Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH-kelompok 3 Strategi
MAKALAH-kelompok 3 Strategi
KELAS : A
2022
BAB I
Pendahuluan
Latar belakang
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan
yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan
untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu
menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan
belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga
merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu
bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang dapat
digunakan oleh pendidik. Model-model pembelajaran sosial merupakan pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh
(student center) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan,
peserta dapat melatih kemandirian, peserta didik dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.
Dalam proses pembelajaran, guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah,
baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan sosial.
Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas,
tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri. Konsep yang dipakai sebagai
upaya pemecahan permasalahan itulah yang dimaksud dengan model pembelajaran. Model
Pembelajaran adalah an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific
learning outcomes.
4. Dengan demikian siswa dalam proses belajar akan memasuki nuansa sebenarnya dimana
problem sosial yang mungkin saja dihadapinya setiap hari. Dalam proses pembelajaran itu siswa
mencoba mengatasi sendiri permasalahan-permasalahannya dengan baik. Satu sisi dari
eksistensi manusia itu adalah sebagai makhluk sosial, maka menjadi sangat penting bila anak-
anak itu diajarkan sedini mungkin pada pola kehidupan sosial. Bahkan Elizabeth B. Hurlock
mengungkapkan bahwa “ karena pola perilaku sosial atau perilaku yang tidak sosial dibina pada
masa kanak-kanak awal atau masa pembentukan, maka pengalaman sosial itu sangat
menentukan kepribadian setelah anak menjadi dewasa”.
5. Untuk itu model pembelajaran sosial ini menitik beratkan terhadap tingkah laku anak pada
peran, simulasi dan tanggap serta dapat mengatasi problem-problem sosial yang dialami anak
dengan baik. Untuk lebih jelas tentang apa sajakah yang tergolong dalam model pembelajaran
sosial ini, penulis akan merujuk pada konsep Hamzah B. Uno dalam bukunya model
pembelajaran, beliau membaginya menjadi 3 model pembelajaran sosial, yaitu (1) model
pembelajaran bermain peran, (2) model pembelajaran simulasi sosial dan (3) model
pembelajaran telaah kajian yurisprudensi.[6] Ketiga model inilah yang akan di bahas dalam
makalah ini.
Rumusan Masalah
Dari uraian pendahuluan di atas, maka makalah tentang model pembelajaran sosial ini akan
membahas tentang hal-hal sebagai berikut:
PEMBAHASAN
1. Model pembelajaran bermain peran (role playing) merupakan salah satu model
pembelajaran sosial, yaitu suatu model pembelajaran dengan menugaskan siswa untuk
memerankan suatu tokoh yang ada dalam materi atau peristiwa yang diungkapkan dalam
bentuk cerita sederhana.
Prosedur Pembelajaran proses simulasi tergantung pada peran guru/fasilitator. Ada empat
prinsip yang harus dipegang oleh fasilitator/guru. Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan
simulasi, pemain harus benar- benar memahimi aturan mainnya, oleh karena itu sebelum
permainan dimulai, guru/ fasilitator harus menjelaskan tentang aturan permainan dalam
simulasi. Kedua adalah mengawasi (refeereing). Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu
dengan aturan dan prosedur permainan tertentu. Oleh karena itu, fasilitator harus mengawasi
jalannya permainan agar dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. Ketiga adalah melatih
(Coaching). Dalam simulasi, pemain akan melakukan kesalahan. Oleh karena itu, fasilitator
harus memberikan bimbingan, saran dan petunjuk agar pemain tidak mengulangi kesalahan
yang sama. Keempat adalah diskusi. Dalam simulasi, refleksi menjadi bagian yang penting. Oleh
karena itu, setelah simulasi selesai, fasilitator harus mendiskusikan beberapa hal antara lain:
kesulitan- kesulitan, hikmah yang bisa diambil, bagaimana memperbaiki kekurangan simulasi
dan sebagainya.
Model ini dirancang untuk siswa dalam studi sosial dan menyiratkan metode kasus sebuah
studi, mengingatkan pendidikan hukum. Studi kasus yang melibatkan masalah sosial di daerah-
daerah di mana kebijakan publik harus dilakukan (keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan
kekuasaan dll) Mereka dituntun untuk mengidentifikasi kebijakan publik isu-isu serta pilihan
yang tersedia untuk berhubungan dengan mereka dan nilai-nilai yang mendasari orang-orang
pilihan. Model ini dapat digunakan di daerah manapun di mana ada isu-isu kebijakan publik,
karena etika misalnya dalam ilmu pengetahuan, bisnis dan olahraga dan lain-lain.
Model ini didasarkan pada konsepsi masyarakat di mana orang berbeda pandangan dan
prioritas dan nilai-nilai sosial yang sah bertentangan satu dengan lainnya. Menyelesaikan
kompleks, isu-isu kontroversial dalam konteks tatanan sosial yang produktif membutuhkan
warga negara yang dapat berbicara satu sama lain dan berhasil bernegosiasi tentang perbedaan
mereka.permasalahan daerah umum, masalah ras dan etnis, konflik keagamaan dan ideologis,
konflik keamanan individu, konflik antara kelompok-kelompok ekonomi, kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan keamanan bangsa.
1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil.
A. Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran
kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi.
(4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
D. Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model belajar
mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut.
1. Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model
tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce dan Weil, 1986:14). Contohnya, bagaimana
kegiatan pendahuluan pada proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya?
2. Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa
selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan
model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain
guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
4. Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang
dapat digunakan untuk mendukung model tersebut.
BAB III
PENUTUPAN
KESIMPULAN
SARAN
1. Bagi guru
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat lebih inovatif dan kreatif sesuai,
dengan kebutuhan siswa. Guru dapat mengembangkan berbagai metode dan model
pembelajaran. oleh siswa agar dapat lebih bersemangat dalam Belajar,
Disamping itu, pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran sosial dapat digunakan
sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan demikian,
pembelajaran tidak hanya mengembangkan pemahaman konsep semata, akan tetapi siswa juga
dapat merefleksikan hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat.
Guru dapat menerapkan metode inkuiri sosial dengan mengembangkan tema-tema
permasalahan sosial yang sering terjadi di lingkungan masyarakat khsususnya permasalahan
yang dekat dengan kehidupan siswa, sehingga siswa akan lebih mudah dan lebih terpacu untuk
mengungkapkan pendapat maupun bertanya.
2. Bagi siswa
Siswa dapat lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya, dan pembelajaran Sosial yang
didapatkan direfleksikan oleh siswa dapat berguna bagi kehidupannya di lingkungan
masyarakat nanti. Disamping itu pula, siswa diharapkan dapat lebih aktif dalam melakukan
kegiatan pembelajaran agar pembelajaran tidak terjadi secara satu arah saja tetapi lebih
interaktif dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J. H. 1990. Instruction: A models approach.
[2] Joyce, B., & Weil, M. 1980. Model of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc
[3] Burden, P. R., & Byrd, D. M. 1996. Method for effective teaching, second edition. Boston: Allyn and
Bacon. h. 85
[4] Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012) h. 25
[5] Elizabeth B Hurlock, 1978, Perkembangan Anak, (terj.Med Meitasari Tjandrasa & Muslichah
Zarkasi), Jakarta: Glora Aksara Pratama, h. 256.
[10] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2004) h.214
[12] Bruce Joice & Marsha Weil, Models of Teaching, Terj. Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 36