Professional Documents
Culture Documents
Adoc - Pub Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kel
Adoc - Pub Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kel
JUNARDI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa laporan akhir yang
berjudul:
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.
Junardi
F351090111
ABSTRACT
The combination of coconut coir and rubber can produce rubberized coir
products (sebutret). The sebutret is very potential to be developed to gain value
added and increase farmers and local government incomes. The research
objectives were to assess internal and external factors that affect the product
development and the implication of strengths, weaknesses, opportunities, and
threats. The data obtained were analyzed descriptively and quantitatively in the
form of weighted average scores and analysis strategies with SWOT analysis
matrix, IFE, EFE and IE. The study shows that the main strength is the
availability of sebutret product market and its main weakness is the low
competitiveness, limited scope of local villages and districts. Meanwhile the main
opportunity is sebutret manufacturing technology already exists and the main
threat is the absence of a strong business partnership. The analysis shows the
development of sebutret agro industry can be managed with market penetration
strategy and product development. Implication of the analysis is formulated
alternative strategy, namely: conduct accurate data collection, conduct a
feasibility study, produce sebutret accordance with market demand, conduct the
preparation of resources, establish processing industries, cooperate with the
competent institutions, provide equipment and machinery, provide expert as
facilitators, conduct promotion.
Keywords: rubberized coir, development strategy, value-added
RINGKASAN
JUNARDI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ono Suparno, S. TP, MT
Judul Tesis : Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret
(Sebutret) (Studi Kasus di Kabupaten Smabas)
Nama : Junardi
NRP : F351090111
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Diketahui
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Tugas akhir yang berjudul
Strategi Pengembangan Agroindusri Serat Sabut Kelapa Berkaret (Sebutret)
(Studi Kasus di Kabupaten Sambas) ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sukardi, MM dan Bapak
Dr. Ir. Yandra Arkeman, M. Eng selaku pembimbing yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam melakukan penelitian untuk tugas
akhir ini. Di samping itu, penghargaan disampaikan kepada teman-teman
Teknologi Industri Pertanian (TIP) angkatan 2009 semuanya yang telah
memberikan saran sehingga penulisan tugas akhir ini selesai dibuat. Ungkapan
terima juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala
doa dan kasih sayangnya.
Junardi
RIWAYAT HIDUP
Halaman
PENDAHULUAN …..……………………………………………………….. 1
Latar Belakang ……..…………………………………………...…….. 1
Tujuan Penelitian ….………………………………………………...... 3
Manfaat Penelitian .………………………………………………...…. 3
TINJAUAN PUSTAKA ..……………………………………………………. 5
Karet Alam ..…………………………………………………………... 5
Serat Sabut Kelapa ..…………………………………………………... 9
Serat Sabut Kelapa Berkaret (Rubberized Coir) ..…………………….. 13
Proses Pembuatan Sebutret ..………………………………………….. 14
Analisis Lingkungan Internal ..………………………………………... 16
Analisis Linkungan Eksternal ..……………………………………….. 17
Analisis SWOT ..…………………………………………………….... 18
Analisis Internal Eksternal (IE) ..…………………………………….. 19
Konsep Pengembangan Agroindustri ..………………………………. 20
MATODOLOGI PENELITIAN ……………………………………………..
23
Kerangka pemikiran …………………………………………………...
23
Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………
24
Pengumpulan, Pengolahan dan Analsis Data …………………………
24
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN …………………………….
Letak Geografis ………………………………………………………. 35
Wilayah Administrasi Pemerintahan …………………………………. 35
Jumlah Penduduk ……………………………………………………... 36
Perekonomian ………………………………………………………… 36
Jumlah Produksi ………………………………………………………. 36
38
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………
Identifikasi Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) ……………... 41
Identifikasi Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) ……………….. 41
Implikasi Faktor Internal dan Ekstrenal ………………………………. 49
Perumusan Strategi Pengembangan Agroindustri Sebutret …………... 54
Matriks SWOT …………………………………………………….. 59
Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) ……….. 59
Analisis Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation Matrix) ……... 65
Analisis Matriks Internal-Eksternal (Internal-External Matrix) …... 66
Strategi Pengembangan Agroindustri Sebutret ……………………. 68
69
SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………………. 93
Kesimpulan …………………………………………………………… 93
Saran ………………………………………………………………….. 94
95
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Halaman
6 1 500 2.000
7 2 1.150 4.600
8 3 1.400 5.600
9 4 1.600 6.400
10 5 1.750 7.000
11 6 1.850 7.400
12 7 2.200 8.800
13 8 2.300 9.200
14 9 2.350 9.400
15 10 2.300 9.200
16 11 2.150 8.600
17 12 2.100 8.400
18 13 2.000 8.000
19 14 1.900 7.600
20 15 1.800 7.200
21 16 1.650 6.600
22 17 1.550 6.200
23 18 1.450 5.800
24 19 1.400 5.600
25 20 1.350 5.400
26 21 1.200 4.800
27 22 1.000 4.600
28 23 1.150 4.000
29 24 850 3.400
30 25 800 3.200
Cacatan: Estimasi produksi didasarkan atas asumsi kadar karet kering (KKK) = 25%
Sumber: Anwar (2001)
Menurut Wildan (2010) rasio antara serat panjang, serat medium dan
serat pendek yang dihasilkan berkisar antara 60% serat panjang, 30% serat
medium dan 10% serat pendek. Panjang serat panjang adalah lebih dari 150 mm
(dapat mencapai 350 mm), panjang serat medium antara 50 sampai 150 mm dan
panjang serat pendek adalah kurang dari 50 mm. Ukuran diameter serat kelapa
adalah antara 50 hingga 300 μm. Serat kelapa terdiri dari sel serat kelapa dengan
ukuran panjang 1 mm dan ukuran diameter 5-8 μm (Van Daam, 2002).
Serat sabut tersebut dapat diperoleh dengan cara melakukan perendaman
pada sabut. Menurut Awang (1991) dan Pujiastuti (2007), ada beberapa langkah
yang dapat dilakukan dalam pembuatan serat, yaitu:
1. Pemisahan sabut kelapa yang telah masak dari tempurung kelapa.
2. Perendaman dalam bak berisi air, diusahakan di dalam air yang mengalir
supaya terjadi penggantian air yang baik dan kontinyu. Maksud perendaman
adalah untuk melunakan sabut kelapa agar mudah terjadi pemisahan serat-
serat dari gabus dalam sabut kelapa. Apabila lapisan epicarpium dihilangkan,
maka lama proses perendaman hanya 3-5 hari dan bila tidak dihilangkan maka
proses perendaman antara 3-6 minggu.
3. Pemisahan serat sabut kelapa dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
pemisahan serat menggunakan rol berputar dengan sejumlah besar paku
sepanjang 4-5 cm. Rol pemecah (breaker roll) akan berputar dan pakunya
merobek sabut kelapa tanpa merusak serat. Tahap ini menghasilkan serat yang
berukuran besar, panjang dan kasar yang disebut bristle fiber.
4. Tahap kedua adalah tahap membersihkan serat kasar melalui proses
penggilingan dengan rol pembersih yang permukaannya terpasang paku-paku
yang lebih halus dari rol pemecah. Tahap ini menghasilkan serat yang lebih
halus yang disebut matress fiber.
Selain itu proses pengolahan serat sabut kelapa dilakukan dengan cara
sabut kelapa digiling dengan menggunakan mesin pemecah kulit kelapa untuk
memperoleh serat. Setelah itu coco fiber dipisahkan dari debu sehingga benar-
benar bersih. Kemudian serat sabut yang sudah bersih dipuntir atau dipintal baik
secara manual ataupun dengan mesin. Setelah itu pintalan tersebut digiling, digilas
dan dioven selama 2-3 jam dengan suhu 80 0C, lalu pintalan hasil pemanasan akan
didinginkan atau diperam selama 1-2 hari. Kemudian tambang serat dibuka
kembali, sehingga diperoleh serat sabut kelapa berbentuk keriting, selanjutnya
serat sabut yang sudah dalam bentuk keriting (coir) kemudian ditebar rata di
dalam kotak cetakan kayu yang beralas ram kawat. Proses pengolahan serat sabut
kelapa menurut Sinurat (2003) dan Pujiastuti (2007) dapat dilihat pada Gambar 1.
Pembersihan serat
Pemintalan
Pintalan kering
Penguraian pintalan
Serat keriting
Serat berkaret
Matras
Serat panjang Kerajinan: keset,
karpet, tali, dll
Geotekstil
Sabut Genteng
Serat pendek
Hardboard
Isolator listrik
Cocopeat
Debu sabut Hardboar
Kompos
Pengeringan
Lapisan tebal
Pemotongan
Sebutret
Gambar 3. Diagram alir proses pembuatan sebutret
(BPTK Bogor 2003 dan Meilani (2006)
Proses pembuatan serat sabut kelapa berkaret, pada proses ini serat sabut
kelapa yang sudah dikeritingkan, sesuai ukuran dan densitasnya kemudian dicetak
dalam cetakan secara manual sesuai dengan keperluan. Setelah serat keriting
dalam cetakan kemudian disemprot dalam tahap I (penyemprotan awal) dengan
kompon menggunakan kompresor. Penyemprotan pada tahap ini dilakukan secara
tipis pada seluruh bagian serat sabut kelapa. Setelah terlapisi kompon kemudian
divulkasisasi dalam oven untuk dikeringkan (tahap I), kemudian dikeluarkan dari
oven dan disemprot untuk tahap II (penyemprotan lanjutan), setelah itu lapisan-
lapisan tipis tadi dikumpulkan menjadi lapisan tebal akan dikempa dalam cetakan.
Setelah itu divulkanisasi di dalam oven selama 60-75 menit dengan suhu 100-110
0
C. Setelah kering, lapisan-lapisan tersebut dipotong-potong dan jadilah sebutret
yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Secara umum proses pembuatan serat
sabut kelapa berkaret (sebutret) menurut BPTK Bogor (2003) dan Meilani (2006)
seperti pada Gambar 3. Menurut Sinurat et al (2001) mengenai urutan serta alat
dan mesin (alsin) yang digunakan dalam pengolahan serat sabut kelapa berkaret
seperti pada Gambar 4.
Sabut segar
Pengeringan awal:
- Suhu kamar Penyemprotan Sheet Kompon lateks
- Kipas angin (alat penyemprot) (drum lateks)
- Pengalat pengeering
(40 0C)
Pengempaan:
Pembubuhan perekat: Penumpukan
- Baut penjepit
- Secara manual (secara manual) - Kempa manual
- Alat penyemprot
Gambar 4. Urutan serta alsin dalam pengolahan sebutret (Sinurat et al, 2001)
3.3.3.Pengambilan Keputusan
Pada tahap ini dilakukan pengembangan sejumlah alternatif strategi dan
pemilihan strategi terbaik yang sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal.
a. Matriks EFE dan Matriks IFE
Matriks EFE digunakan untuk manganalisis faktor-faktor eksternal,
mengklasifikannya menjadi peluang dan ancaman bagi usaha agroindustri yang
akan dijalankan, kemudian dilakukan pembobotan (Tabel 6). Begitu juga dengan
matriks IFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan
mengklasifikannya menjadi kekuatan dan kelemahan usaha yang akan dijalankan
(Tabel 7). Berikut adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFE)
menurut Rangkuti (2004) adalah:
1. Memasukan data atau informasi dalam kolom 1 faktor yang menjadi peluang
dan ancaman.
2. Memberikan bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis
3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan. Pemberian
nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar
diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai
rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat
besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya
adalah 4.
4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari
4,0 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).
5. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan tetentu bereaksi
terhadap faktor-faktor strategis eksternal.
Tabel 6. Matriks EFE
Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor = Bobot x Rating
A. Peluang
1.
2.
…………
Jumlah (A)
B. Ancaman
1.
2.
…………
Jumlah (B)
Total (A+B)
Sumber: David, 1997
Dalam matriks EFE, total skor untuk pembobotan adalah 1-4 dengan rata-
rata 2,5. Jika total skor pembobotan yang telah diberikan berada di bawah 2,5
maka kondisi eksternal organisasi lemah. Jika total skor berada di atas 2,5 maka
posisi eksternal organisasi kuat. Total skor 4,0 menunjukan bahwa organisasi
merespon peluang maupun acaman yang dihadapi dengan baik. Total skor 1,0
berarti organisasi tidak bisa memanfaatkan peluang dan menghindari amcaman
yang dihadapi. Dalam matrik IFE, total skor untuk pembobotan berkisar antara 1-
4, dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan yang diberikan di bawah 2,5
maka kondisi internal organisasi lemah, dan jika total skor berada di atas 2,5 maka
posisi internal organisasi sangat kuat.
b. Teknik Pembobotan.
Teknik yang digunakan dalam menentukan nilai bobot baik dari faktor
internal maupun eksternal adalah dengan teknik Pairwise Comparison. Teknik ini
akan membandingkan setiap variabel pada baris (baris horizontal) denga variabel
pada kolom (vertikal). Penentuan bobot pada setiap variabel yang dibandingkan
akan menggunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan akan menunjukan:
1 = jika faktor strategis internal atau eksternal pada baris/horizontal kurang
penting dari pada faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal.
2 = jika faktor strategis internal atau eksternal pada baris/horizontal sama
penting dengan faktor internal dan eksternal pada kolom/vertikal.
3 = jika faktor strategis internal atau eksternal pada baris/horizontal lebih
penting daripada faktor strategis internal dan eksternal pada kolom/vertikal.
Adapun bentuk dari penilaian bobot/pembobotan dengan metode Pairwise
Comparison dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9 (Kinnear dan Taylor, 1991)
berikut ini:
Tabel 8. Penilaian bobot faktor strategis internal
Faktor Strategis Internal A B ……. Total Bobot
A.
B.
……….
Total
Sumber: Kinnear dan Taylor, 1991
c. Teknik Peratingan
Pemberian nilai peringkat/rating terhadap faktor strategis internal
(kekuatan dan kelemahan), dapat dilihat dalam Tabel 10 dan Tabel 11 dengan
petunjuk pengisian sebagai berikut:
1. Pemberian nilai rating menunjukan tingkat faktor strategis sebagai kekuatan
atau kelemahan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan seperti
berikut:
- Nilai 4, jika faktor strategis tersebut dinilai mempunyai kekuatan utama.
- Nilai 3, jika faktor strategis tersebut dinilai mempunyai kekuatan kecil.
- Nilai 2, jika faktor strategis tersebut dinilai mempunyai kelemahan kecil.
- Nilai 1, jika faktor strategis tersebut dinilai mempunyai kelemahan utama.
2. Pengisian kolom penilaian rating dapat menggunakan tanda check list (√) atau
tanda silang (x) dan lain-lain pada kolom 2, 3, 4 dan 5.
Tabel 10. Penilaian rating pada faktor kekuatan
Kekuatan 4 3 2 1
1.
2.
……..
d. Matriks IE
Matriks Internal Eksternal merupakan gabungan antara matriks Internal
dan matriks Eksternal yang berisikan sembilan macam sel dan akan
memperlihatkan suatu kombinasi total nilai yang terboboti dari matriks IFE dan
matriks EFE. Tujuan dari penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh
strategi pengembangan yang lebih rinci. Diagram tersebut dapat mengidentifikasi
sembilan sel strategi perusahaan. Gambar kesembilan sel tersebut, yaitu seperti
pada Gambar 5.
Skor Total IFE
Kuat Rataan Lemah
4,0 3,0 2,0 1,0
I II III
Tinggi Growth Growth Stability
3,0
Skor IV V VI
Total Rataan Growth Stability Retrenchment
EFE 2,0
VI VIII IX
Rendah Stability Retrenchment Retrenchment
1,0
Pengumpulan Data
Analisis Data
Pairwise
Analisis SWOT Rating Pembobotan
Comparison
Diagram IE
4.4. Perekonomian
Nilai Produk Domestik Bruto (PDRB) kabupaten Sambas pada tahun 2009
atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 5.287.291.210,- . PDRB atas dasar
harga berlaku tahun 2009 ini mengalami peningkatan sebesar 13,13 % dari tahun
2008 yang berjumlah Rp 4.673.550.470,-. Sedangkan berdasarkan harga konstan
yaitu sebesar Rp 2.771.482.120,- yang mengalami peningkatan sebesar 5,43 %
dari tahun 2008 yang sebesar Rp 2.628.632.190,-. PDRB perkapita penduduk atas
dasar harga berlaku sebesar Rp 10.649.297,18. Sedangkan apabila dilihat
berdasarkan harga konstan adalah berjumlah Rp 5.582.218,40. PDRB perkapita
berdasarkan harga konstan ini mengalami peningkatan sebesar 4,27 %.
Tabel 18. Jumlah produksi kelapa dan sabut kelapa di Kalimantan Barat
No Nama Produksi Kelapa Produksi Sabut
Kabupaten/Kota (ton/tahun) Kelapa (ton/tahun)
1 Pontianak 14.547 1.475,066
2 Landak 752 76,253
3 Sambas 14.888 1.509,643
4 Bengkayang 2.529 256,441
5 Singkawang 1.424 144,394
6 Sanggau 299 30,319
7 Sekadau 1 0,101
8 Sintang 381 38,633
9 Melawi 116 11,762
10 Kapuas Hulu 52 5,273
11 Ketapang 1.755 117,957
12 Kayong Utara 5.037 510,752
13 Kubu Raya 37.818 3.834,745
Jumlah 79.599 8.011,339
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2011
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
10% 10%
15%
0 – 0,5 Ha
0,6 – 1 Ha
1,1 – 1,5 Ha
65%
>1,6 Ha
5%
20%
0 – 0,5 Ha
15% 0,6 – 1 Ha
60% 1,1 – 1,5 Ha
>1,6 Ha
Menurut David (2006) dan Hubeis (2011) fungsi manajemen terdiri dari
lima fungsi dasar, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian,
penunjukan staf dan pengendalian. Perencanaan terdiri dari semua aktivitas
manajerial yang berkaitan dengan persiapan mengenai masa depan.
Pengorganisasian berkaitan dengan semua mutu manajerial yang menghasilkan
struktur tugas dan hubungan wewenang. Fungsi pengorganisasian berkaitan
dengan desain organisasi, spesialisasi pekerjaan dan analisis pekerjaan. Fungsi
Pemotivasian berkaitan erat dengan kepemimpinan, komunikasi, kerjasama,
delegasi wewenang, kepuasan pekerjaan, pemenuhan kebutuhan, perubahan
organisasi, moral karyawan dan moral manajerial. Penunjukan staf berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya yaitu administrasi gaji dan upah, tunjangan
karyawan, wawancara penerimaan, pelatihan dan pengembangan manajemen.
pengendalian terdiri dari semua aktifitas manajerial yang diarahkan untuk
memastikan hasil konsisten dengan yang direncanakan.
Tabel 25. Fungsi dasar manajemen produksi
Fungsi Penjelasan
Proses Keputusan proses berkaitan dengan rancangan sistem
produksi fisik. Berbagai keputusan spesifiknya
mencakup pilihan teknologi, tata letak fasilitas, analisa
alur proses, lokasi fasilitas, perimbangan lini,
pengendalian proses dan analisa transportasi.
Kapasitas Keputusan kapasitas berkaitan dengan penentuan tingkat
output optimal bagi organisasi. Keputusan-keputusan
spesifiknya meliputi peramalan, pernecanaan fasilitas,
perencanaan agregat, penjadwalan, pernecanaan
kapasitas dan analisa antrean.
Persediaan Keputusan persediaan menyangkut pengelolaan tigkat
bahan mentah, proses pengerjaan dan barang
jadi.keputusan-keputusan spesifiknya mencakup apa
yang perlu dipesan, kapan dipesan, seberapa banyak
pesanannya dan penanganan bahan-bahan.
Angkatan Kerja Keputusan angkatan kerja berkaitan dengan pengelolaan
tenaga kerja terampil, tidak terampil dan manajerial.
Keputusan spesifiknya meliputi rancangan kerja,
pengukursn kerja dan teknik-teknik motivasi.
Kualitas Keputusan kualitas bertujuan untuk memastikan bahwa
barang dan jasa yang berkualitas tinggilah yang
diproduksi. Keputusan-keputusan spesifiknya meliputi
pengendalian (kontrol) kualitas, penentuan sampel,
pengujian, penjaminan kualitas dan pengendalian biaya.
Sumber: David, 2009
Faktor lain yang juga harus dimiliki dan dikuasai oleh pengusaha maupun
karyawan yaitu tentang produksi/operasi. Karena dengan rendahnya kualitas SDM
akan berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan. Oleh karena itu, fungsi ini
harus ada dalam suatu organisasi usaha yang dijalankan. Menurut David (2009)
fungsi dasar dalam produksi atau operasi seperti tercantum dalam Tabel 25.
Menurut David (2006) dan Hubeis (2011) manajemen produksi terdiri dari
lima fungsi keputusan, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu.
Proses menyangkut desain dari sistem produksi fisik. Kapasitas menyangkut
penetapan tingkat luaran maksimal untuk organisasi. Persediaan mencakup
mengelola banyaknya bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Tenaga
kerja berkenaan dengan mengelola tenaga kerja terampil, tidak terampil dan
manajerial. Mutu bertujuan untuk memastikan bahwa barang dan jasa bermutu
tinggi yang dihasilkan.
Selain itu, diharapkan dengan peningkatan SDM yang dimiliki dapat
mengakses informasi-informasi yang berkaitan dengan pemasaran produk
sebutret. Pemasaran menurut Hubeis (2011) merupakan proses menetapkan,
mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan
akan produk dan jasa, dimana keputusan mendasar yang harus dibuat untuk
menetukan pemasaran yang tepat adalah keputusan dalam bauran pemasaran
(seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaannya). Menurut David (2009) ada tujuh fungsi pemasaran (functions of
market ) pokok yaitu :
a. Analisis konsumen (costumer analysis).
Analisis konsumen merupakan pengamatan dan evaluasi kebutuhan, hasrat
dan keinginan konsumen. Hal ini dilakukan dengan melibatkan pengadaan
survei konsumen, penganalisaan informasi konsumen, pengevaluasian strategi
pemosisian pasar, pengembangan profil konsumen (memaparkan karakteristik
demografis dari konsumen) dan penentuan strategi segmentasi pasar.
b. Penjualan produk/jasa.
Penjualan (selling) meliputi banyak aktivitas pemasaran seperti iklan, promosi
penjualan, publisitas, penjualan perorangan, manajemen tenaga penjualan,
hubungan konsumen dan hubungan diller.
c. Perencanaan produk dan jasa (produk and service planning).
Perencanaan produk dan jasa meliputi berbagai aktifitas seperti uji pemasaran,
pemomosian produk dan merek, pemanfataan garansi, pengemasan, penentuan
pilihan produk, fitur produk, gaya produk, kualitas produk, penghapusan
produk lama dan penyediaan layanan konsumen.
d. Penetapan harga (pricing).
Tindakan dalam penetapan harga sangat penting untuk dilakukan dalam
rangka mempertahankan keberadaan produk dipasaran. Karena penetapan
harga yang terlalu tinggi justru akan merugikan perusahaan di waktu yang
akan datang.
e. Distribusi.
Distribusi mencakup pergudangan, saluran-saluran distribusi, cakupan
distribusi, lokasi atau wilayah penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, kurir
transportasi dan penjualan grosir
f. Riset pemasaran (marketing research).
Riset pemasaran adalah pengumpulan, pencatatan dan penganalisaan data
yang sistematis mengenai berbagai persoalan yang terkait dengan pemasaran
barang dan jasa.
g. Analisis peluang (opportunity analysis).
Analisis peluang melibatkan penilaian atas biaya, manfaat dan resiko yang
terkait dengan keputusan pemasaran. Ada tiga langkah yang diperlukan untuk
membuat analisis biaya-manfaat yaitu: 1) menghitung total biaya yang terkait
dengan suatu keputusan, 2) memperkirakan total manfaat dari keputusan
tersebut, dan 3) membandingkan total biaya dengan total manfaat.
2. Aspek non-teknis
Bedirinya industri pengolahan serat sabut kelapa berkaret diharapkan lebih
dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, jika keberadaan
perkebunan karet dan kelapa sebagai bahan baku tetap terjaga kelestariannya,
karena petani khususnya patani kelapa selain menjual kelapa dalam kopra, juga
akan mendapatkan tambahan dari penjualan sabut kelapanya. Apalagi di
Kabupaten Sambas masih belum ada industri pengolahan sebutret. Oleh karena itu
dengan adanya teknologi pengolahan sebutret paling tidak akan dapat membantu
masyarakat petani karet dan kelapa dalam upaya untuk meningkatkan nilai tambah
pada produk. Tetapi usaha pengembangan industri pengolahan sebutret tidak akan
dapat berjalan dengan baik apabila kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Daerah
dan perpolitikan yang berkembang kurang mendukung untuk terciptanya usaha
tersebut. Oleh karena itu kebijakan-kebijakan yang telah dibuat untuk
pengembangan agroinustri harus diaplikasikan dengan sebaik-baiknya, karena
menurut Hubeis (2011) kebijakan pemerintah yang berupa undang-undang baik di
tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten yang akan menentukan beroperasinya
suatu perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
memfasilitasi dan membangun kemitraan antara UKM-UKM yang ada dengan
industri-industri yang lebih besar serta antara industri hulu (pertanian) dengan
industri hilir (proses pengolahan). Tanpa adanya keterpaduan tersebut
perkembangan usaha agroindustri ini akan sulit untuk dicapai.
Gambar 13b. Mesin pemisah serat sabut kelapa (tampak samping kanan)
(Sinurat, 2000)
c) Mesin pemintal yang berfungsi untuk pemintalan serat.
Menurut Sinurat (2000) mesin pemintal serat terdiri dari empat unit
utama, yaitu motor listrik (1), corong pemuntir (8), rangka pemutar (9),
dan rol penggulung (13) seperti pada Gambar 15. Adapun cara kerja dari
mesin pemintal serat sabut kelapa adalah mesin pemintal serat digerakkan
oleh motor listrik yang bertenaga 1 Hp dengan laju putaran 1470 rpm.
Motor listrik (1) menggerakkan poros pulley (3) dan pulley (6) dengan
transmisi B-velt atau pulley (2), selanjutnya dengan transmisi atau pulley
(6) menggerakkan poros (7) yang juga sebagai poros roda gigi penggerak
kedua corong pemuntir (8). Demikian juga dengan pulley (3) yang
menggerakkan poros (4) berfungsi sebagai poros penggerak rangka
pemutar (9). Rangka pemutar (9) menggerakkan poros (10), dan
selanjutnya menggerakkan rol penggulung (13) dengan transmisi roda-
roda gigi (11) dan roda friksi (12). Serat yang akan dipintal akan ditumpuk
di atas pengumpan (14). Serat-serat tersebut dimasukan secara manual
melalui lobang pengumpan ke dalam corong pemuntir (8). Serat yang telah
dipuntir oleh corong pemuntir (8) dimasukan lagi ke dalam corong tetap
hingga ke lobang poros berongga (10) dan selanjutnya dipuntir dan ditekan
(dilemaskan) lagi oleh rol pemuntir. Pintalan serat yangkeluar dari roll
pemuntir digulung oleh rol penggulung (13). Setelah rol penggulung (13)
terisi penuh, pintalan serat akan dipindahkan atau digulung pada rol yang
lain dan akan dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan tali dengan
cara menggabungkan beberapa pintalan serat. Hasil dari pemintalan
dengan tenaga 1 Hp dengan laju putaran 1470 rpm dapat menghasilkan
109,86 m/jam. Gambar tentang alat pemintal serat dapat dilihat pada
Gambar 14 berikut ini:
Tampak atas
Tampak depan
Keterangan:
1. Motor
2. Pulley
3. Pulley
4. Poros
5. Poros
6. Pulley
7. Poros
8. Corong pemuntir
9. Rangka pemutar
10. Poros
11. Roda gigi
12. Roda friksi
13. Roll penggulung
14. Pengumpan
Tampak kanan 15. Rangka mesin
6.1. Kesimpulan
1. Faktor yang menjadi kekuatan utama, yaitu tersedianya pasar produk sebutret
dengan jumlah nilai sebesar 0,32, sedangkan faktor kelemahan terbesarnya
terletak pada produk masih belum dikenal oleh masyarakat dengan nilai 0,089.
Faktor yang menjadi peluang terbesar, adalah teknologi pembuatan sebutret
sudah ada dengan nilai 0,286, sedangkan faktor ancaman terbesarnya terletak
pada pemerintah belum konsisten dalam mengaplikasikan kebijakan dengan
nilai 0,089. Implikasi secara teknisnya berpengaruh terhadap manajemen
organsisasi seperti dalam perencanaan, pengendalian, pengelolaan keuangan,
pemasaran dan rendahnya kreatifitas untuk mengembangkan produk. Secara
non-teknis berpengaruh pada peningkatan pendapatan petani kelapa dengan
menjual sabutnya dan akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
serta akan mengurangi pengangguran dan akan meningkatkan nilai tambah
pada produk, sehingga kebijakan-kebijakan untuk pengembangan agroindustri
harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
2. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa strategi yang
tepat untuk pengembangan agroindustri sebutret di Kabupaten Sambas ada
sembilan strategi yaitu: (1) Melakukan pendataan ulang tentang kepemilikan,
fungsi dan tataguna lahan. (2) Melakukan studi kelayakan investasi usaha
sebutret. (3) Memproduksi barang sebutret yang sesuai dengan citarasa
konsumen dengan melakukan segmentasi pasar, targeting dan positioning. (4)
Melakukan kegiatan persiapan sumber daya manusia, sumber daya alam,
infrastruktur dan sumber pendanaan. (5) Membangun industri pengolahan
sebutret yang berbasis kerakyatan. (6) Melakukan kerjasama dengan lembaga
yang berkompeten dalam bidang pengolahan sebutret dalam proses alih
teknologi dan penelitian lebih lanjut tentang proses pengolahan sebutret. (7)
Menyediakan peralatan dan mesin proses produksi untuk menghasilkan
produk sebutret. (8) Menyediakan tenaga ahli dibidang pengolahan sebutret
dan bisnis agroindustri. Melakukan promosi produk sebutret. (9) Strategi yang
telah disebutkan di atas merupakan hasil dari analisis pada faktor internal dan
eksternal.
6.2. Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut lagi tentang teknologi proses pegolahan
sebutret agar dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas dengan biaya
produksi yang rendah sehingga harganya dapat bersaing dengan produk-
produk sejenis yang berbahan baku dari sintetis, terjangkau oleh kalangan
masyarakat menengah kebawah dan dapat diimplementasikan dalam industri
yang berskala kecil atau berskala rumah tangga.
2. Diperlukan penelitian tentang penanggulangan berbagai resiko pertanian
khususnya komoditas karet dan kelapa, seperti: resiko produksi yang
disebabkan oleh iklim, hama dan penyakit dan bencana alam; resiko pasar dan
pemasaran yang disebabkan oleh harga input dan output yang berfluktuasi;
resiko manusia yang disebabkan adanya pencurian, kecelakaan dan tenaga
kerja yang sakit; resiko institusional disebabkan oleh kebijakan-kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah dalam hal konsistensi dalam penerapan
kebijakan; dan resiko keuangan/finansial yang disebabkan oleh permodalan,
agar resiko-resiko yang menghambat untuk penyediaan bahan baku dalam
pengembangan agroindustri sebutret dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko A dan Heru SD. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Awang SA. 1991. Kelapa, Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta.
BPS Kalimantan Barat. 2011. Kalimantan Barat Dalam Angka. Pemda Provinsi
Kalimantan barat.
Balai Penelitian Teknologi Karet. 2003. Jok Sebutret, Produk Alternatif yang
Prosfektif. Pemda Kota Bogor.
Bhuana KS. 1990. Teori Vulkanisasi Karet. Pusat Penelitian Perkebunan. Bogor.
Di dalam Indriati T. 2004. Pengaruh Kadar Karet Kering dan Umur
Pemeraman Kompon Lateks Sentrifugasi Terhadap Karakteristik Serat Sabut
Kelapa Berkaret [Skripsi]. Teknologi Industri Pertanian. Bogor.
David FR. 2003. Strategic Management. 6th Ed. New Jersey, USA: Pretice Hall
Engelewood Cliffs.
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sambas. 2011. Laporan
Tahunan. Pemda Sambas.
Djatmiko BS. Raharja, dan Iskandar A. 1990. Pra Studi Kelayakan Komoditi
Sabut Kelapa. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Fatimah ZC. 2006. Karet. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara [Karya Ilmiah]. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1843/1/06008757.pdf.
[6 Desember 2010].
Ferry Y dan Mahmud Z. 2005. Prospek Pengolahan Hasil Samping Buah Kelapa.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Porspektif; 4. 2 : 55-63.
http://www.perkebunan.litbang.deptan.go.id/.../perspektif Vol 4 No.2-3
Zainal. [3 September 2010].
Goutara B, Djatmiko dan Tjiptadi W. 1985. Dasar Pengolahan Karet.
Agroindustri Press. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fateta IPB. Bogor.
George S. 2006. A Real-Life Situation Faced a Decision or Action Taken by an
Individual Manager or by an Organization at the Strategic, Functional or
Operational Levels. Management Case at Kurlon Ltd. Vikalpa Volume 31
No.3. http://www.scribd.com/doc/37164122/kurlon [13 Februari2012].
Handoko B. 1998. Modifikasi Proses Pembuatan Lateks Dadih Dari Lateks
Kebun. Laporan Intern BPTK Bogor-Unpublish.
Honggokusumo, S. 1985. Pengetahuan Lateks. Departemen Perdagangan dan
Koperasi. Jakarta.
Hubeis M. 2011. Pemetaan Usaha Kecil Prospektif di Bogor. Program Magister
Profesional Industri, Usaha Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana IPB.
Joseph GH dan Kindangen JG. 1993. Potensi dan Peluang Pengembangan
Tempurung, Sabut dan Batang Kelapa untuk Bahan Baku. Prosiding
Konferensi Nasional Kelapa III. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri.
Kamath A. 2009. Technological Modernisation in the Coir Fibre Industry:
Prescribing Innovation to a Traditional Low-Tech Sector in Kerala, India.
Paper for the DIME RAL2 WP 2.6 Conference on Industrial Dynamics and
Sectoral Systems, in Mila Theme: Entrepreneurship and innovation in new
and traditional sectors in developing countries.
http://portale.unibocconi.it/wps/allegatiCTP/Kamath.pdf [13 Februari 2012].
Kinnear TC dan Robinson. 1991. Marketing Research and Approach, Mc. Graw
Hill, New York.
Mahzan S, Zaidi AMA, Arsat N, Hatta MNM, Ghazali MI, Mohideen SR. 2010.
Study on Sound Absorbtion Properties of Coconut Coir Fibre Reinforced
Composite with Added Recycled Rubber. International Journal of Integrated
Engineering Vol 2, No 1.
http://penerbit.uthm.edu.my/ojs/index.php/ijie/article/view/126
[13Februari 2012].
Martini T. 2007. Pengaruh Cara Pengeritingan Serat sabut Kelapa dan Jumlah
Karet Terhadap Karakeristik Serat Sabut Kelapa Berkaret (Sebutret) [Skripsi]
Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Maspanger DR, Handoko B dan Haris U. 2001. Rekayasa Alsin Manufaktur Karet
Busa Untuk Industri Pedesaan. Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian. Jakarta.
Van Dam JEG. 1997. Prospect of Coir Technology and Market Development. Di
dalam Evironment friendly Coconut and Coconut Product. Proceeding of the
XXXIV Cocotech Meeting. Manila, Philipines, July 14-18.
Webster CC dan Baulkwill WJ. 1989. Rubber. John Willey and Sons, Inc. New
York.
Wildan A. 2010. Studi Proses Pemutihan Serat Kelapa Sebagai Reinforced Fiber
[Tesis]. Teknik Kimia Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Semarang. http://eprints.undip.ac.id/25180/1/achmad_wildan.pdf.
[25 April 2012].
Yuprin. 2009. Analisis pemasaran Karet Di Kabupaten Kapuas. Wacana ; 12. 3 :
519-538. http://www. images.soemarno.multiply.multiplycontent.com.
[3 Januari 2011].
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan bobot internal dan eksternal pengembangan agroindustri
sebutret
Pakar 1. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Perindustrian dan Perdagangan
Internal
Faktor Internal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A. Ketersediaan bahan baku yang banyak. 2 2 1 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 29 0.080
B. Tenaga kerja lokal cukup tersedia. 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0.074
C. Karet dan kelapa merupakan komoditas andalan masyarakat sebagai sumber pendapatan. 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 31 0.085
D. Kesuburan tanah yang cocok untuk budidaya tanaman karet dan kelapa. 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 24 0.066
E. Tersedianya pasar produk sebutret. 2 2 1 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 29 0.080
F. Skala usahatani yang dilakukan relatif kecil. 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 1 24 0.066
G. Tingkat pendidikan relatif rendah. 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 3 2 25 0.069
H. Sarana dan prasarana transportasi yang kurang mendukung. 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 26 0.071
I. Penguasaan teknologi oleh petani masih rendah
. 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 26 0.071
J. Belum adanya tenaga ahli atau tenaga professional tentang pengolahan
. sebutret 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 25 0.069
K. Produk masih belum dikenal oleh masyarakat. 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 28 0.077
L. Kurangnya akses terhadap informasi pasar. 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 21 0.058
M.Keterbatasan modal. 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 22 0.060
N. Daya saing yang rendah, hanya sebatas lokal desa dan kecamatan. 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 27 0.074
TOTAL 23 25 21 28 23 28 27 26 26 27 24 31 30 25 364 1.000
Eksternal
Faktor eksternal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A. Meningkatkan pendapatan dan menambah lapangan pekerjaan. 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 31 0,073
B. Masih belum ada industri pengolahan sabut kelapa. 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 28 0,067
C. Adanya dukungan yang diberikan oleh pemda. 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 28 0,067
D. Perekonomian masyarakat yang semakin meningkat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
E. Jumlah penduduk yang semakin meningkat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 29 0,069
F. Teknologi pembuatan sebutret sudah ada, 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 30 0,071
G. Ketidakpastian harga. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
H. Pasar dikuasai oleh produk yang berbahan baku dari sintetis. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 29 0,069
I. Pemerintah belum konsisten dalam mengaflikasikan kebijakan. 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 25 0,060
J. Ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit. 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 30 0,071
K. Politik dan keamanan. 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0,064
L. Perubahan cuaca. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 26 0,062
M.Hama tanaman. 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 23 0,055
N. Belum adanya kemitraan usaha yang kuat. 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 32 0,076
O. Kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait. 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 26 0,062
TOTAL 25 28 28 28 27 26 28 27 31 26 29 30 33 24 30 420 1.000
Lampiran 1 (Lanjutan).
Internal
Faktor Internal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A. Ketersediaan bahan baku yang banyak. 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 29 0.080
B. Tenaga kerja lokal cukup tersedia. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 29 0.080
C. Karet dan kelapa merupakan komoditas andalan masyarakat sebagai sumber pendapatan. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 27 0.074
D. Kesuburan tanah yang cocok untuk budidaya tanaman karet dan kelapa. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 25 0.069
E. Tersedianya pasar produk sebutret. 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 28 0.077
F. Skala usahatani yang dilakukan relatif kecil. 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 28 0.077
G. Tingkat pendidikan relatif rendah. 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 24 0.066
H. Sarana dan prasarana transportasi yang kurang mendukung. 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 25 0.069
I. Penguasaan teknologi oleh petani masih rendah. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 0.071
J. Belum adanya tenaga ahli atau tenaga professional tentang pengolahan sebutret
. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 28 0.077
K. Produk masih belum dikenal oleh masyarakat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 0.071
L. Kurangnya akses terhadap informasi pasar. 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 24 0.066
M.Keterbatasan modal. 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 21 0.058
N. Daya saing yang rendah, hanya sebatas lokal desa dan kecamatan. 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 0.066
TOTAL 23 23 25 27 24 24 28 27 26 24 26 28 31 28 364 1.000
Eksternal
Faktor eksternal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A. Meningkatkan pendapatan dan menambah lapangan pekerjaan. 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 32 0,076
B. Masih belum ada industri pengolahan sabut kelapa. 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 29 0,069
C. Adanya dukungan yang diberikan oleh pemda. 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
D. Perekonomian masyarakat yang semakin meningkat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
E. Jumlah penduduk yang semakin meningkat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 29 0,069
F. Teknologi pembuatan sebutret sudah ada, 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 31 0,074
G. Ketidakpastian harga. 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 23 0,055
H. Pasar dikuasai oleh produk yang berbahan baku dari sintetis. 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 31 0,074
I. Pemerintah belum konsisten dalam mengaflikasikan kebijakan. 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 27 0,064
J. Ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit. 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 27 0,064
K. Politik dan keamanan. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0,064
L. Perubahan cuaca. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 26 0,062
M.Hama tanaman. 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 23 0,055
N. Belum adanya kemitraan usaha yang kuat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 30 0,071
O. Kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait. 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 29 0,069
TOTAL 24 27 28 28 27 25 33 25 29 29 29 30 33 26 27 420 1.000
Lampiran 1 (Lanjutan).
Pakar 3: Bappeda
Internal
Faktor Internal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A. Ketersediaan bahan baku yang banyak. 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 26 0.071
B. Tenaga kerja lokal cukup tersedia. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 0.071
C. Karet dan kelapa merupakan komoditas andalan masyarakat sebagai sumber pendapatan. 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 26 0.071
D. Kesuburan tanah yang cocok untuk budidaya tanaman karet dan kelapa. 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 24 0.066
E. Tersedianya pasar produk sebutret. 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 27 0.074
F. Skala usahatani yang dilakukan relatif kecil. 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 28 0.077
G. Tingkat pendidikan relatif rendah. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 24 0.066
H. Sarana dan prasarana transportasi yang kurang mendukung. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 0.071
I. Penguasaan teknologi oleh petani masih rendah
. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 29 0.080
J. Belum adanya tenaga ahli atau tenaga professional tentang pengolahan sebutret
. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 0.071
K. Produk masih belum dikenal oleh masyarakat. 2 2 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 28 0.077
L. Kurangnya akses terhadap informasi pasar. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 25 0.069
M.Keterbatasan modal. 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 24 0.066
N. Daya saing yang rendah, hanya sebatas lokal desa dan kecamatan. 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 25 0.069
TOTAL 26 26 26 28 25 24 28 26 23 26 24 27 28 27 364 1.000
Eksternal
Faktor eksternal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A. Meningkatkan pendapatan dan menambah lapangan pekerjaan. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 29 0,069
B. Masih belum ada industri pengolahan sabut kelapa. 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 29 0,069
C. Adanya dukungan yang diberikan oleh pemda. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 27 0,064
D. Perekonomian masyarakat yang semakin meningkat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
E. Jumlah penduduk yang semakin meningkat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 29 0,069
F. Teknologi pembuatan sebutret sudah ada, 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 30 0,071
G. Ketidakpastian harga. 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0,065
H. Pasar dikuasai oleh produk yang berbahan baku dari sintetis. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 29 0,069
I. Pemerintah belum konsisten dalam mengaflikasikan kebijakan. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
J. Ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit. 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 30 0,071
K. Politik dan keamanan. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
L. Perubahan cuaca. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0,064
M.Hama tanaman. 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 24 0,057
N. Belum adanya kemitraan usaha yang kuat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
O. Kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait. 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0,064
TOTAL 27 27 29 28 27 26 29 27 28 26 28 29 32 28 29 420 1.000
Lampiran 1 (Lanjutan).
Pakar 4: Akademisi 1
Internal
Faktor Internal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A. Ketersediaan bahan baku yang banyak. 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 28 0.077
B. Tenaga kerja lokal cukup tersedia. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 0.071
C. Karet dan kelapa merupakan komoditas andalan masyarakat sebagai sumber pendapatan. 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 29 0.080
D. Kesuburan tanah yang cocok untuk budidaya tanaman karet dan kelapa. 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 24 0.066
E. Tersedianya pasar produk sebutret. 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 32 0.088
F. Skala usahatani yang dilakukan relatif kecil. 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 27 0.074
G. Tingkat pendidikan relatif rendah. 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 22 0.060
H. Sarana dan prasarana transportasi yang kurang mendukung. 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 24 0.066
I. Penguasaan teknologi oleh petani masih rendah. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 0.071
J. Belum adanya tenaga ahli atau tenaga professional tentang pengolahan sebutret
. 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 25 0.069
K. Produk masih belum dikenal oleh masyarakat. 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 1 26 0.071
L. Kurangnya akses terhadap informasi pasar. 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 25 0.069
M.Keterbatasan modal. 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 23 0.063
N. Daya saing yang rendah, hanya sebatas lokal desa dan kecamatan. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 27 0.074
TOTAL 24 26 23 28 20 25 30 28 26 27 26 27 29 25 364 1.000
Eksternal
Faktor eksternal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A. Meningkatkan pendapatan dan menambah lapangan pekerjaan. 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 30 0,071
B. Masih belum ada industri pengolahan sabut kelapa. 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 30 0,071
C. Adanya dukungan yang diberikan oleh pemda. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 29 0,069
D. Perekonomian masyarakat yang semakin meningkat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
E. Jumlah penduduk yang semakin meningkat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
F. Teknologi pembuatan sebutret sudah ada, 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 31 0,074
G. Ketidakpastian harga. 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 28 0,067
H. Pasar dikuasai oleh produk yang berbahan baku dari sintetis. 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 29 0,069
I. Pemerintah belum konsisten dalam mengaflikasikan kebijakan. 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 27 0,064
J. Ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit. 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 30 0,071
K. Politik dan keamanan. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
L. Perubahan cuaca. 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 26 0,062
M.Hama tanaman. 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 23 0,055
N. Belum adanya kemitraan usaha yang kuat. 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 27 0,064
O. Kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait. 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 0,062
TOTAL 26 26 27 28 28 25 28 27 29 26 28 30 33 29 30 420 1.000
Lampiran 1 (Lanjutan).
Pakar 5: Akademisi 2
Internal
Faktor Internal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A. Ketersediaan bahan baku yang banyak. 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 29 0.080
B. Tenaga kerja lokal cukup tersedia. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 0.071
C. Karet dan kelapa merupakan komoditas andalan masyarakat sebagai sumber pendapatan. 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 30 0.082
D. Kesuburan tanah yang cocok untuk budidaya tanaman karet dan kelapa. 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 23 0.063
E. Tersedianya pasar produk sebutret. 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 30 0.082
F. Skala usahatani yang dilakukan relatif kecil. 2 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 24 0.066
G. Tingkat pendidikan relatif rendah. 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 25 0.069
H. Sarana dan prasarana transportasi yang kurang mendukung. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 25 0.069
I. Penguasaan teknologi oleh petani masih rendah. 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 3 2 26 0.071
J. Belum adanya tenaga ahli atau tenaga professional tentang pengolahan sebutret
. 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 25 0.069
K. Produk masih belum dikenal oleh masyarakat. 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0.074
L. Kurangnya akses terhadap informasi pasar. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 25 0.069
M.Keterbatasan modal. 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 20 0.055
N. Daya saing yang rendah, hanya sebatas lokal desa dan kecamatan. 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 29 0.080
TOTAL 23 26 22 29 22 27 28 26 27 27 25 27 32 23 364 1.000
Eksternal
Faktor eksternal A B C D E F G H I J K L M N O Total Bobot
A. Meningkatkan pendapatan dan menambah lapangan pekerjaan. 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 30 0,071
B. Masih belum ada industri pengolahan sabut kelapa. 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 26 0,062
C. Adanya dukungan yang diberikan oleh pemda. 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0,064
D. Perekonomian masyarakat yang semakin meningkat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
E. Jumlah penduduk yang semakin meningkat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 29 0,069
F. Teknologi pembuatan sebutret sudah ada, 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
G. Ketidakpastian harga. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
H. Pasar dikuasai oleh produk yang berbahan baku dari sintetis. 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 30 0,071
I. Pemerintah belum konsisten dalam mengaflikasikan kebijakan. 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 27 0,064
J. Ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit. 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 30 0,071
K. Politik dan keamanan. 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 29 0,069
L. Perubahan cuaca. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
M.Hama tanaman. 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 25 0,060
N. Belum adanya kemitraan usaha yang kuat. 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 0,067
O. Kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait. 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 27 0,064
TOTAL 26 30 29 28 27 28 28 26 29 26 27 28 31 28 29 420 1.000
Lampiran 1 (Lanjutan).
PETUNJUK PENGISIAN
PETUNJUK PENGISIAN
12. Kalau yang bapak/ibu jual dalam bentuk kelapa tua yang sudah dikupas,
kepada siapakah bapak/ibu menjualnya?
Pedagang pengumpul desa
Menjual langsung ke pabrik pengolahan minyak kelapa
Pedagang pengumpul kecamatan
Lainnya, sebutkan ___________________________
13. Berapa butir buaha kelapa yang bapak/ibu jual dalam satu kali panen?
…………………………………………………………………………………
14. Berapa harga per-butir buah kelapa di tempat bapak/ibu jual?
Rp………………………………………………………………………………
15. Bagaimana stabilitas/kondisi harga kelapa saat ini?
Tidak stabil Stabil Cukup stabil Sangat stabil
Lainnya, sebutkan_________________
16. Apa faktor penyebab ketidakstabilan harga kelapa?
Pengaruh perubahan musim
Pengaruh perubahan harga pasar internasional
Tidak adanya mekanisme penentuan harga
Lainnya, sebutkan_________________
17. Berapa jumlah penghasilan rata-rata dalam satu kali panen bapak/ibu dapatkan
dari hasil penjualan buah kelapa?
< Rp 25.000 Rp 26.000 - Rp 50.000 Rp 75.000 - Rp 100.000
Rp 51.000 - Rp 75.000 > Rp 100.000 Lainnya, sebutkan _______
18. Kalau yang bapak/ibu jual dalam bentuk kopra, kepada siapakah bapak/ibu
menjualnya?
Pedagang pengumpul desa
Menjual langsung ke pabrik pengolahan minyak kelapa
Pedagang pengumpul kecamatan
Lainnya, sebutkan __________________________
19. Berapa jumlah (kg) kopra yang bapak/ibu hasilkan dalam satu kali panen?
…………………………………………………………………………………
Lampiran 4 (Lanjutan).
PETUNJUK PENGISIAN
5. Berapa harga (Rp/kg) yang telah bapak/ibu tawarkan dalam membeli hasil
olahan karet?
…………………………………………………………………………………
6. Kepada siapakah bapak/ibu menjual kembali karet yang telah dibeli tersebut ?
Pedagang pengumpul desa Menjual langsung ke pabrik
Pedagang pengumpul kecamatan Lainnya, sebutkan _______
7. Berapa kali dalam 1 bulan bapak/ibu menjual kembali karet yang telah dibeli
tersebut ?
1 kali 3 kali
2 kali Lainnya, sebutkan ________________
8. Berapakah harga karet yang bapak/ibu dapatkan saat ini?
…………………………………………………………………………………
9. Bagaimana stabilitas/kondisi harga karet saat ini?
Tidak stabil Stabil Sangat stabil
Cukup stabil Lainnya, sebutkan_________________
10. Apa faktor penyebab ketidakstabilan harga karet?
Pengaruh perubahan musim
Pengaruh perubahan harga pasar internasional
Tidak adanya mekanisme penentuan harga
Lainnya, sebutkan_________________
11. Berapa jumlah penghasilan rata-rata bapak/ibu dapatkan dari hasil penjualan
karet?
< Rp 500.000 Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000
Rp 500.000 - Rp 1.000.000 > Rp 2.000.000 (sebutkan ____________)
Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000
12. Apakah jenis transportasi yang gunakan dalam mendukung usaha yang
bapak/ibu lakukan?
Transportasi sungai Transportasi darat
Lampiran 5 (Lanjutan).
13. Jika jenis transportasi yang digunakan adalah transportasi sungai, apakah
infrastruktur yang ada sudah mendukung usaha yang bapak/ibu lakukan?
Ya
Tidak (alasannya……………………………………………………………)
14. Jika jenis transportasi yang digunakan adalah transportasi darat, apakah
infrastruktur yang ada (jalan dan lain-lain) sudah mendukung usaha yang
bapak/ibu lakukan?
Ya
Tidak (alasannya……………………………………………………………)
15. Apa saja hambatan yang hadapi dalam pengembangan usaha yang bapak/ibu
lakukan ini?
…………………………………………………………………………………
16. Apakah bapak/ibu sudah mengetahui bahwa sekarang pemerintah telah
mengeluarkan dana pinjaman usaha yang disebut dengan KUR (Kredit Usaha
Rakyat)?
Ya
Tidak (alasannya……………………………………………………………)
17. Apakah bapak/ibu berkeinginan untuk melakukan peminjaman dana tersebut?
Ya Tidak
18. Jika jawaban pada nomor 16 adalah Ya, bagaimana kemudahan untuk
mengakses melakukan peminjaman dana tersebut?
Mudah Sulit
19. Sepengetahuan bapak/ibu, apakah ada agunan/jaminan/persyaratan yang
ditetapkan oleh pihak Bank untuk mengakses/melakukan peminjaman dana
tersebut?
Ya Tidak
20. Jika jawaban pada nomor 19 adalah Ya, apakah bentuk/jenis
agunan/jaminan/persyaratan yang harus dikeluarkan tersebut?
…………………………………………………………………………………
Lampiran 5 (Lanjutan).
PETUNJUK PENGISIAN
Lainnya, sebutkan_________________
Lampiran 6 (Lanjutan).
PETUNJUK PENGISIAN
17. Menurut bapak/ibu, apakah harga produk/peralatan rumah tangga yang berasal
dari kapuk saat ini tergolong mahal?
Ya Tidak
18. Jika dikeluarkan produk/peralatan rumah tangga yang dapat menggantikan
kapuk yang, maka menurut bapak/ibu harga yang sesuai untuk produk baru
tersebut adalah?
Lebih murah dari harga rata-rata kapuk yang ada dipasaran
Lebih mahal dari harga rata-rata kapuk yang ada dipasaran
Sama dengan harga rata-rata kapuk yang ada dipasaran
19. Jika produk /peralatan rumah tangga pengganti kapuk tersebut sudah
dikeluarkan dengan harga dengan harga yang sedikit lebih mahal tapi dengan
kualitas yang lebih baik, apakah bapak/ibu tertarik untuk
mencoba/membelinya?
Pasti beli. Mungkin tidak beli. Ragu-ragu.
Mungkin beli. Tidak
20. Apakah bapak/ibu mengetahui/mengenal produk/peralatan rumah tangga
(kursi, kasur, bantal dan lain-lain) dari serat sabut kelapa berkaret (sebutret)?
Ya Tidak
21. Jika jawaban pada nomor 20 adalah Ya, apakah bapak/ibu berkeinginan untuk
menggunakan produk sebutret tersebut?
Ya
Tidak (alasannya...………………..………………………………………)
22. Jika jawaban pada nomor 20 Tidak, apakah bapak/ibu berkeinginan untuk
mengetahui/mengenal produk sebutret tersebut?
Ya
Tidak (alasannya…………………..………………………………………)
23. Bentuk promosi seperti apa yang bapak/ibu harapkan pada produk sebutret?
(jawaban bisa lebih dari satu)
Media cetak (surat kabar) Dari rumah ke rumah
Media eletronik (televisi) Radio
Leflet/Brosur Lainnya, sebutkan_____________
Lampiran 7 (Lanjutan).
PETUNJUK PENGISIAN
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : …………………….
Instansi : …………………….
Alamat : ..……………………
Umur : …………………….
Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan
Petunjuk umum:
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung dan tertulis oleh responden.
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden.
3. Dalam mengisi kuesioner, responden diharapkan melakukannya secara
sekaligus (tidak menunda/sebagian) untuk menghindari inkonsistensi jawaban.
Petunjuk khusus:
1. Pembobotan dengan metode Paired Comparaison yaitu penilaian bobot
(weight) dengan membandingkan setiap faktor strategi internal dan eksternal
usaha, dimana setiap bobot peubah digunakan skala 1, 2, dan 3 dengan
keterangan sebagai berikut:
1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal,
2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal,
3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal,
2. Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap
setiap faktor strategi internal dan eksternal usaha.
Pembobotan internal pengembangan agroindustri sebutret
Faktor Internal A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
A. Ketersediaan bahan baku yang banyak .
B. Tenaga kerja lokal cukup tersedia .
C. Karet dan kelapa merupakan komoditas andalan masyarakat sebagai sumber pendapatan
.
D. Kesuburan tanah yang cocok untuk budidaya tanaman karet dan kelapa .
E. Tersedianya pasar produk sebutret .
F. Skala usahatani yang dilakukan relatif kecil .
G. Tingkat pendidikan relatif rendah .
H. Sarana dan prasarana transportasi yang kurang mendukung .
I. Penguasaan teknologi oleh petani masih rendah .
J. Belum adanya tenaga ahli tentang proses produksi pembuatan sebutret .
K. Produk masih belum dikenal oleh masyarakat .
L. Kurangnya akses terhadap informasi pasar .
M. Keterbatasan modal .
N. Daya saing yang rendah , hanya sebatas lokal desa dan kecamatan .
TOTAL
KELEMAHAN 4 3 2 1
- Skala usahatani yang dilakukan relatif kecil.
- Tingkat pendidikan relatif rendah .
- Sarana dan prasarana transportasi yang kurang mendukung.
- Penguasaan teknologi oleh petani masih rendah.
- Belum adanya tenaga ahli. tentang proses produksi pembuatan
sebutret.
- Produk masih belum dikenal oleh masyarakat.
- Kurangnya akses terhadap informasi pasar.
- Keterbatasan modal.
- Daya saing yang rendah, hanya sebatas lokal desa dan kecamatan.
Lampiran 8 (Lanjutan).
2. Pemberian nilai peringkat/rating terhadap faktor strategis eksternal (peluang
dan ancaman)
Petunjuk pengisian:
a) Pemberian nilai rating didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam
meraih peluang yang ada. Pemberian nilai peringkat seperti seperti
berikut:
- Nilai 4, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang “sangat baik”
dalam meraih peluang.
- Nilai 3, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang ”baik” dalam
meraih peluang.
- Nilai 2, jika perusahaan mempunyai kemampuan yang “cukup baik”
dalam meraih peluang.
- Nilai 1,jika perusahaan mempunyai kemampuan “tidak baik” dalam
meraih peluang.
b) Pemberian nilai rating yang didasarkan pada kemampuan perusahaan
dalam menghindari ancaman yang ada. Pemberian nilai tersebut seperti di
bawah ini:
- Nilai 4, jika ancaman tersebut kecil.
- Nilai 3, jika ancaman tersebut sedang.
- Nilai 2, jika ancaman tersebut besar.
- Nilai 1, jika ancaman tersebut sangat besar.
c) Pengisian kolom penilaian rating menggunakan tanda check list (√)
PELUANG 4 3 2 1
- Meningkatkan pendapatan dan menambah peluang usaha dan lapangan pekerjaan.
- Masih belum adanya industri pengolahan dan pemanfaatan sabut kelapa.
- Adanya dukungan yang diberikan oleh pemda .
- Perekonomian masyarakat yang semakin meningkat.
- Jumlah penduduk yang semakin meningkat.
- Teknologi pembuatan sebutret sudah ada,
ANCAMAN 4 3 2 1
- Ketidakpastian harga bahan baku ditingkat petani.
- Pasar dikuasai oleh produk yang berbahan baku dari sintetis.
- Pemerintah belum konsisten dalam mengaplikasikan kebijakan.
- Ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit.
- Politik dan keamanan.
- Perubahan cuaca.
- Hama tanaman.
- Belum adanya kemitraan usaha yang kuat.
- Kurangnya koordinasi antar instansi yang terkait.