You are on page 1of 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Departemen Pendidikan Nasional sedang melakukan upaya untuk

memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan yang dirasa belum mampu

mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan

jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan

pengembangan sistem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu

proses interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua

bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa (pelajar) dan kegiatan mengajar

guru (pengajar) guna mencapai tujuan pembelajaran. Terwujudnya sistem iklim

pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak

mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan

bertanggung jawab, memiliki ketrampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam rangka mengembangkan mutu manusia Indonesia mutlak

diperlukan. Hal ini akan terwujud manakala pelaksanaan pembelajaran di kelas

dapat mencerminkan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat bagi para siswa

yang selalu dipelajari dan dipraktekkannya. Prinsip demokratis yang dirumuskan

dalam misi pendidikan tampak terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak

lagi menempatkan bahwa guru sebagai subjek dan pusat sumber belajar
2

sebagaimana pada pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga

ditampakkan pada menyelidiki, terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide,

berpikir keras sampai pada batas kemampuan untuk memecahkan masalah,

menetapkan dan mengikuti standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara baru

dalam memandang persoalan (Nur, 2001). Apabila teknik pembelajaran di dalam

kelas bisa memaksimalkan cara berfikir siswa dengan mengajak/menggiring

kearah dunia nyata maka siswa akan tertantang untuk berlaku kreatif, inovatif,

berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab,

memiliki ketrampilan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang

berkembang saat ini. Dengan kecerdasan siswa tersebut membawa dampak positif

terhadap prestasi akademik maupun non akademik.

Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan

meminimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran

menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih

banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri

pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan. Saat ini proses

pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) masih ada

yang dilakukan dengan cara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah.

Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan

penyampaian tekstual pada mengembangkan kemampuan belajar dan metnbangun

individu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuh kembangkan aspek


3

kemampuan dan aktivitas siswa seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai

yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini guru ingin

memperbaiki keadaan tersebut dengan mencobakan suatu strategi pembelajaran

yang belum pernah dilaksanakan, yaitu pendekatan pembelajaran yang akan

membuat siswa dapat belajar aktif dimana siswa lebih berpartisipasi aktif

sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan dari pada kegiatan

guru da1am mengajar.

Pembelajaran kontekstual menekankan pada menghubungkan mata

pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar mampu

menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Harapan pembelajaran ini dapat

mendorong munculnya lima bentuk aktivitas belajar siswa antara lain; (1) siswa

dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi yang diserap; (2)

siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) siswa dapat menerapkan

konsep dan informasi di depan; (4) siswa dapat mengkoordinasikan konsep dan

informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) siswa dapat menstransfer

konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi, 2002).

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka penulis

melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan kontekstual model kooperatif sebagai

solusinya. Judul yang penulis ajukan adalah: “Penggunaan Pendekatan


4

Kontekstual Model Kooperatif guna Meningkatkan Aktivitas Belajar PPKn

Siswa Kelas VI SDN Glagah II Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Tahun

Pelajaran 2005/2006”.

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

depan, maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut :

“Apakah Penggunaan Pendekatan Kontekstual Model Kooperatif dapat

Meningkatkan Aktivitas Belajar PPKn Siswa Kelas VI SDN Glagah II

Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2005/2006?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: Ingin mengetahui sejauhmana Penggunaan

Pendekatan Kontekstual Model Kooperatif dapat Meningkatkan Aktivitas

Belajar PPKn Siswa Kelas VI SDN Glagah II Kecamatan Glagah Kabupaten

Lamongan Tahun Pelajaran 2005/2006.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak, antara lain :


5

1. Bagi Peneliti

Sebagai sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan

ketrampilan, dan wawasan berpikir kritis guna melatih kemampuan

memahami dan menganalisa masalah-masalah pendidikan secara sistematis

dan konstruktif

2. Bagi Guru

Memberikan masukan kepada guru sebagai bahan pertimbangan dalam

meningkatkan kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi Lembaga/Sekolah

Memberikan masukan kepada Lembaga Sekolah sebagai bahan

pertimbangan mengambil kebijakan-kebijakan dalam rangka meningkatkan

mutu pembelajaran.

4. Bagi Siswa

Memberikan motivasi siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif

untuk meningkatkan prestasi belajar.


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kontekstual Kooperatif

1. Pembelajaran Konstenstual

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran Kontekstual, Contecxtual Teaching and Learning

(CTL) mempunyai pengertian pembelajaran yang membantu guru

menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan

pembelajaran yang memotifasi siswa agar menghubungkan pengetahuan

dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga

dan masyarakat (Kasihani, 2001). Pembelajaran Kontekstual merupakan

suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konsep mata pelajaran

dengan situasi dunia dan memotivasi siswa membuat hubungan antara

pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Nur, 2001). Lebih lanjut Nur

menyebutkan CTL merupakan suatu reaksi terhadap teori yang pada

dasarnya behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama

puluhan tahun. Pendekatan CTL mengakui bahwa pembelajaran

merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase ber1angsung jauh

melampaui drill-oriented dan metodelogi stimulus dan response yang


7

dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada psikologi

behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut, belajar hanya terjadi jika siswa

memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk

akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimi1ikinya.

Pola pembelajaran kontektua1 sangat berbeda dengan

pembelajaran konvensional yang kita kenal selama ini. Beberapa

perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dalam tabel berikut ini :

TABEL I

PERBEDAAN POLA PEMBELAJARAN KONVENSIONAL


DENGAN KONTEKSTUAL

KONVENSIONAL KONTEKSTUAL
1. Menyandarkan kepada 1. Mendasarkan pada memori
hafalan spesial
2. Pemilihan informasi
2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan individu
ditentukan oleh guru siswa
3. Cenderung terfokus pada 3. Cenderung mengintegrasikan
satu bidang (disiplin) tertentu beberapa bidang (disiplin)
4. Memberikan tumpukan 4. Selalu mengaitkan informasi
informasi kepada siswa sampai dengan pengetahnan awal yang
pada saatnya diperlukan telah dimiliki siswa
5. Penilaian basil belajar 5. Menerapkan penilaian
hanya melalui kegiatan berupa autentik melalui penerapan praktis
ujian/ ulangan. dalam pemecahan masalah.

Sumber : Depdikbud; 2002

Orang dapat belajar paling baik dalam konteks, yaitu sesuatu

yang terkait dengan kebutuhannya. Fakta dan keterampilan yang dipelajari

secara terpisah sulit untuk diserap, di samping akan cepat menguap


8

bagaikan asap. Belajar terbaik dapat dilakukan dengan mengerjakan

pekerjaan itu sendiri dalam proses penye1aman ke "dunia nyata" secara

teruss-menerus, menggunakan umpan balik, perenungan, evaluasi, dan

penyelaman kembali (refleksi).

a. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual

1) Kesiapan dan Motivasi

Prinsip kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika dalam

menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap dan mempunyai

motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik. Siap disini bermakna siap

pengetahuan prasyarat, siap mental dan siap fisik. Untuk mengetahui

kesiapan siswa perlu diadakan tes prasyarat.

Selanjutnya, motivasi merupakan dorongan untuk melakukan

atau tidak melakukan sesuatu, termasuk melakukan kegiatan belajar.

Dorongan bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa.

Motivasi juga dapat ditingkatkan dengan memberikan hadiah dan

hukuman (reward and punishment).

2) Penggunaan Alat Pemusat Perhatian

Jika dalam penyampaian pesan digunakan alat pemusat

perhatian, hasil belajar akan meningkat. Terpusatnya mental terhadap

suatu objek memegang peranan penting bagi keberhasilan proses

belajar. Semakin memperhatikan akan semakin berhasil, semakin tidak


9

memperhatikan akan gagal. Meskipun penting, perhatian mempunyai

sifat sulit dikendalikan dalam waktu lama. Karena itu, perlu digunakan

berbagai alat dan teknik untuk mengendalikan atau mengarahkan

perhatian. Alat pengendali perhatian yang paling utama adalah media

seperti gambar, ilustrasi, bagan warna warni, audio, video, penegas

visual, atau penegas verbal. Teknik yang paling dapat digunakan untuk

mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan, sesuatu yang

aneh, mengagetkan, rnenegangkan, lucu, atau humor.

3) Pengulangan

Jika penyampaian pesan pembelajaran diulang-ulang, hasil

belajar akan lebih baik. Pengulangan dilakukan dengan cara dan media

yang sama maupun dengan cara dan media yang berbeda. Perulangan

dapat pula dilakukan dengan memberikan tinjauan selintas awal pada

saat memulai pelajaran dan ringkasan atau kesimpulan pada akhir

pelajaran. Perulangan dapat pula dilakukan dengan jalan menggunakan

kata - kata isyarat tertentu seperti "sekali lagi saya ulang", dan "dengan

kata lain", singkat kata", dan sebagainya.

4) Umpan Balik

Jika dalam penyampaian pesan siswa diberi umpan balik, hasil

belajar akan meningkat. Jika salah diberikan pembetulan (corrective

feedback) dan jika betul diberi konfirmasi atau penguatan


10

(confirmative feedback). Siswa akan menadi mantap jika betul

kemudian dibetulkan. Sebaliknya, siswa akan tahu letak kesalahannya

jika diberi tahu kesalahannya dan dibetulkan. Secara teknis, umpan

balik diberikan dalam bentuk kunci jawaban yang benar.

b. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual

1) Menekankan pada pemecahan masalah/problem. Pengajaran

diawali dengan menyajikan masalah nyata yang relevan dengan

keluarga siswa, pengalaman sekolah, tempat kerja, dan masyarakat

yang menpunyai arti penting bagi siswa. Siswa didorong untuk

berpikir kritis dan sistematis untuk menemukan masalah dan

menggunakan isi materi pembelajaran untuk menyelesaikan masalah.

2) Mengakui bahwa kebutuhan belajar siswa terjadi berbagai

konteks, seperti di rumah, masyarakat, tempat kerja. Pengetahuan yang

diperoleh siswa yang tidak lepas dari mana dan bagaimana siswa

mendapatkan pengetahuan, dan pengetahuannya semakin bertambah

jika mereka mempelajari dari lingkungan yang bervariasi.

3) Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang

mandiri (self regulated-learneds) dengan cara memperkenankan siswa

selalu melakukan uji coba (trial and error), sehingga pada akhirnya

siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses informasi,

memecahkan masalah dan memanfaatkannya.


11

4) Memahami meragaman konteks hidup siswa dan dapat

memanfaatkannya sebagai daya pendorong sekaligus menambah

kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerja sama dan

aktivitas kelompok belajar yang terdiri dari keragaman siswa sehingga

dapat membangun ketrampilan interpersonal, yaitu berpikir melalui

komunikasi dengan orang lain.

5) Guru bertindak sebagai fasilitator, pe1atih, dan pembimbing

akademis dalam mendorong siswa untuk melakukan kerjasama dalam

belajar. Komunitas pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan

sekolah kaitannya dengan suatu usaha untuk bersama-sama

menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan pembelajaran dan

memperkenankan semua orang untuk belajar dari sesamanya.

6) Menggunakan penilaian autentik (Authentic Assessment).

Penilaian autentik tidak hanya mengukur seberapa banyak

pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga dapatkan

siswa menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah

kehidupan nyata meskipun tarafnya sederhana.

c. Evaluasi Pembelajaran Kontekstual

Untuk menentukan apakah pembelajaran kontekstual dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang

beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi penilaian


12

pembelajaran kontekstual yang dapat membangun dan memperluas

pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya, apakah pembelajaran

kontekstual dapat membantu siswa dalam menyelesaikan/memecahkan

persoalan dunia nyata, atau siswa menga1ami peningkatan dalam

mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana

menggunakan pengetahuannya di dalam dan di luar sekolah.

Strategi penilaian dan alat ukurnya dikatakan baik jika ada

kesesuaian dengan tujuan dan dampak nyata (aut come) yang diharapkan

dari materi pelajaran tertentu. Dari tujuan dan out come materi pelajaran,

muncul ragam strategi penilaian yang dapat mengukur prestasi siswa dan

pengetahuan proses di dalam aktivitas pembelajaran (konteks autentik)

salah satu prinsip penilaian pada pembelajaran kontekstual adalah tidak

hanya menilai apa yang diketahui oleh siswa, tetapi juga menilai apa yang

dapat dilakukan oleh siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut

dilakukanlah penilaian autentik (authentic assessment). Strategi penilaian

yang dapat dikategorikan pada penilaian autentik adalah penilaian kinerja

(performance assessment), observasi sistematik, dan portofo1io

(Depdikbud, 2002:25). Penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui

kemampuan dalam menyelesaikan pennasalahan pada snatu konteks

tertentu. Observasi sistematik digunakan untuk mengetahui dampak

aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. Kontekstual merupakan


13

kumpulan dari berbagai ketrampilan, ide, minat, dan keberhasilan siswa

selama jangka waktu tertentu yang wujudnya dapat berupa catatan,

gambar, atau semua hasil pekerjaan siswa yang berwujud fisik. Jika

dibandingkan dengan teknik evaluasi tradisional, strategi evaluasi autentik

yang telah disebutkan di atas merupakan revolusi. Perubahan besar

dilakukan terhadap sasaran evaluasi dan teknik mengevaluasinya. Sasaran

berubah dari mengukur seberapa banyak pengetahuan siswa ke arah

mengukur bagaimana siswa dapat menggunakan pengetahuan

memecahkan persoalan kehidupan nyata. Karena sasaran yang berubah

ini, tekniknya pun berubah dari teknik pencil and paper test ke arah tes

perbuatan dengan teknik utama observasi tindakan.

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana

siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar.

Mereka biasanya dilatih keterampilan-keterampilan spesifik untuk membantu

agar dapat bekerja sama dengan baik, misalnya menjadi pendengar yang baik,

memberi penjelasan yang baik, mengajukan pertanyaan dengan benar, dan

sebagainya. (Wikandari, Sugianto, 1999 : l9).

Beberapa kalimat guru yang mendorong siswa untuk bekerja

kooperatif adalah: Diskusikan dengan teman kalian tugas yang diberikan.

Dengan bekerja sama kalian dapat menyelesaikan tugas dengan baik.


14

Menurut Ibrahim, dkk (2000:7) beberapa ciri pembelajaran yang

menggunakan medel kooperatif diuraikan sebagai berikut :

a. Siswa bekerja dalam kelornpok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,

dan rendah.

c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin yang berbeda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat 6 langkah utama yang dapat

dilakukan guru. Langkah-langkah tersebut digambarkan pada tabel 2.2

TABEL II

LANGKAH-LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

FASE TINGKAH LAKU GURU


Fase l Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
Menyampaikan tujuan dan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa memotivasi siswa belajar
Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
Fase 3 Guru mejelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa caranya membentuk kelompok belajar dan
ke dalam kelompok- membantu setiap kelompok agar melakukan
kelompok belajar transisi secara efisien.

Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok


Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
bekerja dan belajar mereka
15

Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang


Evaluasi materi yng telah dipelajari atau masingmasing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai
Memberi penghargaan balk upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.

Dalam kegiatan pembelajaran faktor waktu dan tempat juga sangat

mempengaruhi. Secara umum pembelajaran kooperatif mengajukan tuntutan

lebih kuat pada sumber daya waktu dari pada model pembelajaran lain

(Ibrahim, dkk, 2000:35). Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lebih

lama bagi siswa untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting dari waktu yang

diperlukan untuk menyajikan ide-ide secara langsung pada siswa. Untuk itu

guru harus dapat merencanakan secara realistik tentang persyaratan waktu

untuk meminimalkan jumlah waktu yang terbuang. Demikian juga pengaturan

ruangan harus dilakukan secara khusus agar kegiatan pembelajaran dapat

berlangsung lebih efisien dan memberi suasana nyaman bagi guru dan siswa.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model

pembelajaran kooperativ. Beberapa variasi pembelajaran kooperativ yang

paling ekstensif dideskripsikan, diantaranya tipe STAD (Student - Team

Achienement Divinisions) Jigsaw, TAI (Team-Assited Individualization),

CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition), Penelitian

Kelompok (Croup Investigation). Penelitian ini menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Untuk selanjutnya disebut model

pembelajaran kooperatif STAD.


16

Dalam pembelajaran kooperatif skor yang dihitung adalah skor

individu dan skor tim. Skor tim didasarkan pada peningkatan skor anggota tim

dibandingkan dengan skor yang lalu mereka sendiri. Kelebihan dari penskoran

ganda ini adalah dapat menampung siswa yang ambisius dalam

menyelesaikan tugas sekaligus siswa yang tidak melakukan pekerjaan yang

seharusnya mereka lakukan. Dengan skor individu dapat terlihat bagaimana

siswa terlibat dalam preses pembelajaran. Sedangkan dengan adanya skor tim

dapat memotivasi siswa yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu

siswa dengan kemapuan kurang agar meningkatkan prestasinya, karena

preindividu sangat menentukan skor tim.

Menurut Slavin dalam Ibrahim dkk, (2000:256) prosedur penskoran

digambarkan dalam tabel di halaman berikut :

TABEL III

LANGKAH PENSKORAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

LANGKAH PERILAKU SISWA

Langkah 1 Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor


Menetapkan skor dasar kuis yang lalu

Langkah 2 Siswa memperoleh poin untuk kuis yang


Menghitung skor kuis berkaitan dengan pelajarn terkini
terkini

Langkah 3 Siswa mendapatkan poin perkembangan yang


Menghitung skor besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini
perkembangan mereka menyamai atau melampaui skor dasar
mereka.
17

TABE1 IV

SKALA PEMBERIAN POIN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

URAIAN POIN

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin


10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin
Lebih dart 10 poin di atas skor dasar 30 poin
Pekerjaan sempurnya (tanpa memperhatikan skor dasar) 30 poin

Skor tim yang diperoleh diumumkan secara tertulis, dan tim yang

mengalami peningkatan, diberi penghargaan atau ganjaran yang sesuai. Hal

ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan mendapat pengakuan

menjadi jelas bagi siswa, dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk

melakukan yang terbaik. Skor tim dihitung dengan menjumlahkan poin

peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan

jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis. Untuk menghitung skor tim, guru

perlu mencatat nilai perkembangan anggota tim pada lembar skor kuis.

B. Aktivitas Belajar

1. Pengertian Aktivitas Belajar

Secara harfiah aktivitas bisa diartikan "keaktifan; kegiatan"

(Depdikbud RI,1995:20). Jadi yang dimaksud aktivitas di sini adalah suatu

keaktifan seseorang dalam melakukan kegiatan sesuai dengan kesibukannya


18

masing-masing. Sedangkan belajar adalah "berusaha memperoleh kepandaian

atau ilmu". (Depdikbud RI,1995:14).

Jadi yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah kegiatan seseorang

yang bertujuan untuk memperoleh ilmu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.

Dengan demikian maka, unsur-unsur yang ada dalam proses belajar

tersebut antara lain:

a. Bahwa belajar itu membawa perubahan dalam arti bertambahnya

ilmu pengetahuan.

b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya

kecakapan baru, berupa pengetahuan keterampilan, sikap, kebiasaan dan

pengertian.

c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja untuk

mengadakan penyesuaian baru terhadap lingkungan.

Dengan demikian yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah suatu

kegiatan seseorang yang mengarah pada penambahan ilmu pengetahuan baru

maupun memperdalam pengetahuan yang telah didapatkannya.

2. Jenis-jenis Belajar

a. Belajar Keterampilan

Belajar keterampilan berkaitan dengan motorik, disebut motorik

sebab unsur kejasmanian (otot atau urat) diikut sertakan dalam proses
19

belajar tersebut. Bagian-bagian badan yang bergerak dilatih dan diurutkan

menurut pola-pola tertentu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

b. Belajar Sikap

Belajar sikap merupakan belajar yang dikendalikan oleh nurani,

kecenderungan menerima atau menolak sesuatu atau seseorang

berdasarkan penilaian terhadap hal-hal atau tindakan orang merupakan

pengalaman berharga untuk belajar sikap.

c. Belajar Kemahiran Intelek

Pada belajar kemahiran intelek ini seseorang dihadapkan pada

belajar persepsi, konsep dan kaidah. Kemampuan bergaul dengan

lingkungan sekitar dan dirinya sendiri secara simbolis, dengan memahami

lambang-lambang, misalnya: kata-kata, gambar, maupun tulisan.

Persepsi adalah hasil mental dari pengamatan, orang mengadakan

diskriminasi anatara benda-benda berdasarkan pengamatan. Melalui

pengamatan seseorang, memperhatikan ciri fisik dari benda yang

dihadapinya.

d. Belajar Informasi Verbal

Pengetahuan yang dimiliki dengan menggunakan bahasa (verbal)

baik bila menggali sumber pengetahuan yaitu memakai bahasa lisan atau

bahasa tulisan maupun bila menyatakan pengetahuan yaitu memakai

tulisan atau pembicaraan.


20

Informasi verbal penting sekali bagi kehidupan manusia, karena

dengan menggunakan informasi verbal berarti dapat berkomunikasi

dengan orang lain, dalam belajar semakin banyak mendapat informasi

verbal maka akan semakin matang dan menguasai ilmu pengetahauan.

e. Belajar Mengatur Aktivitas Intelektual

Belajar mengatur aktivitas intelek-tual adalah suatu kemampuan

untuk mengatur intelektual diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

Orang selalu mempunyai masalah untuk menyelesaikannya perlu

mengadakan pendekatan yang tepat dengan mengatur arus pikiran diri

sendiri. Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengadakan analisa ini

sampai pada pemecahannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

Segala aktivitas yang dilakukan oleh seorang siswa dipengaruhi oleh

beberapa faktor, begitu juga aktivitas belajar yang ada di sekolah maupun di

lingkungan keluarga. Faktor-faktor itu antara lain:

a. Faktor Intern

1) Motivasi

Secara etimologis: kata motivasi berasal dari kata "motif",

diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak

dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas


21

ter tentu demi mencapai suatu tujuan bahkan motivasi dapat diartikan

sebagai suatu kondisi intern (kesiap siagaan). Berawal dari kata

"motif" itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak

yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,

terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan.

(Sardiman AM, 1992:73).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan

penyebab seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.

2) Minat dan Perhatian

Minat adalah "suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh". (Slameto,1991:

182).

Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat

atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar minat seseorang.

Seseorang yang memiliki minat dan perhatian terhadap subjek

tertentu, maka cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih

besar terhadap subjek tertentu.

3) Bakat

Warren's merumuskan bahwa bakat adalah: Sebagai suatu

kondisi atau seperangkat karakteristik mengenai gejala-gejala


22

kemanusiaan setiap individu yang diperoleh dengan latihan atau

pendidikan, pengetahuan, kecakapan, atau seperangkat respon. (Dewa

Ketut Sukardi,1998:55). Seseorang yang mempunyai bakat tertentu

akan bisa berkembang dengan pesat apabila terdapat respon, pelajaran

atau bantuan dari luar.

4) Sikap

Pada umumnya rumusan-rumusan mengenai sikap mempunyai

persamaan unsur, yaitu adanya "kesediaan untuk berespon terhadap

suatu situasai". (Slameto,1991:191).

Rumusan di atas menyatakan bahwa sikap mengandung tiga

komponen, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Sikap selalu

berhubungan dengan objek yang disertai dengan perasaan positif atau

negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap objek yang bernilai

dalam pandangannya, dan ia bersifat negatif terhadap objek yang

dianggap tidak bernilai atau merugi.

b. Faktor Ekstern

Faktor lingkungan ini dibedakan menjadi dua macam, antara lain:

1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan "lembaga tidak formal, yang

di dalamnya terdapat ayah, ibu serta saudara-saudara sebagai keluarga

inti".(Mahfud Shalahuddin,1990:91).
23

Sering dikatakan oleh para psikolog juga para paedagog,

bahwa orang tua merupakan contoh (model) bagi anak. Maka anak

yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang aktif melakukan

kegiatan keagamaan sudah barang tentu sikap dan perilakunya akan

terpengaruh, dan terdorong untuk melakukan kegiatan tersebut.

2) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah hidup

dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri

mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial

dengan batas yang dirumuskan dengan jelas. (Wahyu,MS, 1996:61).

Manusia mulai lahir sampai mati sebagai anggota masyarakat,

mereka saling bergaul dan berinteraksi, karena mempunyai nilai-nilai,

norma, cara-cara dan prosedur yang merupakan kebutuhan bersama.

Cukup banyak pengaruh dari masyarakat yang dapat

menimbulkan aktivitas belajar, terutama  masyarakat yang

berpendidikan sehingga setiap saat dan waktu akan tampak mewarnai

kehidupan masyarakat intelek.


24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Tindakan

Objek tindakan PTK ini adalah tentang Penggunaan Pendekatan

Kontekstual Model Kooperatif guna Meningkatkan Aktivitas Belajar PPKn

Siswa Kelas VI SDN Glagah II Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan Tahun

Pelajaran 2005/2006, observasi awal ditemukan beberapa hal diantaranya:

1. Guru dominan dalam mengajar dan murid kurang mendapat

kesempatan untuk mengungkapkan kemampuan diri;

2. Guru aktif bicara dan murid mendengarkan;

3. Guru mengatur, dan murid diatur;

4. Guru memilihkan, (dan memaksakan pilihannya) murid menuruti;

5. Guru bertindak dan murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai

dengan tindakan gurunya;

6. Guru memilihkan apa yang diajarkan dan murid menyesuaikan diri

dengan pilihan guru;

7. Guru menjadi subyek sebagai pusat segalanya dan murid menjadi

obyek yang ditentukan.


25

B. Setting Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini merupakan PTK kolaboratif, yaitu bersifat praktis

berdasarkan permasalahan riil dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SDN

Glagah II Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan. Subjek pelaku tindakan 1

guru kelas VI. Subjek penerima tindakan adalah 10 siswa kelas VI semester 1

tahun pelajaran 2005/2006. Subjek yang membantu penelitian adalah seorang

Kepala Sekolah.

C. Metode Pengumpulan Data

Moeloeng (1994) berpendapat “data penelitian dikumpulkan melalui

observasi, catatan lapangan, dan reviw. Keabsahan data diperiksa dengan

triangulasi penyidik, yaitu dengan bantuan pengamat lain” (Zainal Aqib,2007:

105).

Pada saat guru kelas VI mengajar, kepala sekolah melakukan pengamatan

mencatat kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan

hasil observasi ini nantinya dianalisis dan direfleksikan sebagai acuan untuk

pembelajaran. Catatan observasi digunakan untuk mengetahui penggunaan

Pendekatan Kontekstual Model Kooperatif guna Meningkatkan Aktivitas

Belajar PPKn.
26

Hasil observasi pada tahap sebelumnya dianalisis kemudian direfleksikan.

Hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersama-sama dijadikan sebagai bahan

acuan untuk melakukan kegiatan selanjutnya agar pembelajaran berikutnya lebih

optimal. Hasil ini dijadikan dasar untuk menyusun tindakan dalam siklus II dan

seterusnya.

D. Metode Analisis Data

Data dianalisa bersama mitra kolaborasi mulai dari penelitian

berlangsung, selama proses refleksi sampai dengan penyusunan laporan. “Teknik

analisis yang digunakan adalah model alur, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan”. (Zainal Aqib,1997:106).

Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data

kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler.

Adapun kegiatan analisis dta dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dengan cara

menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan.

2. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan

pengkategorian dan pengklasifikasian.

3. Menyimpulkan dan verifikasi. Dari kegiatan reduksi

selanjutnya dilakukan penyimpulan akhir.


27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Siklus 1

l. Perencanaan

Perencanaan tindakan meliputi kegiatan menyusun rencana

pembelajaran (RP) atau skenario pembelajaran melalui pendekatan kontekstual

model kooperatif. Sebagai pendamping guru menggunakan lembar kegiatan

siswa (LKS) yang menekankan pada aktivitas mengamati, menganalisis,

menyimpulkan, dan mengkomunikasikannya kepada teman sebaya. Membuat

lembar observasi untuk memantau kegiatan pembelajaran, membuat alat

evaluasi untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa.

2. Pelaksanaan

Pada pelaksanaan tindakan ini, guru mensosialisasikan pembelajaran

PKn Pokok Bahasan Kejujuran melalui pendekatan kontekstual model

kooperatif sebagaimana tergambarkan pada rencana pembelajaran (RP). Saat

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, guru membagi kelas menjadi

beberapa kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 3 sampai 4 siswa

secara heterogin, guru menyajikan/menyampaikan materi pembelajaran, guru

memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan, anggota kelompok yang


28

sudah menguasai diminta menjelaskan pada anggota kelompoknya sampai

anggota dalam kelompok itu mengerti atau memahami, guru berkeliling

membimbing, mengawasi, dan langsung menilai proses pembelajaran terhadap

siswa, sete1ah selesai, lewat juru bicara mempresentasikan hasil pembahasan

di kelompoknya, kelompok lain dapat memberikan tanggapan, guru

memberikan penjelasan (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan

memberikan kesimpulan, pada akhir pertemuan diadakan evaluasi.

3. Observasi

Selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, observasi

dilaksanakan secara kolaborasi oleh dua pengamat, yakni guru Kelas VI dan

Kepala Sekolah dengan menggunakan instrumen yang meliputi: aktivitas siswa

dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kontekstual kooperatif.

a. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan

pembelajaran :

1) Aktivitas Guru

Pengamatan aktivitas guru pada pertemuan pertama

pembelajaran siklus pertama dilakukan selama 2 x 40 menit. Dalam

praktek pembelajaran waktu yang digunakan untuk kegiatan

pembelajaran berlangsung selama 65 menit, dan sisa waktu digunakan

untuk kuis I .
29

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus

pertama ditunjukkan pada tabel berikut :

TABEL V

AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


MODEL KOOPERATIF DI SDN GLAGAH KECAMATAN
GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2005/2006

KEMUNCULAN
NO KATEGORI AKTIVITAS GURU
YA TIDAK
1 Menyampaikan pendahuluan V
2 Menjelaskan materi/mendemonstrasikan
V
keterampilan
3 Memotivasi siswa dalam kelompok
V
kooperatif
4 Memberi latihan terbimbing dalam
V
kelompok kooperatif
5 Memeriksa pemahaman siswa dan
memberikan umpan balik bagi siswa yang
V
bertanya dan mengklarifikasi materi yang
kurang jelas
6 Resitasi/tanya jawab V
7 Membantu siswa melakukan refleksi V

2) Aktivitas Siswa

Indikator aktivitas siswa dirumuskan ada tujuh sub aktivitas

yang diyakini jika ketujuh aktivitas itu muncul secara maksimal,

suasana pembelajaran ideal akan terwujud. Data aktivitas siswa dapat

ditunjukkan pada tabel berikut :


30

TABEL VI

AKTIVITAS SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN


DI SDN GLAGAH KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN
LAMONGAN TAHUN PELAJARAN 2005/2006

KEMUNCULAN
NO KATEGORI AKTIVITAS SISWA
YA KRG TDK
1 Memperhatikan penjelasan guru V
2 Membaca/mengerjakan (buku siswa,
V
LKS, Soal)
3 Bekerja dalam kelompok kooperatif V
4 Mendemonstrasikan kegiatan yang ada
V
dalam LKS
5 Menyajikan hasil pengamatan dalam
V
diskusi kelompok kooperatif
6 Berdiskusi/tanya jawab antara guru dan
V
siswa
7 Merefleksikan materi pelajaran V

b. Data Prestasi Belajar Siswa

Setelah pembelajaran dengan pendekatan Kontekstual Kooperatif

dirasa cukup selanjutnya guru mengadakan tes yang data prestasi siswa

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

TABEL VII

PRESTASI BELAJAR PPKn SISWA KLAS VI SDN GLAGAH


KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2005/2006

NO. NAMA SISWA NILAI

1. Moh. Khoirul Rozikin 60


2. Adik Widyanto Yogo Pratama 79
3. Eva Lutfia Febrianti 64
31

4. Fauzi 75
5. Hendro Rosyidi Setiawan 73
6. Hidayatul Ilma 66
7. Labib Istanda 55
8. Putri Nur Rahmawati 65
9. Selly Agustya Ningrum 74
10. Yanis Sugiana 76
Rata-rata klas 68.7

Dari hasil belajar yang diperoleh sebagaimana tabel di atas dapat

dikatakan belum maksimal, karena dari 10 siswa yang mendapatkan nilai di

bawah 70 sebanyak 5 siswa. Ini berarti dari pembelajarn siklus pertama 5

siswa dinyatakan tuntas belajarnya. Dan 5 siswa belum tuntas apabila

dinyatakan standar nilai terendahnya 70.

Secara klasikal nilai rata-ratanya juga baru mencapai 68,7 jika

minimalnya 70 maka secara klasikal juga bisa dikatakan belum tuntas.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1, diperoleh hasil temuan

sebagai berikut:

a. Siswa kurang aktif memperhatikan penjelasan guru.

b. Guru aktif memeriksa pemahaman siswa dan memberi umpan balik bagi

siswa yang bertanya, dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas.

c. Terdapat kesulitan siswa dalam belajar secara kooperatif sehingga masih

bersikap menonjolkan diri. Karena kurangnya aktivitas guru dalam

mengelola pembelajaran memotivasi dan memberikan latihan bimbingan


32

Siklus 2

1. Perencanaan

Beberapa hal yang direncanakan guru untuk menyelesaikan

permasalahan pada siklus pertama adalah (a) guru berusaha menyampaikan

tujuan pembelajaran dengan lebih variatif, (b) guru berusaha membiasakan

siswa bekerja dalam kelompok kooperatif dan memotivasi siswa untuk bekerja

kooperatif, (c) guru beusaha memberi latihan terbimbing dan lebih banyak

memberi kesemaptan siswa untuk berinisiatif dan menemukan konsep, (d)

guru akan lebih banyak memberi contoh yang aplikasi dengan kehidupan nyata

siswa agar terbiasa bersikap positif, dan (e) guru berusaha menyesuaikan

tingkat kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia.

2. Pelaksanaan

Guru mengawali kegiatan pembelajaran apersepsi berupa pertanyaan

kepada siswa tentang materi minggu yang lalu. Menyampaikan tujuan

pembelajaran, meminta siswa duduk dalam kelompok kooperatif. membagi

LKS dan meminta siswa mengerjakan sambil mengingatkan pentingnya bekerja

kooperatif. Waktu yang mengerjakan LKS kurang lebih 10 menit. Meminta

beberapa siswa mengerjakan hasil kerja kelompoknya di papan tulis,

dilanjutkan diskusi dan tanya jawab. Setelah selesai guru membantu siswa

melakukan refleski. Diakhir pembelajaran guru memberikan kuis.


33

3. Observasi

a. Data hasil pengamatan terhadapaktivitas guru dan siswa dalam kelompok

pembelajaran

1) Aktivitas Guru

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus kedua

ditunjukkan pada tabel berikut :

TABEL VIII

AKTIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


MODEL KOOPERATIF DI SDN GLAGAH KECAMATAN
GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2005/2006

KEMUNCULAN
NO KATEGORI AKTIVITAS GURU
YA TIDAK
1 Menyampaikan pendahuluan V
2 Menjelaskan materi/mendemonstrasikan
V
keterampilan
3 Memotivasi siswa dalam kelompok
V
kooperatif
4 Memberi latihan terbimbing dalam
V
kelompok kooperatif
5 Memeriksa pemahaman siswa dan
memberikan umpan balik bagi siswa yang
V
bertanya dan mengklarifikasi materi yang
kurang jelas
6 Resitasi/tanya jawab V
7 Membantu siswa melakukan refleksi V
34

2) Aktivitas Siswa

Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah disiapkan untuk

mengikuti kegiatan belajar. Hal ini tarnpak antusias siswa dalam

menjawab pertanyaan apersepsi yang dilontarkan guru, juga ketika

siswa diminta untuk melakukan kegiatan praktikum siswa berebut

mengacungkan tangan untuk melakukan praktikum, serta siswa segera

duduk dalam kelompok kooperatifnya ketika guru minta.

TABEL IX

AKTIVITAS SISWA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI


SDN GLAGAH KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN
LAMONGAN TAHUN PELAJARAN 2005/2006

KEMUNCULAN
NO KATEGORI AKTIVITAS SISWA
YA KRG TDK
1 Memperhatikan penjelasan guru V
2 Membaca/mengerjakan (buku siswa,
V
LKS, Soal)
3 Bekerja dalam kelompok kooperatif V
4 Mendemonstrasikan kegiatan yang ada
V
dalam LKS
5 Menyajikan hasil pengamatan dalam
V
diskusi kelompok kooperatif
6 Berdiskusi/tanya jawab antara guru dan
V
siswa
7 Merefleksikan materi pelajaran V

b. Data Prestasi Belajar Siswa

Berikut ini dipaparkan data tentang prestasi belajar siswa pada siklus

kedua.
35

TABEL X

PRESTASI BELAJAR PPKn SISWA KLAS VI SDN GLAGAH


KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2005/2006

NO. NAMA SISWA NILAI

1. Moh. Khoirul Rozikin 72


2. Adik Widyanto Yogo Pratama 81
3. Eva Lutfia Febrianti 78
4. Fauzi 75
5. Hendro Rosyidi Setiawan 73
6. Hidayatul Ilma 68
7. Labib Istanda 65
8. Putri Nur Rahmawati 69
9. Selly Agustya Ningrum 74
10. Yanis Sugiana 76
Rata-rata klas 73.1

Dari hasil belajar yang diperoleh sebagaimana tabel di atas dapat

cukup baik, karena dari 10 siswa yang mendapatkan nilai di bawah 70

sebanyak 3 siswa. Ini berarti dari pembelajarn siklus kedua 7 siswa

dinyatakan tuntas belajarnya. Dan 3 siswa belum tuntas.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 2 menunjukkan kemajuan

dengan temuan adanya peningkatan aktivitas guru da1am membimbing

kelompok belajar untuk memotivasi siswa agar mereka dapat bekerja secara

kooperatif dengan teman sekelompoknya. Hal ini berarti suasana diskusi dalam

kelompok kooperatif lebih hidup dan arus diskusi menyebar, tidak tampak

siswa yang ingin menonjolkan diri. Namun pada siklus ini masih terdapat
36

kekurangannya yaitu keberanian siswa dalam mempresentasikan basil diskusi.

Pada siklus II ini juga terjadi kenaikan prestasi belajar siswa, dimana rata-rata

klas untuk siklus I sebesar 68,7 menjadi 73,1 pada siklus II.

B. Pembahasan

Pada siklus l, aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran

adalah menyampaikan pendahuluan, di dalamnya terdapat beberapa sub aktivitas

operasional, yaitu (a) identifikasi kemampuan awal siswa, (b) pemberian

apersepsi, (c) menyampaikan tujuan pembelajaran, dan (d) penjelasan tahapan

kerja untuk tatap muka pada pertemuan itu.

Siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKS) dengan cara

berkelompok, dengan kemampuan yang berbeda. Yang menjadi kendala dalam

pembentukan kelompok adalah pada saat siswa diminta duduk dalam kelompok

kooperatif, siswa masih kebingungan duduk di bangkunya dan beberapa siswa

lupa dengan nama-nama anggota kelompoknya, sehingga bertanya kepada guru.

Hasil dari lembar kegiatan siswa (LKS) disajikan oleh beberapa

kelompok. Beberapa siswa secara bergantian menuliskan hasil pengamatannya,

dan siswa kelompok lain menanggapi. Kegiatan ini berlangsung dalam keadaan

siswa dan guru sangat antusias. Banyak siswa aktif da1am kegiatan tanya jawab,

bahkan beberapa siswa tetap ingin memberikan pendapatnya meskipun jawaban

tersebut ternyata sama dengan kelompok sebelumnya Hanya kelemahannya


37

keaktifan siswa tersebut masih tampak menonjolkan diri sendiri dan bukan

mewakili kelompoknya. Ini dipengaruhi oleh kurangnya guru dalam memotivasi

siswa untuk bekerja kooperatif dan kurangnya guru memberi latihan terbirnbing

dalarn kelompok kooperatif.

Di akhir pembelajaran, guru memberi kuis untuk mengukur prestasi

belajar siswa. Nilai yang diperoleh siswa masih belum maksimal, karena dari 12

siswa yang mendapatkan nilai di bawah 70 sebanyak 5 siswa. Ini berarti dari

pembelajarn siklus pertama 5 siswa dinyatakan tuntas belajarnya. Dan 5 siswa

belum tuntas.

Pada siklus 2, aktivitas guru yang menonjol dalam kegiatan pembelajaran

adalah menyampaikan pendahuluan, di dalamnya terdapat sub aktivitas

operasional seperti yang sudah dibahas pada siklus pertama. Tujuan pembelajaran

yang disampaikan guru masih belum menunjukkan peningkatan dari siklus

pertama. Langkah guru memberi persepsi sesuai ciri pembelajaran kontekstual,

yaitu mengaitkan informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa.

Aktivitas dominan guru yang lain adalah memeriksa pemahaman siswa

dan memberi umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasi materi

yang kurang jelas. Guru berusaha agar contoh yang diberikan termasuk dalam

konteks yang digunakan siswa dan dapat mengembangkan sikap positif siswa.

Terdapat peningkatan aktivitas guru memotivasi siswa dalam kelompok

kooperatifdan memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif.


38

Sejalan dengan kegiatan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah

siswa aktif menyajikan hasil pengamatan pada kelompok kooperatif. Dalam hal

ini masih terdapat kelemahan, yaitu keberanian siswa dalam mempresentasikan

hasil diskusi kelompok kooperatif di depan kelas. Hanya 2 kelompok yang tampil,

rata-rata masih menunjukkan sikap ragu-ragu, khawatir salah. Cara melaporkan

hasil kerja kelompoknya masih kruang jelas.

Di akhir pembelajaran, guru memberikan tes untuk mengukur prestasi

belajar siswa. Hasil tes pada siklus 2 terdapat peningkatan dari 10 siswa yang

mendapatkan nilai di bawah 70 sebanyak 7 siswa. Ini berarti dari pembelajarn

siklus kedua 7 siswa dinyatakan tuntas belajarnya. Dan 3 siswa belum tuntas.

Secara klasikal nilai rata-rata untuk siklus II ini ada kenaikan yang semula

68,7 menjadi 73,1.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa dengan

pendekatan pembelajaran Kontekstual Kooperatif ternyata aktivitas belajar

semakin tinggi dan berimbas pada hasil belajar siswa semakin meningkat.
39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Aktivitas belajar siswa dapat

ditingkatkan melalui pendekatan kontekstual model kooperatif dalam

pembelajaran PPKn Kelas VI pada Pokok Bahasan Kejujuran semester 1

tahun pelajaran 2005/2006 SDN Glagah II Kecamatan Glagah Kabupaten

Lamongan. Hal ini ditunjukkan adanya kualifikasi siswa dalam belajar secara

kelompok, pada siklus II antusias siswa ditunjukkan dalam Memperhatikan

penjelasan guru, Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal), Bekerja

dalam kelompok kooperatif, Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam

LKS, Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif,

Berdiskusi/tanya jawab antara guru dan siswa, dan Merefleksikan materi

pelajaran. Walaupun pada awal (siklus 1) banyak kendala yang dihadapi siswa

sehingga hasil pengamatan menunjukkan aktivitas yang kurang maksimal.

2. Peningkatan aktivitas belajar melalui

pendekatan kontekstual model kooperatif dalam pembelajaran PPKn Kelas VI

pada Pokok Bahasan Kejujuran semester 1 tahun pelajaran 2005/2006 SDN


40

Glagah II Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatkan

ketuntasan belajar siswa. Pada siklus I yang tuntas belajar sebanyak 4 siswa

sedang siklus II yang tuntas sebanyak 7 siswa.

B. Saran-saran

1. Guru

Kepada para guru hendaknya menggunakan pendekatan pembelajaran

yang variatif sebagai alternatif tindakan dalam mengatasi kesulitan dalam

pembelajaran PPKn agar siswa merasa nyaman mengikuti pembelajaran

sehingga berimbas pada peningkatan prestasi belajar.

2. Siswa

Kepada para siswa hendaknya mengikuti pembelajaran dengan aktif

sebagaimana dianjurkan oleh guru, agar pelaksanaan pembelajaran di kelas

bisa lancar dan hasilnya maksimal.

3. Lembaga Sekolah

Kepada lembaga sekolah diharapkan memberikan pembekalan dan

anjuran kepada para guru untuk selalu menggunakan multi pendekatan dalam

pembelajaran agar siswa tidak bosan mengikuti pelajaran dengan harapan

prestasinya bisa optimal.


41

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis


Sekolah : Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta :
Depdiknas.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas


Negeri Surabaya

Kasihani dan Astini, Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Bahasa
Inggris Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MA
dari Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001.

Nurhadi, 2002. Pendekatam Kontekstual. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan


Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.

Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan pernbelajaran Kontekstual. Makalah pada


Pelalihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam Propinsi. Di
Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001
42

Lampiran: 1

LEMBAR OBSERVASI PARTISIPAN TENTANG AKTIVITAS GURU


DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEMUNCULAN
NO KATEGORI AKTIVITAS GURU
YA TIDAK

1 Menyampaikan pendahuluan

2 Menjelaskan materi/mendemonstrasikan
keterampilan

3 Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif

4 Memberi latihan terbimbing dalam kelompok


kooperatif

5 Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan


umpan balik bagi siswa yang bertanya dan
mengklarifikasi materi yang kurang jelas

6 Resitasi/tanya jawab

7 Membantu siswa melakukan refleksi


43

Lampiran: 2

LEMBAR OBSERVASI GURU TENTANG AKTIVITAS SISWA


DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN

KEMUNCULAN
NO KATEGORI AKTIVITAS SISWA
YA KRG TDK

1 Memperhatikan penjelasan guru

2 Membaca/mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)

3 Bekerja dalam kelompok kooperatif

4 Mendemonstrasikan kegiatan yang ada dalam


LKS

5 Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi


kelompok kooperatif

6 Berdiskusi/tanya jawab antara guru dan siswa

7 Merefleksikan materi pelajaran


44

Lampiran: 3a
EVALUASI I

Mata Pelajaran : PPKn


Kelas/Semester : VI/I
Materi : Keindahan

Pilihlah jawaban yang paling benar!


1. Tuhan menciptakan manusia dengan penuh keindahan,
kita harus ...
a. memuji b. Bersyukur c. biasa saja d. berdo’a

2. Rasa keindahan pada diri manusia menyebabkan


manusia menjadi ...
a. Berkreatifitas b. Bermalasan c. Sombong d. Berdiam diri

3. Bentuk tulisan Toni jelek, sebaiknya sikap kita


adalah ...
a. memarahinya b. Memujinya c. Menasehati d.Membiarkannya

4. Tuhan menciptakan bumi seisinya dengan penuh


keindahan, sebaiknya kita ...
a. Mensyukurinya b. Membiarkannya c. Melihatnya d. Menerimanya

5. Kewajiban manusia atas ciptaan Tuhan yang begitu


indah adalah ...
a. Merusaknya b. Mencelanya c. Menikmatinya d.Membiarkannya

6. Cara menghargai hasil karya teman adalah ...


a. Meniru hasil karyanya c. Menjadikan pajangan kelas
b. Memberikan ucapan selamat d. meminta hasil karyanya

7. Penghijauan teman sekolah termasuk usaha ...


a. Memanfaatkan lingkungan c. Merusak lingkungan
b. memastikan lingkungan d. Melestarikan lingkungan

8. Contoh cara memelihara kelestarian lingkungan hidup


adalah ...
a. Penggundulan hutan c. Penebangan sembarangan
b. Penghijauan hutan d. Penebangan liar
45

9. Sekolah adalah sarana umum. Oleh karena itu perilaku


kita harus ...
a. Mengatur halaman sekolah c. Mengecat dengan kemauan sendiri
b. Merancang bangunan sekolah d. Menjaga dan memeliharanya

10. Ketika sedang menikmati pameran lukisan. Sikap kita


sebaiknya ...
a. menghargai lukisan c. Mencorat-coret lukisan
b. Mencela lukisan d. Membawa pulang
Lampiran: 3b

KUNCI JAWABAN

EVALUASI I

Mata Pelajaran : PPKn


Kelas/Semester : VI/I
Materi : Keindahan

1. b 2. a 3. c 4. a 5. c

6. b 7. d 8. b 9. d 10. a
46

Lampiran: 4a
EVALUASI II

Mata Pelajaran : PPKn


Kelas/Semester : VI/I
Materi : Keindahan

Isilah titik-titik di bawah ini dengan benar !

1. Kita mencintai Indonesia karena alam Indonesia memiliki


pemandangan yang …
2. Agar kekayaan alam Indonesia tidak punah, sikap yang
seharusnya kita lakukan adalah …
3. Dengan keindahan alam dapat membuat manusia dalam
hidupnya semakin ...
4. Hutan yang ditebangi secara liar mengakibatkan ...
5. Candi Borobudur sangat terkenal di seluruh dunia
karena ...
6. Yang bertanggung jawab terhadap kelestarian alam
adalah ...
7. Rasa keindahan pada manusia dapat menghasilkan ...
8. Menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan adalah ...
9. Udara di pegunungan lebih bersih dari pada di perkotaan
karena ...
10. Penghargaan yang diberikan pemerintah pada warga yang
berhasil melestarikan lingkungan adalah ...
47

Lampiran: 4b

KUNCI JAWABAN

EVALUASI II

Mata Pelajaran : PPKn


Kelas/Semester : VI/I
Materi : Keindahan

1. indah

2. menjaga dan melestarikannya

3. tenang dan tentram

4. tanah longsor

5. kecantikan dan keindahan

6. seluruh warga masyarakat

7. daya cipta yang tinggi

8. ibadah

9. belum kena polusi

10. kalpataru

You might also like