You are on page 1of 9

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : MODEL-MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


KURIKULUM 2013
B. Kegiatan Belajar : Kegiatan Belajar 3 (KB 3)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Peta Konsep
(Beberapa A. MODEL – MODEL PEMBELAJARAN DALAM KURIKULUM 2013
istilah dan Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar
definisi) di
Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi
modul bidang
studi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based
Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model
pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning),
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) dan model
pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).

1) Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)


Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan siswa untuk
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43).
Tujuan dari model pembelajaran Discovery Learning adalah:
 meningkatkan kesempatan peserta didik untuk teribat aktif
dalam pembelajaran;
 membantu peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi
konkritmeupun abstrak;
 membantu peserta didik belajar merumuskan strategi tanya
jawab dan memperoleh informasi yang bermanfaat dalam
menemukan;
 membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang
efektif, saling membagi nformasi serta mendengarkan dan
menggunakan ide-ide orang lain; dan
 meningkatkan keterampilan konsep dan prinsip peserta didik
yang lebih bermakna.
Langkah-langkah Pembelajaran Dscovery Learning
a. Menciptakan stimulus/ rangsangan (Stimulation)
b. Menyiapkan pernyataan masalah (Problem Statement)
c. Mengumpulkan data (Data Collecting)
d. Mengumpulkan data (Data Collecting)
e. Mengolah data (Data Processing)
f. Memverifikasi data (Verrification)
g. Menarik kesimpulan (Generalization)
2) Pendidkan Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL)) adalah
model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti
pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan
pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry
dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question)
dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para
peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan
berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen
secara kolaboratif.
Langkah Pembelajaran
1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek
2) Mendesain perencanaan proyek
3) Menyusun jadwal
4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
5) Menguji hasil
6) Mengevaluasi kegiatan/ pengalaman
Manfaat model pembelajaran project based learning
1) Meningkatkan motivasi belajar, mendorong kemampuan siswa
melakukan pekerjaan penting, artinya mereka perlu dihargai.
2) Mengembangkam kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
berpikir kritis.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan
pengelolaan sumberdaya.
4) Memberikan pengalaman kepada siswa dalam pembelajaran, praktik,
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5) Melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata.
6) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa
maupun guru menikmati proses pembelajaran
3) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan
sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan
nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual)
sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based Learning
(PBL) menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada
rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan
kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau
materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Langkah-langkah Pembelajaran
a) Mengorientasi peserta didik pada masalah
b) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
c) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
e) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
4) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL)
adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi
konstruktivistik. Filosofi ini berasumsi bahwa siswa mampu menyerap
pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang
mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah
jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan (8) komponen yang harus
ditempuh, yaitu:
a. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna;
b. Melakukan pekerjaan yang berarti;
c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri;
d. Bekerja sama;
e. berpikir kritis dan kreatif;
f. membantu individu untuk tumbuh dan berkembang dan;
g. Mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian otentik.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran lebih penting
daripada hasil. Dari konsep tersebut ada tiga (3) hal yang harus dipahami :
1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi.
2. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata
3. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya
dalam kehidupan.
Terdapat lima (5) karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang menggunakan CTL:
a. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan
yang sudah ada (activing knowledge).
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).
Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara deduktif.
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk
dipahami dan diyakini
d. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya
harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik
untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

5) Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning)


Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri
Pertama, pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara
maksimal untuk mencari dan menemukan
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri
1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari
pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir
2. Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses
interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan
guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran
3. Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam
menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya
4. Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat
sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning
how to think),
Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
1. Merumuskan masalah.
2. Mengembangkan hipotesis.
3. Menguji jawaban tentatif
4. Menarik kesimpulan.
5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi.
6) Science, Technology, Engeneering, dan Mathematics (STEM)
Pendekatan STEM merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang
berkembang di Era Revolusi Industri 4.0. STEM merupakan singkatan dari
Science, Technology, Engineering dan Mathematics. Pembelajaran dengan
pendekatan STEM diidentifikasikan sebagai pembelajaran yang
menggabungkan empat disiplin ilmu yaitu Science, Teknologi, Engineering
dan Mathematics dengan memfokuskan proses pembelajaran yang
mengeksplorasi dua atau lebih bidang yang melibatkan siswa aktif dalam
konteks pemecahan masalah dalam dunia nyata (Sanders, 2009); Roberts,
2012); Bybee, 2013). Lebih jauh, Roberts dan Bybee menyatakan bahwa
ke-empat disiplin ilmu yang terintegrasi dalam STEM tersebut harus
menjadi satu kesatuan yang holistik.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan STEM yaitu agar siswa
memiliki literasi sains dan teknologi yang terlihat dari kemampuannya
membaca, menulis, mengamati, dan melakukan sains, serta mampu
mengembangkan kemampuan tersebut untuk diterapkan dalam
menyelesaikan permasalahan kehidupan seharihari terkait bidang ilmu
STEM (Bybee, 2013).
Dalam merancangan pembelajaran dengan pendekatan STEM,
ada beberapa langkah yang haus dilakukan, yaitu:
a. Melakukan analisis Kompetensi Dasar (KD). Analisis KD dimaksudkan
untuk mengidentifikasi KD 3 dan KD 4 yang mengandung muatan STEM
sehingga berpotensi untuk dibelajarkan menggunakan pendekatan STEM.
Hal ini perlu dilakukan karena tidak semua KD mengandung muatan
STEM.
b. Mengidentifikasi topik yang sesuai dengan KD, yaitu topik yang
mengandung muatan STEM sehingga dapat dibelajarkan melalui
pendekatan STEM.
c. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi.
d. Melakukan analisis materi STEM, kemudian mendeskripsikan materi
STEM yang dikandung oleh KD 3 dan KD 4.
Penerapan STEM dalam pembelajaran harus menekankan beberapa
aspek yaitu:
a. Mengajukan pertanyaan dan menjelaskan masalah;
b. Mengembangkan dan menggunakan model;
c. Merancang dan melaksanaan penelitian;
d. Menginterpretasi dan menganalisis data;
e. Menggunakan pemikiran matematika dan komputasi.
Langkah Pemilihan Model Pembelajaran
1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi
dasar dari KI4. Pada keterampilan abstrak dapat dipilih discovery
learning dan problem based learning, sedangkan pada keterampilan
konkret dapat dipilih project based learning.
3. Pemilihan ketiga model tersebut mempertimbangkan sikap yang
dikembangkan, baik sikap religius (KI-1) maupun sikap sosial (KI-2)
B. METODE PEMBELAJARAN
1) Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Sudjana dalam Nur Khasanah, metode mengajar adalah
cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode
pembelajaran juga diarikan sebagai cara kerja yang sistematis
untuk memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau ditentukan
(Iskandarwassid dan Sunendar, 2011: 56).
2) . Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Berbicara tentang jenis-jenis metode pembelajaran, terdapat
perbedaan pendapat di antara para ahli dalam beberapa
literatur yang ada. Muhammad Adnan dalam artikelnya
mengatakan bahwa PAIKEM adalah metode pembelajaran
singkatan dari kata Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan. Dari metode PAIKEM tersebut,
kemudian muncul beberapa jenis metode yang mendukung
konsep tersebut
 Metode Examples non Examples, yaitu metode mengajar yang
menginstruksikan pada para siswa menganalisis gambar
secara berkelompok lalu mendiskusikan hasilnya.
 Metode Picture and Picture, yaitu metode mengajar yang
meminta siswa untuk mengurutkan gambar berseri yang
disusun secara acak, dan sambil mengurutkan siswa diminta
untuk memaparkan alasan pengurutannya
 Metode Numbered Heads Together, yaitu metode yang terdiri
dari tugas yang diberi nomor.
 Metode Cooperative Script, yaitu metode Naskah Kooperatif
yang mengajak peserta didik bekerja berpasangan dan
bergantian untuk menjadi pembicara dan pendengar.
 Metode Jigsaw, yaitu metode pembelajaran yang membagi
siswa ke dalam beberapa tim, dan masing-masing anggota tim
menjadi ahli untuk kemudian membahas sesuatu berdasarkan
keahliannya
 Metode Mind Mapping, yaitu metode pembelajaran dimana
guru memberikan permasalahan kepada siswa, kemudian
siswa membuat peta konsepnya dan mencari solusi atas
permasalahan tersebut

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode


Pembelajaran
a. Tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah faktor
penentu utama dalam memilih metode pembelajaran,
karena dari tujuan inilah bisa diketahui apakah tujuan
pembelajaran bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik;
b. Materi pembelajaran. Materi pembelajaran akan
menentukan metode apa yang akan digunakan untuk
menyampaikan pesan kepada siswa
c. Karakteristik siswa. Salah satu faktor siswa yang harus
dipertimbangkan dalam memilih metode mengajar adalah
usia, tingkat kecerdasan, minat, motivasi, dan kondisi fisik
siswa;
d. Karakteristik Guru. Karakteristik guru yang harus
dipertimbangkan dalam memilih metode mengajar adalah
kondisi fisik dan kompetensi yang dimiliki guru;
e. Media pembelajaran. Faktor media yang harus
dipertimbangkan oleh guru adalah ketersediaan media
pembelajaran yang ada, karena pemilihan metode akan
menentukan pula media apa yang dibutuhkan;
f. Lingkungan. Faktor lingkungan yang harus
dipertimbangkan oleh guru dalam memilih metode
mengajar adalah lingkungan alam, cuaca, dan lingkungan
sosial dimana proses pembelajaran dilakukan
C. TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (TPACK)
TPACK adalah sebuah framework (kerangka kerja) dalam mendesain
model pembelajaran baru bagi guru atau calon guru dengan
menggabungkan tiga aspek utama yaitu teknologi, pedagogi dan
konten/materi pengetahuan.
Selain penggunaan teknologi sebagai media belajar, dalam
framework TPACK, pedagogi adalah aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.
PACK adalah theoretical framework yang merupakan pengembangan
dari Pedagogical Content Knowledge (PCK). Pedagogical Content Knowledge
(PCK) pertama kali digagas oleh Shulman pada tahun 1986. Menurut
Shulman (1986), seorang guru harus menguasai Pedagogical Knowledge
(PK) dan Content Knowledge (CK). Perpaduan PK dan CK tersebut berarti
seorang guru tidak hanya harus menguasai konten/materi tetapi juga
pedagogi dalam menciptakan pembelajaran.
Banyak penelitian tentang Pedagogical Content Knowledge (PCK)
yang telah dilakukan. Dari berbagai penelitian tersebut memberikan
kesimpulan bahwa Pedagogical Content Knowledge (PCK) penting untuk
pengembangan kemampuan profesional guru dan calon guru (Turnuklu
& Yesildere, 2007; Hill, Ball, & Schiling 2008; Anwar, Rustaman, &
Widodo, 2014). Namun seiring perkembangan teknologi yang begitu
pesat dan memasuki era revolusi industry 4.0, maka kemampuan untuk
menguasai teknologi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru
maupun calon guru. Perpaduan kemampuan PCK dan teknologi disebut
Koehler & Mishra (2009) sebagai Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK).

Daftar materi
bidang studi TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (TPACK)
2 yang sulit
(karena belum ada penjelasan secara mendetail )
dipahami pada
modul

Daftar materi
yang sering
1. .......................
mengalami
3 2. .......................
miskonsepsi
3. Dst.
dalam
pembelajaran

You might also like