You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Menurut Satyanegara, (2010) dalam Nuratif Amin H & Kusuma H, (2015)
menyebutakan bahwa epilepsy merupakan kejang yang menyerang seseorang
yang tampak sehat atau sebagai ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai
akibat oleh disfungsi otak sesaat dimanifestasikan sebagai fenomena motorik,
sensorik, otonomik, atau psikis yang abnormal.
Menurut Smeltzer, (2006) dalam Nuratif Amin H & Kusuma H, (2016)
Epilepsy adalah gejala komplek dari gangguan fungsi otak berat yang
dikarekteristikkan oleh kejang berulang, sehingga epilespsy bukan
penyakit tetapi suatu gejala.

2. Etiologi
Menurut Smeltzer, (2006) dalam Nuratif Amin H & Kusuma H, (2016)
Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik pada sel saraf pada salah
satu bagian otak, yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik
abnormal, berulang dan tidak terkontrol. Menurut manjoer, arif etiologi dari
epilepsy adalah:
a. Idiopatik
b. Factor herediter: seperti sklerosis tuberose, hipoglikemi, dan lain lain
c. Factor genetic: pada kejang demam dan breath holding spell
d. Kelainan konginetal otak: atrofi dan agenesis korpus kolosum
e. Gangguan metabolik: hipernatremi, hiponatremi, hipokalsemia, dan
hipoglikemia
f. Infeksi: radang yang disebabkan oleh bakeri atau virus pada otak dan
selapuntnya
g. Trauma
h. Neoplasma otak dan selaputnya
i. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
j. Keracunan: timbale, kamper, fenotiazin, dan air
k. Lain lain: penyakit darah, kelainan hormon, degenerasi serebral.

3. Tanda dan gejala


Menurut Yuliana Elin, (2009) dalam Nuratif Amin H & Kusuma H, (2016)
gejala epilepsy antara lain:
a. Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam kejangnya
b. Kejang komplek parsial dapat termasuk gambaran somatosensori atau
motor fokal
c. Kejang komplek parsial dikaitkan dengan perubahan kesadaran
d. Ketiadaan kejang dapat tampak relative ringan, dengan periode perubahan
kesadaran hanya sangat singkat (detik).
e. Kejang tonik klonik umum
Menurut ali, (2001) dalam Nuratif Amin H & Kusuma H, (2016) tanda klinik
dan data Elektroensefalogram (EEG) kejang pada epilepsy dibagi menjadi dua
macam antara lain:
a. Kejang umum, jika aktivasi terjadi pada kedua hemisfer otak secara
bersama sama. Kejang umum dibagi menjadi:
1) Tonic-clonic convulation
Bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas
terangah-engah, keluar air liur, sianosis, ngompol, kemudian diikuti
lemah, kebingungan dan sakit kepala.
2) Abscense attack
Jarang umumnya hanya terjadi pada anak-anak atau awal remaja
penderita tiba-tiba melotot, berkedip-kedip dengan kepala terkulai dan
kejadian cuma beberapa detik dan tidak disadari.

3) Myclonic seizure
Terjadi pada pagi hari setelah pasien bagun tidur dan mengalami
sentakan-sentakan yang tiba-tiba.
4) Atonic seizure
Jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuhtetapi bisa
segera recovered.
b. Kejang parisial/ focal jika dimulai dari daerah tertentu bagian otak kejang
parsial dibagi menjadi dua yaitu:
1) Simple porcisl seizure
Pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan-sentakan pada
bagian tertentu tubuh.
2) Complex partial seizures
Pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali seperti mengunyah
meringis tanpa kehilangan kesadaran.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. EEG (elektroensefalogram).
Pemeriksaan EEG sangat berguna membantu kita menegagagkan diagnose
epilepsy, bila ditemukan aktivitas epilepsiform pada periode inter-iktal atau
abnormalitas fokal. Rekaman EEG dikatakan abnormal bila terdapat:
1) Asimetris Irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama
dikedua hemisfer otak.
2) Irama gelombang tidak teratur
3) Irama gelombang lebih lambat dibanding seharusnya misalnya:
gelombang delta.
4) Adanya gelombang yang tidak biasanya terdapat pada anak normal,
misalnya: gelombang tajam, paku (spke), paku ombak, paku majemuk,
dan gelombang lambat yang timbul secara paroksismal.
b. EKG (elektrokardiogram) dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan
irama jantung sebagai akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak,
yang bisa menyebabkan seseorang mengalami pingsan.
c. Pemeriksaan computed tomography (CT scan) dan magnetic resonance
imaging (MRI) dilakukan untuk menilai adanya tumor atau kanker otak,
stroke, jaringan parut dan kerusakan karena cedera kepala.
d. Kadang dilakukan pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi
infeksi otak.
e. Pemeriksaan darah
Kelainan-kelainan darah tertentu dapat menyebabkan serangan epilepsi,
misalnya sikle cell, polisitemia dan leukemia. Pemeriksaan gula darah,
elektrolit darah ureum perlu dilakukan atas dasar indikasi. Misalnya
serangan spasme infantil dapat disebabkan oleh karena hipoglikemia.
Pemerikasaan TORCH.
f. Pemeriksaan urin
g. Kadang – kadang serangan epilepsi juga disebabkan oleh kelainan fingsi
ginjal yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan urin untuk mengetahui
asam amino dalam urine.
6. Penatalakbanaan
Pengobatan yang diberikan pada epilepsi jika penyebabnya adalah tumor,
infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abnormal, maka keadaan
tersebut harus diobati terlebih dahulu. Jika keadaan tersebut sudah teratasi,
maka kejangnya sendiri tidak memerlukan pengobatan. Jika penyebabnya
tidak dapat disembuhkan atau dikendalikan secara total, maka diperlukan obat
anti-kejang untuk mencegah terjadinya lanjutan. Tujuan utama terapi epilepsy
adalah tercapainya kualitas hidup penderita yang optimal. Cara untuk
mencapai tujuan tersebut antara lain menghentikan bangkitan, mengurangi
frekuensi bangkitan tanpa efek samping atau dengan efek samping seminimal
mungkin serta menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Pengobatan ada 2 macam:
a. Non farmakologi
1) Amati faktor pemicu
2) Menghindari faktor pemicu seperti stress konsumsi kopi, atau alkohol,
perubahan jadwal tidur, terlambat makan dan lain lain.
b. Farmakologi
Obat Jenis epilepsi Efek samping yg mungkin terjadi
Jumlah sel darah putih & sel darah merah
Karbamazepin Generalisata, parsial
berkurang
Jumlah sel darah putih & sel darah merah
Etoksimid Petit mal
berkurang
Gabapentin Parsial Tenang
Lamotrigin Generalisata, parsial Ruam kulit
Fenobarbital Generalisata, parsial Tenang
Fenitoin Generalisata, parsial Pembengkakan gusi
Primidon Generalisata, parsial Tenang
Valproat Kejang infantil, petit mal Penambahan berat badan, rambut rontok

7. Perawatan
Tindakan yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Jangan panik karena serangan akan berhenti sendiri
b. Bebaskan jalan nafas, longgarkan baju
c. Bila mulut terbuka, masukkan bahan empuk diantara gigi
d. Bila mulut tertutup jangan dibuka paksa
e. Miringkan kepala agar ludah keluar
f. Jangan memberi minum sebelum klien benar-benar sadar

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien
ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang.
Asupan alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji: Apakah ada
keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang? Mekanisme koping apa
yang digunakan? Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan
membantu dalam mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya
a. Selama serangan :
1) Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan.
2) Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.
3) Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
4) Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik,
kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.
5) Apakah pasien menggigit lidah.
6) Apakah mulut berbuih.
7) Apakah ada inkontinen urin.
8) Apakah bibir atau muka berubah warna.
9) Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.
10) Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada
satu sisi atau keduanya.

b. Sesudah serangan
1) Apakah pasien : letargi, bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan
bicara
2) Apakah ada perubahan dalam gerakan.
3) Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum,
selama dan sesudah serangan.
4) Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi
denyut jantung.
5) Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.
c. Riwayat sebelum serangan
1) Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi.
2) Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.
3) Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik,
olfaktorik maupun visual.
d. Riwayat Penyakit
1) Sejak kapan serangan terjadi.
2) Pada usia berapa serangan pertama.
3) Frekuensi serangan.
4) Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam,
kurang tidur, keadaan emosional.
5) Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai
dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.
6) Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak
7) Apakah makan obat-obat tertentu
8) Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.

e. Pemeriksaan Fisik
1) B1: Breath
Dipnoe, sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas sampai apnoe,slem
banyak karena hipersalivasi.
2) B2: Blood
Penurunan nadi, hipertensi, acral dingin, CT > dari 2 detik, sianosis,
suhu tubuh kadang tinggi bila pemicunya infeksi.

3) B3: Brain
Sakit kepala, migren, kejang berulang, penurunan kesadaran, gelisah,
gangguan sensori penglihatan (seperti melihat kilatan cahaya), dan
sensori penghidu (membau yang aneh)
4) B4: Blader
Inkontinensia urine, peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus
spinkter.
5) B5: Bowel
Inkontinensia feses, nyeri perut, resistensi terhadap makanan mual
muntah
6) B6: Bone
Kejang, peningkatan tonus otot,Penurunan tonus otot,nyeri otot dan
punggung, gerakan involunter, kerusakan jaringan lunak dan gigi.
7) B7 Breast
Seksualitas Semua data tentang kondisi seksualitas ibu dan anak,
8) B8 Bonding Attachment
Data tentang tumbuh kembang dan psikologi orang tua dan anak
9) B9 Behavior And Community
Data tentang tingkah laku dan sosialisasi orang tua dan anak
10) B10 Blood Examination
Data penunjang dari hasil pemeriksaan darah

2. Diagnosa
a. Diagnosa pertama: Risiko cidera berhubungan dengan aktivitas kejang.
b. Defisiensi pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan kurangnya
sumber informasi
c. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan kekhawatiran
orang terdekat pasien
3. Perencanaan

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO KEP/MASALAH KRITERIA RENCANA TINDAKAN RASIONAL TTD
KOLABORATIF HASIL
Risiko cidera berhubungan Tujuan: Risiko Monitoring dan evaluasi 1. Untuk mengetahui
dengan aktivitas kejang cidera Anak akan 1. Observasi keadaan klien dan perkembangan
menurun ketika intensitas kejang pasien
kejang Nursing treatment: 2. pasien kejang akan
KH: 2. Lindungi klien dari trauma kehilangan
- Anak terbebas atau kejang dengan memasang koordinasi otot
dari cidera pengaman tempat tidur sehingga dapat
- Keluarga dapat 3. Anjurkan keluarga agar menyebabkan
menjelaskan mempersiapkan lingkungan trauma
cara mencegah yang aman seperti batasan 3. Melindungi pasien
cidera tempat tidur, papan bila kejang terjadi
- Keluarga dapat 4. Mengurangi risiko
pengaman, dan alat suction
menjelaskan jatuh atau terluka
selalu dekat dengan pasien
faktor penyebab jika kejang
4. Anjurkan mempertahankan
cidera 5. Posisi nyaman
bedrest total selama fase akut
- Memodifikasi megurangi risiko
HE kepada orang tua tentang
gaya hidup cidera
penata laksanaan kejang: 6. Untuk efektifan
untuk
5. Atur posisi aman beri jalan nafas agar
menghindari
bantalan lunak dikepala lidah tidak jatuh ke
cidera
6. Memasang spatel lunak belakang
- Menggunakan
seperti kayu atau dengan 7. keadaan kejang
fasilitas
kasaketika anak kejang dan mengakibatkan
kesehatan yang jangan memberi spatel logam penurunan
ada agar gigi anak tidak tanggal kesadaran agar tidak
- Mamapu 7. Jangan merubah posisi yang terjadi cidera maka
mengenali melawan saat kejang ikuti gerakan anak
perubahan status Kolaborasi: kejang
kesehatan 8. pemberian fenitoin (dilantin ) 8. Terapi medikasi
untuk mengontrol
menurunkan respons
kejang berulang

Defisiensi pengetahuan pada Tujuan: Keluarga Monitoring dan evaluasi 1. Untuk mengetahui
keluarga berhubungan memahami yang 1. Menilai tentang pemahaman pemahaman yang di
dengan kurangnya sumber dijelaskan keluarga tentang penyakit dapat keluarga
informasi perawat/tenaga anaknya 2. Dengan berpikir
medis tentang Nursing treatment: sendiri lebih
penyakit anaknya 2. Dukung keluarga untuk mempermudah
KH: mendapatkan pendapat yang pemahanan
- Keluarga dapat baru dengan cara yang tepat 3. Pengetahuan yang
menjelaskan dan di indiksikan lebih mempermudah
kembali apa HE: pengawasan
yang dijelaskan 3. Jelaskan pengertian dari padaanak yang sakit
4. Penanganan yang
perawat/tenaga penyakit anaknya, tanda-
tepat dan cepat
medis lainnya tandanya dan pencegahannya
- Postur mengurangi banyak
Kolaborasi:
tubuh,ekspresi risiko
4. Intruksikan keluarga jika ada
wajah tanda-tanda kejang ke tenaga
kesehatan
Ketidakmampuan koping Tujuan: Keluarga Monitoring dan evaluasi 1. Dengan setatus
keluarga berhubungan menunjukan koping 1. Mengkaji, perasaan takut, epilpsi biasanya
dengan kekhawatiran orang yang efektif asing, depresi dan tidak diasingkan dari
terdekat pasien KH: pasti dengan berbagai berbagai aktifitas
- Keluarga dapat aktifitas 2. Dengan terbuka
mengidentifikasi Nursing treatment: keluarga bisa
koping yang 2. Dukung keluarga untuk menumbuhkan
efektif mengungkapkan apa yang koping pada anak
- Keluarga dapat dirasakan. 3. konseling akan
mengidentifikasi HE: membantu keluarga
strategi koping 3. Melakukan konseling memahami kondisi
terhadap keluarga dengan dan keterbatasan
rasional yang diakibatkan
4. Konsultasi dan Mengkaji oleh epilepsi
4. beberapa klien
adanya masalah psikologis
epilepsi dapat
seperti skizofrenia dan
mengalami masalah
implusif
psikologis yang
dapat disebabkan
oleh kerusakan otak
DAFTAR PUSTAKA

Nuratif Amin H & Kusuma H. 2015. Jilid 1 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC-NOC dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:
Medi Action

Nuratif Amin H & Kusuma H. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, NIC-NOC dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:
Medi Action
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
EPILEPSI DI POLI KLINIK ANAK RUMAH SAKIT DAERAH
dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh :

Yulia Agisni, S.Kep


NIM: 1601032011

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2016

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Epilepsi di Poli Klinik Anak
Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember yang telah disetujui dan disahkan oleh:

Nama : Yulia Agisni, S.Kep

NIM : 1601032011

Jember, 30 Desember 2016

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Hj. Sri Suhartiningsih, AMK, S.Psi Ns. Zuhrotul Eka Yulis, S.Kep., M.Kes
NIP. 19621114 198307 2 001 NPK. 01503619

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Hj. Sri Suhartiningsih, AMK, S.Psi


NIP. 19621114 198307 2 001

LEMBAR KONSULTASI

No. Tanggal Uraian Pembimbing Paraf

You might also like