Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas media video dalam
meningkatkan pengetahuan tentang karies pada anak tunagrahita ringan yang didapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan yang kemudian akan dibahas sebagai berikut : 6.1 Pengetahuan tentang Karies pada Anak Tunagrahita Dari distribusi data yang didapatkan pada penelitian ini, diketahui karakteristik responden dalam penelitian ini berusia 16-20 tahun, dan siswa dengan jenis kelamin laki – laki lebih banyak dari pada perempuan. Karakteristik ini sesuai dengan penelitian oleh Maulidiyah (2020) yang menjelaskan bahwa tuna grahita ringan yaitu anak tunagrahita yang kecerdasan kognitifnya mencapai anak usia 7 sampai 12 tahun, mereka mampu hidup dengan cara mereka sendiri, anak tuna grahita ringan cukup dapat berkomunikasi dengan baik, mereka juga cukup mampu memberikan sedikit penjelasan, yang paling terlihat dari tanda-tanda anak tunagrahita ringan adalah perkembangan mereka, semakin bertambahnya umur mereka keterlambatan perkembangan mereka akan semakin terlihat. Amiqoh, et al (2022) menjelaskan bahwa tunagrahita merupakan ketidakmampuan yang ditandai dengan keterbatasan yang signifikan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif, yang mencakup banyak keterampilan aktor dan praktis sehari hari, sebelum usia 18 tahun, sehingga hal tersebut menyebabkan tuna grahita memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang kesehatan gigi dan mulut khususnya karies. N Zhou et al. (2019). Pada anak tunagrahita usia mentalnya akan lebih rendah dari usia kronologisnya sehingga akan mempengaruhi perkembangan kemampuan kognitif dan psikomotorik yang menyebabkan keterbatasan dalam fungsi tersebut. Keterbatasan tersebut menyebabkan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam merawat diri, salah satunya yaitu dalam membersihkan gigi dan mulutnya sehingga menyebabkan tingkat keparahan kesehatan gigi dan mulut yang tinggi (Pratiwi et al, 2019). Shafiei (2021) menegaskan ketidakmampuan anak tunagrahita untuk berkomunikasi dan gangguan perilaku sensorik dan motorik, anak- anak tunagrahita merupakan tantangan bagi penyedia perawatan gigi sehingga mengakibatkan terbatasnya pengetahuan tentang perawatan gigi rutin yang sulit juga sebagai peningkatan risiko karies gigi dan infeksi gigi lainnya. Dari apa yang dijelaskan tersebut maka penulis berpendapat bahwa kurangnya pengetahuan anak tunagrahita tentang kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi harus diperhatikan karena tingkat keparahannya yang cukup tinggi dibandingkan dengan anak normal. Dengan keterbatasan kemampuan kognitif yang dimiliki anak tunagrahita maka dibutuhkan pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang efektif dan lebih menarik minat mereka.
6.2 Pendidikan Kesehatan dengan Media Video
Media dalam pembelajaran adalah faktor penting untuk proses berlangsungnya sebuah kegiatan pembelajaran yang terlaksana di ruang kelas. Kegiatan pembelajaran yang dikemas secara inovatif, kreatif, dan komunikatif dapat mendukung peningkatan hasil belajar milik siswa. Media yang digunakan pada penelitian ini sebagai sarana pendidikan kesehatan tentang karies pada anak tunagrahita ialah video lalu kemudian di uji dengan Mc Nemar dan didapatkan p-value 0,008 yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari intervensi yang dilakukan terhadap pengetahuan anak tunagrahita. Maulidiyah (2020) berpendapat bahwa salah satu media pembelajaran interaktif yang dapat dimanfaatkan ialah video, hal ini dikarenakan video dapat memuat materi menjadi lebih sederhana, konkrit, menampilkan visual disertai audio yang menarik perhatian siswa, dan penyampaian materi bisa dikembangkan lebih bertahap serta dapat diulang kembali pemutarannya. Hasil penelitian Maulidiyah (2020) menjelaskan bahwa penggunaan multimedia interaktif meliputi audio dan visual dapat membantu menciptakan situasi pembelajaran menyenangkan, meningkatkan antusiasme, memicu daya ingat siswa dan secara signifikan mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi et al (2019), Riyadi et al (2020), Sasongko et al (2021), Suharja et al (2019) dan Rosmaya et al (2019) yang menyatakan bahwa penggunaan media video pada kelompok intervensi didapatkan nilai yang signifikan berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut pada anak tunagrahita.
6.3 Hasil Uji Efektivitas Media Video dalam Meningkatkan Pengetahuan
tentang Karies pada Anak Tunagrahita Ringan Setelah dilakukan intervensi dan dianalisis hasil dari intervensi kelompok kontrol maupun kelompok intervensi pada penelitian ini didapatkan p-value 0,031 pada kelompok kontrol dan 0,008 pada kelompok intervensi (sig < 0,05), keduanya terbukti terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan anak sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, namun berdasarkan nilai p-value, dapat disimpulkan bawah dengan intervensi media video terbukti lebih efektif meningkatkan pengetahuan anak dibandingkan intervensi yang dilakukan pada kelompok kontrol. Dan pada kelompok intervensi, media video bisa menunjukkan hasil yang lebih maksimal pada hari pertama, terbukti pada hari kedua nilai pretest sebelum dilakukan intervensi pada responden seluruhnya sudah dalam katagori tinggi, berbeda dengan kelompok kontrol yang telah dilakukan intervensi sebanyak 2 hari tetapi tetap ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah setelah intervensi dilakukan. Constantika (2022) dalam literatur reviewnya dari 20 artikel terdapat 8 artikel yang menggunakan media video animasi sebagai media pembelajaran. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan persentase total peningkatan pengetahuan tentang karies pada anak tuna grahita ringan yang kemudian disimpulkan bahwa media video merupakan media pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut khususnya untuk karies pada anak tunagrahita. Didukung pendapat yang dinyatakan Shafiei et al (2021) dalam penelitiannya bahwa dari literatur review yang ia lakukan menemukan bukti substansial tentang penggunaan teknik modifikasi perilaku, alat bantu audio-visual serta pengobatan preventif dan restorative prosedur untuk secara efektif mengelola karies di antara anak-anak dengan tunagrahita. Berdasarkan bukti yang ditinjau, pendekatan visual adalah alat yang paling direkomendasikan untuk memfasilitasi perawatan gigi pengobatan pada anak dengan tunagrahita . sebagian besar anak dengan tunagrahita, terlepas dari kefasihan verbal, intelektual tingkat, usia, atau jenis kelamin, menunjukkan kepatuhan yang baik terhadap perawatan gigi. Studi ini menyimpulkan bahwa intervensi media video harus digunakan sebagai pendekatan pertama untuk anak tuna grahita. Riyadi et al (2019) juga menyatakan bahwa setelah intervensi dengan media video terjadi perubahan sikap dan perilaku terkait upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada anak tuna grahita .