You are on page 1of 15
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN ANALISIS DETERJEN OLEH: NAMA : SABILLA GITHA ASAMI NO BP : 2110941025 HARI/ TGL PRAKTIKUM : SELASA/ 20 SEPTEMBER 2022 KELOMPOK / SHIFT : IL (DUA) / II (DUA) REKAN KERJA : 1. DHANIL (2110941014) 2. ZYQRI CYURISMA H (2110941038) 3. UMMIL KHAIR H (2110943014) ASISTEN: NADIYAH DZAKIYYAH LABOLATORIUM AIR DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS, 2022 BABI PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Tujuan percobaan analisis detergen adalah menentukan kadar surfaktan anionik pada sampel, 1.2 Metode Percobaan Metode percobaan yang digunakan pada praktikum analisis detergen adalah metode ektraksi spektrofotometri 1.3 Prinsip Percobaan Detergen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu pembersihan yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Menurut Fardiaz (1992) detergen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia ‘atau surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang terdapat dalam detergen, Dibandingkan dengan sabun, detergen- mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air yang disebabkan oleh ion kalsium dan magnesium pada air. Surfaktan anionik beraksi dengan biru metilen membentuk pasangan ion biru yang larut dalam pelarut organik. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yang terukur setara dengan kadar surfaktan anionik. BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Dalam hal ini deterjen memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Detergen adalah campuran berbagai bahan (biasanya berasal dari turunan minyak bumi), yang digunakan untuk membantu membersihkan (mencuci) sesuatu. Istilah detergen digunakan untuk membedakannya dengan pembersih lainnya yang lebih dulu ada, yaitu sabun, Detergen memiliki perbedaan mencolok jika dibandingkan dengan sabun, yaitu memiliki daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh Kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air. Mulanya, bahan detergen hanya terbuat dari air, minyak dan bahan kasar seperti pasir basah. Pada tahun 1913, detergen mulai menggunakan bahan sintesis, hal ini dipelopori oleh A Reychler, seorang abli kimia dari Belgia. Semenjak itu bahan-bahan penyusun detergen terus berkembang dan bervariasi. Selain membersihkan/menghilangkan kotoran, detergen juga mampu membunuh kuman dan bakteri serta memperpanjang umur dari kain, karpet dan peralatan rumah tangga lainnya (Putri, 2011). Detergen ada yang bersifat anionik, kationik maupun nonionik. Semua jenis detergen membuat zat yang lipofilik mudah larut dan menyebar di perairan. Selain itu, ukuran zat lipofilik menjadi lebih halus, sehingga mempertinggi toksisitas racun, Detergen juga mempermudah adsorpsi racun melalui insang. Detergen ada yang bersifat persisten sehingga menyebabkan zat racun lebih terakumulasi, detergen jenis ini tidak boleh digunakan lagi (Slamet, 2013), Detergen memiliki sifat yang sama seperti sabun, membentuk gabungan dari molekul surfaktan dalam air dan emulsi lemak dan minyak. Detergen merupakan bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia atau surfaktan sintetik lainnya. Sebagian besar detergen saat ini biodegradable, yang berarti: bahwa detergen tersebut dapat secara cepat dimetabolisme oleh mikroorganisme. Untuk detergen biodegradable, rantai panjang alkil harus diputus. Detergen yang digunakan pada tahun 1950-1960 memili biodegradable (Ratna, 2011). rantai bercabang yang. tidak TEKNOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN, LABORATORIUM AIR, Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163 2.2 Pengertian Detergen Detergen adalah bahan yang digunakan sebagai pembersih. Detergen merupakan penyempurnaan dari produk sabun dengan harga yang lebih murah, Definisi yang lebih spesifik dari detergen adalah bahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia atau surfaktan lainnya. Surfaktan merupakan bahan pembersih utama yang terdapat dalam detergen. Detergen mempunyai efisiensi pembersihan yang baik, terutama jika digunakan dalam air sadah atau pada kondisi lainnya yang tidak ‘menguntungkan bagi penggunaan sabun biasa (Liong, 2012). Detergen umumnya tersusun atas lima jenis bahan penyusun antara lain : 1, Senyawa fosfat, (bahan pengisi) yang mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan oleh semua merk detergen memberikan andil yang cukup besar terhadap terjadinya proses eutrofikasi yang menyebabkan booming Alga (meledaknya populasi tanaman ai); 2. Surfaktan yang merupakan senyawa Alkyl Benzen Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pakaian, ABS memiliki sift tahan tethadap penguraian oleh mikroorganisme (non biodegradable); 3. Pemutih dan pewangi (bahan pembantu) zat pemutih umumnya terdiri dari zat natrium karbonat, Menurut hasil riset organisasi konsumen Malaysia (CAP), pemutih dapat menimbulkan kanker pada manusia. Sedangkan untuk pewangi lebih banyak merugikan konsumen karena bahan ini membuat makin tingginya biaya produksi, sehingga harga jual produk semakin mahal, Padahal zat pewangi tidak ada kaitannya dengan kemampuan mencuci; 4, Bahan penimbul busa yang sebenarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian dan tidak ada hubungan antara daya bersih dengan busa yang melimpah; 5. Fluorescent, berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang (Liong, 2012). Detergen adalah bahan yang digunakan sebagai pembersih, termasuk cuci piring,dan pembersih lainnya, Detergen merupakan penyempurnaan dari produk sabundengan harga yang lebih murah. Definisi yang lebih spesifik dari detergen adalahbahan pembersih yang mengandung senyawa petrokimia atau surfaktan lainnya. Surfaktan SABILLA GITHA ASAMI 2110941025 KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN, LABORATORIUM AIR, Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163 merupakan bahan pembersih utama yang terdapat dalam detergen. Detergen ‘mempunyai efesiensi pembersihan yang baik, terutama jika digunakan dalam air sadah atau pada kondisi lainnya yang tidak menguntungkan bagi penggunaan sabun biasa. Keuntungan detergen dalam pemakaiannya karena alkil sulfonat dan sulfat dari kebanyakan logam larut dalam air dan tidakmengendap bersama ion logam dalam air sadah (Liong, 2012). 2.3 Sumber Detergen Limbah detergen merupakan salah satu limbah yang banyak mencemari badan perairan dan sumber utama dari limbah detergen ini berasal dari aktivitas rumah tanga. Hal ini dikarenakan peran detergen dalam kegiatan rumah tanga sangat beragam, selain digunakan untuk mencuci pakaian, deteren juga digunakan untuk ‘mencuci peralatan rumah tanga. Limbah atau sisa pemakaian detergen yang masuk ke lingkungan perairan akan mempengaruhi kualitas perairan dan akan berpengaruh terhadap keadan ekosistem di perairan tersebut. Detergen ada yang bersifat anionik, Kationik maupun nonionik, Semua jenis detergen membuat zat yang lipofilik mudah larut dan menyebar di perairan. Selain itu, ukuran dari zat lipofilik menjadi lebih halus, sehingga mempertinggi toksisitas racun, Detergen juga mempermudah adsorpsi racun melalui insang. Detergen ada yang bersifat persisten schingga menyebabkan zat racun lebih terakumulasi, detergen jenis ini tidak boleh digunakan lagi (Slamet, 2013). 2.4 Dampak Detergen di Perairan Limbah detergen indus! laundry ini akan menyebabkan turunnya kualitas bahan baku mutu perairan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan berada di ekosistem perairan, Pengaruh negative detergen tethadap kondisi fisik dan kimia perairan yang teraliri limbah dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa pengaruh limbah detergen terhadap lingkungan antara lain gangguan terhadap estetika oleh adanya busa putih di permukaan perairan, penurunan kadar oksigen terlarut perairan, perubahan sifat fisik dan kimia air serta terjadinya eutrofikasi. Kandungan fosfat yang tinggi dapat merangsang tumbuhnya gulma di SABILLA GITHA ASAMI 2110941025 KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN, LABORATORIUM AIR, Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163 air. Peningkatan guima air akan menyebabkan peningkatan penguraian fosfat dan penghambatan pertukaran oksigen dalam air, sehingga kadar oksigen terlarut dalam air amat rendah (mikroaerofil). Semakin tinggi akumulasi detergen maka semakin rendah pula suplai oksigen terlarut di dalam air. Hal ini menyebabkan terganggunya proses respirasi pada ikan. Sehingga dampak yang paling buruk adalah kematian pada ikan. Kematian yang terjadi dikarenakan berhentinya fungsi kerja organ-organ tubuh pada ikan akibat tidak terpenuhi oksigen pada proses respirasi. Kandungan detergen yang toksik tidak bisa ditoleriransi oleh tubuh ikan (Yuliani, dkk, 2015). 2.5 Pengolahan Detergen Berdasarkan pengamatan, limbah cair laundry yang mengandung detergen belum mendapat perhatian dan pengolahan yang baik. Detergen sangat berbahaya bagi lingkungan Karena memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan dan bersifat karsinogen, selain gangguan terhadap masalah Kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Detergen kationik memiliki sifat racun jika tertelan dalam tubuh, bila dibanding detergen jenis lain. Oleh Karena itu perlu dilakukan pengolahan tehadap limbah cair laundry yang mengandung detergen dengan cara anaerobik yaitu dengan menggunakan upflow anaerobic filter dengan aklimatisasi lumpur aktif (Lusiana, 20111). Keberhasilan proses aklimatisasi ditandai dengan adanya gas yang berupa uap dalam bak dan kemudian bakteri siap digunakan sebagai media pencena pada proses anaerob. Setelah proses aklimatisasi, kemudian air limbah dalam bak anaerob dialirkan ke dalam bak upflow anaerobic filter melalui dasar bak dan melewati lapisan agregat (saringan batu kerikil) mengalir keatas dan keluarkan melalui saluran pada bagian atas bak. Dengan tangki upflow anaerobic filter yang berisi batu kerikil sebagai media tempat hidup mikroba maka mikroba sanggup mereduksi kandungan Merylene Blue Active Substance atau MBAS. hingga mencapai efesiensi 87,93%. Hal ini terjadi arena proses anaerobik merupakan proses biologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berkembang baik dalam lingkungan dimana tidak terdapat molekul oksigen. Adanya mikroorganisme yang terkandung di dalam media tumbuh dan mampu ber- SABILLA GITHA ASAMI 2110941025 KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN, LABORATORIUM AIR, ‘Kampus Unand Limau Manis, Padang 25163 —_ tahan sehingga akhirnya dapat mendegradasi detergen yang terkandung di dalam air, Bakteri anaerob tumbuh pada permukaan batu kerikil atau agregat dan ‘mengoksidasi air limbah yang melewatinya, Sehingga air limbah yang keluar dari hasil pengolahan aman untuk dibuang ke lingkungan (Lusiana, 2011), 2.6 Peraturan Terkait Peraturan yang mengatur tentang Baku Mutu Air Limbah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, Menurut PP No, 22 Tahun 2021 menetapkan mutu air diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas : ‘Tabel 2.1 PP Nomor 22 Tahun 2021 [tesserae] 02 | Sumber: Peraturan Pererintah Repub indonesia No. 22 Tan 2021. Peraturan yang mengatur tentang Baku Mutu Air Limbah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, Menurut PP No, 22 Tahun 2021 menetapkan mutu air diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas : 1, Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan muta air yang sama dengan kegunaan tersebut; 2. Kelas dua merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukkan Iain yang mempersyaratkan ‘mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; 3. Kelas tiga merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; 4. Kelas empat merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk ‘mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. SABILLA GITHA ASAMI 2110941025 KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN, LABORATORIUM AIR, npus Unand Limau Manis, Padang 25163 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 parameter detergen total (mg/L) untuk kelas 1, 2, dan 3 bernilai 0,2 sementara untuk kelas 4 tidak ada (-) (PP No 22 Tahun 2021). 2.7 Metode Spektrofotometri Prinsip kerja spektrofotometri adalah dengan melihat wara sampel yang difilter dinyatakan dalam is lah yang menggambarkan sensasi yang dirasakan saat melihat sampel. Rona (merah, hijau, kuning, dll.) ditetapkan oleh istilah "panjang gelombang dominan," derajat kecerahan oleh "luminance," dan saturasi (pucat, pastel, dll.) "dengan kemumian,” Nilai-nilai ini paling baik ditentukan dari Karakteristik transmisi cahaya dari sampel yang disaring dengan menggunakan spektrofotometer (Greenberg, 1992). ‘Metode ini digunakan untuk penentuan logam jejak dan metaloid di permukaan tanah, dan air minum dengan plasma ditambah spektrometri massw/ICP/MS. ‘Mungkin juga cocok untuk air limbah, tanab, sedimen, lumpur, dan sampel biologis setelah pencernaan yang sesuai diikuti oleh pengenceran dan/atau pembersihan. Sumber informasi tambahan tentang jaminan kualitas dan aspek lain dari analisis, ICP/MS dari logam tersedia (Greenberg, 1992). SABILLA GITHA ASAMI 2110941025 BAB IIL PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat ‘Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Corong pisah 100 ml 2 buah; Berfungsi sebagai alat sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen yang terkandung dalam suatu campuran; 2. Spektrofotometer; Berfungsi untuk mengukur absorban yang terkandung dalam air; 3. Beaker glass 100 ml; Berfungsi sebagai wadah larutan untuk mereaksikan atau menampung larutan kimia; 4. Gelas ukur 10 ml dan 50 ml; Berfungsi untuk mengukur volume larutan; 5. Corong; Berfungsi untuk membantu menuangkan Jarutan atau memindahkan Jarutan dari suatu wadah ke wadah lain; 6. Kuvet spektro 2 buah; Berfungsi sebagai wadah larutan yang akan diukur dengan spektrofotometer; 7. Pipet Tetes: Berfungsi untuk memipet larutan dalam jumlah kecil; 8. Spatula; Berfungsi untuk mengambil bahan berbentuk padat dan mengaduk larutan; 9. Statip. Berfungsi sebagai tempat meletakkan corong dan corong pisah. 3.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1, Larutan Biru Metilen; Berfungsi untuk mewarnai sel-sel atau memberi warna ke suatu objek; KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN, TABORATORIUM AIR. Kampus Unand Lis 2. Larutan Indik 163 ator Fenolftalein: Berfungsi sebagai indikator keadaan suatu zat yang bersifat asam atau basa; 3. NaOH 1 N; Berfungsi sebagai basa dalam suatu percoba: 4, H2SO, 1 N dan 6N; Berfungsi sebagai reagent atau pereaksi yang menyebabkan perubahan warna pada sampel menjadi bening kembali; 5. Na;SO, Anhidrat; Berfungsi untuk menyaring larutan dengan kertas saring; 6. Aquadest. Berfungsi sebagai pelarut dalam percobaan. 3.3 Cara Kerja Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah : 1. Sampel sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam corong pisah. Agar netral ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein dan NaOH 1 N sampai wama Jarutan merah muda; 2. H;SO, ditambahkan sampai warnanya hilang; 3. Kemudian larutan metilen biru ditambahkan sebanyak 25 ml; 4. Setelah itu larutan diekstraksi dengan 10 ml CHCl; (diklorometan) pada Jemari_asam, biarkan selama 30 detik. Pemisahan fase dibiarkan terjadi. Digoyang perlahan, apabila terbentuk emulsi isopropil alkohol ditambahkan; 5. Lapisan bawah (CHsCL2) dipisahkan dan selanjutnya dilakukan_ektraksi dengan menggunakan kertas saring dan NasSOy anhidrat; 6. Ektraksi dilakukan sebanyak 3 kali dan kedua hasil ekstraksi digabungkan; 7. Langkah 1-6 juga diberlakukan pada blanko; 8. Larutan sampel dan blanko dimasukkan ke dalam kuvet spektro, dibaca pada panjang gelombang 652 nm dan dicatat hasilnya. ZYQRICYURISMA HANENA 2110941038, KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RIS) TEKNOLOGI FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS ANDALAS DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN, TABORATORIUM AIR. Kampus Unand 3.4 Rumus Perhitungan Rumus Regresi Linear Kurva: y =a+bx a= & ex?) x, Kexy,) n&x, —(=x,) n=x,y, — (2x, Ey.) b 2 n=x, — (=x,) Keterangan: a= intersep b= koefisian regresi slop n= jumlah data y=nilai absorban x= konsentrasi larutan (ppm) ZYQRICYURISMA HANENA 2110941038, BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Tabel 4.1 Data Larutan Standar MBAS [-- Carafe standar (mg/L) Gy [Absorbam Gy 0,00 0,000) 0.01 O41 0.02 0.04 0.08 0.10 Sumber: Modal Prakilum Kimna Linglangan 2022 Tabel 4.2 Data Larutan Sampel Detergen x 0.31 ‘Sumber: Data Hall Praktikum Kinta Linglamga 2022 4.2 Perhitungan ‘Tabel 4.3 Perhitungan Larutan Standar MBAS 0.00 0,000, 0.00 0,000. 0.01 0.1 0,001 0.00117 0.207, 0,005 0.00454 0.528 0.0016 0.02112 0.967, 0,068 0.07736 1,242 0.0100 ‘0.1242 y= 3075 0.0185 | Sxy = 0.22833 “umber Bata Has Pratik Rota Unglrgan 2022 4.2.1 Regrasi Linear Kurva Berikut grafik hubungan konsentrasi terhadap absorban yang telah dilakukan. 15 y= 12,396x - 0.004 : R= 0.9983 os 0 0 0.02 0.04 0.06.08. 05 Absorban Larutan standar (mg/L) Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Absorban dan konsentrasi TEKNOLOGI EAKULTAS TEKMIK, UNIVERSITAS ANDALAS DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN LABORATORIUM AIR Kampus Unand 4.2.2 Sampel KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN () Kurva kalibrasi yang telah dibu: y= 12,3964948x ~ 0,0040206 didapatkan persamaan: Maka perhitungan konsentrasi untuk sampel, yaitu: y = 12,3964948x — 0,0040206 031 = 12,3964948x - 0,0040206 1+0,0040206 = 12,3964948x 03140206 = 12,3964948x x 0,0253314 mg/L Jadi, konsentrasi surfaktan yang terkandung dalam sampel adalah 0,0253314 mg/L. DHANIL 2110941014 BABV PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan percobaan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai absorban yang didapatkan saat praktikum sebesar 0,31 sehingga diperoleh kadar surfaktan anionik dari sampel adalah 0,01 mg/L. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 kadar surfaktan anionik yang terdapat dalam sampel berada di bawah baku mutu yaitu 0,2 mg/L; 2. Kandungan surfaktan deterjen yang tinggi dapat menyebabkan eutrofikasi, rendahnya difusi oksigen pada air, serta dapat menyebabkan rusaknya ekosistem pada perairan; 3. Pengolahan terhadap pencemaran limbah deterjen dapat dilakukan dengan proses sublasi. 5.2 Saran ‘Adapun saran yang diberikan adalah: 1, Masyarakat sebaiknya memilih deterjen yang lebih ramah lingkungan untuk digunakan agar dampak surfaktan anionik dapat diminimalisir; 2. Pemerintah sebaiknya mengawasi pembuangan limbah masing-masing usaha supaya tidak terjadi pencemaran pada lingkungan; 3. Mahasiswa sebagai calon Sarjana Teknik Lingkungan sebaiknya memahami cara pengukuran dan analisa surfaktan anionik dalam suatu sampel air, schingga dapat ditentukan apakah sampel tersebut membutuhkan pengolahan atau tidak dan dapat juga ditentukan pengolahan yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Liong, dkk. 2012. Analisis Residu Deterjen Anionik Alkil Suljonat Linear (ASL) di Sekitar Perairan Pantai Losari Makassar Sulawesi Selatan, Makassar: FMIPA Universitas Hasanauddin. Lusiana, Uray. 2011. Efisiensi Pengolahan Air Limbah Deterjen Menggunakan Sistem Upflow Anaerobic Filter dengan Aklimatisasi Lumpur Aktif. Pontianak: Bopropal Industri. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: Sekretariat Negara. Putri, Aldillah, 2011, Deterjen Ramah Lingkungan, hitps:/id.scribd.com/doc/ 190213862/Deterjen-Ramah-Lingkungan-docx. Tanggal akses: 29 Oktober 2020. Ratna. 2011. Deterjen Ramah Lingkungan. Surabaya: Erlangga. Slamet, Juli Soemirat. 2013. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. ‘Suastuti, Ni G. A. M Dwi Adhi, dkk. 2015. Pengolahan Larutan Deterjen dengan Biofilter Tanaman Kangkungan (Ipomoea crasicaulis) dalam Sistem Batch (Curah) Teraerasi. Bali: Universitas Udayana. Yuliani, Rifky Luvia dkk. 2015. Pengaruh Limbah Detergen Industri Laundry terhadap Mortalitas dan Indeks Fisiologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Volume 8 Nomor 17. Malang: Universitas Muhamadiyyah Malang

You might also like