Professional Documents
Culture Documents
Laporan PKL
Laporan PKL
PENDAHULUAN
Industri farmasi merupakan salah satu tempat bagi profesi apoteker untuk
melakukan pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pengadaan, pengendali
mutu sediaan farmasi, penyimpanan, pendistribusian dan pengembangan obat.
Kemampuan seorang apoteker dalam mengelola industri farmasi merupakan
faktor yang sangat penting untuk keberhasilan industri.
1
Praktek kerja farmasi di industri farmasi menjadi salah satu kebutuhan mahasiswa
calon sarjana. Program studi sarjana farmasi telah bekerja sama dengan PT.
Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) untuk menyelenggarakan praktek kerja farmasi.
Praktek kerja farmasi ini dilaksanakan diharapkan dapat memberikan pengetahuan
praktis kepada mahasiswa calon sarjana tentang pekerjaan kefarmasian di industri
dengan penerapan CPOB.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktek kerja lapangan di industri farmasi, prodi s1 farmasi
Universitas Imelda Medan di Industri Farmasi Medan adalah:
a. Mengetahui dan memahami praktek secara langsung peran, fungsi dan
tanggung jawab farmasi di industri farmasi.
b. Memperoleh wawasan luas dan pengetahuan yang lebih luas, serta memahami
penerapan CPOB di PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA).
c. Mengetahui gambaran tentang situasi dalam kondisi kerja di PT. Mutiara
Mukti Farma (MUTIFA)
1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktek kerja lapangan di Industri Farmasi Medan adalah:
2
Praktek Kerja lapanagn industri farmasi dilaksanakan di PT. Mutiara Mukti
Farma (MUTIFA) jalan Karya Jaya No. 68 Km 8,5 Namorambe Medan, pada
tanggal 1 sampai 31 oktober 2019.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA DAN HASIL PENELITIAN
4
68 Km 8,5 Namorambe. Pada bulan Mei 1994 produksi telah dilaksanakan di
pabrik yang baru dan pada saat ini kegiatan administrasi juga telah dilakukan di
lokasi tersebut. Pada tanggal 27 Juli 1994 PT. MUTIFA diberikan sertifikat
sebagai industri farmasi yang telah memenuhi CPOB.
Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai saat ini adalah tablet, sirup,
salep, bedak dan kapsul sebanyak 114 item. Pendistribusian sediaan yang
diproduksi PT. MUTIFA Medan meliputi wilayah : Provinsi Sumatera Utara,
Riau, Sumatera Selatan, Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Untuk wilayah
Sumatera, obat didistribusikan melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) Mekada
Abadi. Obat-obatan diproduksi berdasarkan sistem skala prioritas, yang
mengutamakan obat yang lebih cepat laku di pasaran. Hal ini tidak berlaku untuk
obat Inpres dan Askes.
2.2 Lokasi
Lokasi PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA) terletak di Jl. Besar Namorambe,
No. 68 RT-31/RW-16 Lingk. VII Pasar – V Desa Sidodadi Kec. Deli Tua Kab.
Deli Serdang. Luas area PT. MUTIFA Medan mempunyai luas area 9600 m 2 dan
luas bangunan 6259 m2.
5
untuk memperoleh izin usaha farmasi diperlukan tahap persetujuan prinsip
(Kemenkes RI, 2010).
6
Tugas dan tanggung jawab QC:
a. Memantau perkembangan semua produk yang diproduksi oleh perusahan
b. Bertanggung jawab untuk memantau, menganalisis, meneliti, menguji suatu
produk.
c. Memverifikasi kualitas produk.
d. Quality control bertanggung jawab memonitor setiap proses yang terlibat
dalam produksi produk.
e. Memastikan kualitas barang produksi sesuai standar.
f. Merekomendasikan pengolahan ulang produk-produk berkualitas rendah.
g. Bertanggung jawab untuk dokumentasi inspeksi dan tes yang dilakukan pada
produk dari sebuah perusahan.
h. Membuat analisis catatan sejarah perangakatdan dokumentasi produk
sebelumnya untuk referensi di masa mendatang.
7
termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian atau pengawasan selama proses,
pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian
penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan
dari spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.
g. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum manager pemastian mutu menyatakan
bahwa tiap batch produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan
yang tercantum dalam izin edar serta peraturan lain yang berkaitan dengan
aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk.
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat
mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar /simpan obat.
i. Tersedia prosedur inspeksi diri atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem pemastian mutu.
j. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi
spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan.
k. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat.
l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada
m. mutu produksi.
n. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui.
o. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi
p. proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
2.6 Personalia
PT. MUTIFA memiliki struktur organisasi di mana departemen produksi, QA
dan QC dipimpin oleh manager yang berbeda serta tidak saling bertanggung
jawab satu dengan yang lain. Manager produksi dan QA merupakan seorang
apoteker yang terdaftar dan memiliki pengalaman praktis yang memadai pada
bidang masing-masing sehingga memiliki keterampilan manajerial untuk
melaksanakan tugas secara profesional. Sedangkan manager QC adalah seorang
sarjana kimia yang berpengalaman dalam bidangnya.(CPOB, 2006).
8
Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, PT. MUTIFA memerlukan
personil yang terampil dan terlatih. Dalam rangka memenuhi persyaratan CPOB,
langkah-langkah yang diambil PT. MUTIFA Medan di bidang personalia adalah
dengan cara mengirim pimpinan atau staf untuk mengikuti pelatihan mengenai
CPOB. Selanjutnya diharapkan pimpinan atau staf tersebut dapat memberikan
bimbingan dan pelatihan tentan CPOB kepada karyawan sehingga kegiatan
perusahaan akan memenuhi ketentuan CPOB.
2.8 produksi
9
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan, sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau
instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Seluruh bahan yang diterima hendaklah
diperiksa untuk memastikan kesesuiannya dengan pemesanan. Bahan awal yang
diterima, produk antara, produk ruahan, produk jadi hendaklah dikarantina segera
setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian dan
distribusi. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara
bersamaan pada ruang kerja yang sama. Selama pengolahan, semua bahan, wadah,
produk ruahan, peralatan atau mesin produksi, ruang kerja yang dipakai hendaklah
diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan
dan nomor batch (Manajemen Industri Farmasi, 2007).
10
Pencemaran silang hendaklah dihindari dengan tindakan teknis atau
pengaturan yang tepat, antara lain:
a. Produksi di dalam gedung yang terpisah diperlukan untukproduk seperti
penisilin, hormon seks, sitostatik, dan produk biologi.
b. Tersedia ruang penyangga udara dan penghisap udara.
c. Memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk yang
beresiko tinggi terhadap pencemaran silang diproses.
d. Melaksanakan prosedur pembersihan dan dekontaminasi yang terbukti efektif.
4. .Pengembalian
Semua bahan awal dan bahan pengemas yang dikembalikan ke gudang
penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan benar.
5. .Pengolahan
11
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum
dipakai. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa
sebelum digunakan. Peralatan hendaklah dinyatakan bersih secara tertulis sebelum
digunakan. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikusi
prosedur yang tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dilaporkan. Semua produk
antara hendaklah diberi label yang benar dan dikarantina sampai diluluskan oleh
bagian pengawasan mutu.
Mesin pencampur, pengayak, pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan
sistem pengendali debu. Tiap mesin hendaklah ditempatkan dalam ruang terpisah.
Parameter operasional yang kritis (misalnya waktu, kecepatan dan suhu) untuk
tiap proses pengeringan hendaklah tercantum dalam dokumen produksi induk, dan
dipantau selama proses berlangsung serta dicatat dalam catatan batch. Tablet yang
diambil dalam ruang pencetak tablet untuk keperluan pengujian tidak boleh
dikembalikan lagi ke dalam batch yang bersangkutan.
6. .Kegiatan pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk
jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua
kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang
diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur
pengemasan induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat dalam
catatan pengemasan batch.
12
memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam prosedur
pengemasan induk.
13
c. Jika ada kegagalan dalam produksi, mendiskusikannya dengan manager QC
dan mencari penyebab serta jalan keluar.
d. Bertanggung jawab agar alat atau mesin untuk keperluan produksi
dikualifikasi atau divalidasi serta dipakai dengan benar.
e. Turut membantu pelaksanaan inspeksi CPOB dan menjaga pelaksanaan serta
pematuhan terhadap peraturan CPOB.
f. Memelihara kebersihan daerah produksi.
Granulasi basah yaitu proses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan tambah cairan pengikat dalam jumlah yang tepat
sehingga terjadi massa lembab yang bisa digranulasi. Granulasi basah digunakan
untuk zat aktif yang tahan terhadap lembab dan panas prinsip dari metode ini
adalah membasahi massa atau campuran zat aktif dan eksipien dengan larutan
pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu
perekat sebagai balasan pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan,
14
penangguhan atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan
ke campuran serbuk atau bisa juga bahan tersebut dimasukan kering kedalam
campuran serbuk dan cairan dimana sukanterpisah. Cairan yang ditambahkan
memiliki peran peran yang cukup penting dimana jembatan cair yang yang
terbentuk diantara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat kapan jumlah
yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler
pagar penting pada awal p[embentukan granul, kjapan cairan sudah ditambahkan
pencampuran melanjutkan sampai tercapai dispersi yang setara dan semua bahan
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka
massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau
berosilasi granulator melanjutkan agar terbentuk granul jadi luas permukaan
meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan
granul di ayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang
digunakandan ukuran tablet yang akan dibuat (CPOB, 2006).
Tahapan dari granulasi basah ini yaitu: campur kering sebuah granulasi
dengan jauh larutan pengikat sebuah pengeringan sebuah campur massa sebuah
istirahat.
Keuntungan metode granulasi basah, yaitu: terima aliran yang baik, kontrol
pelepasan, menghindari lanjut komponen campuran pendistribusi keseragaman
cadangan, dan meningkatkan kecepatan disolusi.
Kerugian dari metode granulasi basah, yaitu: banyak mabuk dalam produksi
yang harus di validasi, biaya cukup tinggi, zat aktif yang tidak tahan lembab dan
panas dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil bisa menggunakan
pelarut non udara.
15
Sirup adalah cairan yang kental dan memiliki kadar gula terlarut yang tinggi,
tetapi hampir tidak memiliki kecenderungan untuk mengendapkan kristal. Secara
umum proses pembuatan sirup dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Sirup bisa dibuat dengan buah asli atau essense perasa atau keduanya.
b. pembuatan sirup harus menggunakan alat-alat yang benar-benar bersih supaya
sirup tidak berjamur. Botol harus steril, kering dan tidak berbau.
c. gunakan gula pasir putih dan bersih.
d. sirup baik harus kental.
e. untuk pembuatan sirup murni tanpa tambahan juice buah asli, sebaiknya
tambahkan glukose syrup, agar sirup tidak mengkristal kembali.
f. setelah agak dingin baru masukan pewarna makanan essense perasa.
16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Mutiara Mukti
Farma (MUTIFA) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Menambah wawasan yang lebih luas mengenai semua kegiatan di industri
farmasi.
b. PT. MUTIFA Medan telah menerapkan ketentuan Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB).
c. PT. MUTIFA memiliki komitmen yang kuat dalam menerapkan CPOB secara
konsisten dan kontiniu dalam semua aspek kegiatan guna mengutamakan
mutu dari produk yang dihasilkan. Mutu obat telah dibentuk mulai dari awal
proses produksi dengan memenuhi persyaratan CPOB, sehingga tidak hanya
ditentukan dengan pengujian produk jadi saja.
3.2 Saran
Beberapa saran yang terkait dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai
berikut:
a. Sebaiknya pada penyimpanan bahan baku digudang diberi pembatas antara
bahan baku cairan dan padatan (serbuk)
b. Sebaiknya pada penyimpanan bahan kemasan di gudang ditata lebih rapi
sehingga mudah mengambil dan mengetahui posisi dari bahan kemasan.
c. Sebaiknya ruangan karantina obat jadi diperbesar supaya tidak terlalu padat.
d. PT. MUTIFA hendaknya mengirim tenaga/staf untuk mengikuti pelatihan
e. CPOB, dan diharapkan dapat memberikan pengarahan maupun pelatihan
kepada karyawan di setiap unit produksi secara berkesinambungan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, C. H (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat UI. Press
Badan POM (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
Badan POM RI (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK 03.1.33.12.12.8915 Tahun 2012 tentang
Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
18