Professional Documents
Culture Documents
Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
BAB I
Ke Arah Pemikiran Filsafat
1. Ilmu dan Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuan
tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Yang kedua yakni
sifat mendasar. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Ketiga
adalah spekulatif,Kita bisa memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana
yang tidak. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.
Semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan spekulasi.
Filsafat : Peneratas Pengetahuan
Dalam taraf peralihan ini, maka bidang penjelajahan filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi
menyeluruh melainkan sektoral. Secara konseptual ilmu masih mendasarkan kepada norma-
norma filsafat. Pada tahap peralihan ilmu masih mendasarkan kepada norma yang
seharusnya, sedangkan pada tahap terakhir ilmu mendasarkan pada penemuan alamiah
sebagaimana adanya.
Dalam penyusunan pengetahuan tentang alam dan isinya ini maka manusia tidak lagi
mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif melainkan kombinasi antara
deduktif dan induktif dengan jembatan yang berupa pengajuan hipotesis yang dikenal dengan
metodeLogico-hipothetico-verifikatif “. Auguste Comte (1798-1857) membagi tiga tingkat
perkembangan pengetahuan tersebut kedalam tahap religius, metafisik dan positif.
Tahap religius, maka asas religilah yang dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan
deduksi dari ajaran religi. Tahap metafisik, orang mulai berspekulasi tentang metafisika ujud
yang menjadi obyek penelaahan yang terbatas dari dogma religi dan mengembangkan sistem
pengetahuan diatas dasar postulat metafisik tersebut. Tahap positif yakni tahap pengetahuan
ilmiah, ilmu dimana asas-asas yang digunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi
yang obyektif.
Bidang Telaah Filsafat
Menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Pada tahap mula,
filsafat mempersoalkan siapa manusia itu. Tahap kedua adalah pernyataan yang berkisar
tentang ada : tentang hidup dan eksistensi manusia. Tahap ketiga, Seorang ilmuan bicara
panjang lebar tentang suatu penemuan ilmiah dalam risetnya.
Cabang-cabang Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji mencakup tiga segi yakni logika, etika dan estetika. Ketiga
cabang utama filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni: (1) Teori tentang ada: tentang
hakikat keberadaan zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika. (2) Politik :
yakni kajian mengenai organisasi sosial atau pemerintahan yang ideal.
Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang
mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang filsafat ini mencakup:Epistemologis,
Filsafat Ilmu Etika (Moral), Filsafat Pendidikan, Estetika (Seni), Filsafat Hukum, Metafisika,
Filsafat Sejarah, Politik, Filsafat Matematika,Filsafat Agama.
Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologis (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Secara metodologis ilmu tidak membedakan
antara ilmu alam dengan ilmu sosial, namun karena permasalahan teknis yang bersifat khas,
maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu alam dan filsafat ilmu sosial.Dari
semua pengetahuan maka ilmu merupakan pengetahuan aspek ontologis, epistemologis,
dan aksiologisnya lebih jauh berkembang dibandingkan dengan pengetahuan lain dan
dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. Pengertian ilmu secara disiplin yakni
pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh
tanggung jawab dan kesungguhannya. Sarana berpikir ilmiah yakni bahasa,logika,
matematika dan statistika. Aspek yang berkaitan erat dengan kegiatan keilmuan seperti
aspek moral, sosial, pendidikan dan kebudayaan.
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2. Penalaran
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal
yakni pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan
jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, kemampuan berpikir menurut
suatu alur kerangka pikiran tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut
penalaran.
Hakikat Penalaran
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan
pada perasaan. Tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Sebagai
suatu kegiatan berpikir, penalaran mempunyai cirri-ciri tertentu yakni pertama, adanya suatu
pola berpikir secara luas disebut logika. Kedua, sifat analitik dari proses berpikirnya,kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Intuisi merupakan kegiatan berpikir yang
nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada suatu pola berpikir tertentu.
Bentuk lain dari usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan yakni wahyu. Dua jenis
pengetahuan. Pertama, pengetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari
manusia untuk menemukan kebenaran, baik melalui penalaran maupun lewat kegiatan
perasaan dan intuisi. Kedua, yang bukan merupakan kebenaran yang didapat sebagai hasil
usaha aktif manusia. Dalam hal wahyu dan intuisi, maka secara implicit kita mengakui bahwa
wahyu dan intuisi adalah sumber pengetahuan. Dengan wahyu kita mendapatkan
pengetahuan lewat keyakinan bahwa yang diwahyukan adalah benar. Intuisi adalah sumber
pengetahuan yang benar, meskipun kehiatan berpikir intuisi tidak memiliki logika.
Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio dan fakta.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif terkait
dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme.
3. Logika
Dua cara penarikan kesimpulan yakni, logika induktif dan logika deduktif. Logika
induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata
menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Logika deduktif menarik kesimpulan dari hal yang
bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus.
Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum
dari berbagai kasus yang bersifat individual. Kesimpulan yang bersifat umum mempunyai
dua keuntungan yakni pertama, pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis. Kedua,
dimungkinkan proses penalaran selanjutnya baik secara deduktif maupun secara
induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir
yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah
kesimpulan.
4. Sumber Pengetahuan
Pertama mendasarkan diri pada rasio dan yang kedua mendasarkan diri pada
pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham rasionalisme. Mereka yang
mendasarkan diri pada pengalaman mengembangkan paham empirisme.
Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam menyususn pengetahuaannya. Ide bagi
kaum rasionalis adalah bersifat aproiri dan pengalamannya yang didapatkan manusia lewat
penalaran rasional. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan
didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang
konkret. Masalah utama yang timbul dari penyusunan ini ialah bahwa pengetahuan yang
dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi kumpulan fakta-fakta. Masalah kedua adalah
mengenai hakikat pengalaman yang merupaakan cara dalam menemukan pengetahuan dan
panca indera sebagai alat yang menagkapnya. Cara lain untuk mendapatkan pengetahuan
adalah intuisi dan wahyu.
5. Kriteria Kebenaran
Berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan
tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Paham lain adalah kebenaran berdasarkan pada teori korespondensi, suatu pernyataan adalah
benar apabila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi
(berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Penalaran teoritis yang berdasarkan logika deduktif jelas menggunakan teori koherensi.
Proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukung
suatu pernyataan tertentu menggunakan teori kebenaran pragmatis. Bagi seorang pragmatis
maka kebenaran suatu pernyataan bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu
pernyataan benar apabila pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia.
BAB III
ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG
DIKAJI
6. Metafisika
Bidang telaah filsafat yang disebut metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap
pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah.
Beberapa tafsiran metafisika
Tafsiran yang pertama diberikan oleh manusia terhadap alam adalah ada ujud yang bersifat
gaib (supranatural) dan ujud ini bersifat lebih tinggi dibandingkan alam yang
nyata. Kebaikan supranatural, ada paham naturalisme yang menolak pendapat bahwa
terdapat ujud yang bersifat supranatural ini. Materialisme (paham naturalisme) berpendapat
bahwa gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan
oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri. Bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu
yang unik dan berbeda secara substantif dengan proses tersebut. Aliran monistik mempunyai
pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, mereka hanya berbeda dalam gejala
yang disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama.
7. Asumsi
Determinisme, yakni hukum yang bersifat universal atau hukum semacam itu tidak terdapat
sebab setiap gejala merupakan akibat pilihan bebas atau keumuman yang ada namun berupa
peluang sekedar tangkapan probabilistik. Determinisme, pilihan bebas dan probabikistik
merupakan permasalan filsafati yang rumit namun menarik. Pilihan bebas dan probabilistik
baru bisa dilakukan jika hukum itu memang ada. Jika hukum itu tidak ada maka masalah
determinasi, probabilitas, dan kehendak bebas sama sekali tidak muncul.
Pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat
universal. Aliran ini merupakan lawan dari paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala
kejadian ditentukan oleh nasib yang telah ditentukan lebih dulu. Paham determinisme ini
bertentangan dengan penganut pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia mempunyai
kebebasan dalam menentukan pilihannya tidak terikat pada hukum alam yang tidak
memberikan alternatif. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia untuk
memecahkan masalah praktis sehari hari tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti agama
yang barfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dari kehidupan ini.
8. Peluang
Ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang
bersifat mutlak. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan,
dimana keputusan harus didasarkan pada penafsiran pemikiran ilmiah yang bersifat relatif.
9. Beberapa asumsi dalam ilmu
Ilmu merupakan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu
kehidupan manusia secara pragmatis. Dalam mengembangkan asumsi ini maka harus
diperhatikan beberapa hal. Pertama, asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan
pengkajian disiplin keilmuan.Berdasarkan asumsi ini dapat dikembangkan beberapa model
strategi dan praktek administrasi. Kedua, Asumsi ini harus disimpulkan dari “keadaan
sebagaimana adanya” bukan “bagaimana keadaan yang sebenarnya”. Asumsi yang pertama
adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi yang kedua adalah asumsi
yang mendasari telaah moral.
10. Batas-batas penjelajahan ilmu
Fungsi ilmu dalam kehidupan manusia adalah sebagai alat pembantu manusia dalam
menanggulangi masalah yang dihadapinya. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya pada
batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan dalam menyusun yang
telah teruji kebenarannya secara empiris. Ruang penjelajahan keilmun kemudian menjadi
kapling-kapling disiplin keilmuan. Sempitnya daerah penjelajahan satu bidang keilmuan
maka sering diperlukan pandangan dari disiplin lain. Tanpa kejelasan batas-batas ini maka
pendekatan multi disipliner tidak akan bersifat konstruktif.
Cabang-cabang ilmu
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni filsafat
alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu alam dan filsafat moral yang kemudian
berkembang kedalam cabang ilmu sosial. Ilmu murni merupakan kumpulan teori-teori ilmiah
yang bersifat dasar dan teoritis yang belum dikaitkan dengan masalah-masalah kehidupan
yang bersifat praktis. Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah-massalah
kehidupan yang mempunyai manfaat praktis.
BAB IV
EPISTEMOLOGIS: CARA MENDAPATKAN
PENGETAHUAN YANG BENAR
Usulan Penelitian
Usulan penelitian mencakup langkah pengajuan masalah, penyusunsn kerangka teoritis, dan
pengajuan hipotesis serta metodologi penelitian.
Lain-lain
Mencakup halaman judul, lingkup laporan yang akan disampaikan beserta penghargaan,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, lembar persetujuan, abstrak.
Penutup dan Catatan Akhir
30. Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat
pernyataan ilmiah secara teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah
yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif artinya
bahwa si penerima pesan mendapatkan kopi yang sama dengan prototype yang disampaikan
pemberi pesan, seperti fotocopy. Harus bersifatimpersonal, artinya menyampaikan proses
pengumpulan data dengan kalimat yang impersonal. Pernyataan ilmiah harus
mencakup pertama,harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat pertanyaan
tersebut. Kedua identifikasi media komunikasi ilmiah. Ketiga, identifikasi lembaga yang
menerbitkan publikasi karya ilmiah beserta domisili dan waktu diterbitkan.
31. Teknik Notasi Ilmiah
Tanda catatan kaki diletakkan diujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan kata
arab yang diketik naik setengah spasi. Terdapat perbedaan notasi bagi penulisan sumber
dalam referensi pada catatan kaki dan referensi daftar pustaka. Tujuan utama dari catatan kaki
adalah mengidentifikasi lokasi yang spesifik dari karya yang dikutip. Tujuan daftar pustaka
adalah mengidentifikasikan karya ilmiah itu sendiri.
32. Hakikat Dan Kegunaan Ilmu
Dulu pengetahuan begitu juga ilmu, tidak mempunyai kegunaan praktis melainkan estetis.
Pengetahuan lebih ditunjukkan pada kepuasan jiwa bukan sebagai konsep untuk memecahkan
masalah. Ilmu sekedar pengetahuan yang harus bias dihafal agar bias dikemukakan waktu
berdebat. Pengetahuan yang dikuasai harus mencakup bidang yang luas agar masalah yang
muncul kita bias ikut debat. Kemampuan mengutip teori ilmiah yang bersifat estetis
berkembang menjadi status social. Penempatan ilmu dalam fungsi estetis pada zama yunani
kuno disebabkan filsafat mereka yang memandang rendah pekerjaan yang bersifat praktis.
Ilmu tidak berfungsi sebagai pengetahuan yang diterapkan dalam memecahkan masalah
sehari-hari melainkan sekedar dikenal dan dikonsumsi. Tingkat kepercayaan seseorang dan
masyarakat memang berbeda, kepercayaan seseorang tergantung pada pendidikan,
kepercayaan masyarakat tergantung kepada kebudayaan.
REENSI BUKU FILSAFAT (Jujun S. Suriasumantri "Sebuah Pengantar
Populer")
Diresensi oleh :
MUSHYANUR, S.Pd
IDENTITAS BUKU
FILSAFAT ILMU
Sebuah Pengantar Populer
ISBN 978-979-416-899-8
84 UM 02
BIOGRAFI PENULIS
JUJUN SUPARJAN SURIASUMANTRI
Lahir di Tasikmalaya tanggal 9 April 1940. Setelah melalui pendidikan SD V, SMP III dan
SMA II yang semuanya berada di Bandung, kemudian melanjutkan ke Institut Pertanian
Bogor (IPB), dan lulus dalam tahun 1969. Selama menjadi mahasiswa aktif dalam berbagai
kegiatan nonkeilmuan seperti ketua teater, sutrdara drama, ketua MAPRAM IPB, dirigen
orkes angklung IPB dan aksi-aksi mahasiswa. Pada tahun 1971 melanjutkan studi ke Harvard
University dengan beasiswa Unesco dan lulus sebagai doctor dalam Perencanaan Pendidikan
dengan spesialisasi system analisis dan PPBS dalam tahu 1975.
Pengalaman dalam pekerjaan antara lain sebagai teaching assistant (1972) dan research
assistant (1973) di Harvard University, dosen tataniaga (1969-1971) dan manajemen (1975-
1980) di IPB, staf ahli pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan (BP3K) Departemen P dan K (1975-1980) dan pernah menjabat sebagai
Sekretaris Eksekutif Panitia Penyusunan Rencana Strategi (1976) dan Repelita – II (1976-
1978) Depdikbud, anggota Kelompok Kerja bidang Kebudayaan Mendikbud (1984), anggota
kelompok kerja Pengumpulan Materi GBHN 1988, Dewan Pertahanan Keamanan Nasional
(1985) serta dosen Metodologi Penelitian di Sekolah (sejak 1981) dan Lemhannas (sejak .
1982). Sekarang menjabat sebagai Pembantu Rektor bidang Akademik dan Ketua Program
dokto Fakultas Pascasarjana IKIP Jakarta.
Buku yang telah diterbitkan adalah ilmu dalam perspektif (Jakarta: Gramedia, 1978), System
Thinking (Bandung: Binacipta, 1981) dan A Lesson from Experience (Bandung : Binacipta,
1984). Keanggotaan professional teramsuk Operations research Society of America (ORSA),
Phideta Kappa, International Society of Educational Planner, the institute of management
Science dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu social.
Menikah dengan Nina Dachliana dan berputra Donni Iqbal Suriasumatri.
Seperti kesungguhan
Membualkannya
Dalam buku yang ditulis Jujun Suparjan Suriasumantri ini, ia menujukan kepada :