas Permohonan Keberatan Pasal 19 Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk yaitu dalam hal ini unit kerja yang mempunyai fungsi pelayanan pada Bapenda serta melalui tahapan koordinasi dengan unit kerja yang mempunyai fungsi pengawasan dan pengendalian pada Bapenda atas suatu: - a. SPPT; b, SKPD; 26 c. STPD; d. SKPDKB; e. SKPDKBT; f, hasil pemeriksaan pajak daerah; dan % pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan daerah. Keberatan yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keberatan terhadap materi atau isi dari ketetapan dengan membuat perhitungan jumlah yang seharusnya dibayar menurut perhitungan Wajib Pajak Surat keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diajukan terhadap 1 (satu) jenis pajak dalam 1 (satu) tahun masa pajak. Keputusan Bupati dan/atau Kepala Bapenda .atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang, Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban Wajib Pajak untuk membayar kewajibannya kecuali untuk permohonan keberatan PBB-P2. Permohonan keberatan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan paling lambat diajukan ke Bapenda tanggal 31 Agustus pada tahun berjalan. Khusus untuk permohonan keberatan PBB-P2 tidak menunda kewajiban membayar pajak terutang apabila melewati batas waktu pelayanan. Pengajuan keberatan kolektif PBB-P2 dari pihak Desa/Kelurahan harus terlebih dahulu di verifikasi lapangan oleh pihak Kecamatan. Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditandatangani oleh Camat dan tenaga ahli Kecamatan yang ditunjuk. Apabila Camat berhalangan lebih dari 2 (dua) minggu maka penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dapat dilakukan oleh Pejabat 1 (satu) tingkat dibawah Camat, ‘Tata cara permohonan dan penetapan keputusan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini Bagian Keempatbelas Permohonan Banding Pasal 20 Wajib Pajak yang tidak puas atas keputusan pengajuan keberatan yang dikeluarkan oleh Bupati atau Kepala Bapenda memiliki hak untuk mengajukan banding. Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Pajak Daerah. Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak Keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut. Pengajuan permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan putusan banding 27 (5) Tata cara permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 21 () Khusus untuk pengajuan keberatan atau permohonan banding yang mengakibatkan pengembalian/lebih bayar maka harus melalui persetujuan Bupati yang dituangkan dalam Surat Keputusan Bupati, 2) Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat} bulan 8) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB. (4 Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan (5) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan. (6) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100% (seratus persen} dari jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan Bagian Kelimabelas Pencatatan dan Pelaporan Realisasi Pajak Daerah serta Pelaporan Pembuatan Akta atau Risalah Lelang Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris Pasal 22 ()Pencatatan dan pelaporan realisasi Pajak Daerah dilaksanakan oleh unit kerja yang mempunyai fungsi penagihan yang berkoordinasi dengan unit kerja yang mempunyai fungsi akuntansi pada Bapenda. P) Peneatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk setiap transaksi perpajakan. (3) Pelaporan realisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara harian, mingguan, bulanan, dan tahunan {) Bidang Akuntansi merekap kendala dan rekomendasi berdasarkan realisasi pajak daerah dari masing-masing Bidang Bapenda 5) Pejabat dan pelaksana yang dilimpahkan kewenangan dari Kepala Badan untuk Akoardatangani pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh Kepala Bidang Akuntansi, Kepala Subbidang terkait Bidang Akuntansi, Kepala Subbidang terkait Penagihan dan petugas buku pajak Bidang Penagihan (1 Pelaporan pembuatan akta atau risalah lelang perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh pejabat pembuat akta tanah/Notaris dan Camat yang disertai dengan laporan pembayaran BPHTB wajib dilaksanakan 28 (7) Pelaporan pembuatan akta atau risalah lelang perolehan hak atas tanah dan bangunan yang dimaksud pada ayat (6) apabila ada atau tidak adanya transaksi laporan dimaksud tetap disampaikan ke unit kerja yang mempunyai fungsi penagihan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan (8) Tata cara pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Bagian Keenambelas Ketentuan Khusus Untuk Reklame Pasal 23 (1) Pemasangan reklame harus dipasang di tiang pancang yang tersedia dan tidak boleh dipasang sembarang tempat, dan apabila tiang pancang tidak tersedia maka reklame hanya boleh dipasang pada tempat yang diizinkan instansi terkait dan pemasangan reklame dilakukan ditempat yang tidak dilarang menurut ketentuan yang mengatur tentang kebersihan, keindahan dan ketertiban. (2) Apabila Wajib Pajak melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) walaupun media reklame tersebut masih berlaku masa pajaknya tetap akan ditertibkan/dicabut. (3) Pemasangan reklame tidak membahayakan pejalan kaki dan/atau pengguna jalan (4) Dalam hal pemasangan reklame yang dilakukan di halaman/tanah milik atau yang dikuasai pihak lain atau berakibat menghalangi bebas pandang dari rumah/tempat tinggal/tempat usaha pihalk lain, harus mendapat izin terlebih dahulu dari pihak lain dimaksud. 5] Wajib Pajak bersedia bertanggung jawab dan menanggung seluruh biaya korban atau kerusakan pihak lain yang ‘timbul dari kejadian yang tidak diharapkan (kecelakaan dan lain-lain) sebagai akibat pemasangan reklame (6) Wajib Pajak wajib membongkar/menurunkan/menghapus media reklame baik diakukan sendiri atau melalui pihak lain/penyedia jasa setelah masa pajak reklamenya berakhir. (7) Wajib Pajak yang tidak melaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) maka akan dilakukan verifikasi/peninjauan ulang untuk pemasangan selanjutnya (8) Verifikasi/peninjauan lang sebagaimana dimaksud pada ayat (7) adalah pelarangan untuk pemasangan reklame dengan konten/produk dan/atau pihak penyedia jasa yang sama dalam waktu tertentu ©) Untuk media reklame yang telah berakhir masa pajaknya dan belum i tertibkan oleh wajib pajak yang dimaksud pada ayat (6) serta khusus untuk media reklame yang tidak berizin dan tidak membayar pajak daerah maka media reklame dimaksud akan dibongkar/ditertibkan oleh Pemerintah Daerah (10) Apabila dalam waktu 3 (tiga) hari kerja media reklame yang ditertibkan pemerintah daerah tidak diambil pemilik/pemasang reklame, maka media reklame tersebur menjadi milik Pemerintah Daerah. (11) Wajib Pajak tidak akan menuntut ganti rugi kepada pemerintah terhadap fasilitas reklame | dan media reklame yang rusak/hilang sebagai akibat’ das Pembongkaran/penghapusan reklame yang ditertibkan oleh Pemerintah Daerah (12) Khusus bagi reklame jenis tertentu yang menurut ketentuan harus memiliki izin dari instansi berwenang, pemasangan media reklame harus terleiih dahvlu Gilengkapi dengan izin dari instansi yang berwenang dimaksud, 29 Bagian Ketujuhbelas Pemberian Penghargaan Kepada Kecamatan, Kelurahan Dan Desa Yang Berprestasi Dalam Pemungutan PBB-P2 Pasal 24 1) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada Kecamatan yang berprestasi dalam pencapaian target PBB-P2 @) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan pada tahun berikutnya berdasarkan'laporan pencapaian target pada tahun sebelumnya 8) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada Kelurahan dan Desa yang berprestasi dalam. pencapaian target PBB-P2 4) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (3) diberikan pada tahun berjalan berdasarkan hasil verifikasi pencapaian target. 61 Tata cara pemberian penghargaan pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedelapanbelas Sanksi Sosial Bagi Wajib Pajak Pasal 25 ") Sanksi sosial diberikan kepada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya setelah dilaksanakan penagihan dengan STPD, SKPDKB, SKPDKBT (2) Sanksi sosial yang dimaksud pada ayat (1) adalah: fe pemasangan/penempelan stiker pada objek pajak dengan contoh kalimat “Objek Pajak ini tidal: membayar/menunggak pajak daerah”. b. pemasangan spanduk pada objek pajak dengan contoh kalimat “Wajib Pajak ini tidak membayar/menunggak pajak daerah"; & anandai/tato tinta pada objek pajak/tanah dan bangunan dengan contoh kalimat “Pemilik tanah dan bangunan jini tidak membayar/menunggak pajak daerah”. (l. setelah dilaksanakan sanksi sosial sebagaimana dimakud pada huruf a, huruf b dan buruf ¢ maka akan dilakukan dokumentasi yang selanjutnya dapat di publikasikan pada media reklame, elektronik dan cetak (3) Apabila wajib pajak memindahkan/mencabut/menghapus sanksi _sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka dilaksanakan penagihan dengan Surat Paksa sesuai dengan ketentuan Pasal 16 ayat (10) huruf g dan dikessken sanksi administratif sesuai dengan ketentuan Pasal 16 ayat (10) huruf h. H) Selain dikenakan sanksi administratif sebagsimana dimaksud ayat (3) wajib pajak yang melanggar dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Bagian Kesembilanbelas Verifikasi Lapangan Pasal 26 {ll Verifikasi lapangan dapat dilakukan oleh petugas dari Kecamatan, Q) (3) 4) 30 Petugas yang dimaksud pada ayat (1) ditunjuk melalui Surat Keputusan Bupati dan sudah mengikuti bimbingan teknis pajak daerah dari BAPENDA. Petugas yang dimaksud pada ayat (2) membantu BAPENDA dalam memverivikasi objek pajak yang ada di pelosok wilayah Kecamatan petugas ditempatkan Tugas dan koordinasi diatur lebih lanjut dalam SOP bersama. Bagian Keduapuluh Nilai Perolehan Air Tanah Pasal 27 Objek pajak pengusahaan air tanah dan air ikutan/pengeringan (dewatering) dikenakan NPA. Besaran NPA dari air ikutan/pengeringan (dewatering) dihitung berdasarkan volume air yang dikeluarkan untuk proses pengeringan Besaran NPA dihitung dengan mempertimbangkan sebagai atau seluruh faktor-faktor sebagai berikut a. jenis sumber air tanah; b. lokasi sumer air tanah; c. kualitas air tanah; d.tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanal © volume air tanah yang diambil dan/atau dimanfaatkan; dan Ungkat kerusakan lingkunagan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah Faktor-laktor sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diformulasikan untuk penghitungan NPA yang dinyatakan dalam rupiah ke dalam komponen sebagai berikut a. sumber daya alam; dan b. peruntukan dan pengelolaan Komponen sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a meliputi faktor-faktor sebagai berikut: a jenis sumber air tanah; b. lokasi sumber air tanah; dan c. kualitas air tanah. Komponen peruntukan dan pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b meliputi faktor-faktor sebagai berikut. tujuan pengambilan dan/atau: pemanfaatan air tanah; >. volume air tanah yang diambil dan/atau dimanfaatkan, dihitung dalam satuan meter kubuk (m’) yang diperoleh berdasarkan angka meter air, dan © tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau Pemanfaatan air tanah berdasarkan pada zona konfersi air tanah, Volume air tanah yang diambil sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b, dibedakan berdasarkan volume progresif ait tanah yang diambil dan/atau dimanfaatkan per-bulan sebagai berikut: a. Osd. 50m Q) (2) (4) 31 b. 51 s.d. 500 m3; e. 501 s.d. 1000 m9; d. 1001 s.d. 2500 m5 dan @. > 2500 m’. Pasal 28 Faktor jenis sumber air dan lokasi sumber air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) huruf a dan huruf b ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: \ ada sumber air alternatif atau terdapat jaringan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM); dan » tidak terdapat sumber air alternatif yaitu jaringan PDAM Faktor kualitas air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) hurufc ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: a. kualitas air tanah baik; atau b. kualitas air tanah tidak baik. Penentuan kualitas air tanah yang baik atau tidak baik berdasarkan sertifikat hasil pengujian laboratorium air yang terakreditasi. Komponen peruntukan dan pengelolaan air tanah sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (6) dibedakan dalam § (lima) kelompok pengguna air tanah yang ditetapkan dalam bentuk pengusahaan sebagai berikut: a, kelompok 1, merupakan bentuk pengusahaan produk air, meliputi 1, pemasok air baku; 2. perusahaan air minum; 3. industri air minum dalam kemasan; 4. pabrik es Kristal; dan 5. pabrik minum olahan, b. kelompok 2, merupakan bentuk pengusahaan produk bukan air termasuk untuk membantu proses produksi dengan penggunan air dalam jumlah besar, meliputi 1. industri tekstil; pabrik makanan olahan; hotel bintang 3, hotel bintang 4, dan hotel bintang 5; pal YON ik kimia; tempat pengolahan bahan beton (batching plant); industri peternakan, perikanan; saw pabrik kertas; dan 8, industri farmasi ¢. kelompok 3, merupakan bentuk pengusahaan produk bukan air termasuk untuk membantu proses produksi dengan penggunaan air dalam jumlah sedlang, meliputi: 1 hotel bintang 1 dan hotel bintang 2; 2. usaha persewaan jasa kantor; 3. pabrik es skala kecil; (1) (2) 32 agro industry; showroom kenderaan bermotor; dan 6. industri pengolahan logam. d. kelompok 4, merupakan bentuk pengusahaan produk bukan air untuk membantu proses produksi dengan penggunaan air dengan jumlah yang kecil, meliputi 1, losmen/pondokan/penginapan/rumah sew: 2. tempat hiburan; 3. restoran; 4. gudang pendingin; 5. pabrik mesin elektronik; 6. pencucian kendaraan bermotor, 7. kolam renang, water boom; dan 8. jasa pencucian pakaian (laundry) ec. kelompok 5, merupakan bentuk pengusahaan produk bukan Air untuk menunjang kebutuhan pokok, meliputi: 1. usaha kecil skala rumah tangga; w rumah makan; 3. klinik; 4. stasiun pengisian bahan bakar umum; 5. stasiun pengisian bahan bakar gas; 6. stasiun pengisian bahan bakar elpiji; 7. tempat istirahat (rest area); dan 8. rumah sakit. Kelompok pengguna air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berdasarkan tujuan dan besar penggunaan air tanah sebagaimana bahan pendukung, bantu proses atau baku utama Pasal 29 Besarnya harga dasar air ditentukan oleh: a. harga air baku; dan b, faktor nilai air. Harga air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dihitung berdasarkan biaya investasi untuk mendapatkan air tanah dengan volume yang dihasilkan (diproduksi) dalam masa umur ekonomis. Harga air baku disesuaikan dengan bobot komponen penggunaan air tanah sestiai dengan kelompok penggunaan air tanah yang dilakukan dan dihitung secara progresif. Untuk menentukan besarnya faktor nilai air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 avat (1) dilakukan dengan cara memberikan nilai tertentu pada masing-masing komponennya. 33 2) Nilai komponen sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat (5) adalah sebagai berikut: (3) iu) Q) (2) 6) ay 0) | No KRITERIA PERINGKAT | BOROT | 1 air tanah berkualitas baik, ada 4 16 | sumber air alternatif | =f 1 2 | air tanah berkualitas baik, tidak ada 3 9 | | | sumber AIR alternatif 3 Wa lanah berkualitas tidak baik, ada 2 4 i Sumber air alternatif i ia (air tanah berkualitas tidak baik, 1 i | tidak ada sumber air alternatif al eee aaa os komponen Peruntukkan dan Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat (8), peruntukkan dan volume pengambilan yang berikut: memiliki nilai berdasarkan kelompok dihitung secara progresif dengan tabel a vo | Sows recauanan is a | a | suru | | J 1 3,38 5.06 | 2 | Selompok 4 6,75 10,13 15,19 | 13 | Kelompo 3 1128 1688 | 2531 | 4 | Kelompok 2 15,75 23,63 35,44 | 5 | Kelompok 1 20,25 3038 | 45,56 | Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) pengali terhadap persentase komponen peruntukan dan pengelolaan Pasal 31 dipakai sebagai faktor sumber daya alam dan komponen Besarnya faktor nilai air diperoleh dari penjumlahan perkalian bobot komponen sumb " daya alam dengan bobot komponen peruntukan dan pengelolaan Besarnya bobot komponen sumber daya alam dan bobot komponen peruntukan dan pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut: a. sumber daya alam : 60% b. peruntukan dan pengelolaan : 40% Pemerintah Daerah Kabupaten Garut mempertimbangkan unsur perkembangan wilayah pada wilayah metropolitan dan pusat-pusat pertumbuhan dalam Kriteria faktor nilai air tanah. Pasal 32 NPA sebagai dasar pengenaan volume air yang diambil dan dimanfaatkan air pajak air tanah diperoleh dengan cara mengalikan dalam ukuran m' dengan harga dasar Volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan adalah volume air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (8)

You might also like