You are on page 1of 3

PAPER REVIEW KE-7 KONSTITUSI, KONSTITUSIONALISME DAN LEMBAGA-

LEMBAGA NEGARA.

Marra Santia Herwanti


11211130000054

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Konstitusi dan konstitusionalisme merupakan kata yang saling berkaitan. Konstitusi memiliki
banyak pengertian dalam berbagai Bahasa yang mengandung makna awal dari segara peraturan
dalam tata negara atau yang biasa kita kenal dengan undang-undang dasar, namun menurut
beberapa sarjana konstitusi memiliki arti lebih luas dari UUD. Karena konstitusi mencangkup
segala peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur cara pemerintahan.
Hampir tiap negara menyusun naskah undang-undang dasarnya. Namun, ada beberapa
negara yang dianggap tidak memiliki undang-undang dasarnya dalam naskah tertulis yaitu
Inggris, Israel dan Arab Saudi. Undang-undang mereka berdasarkan aturan dan pengalaman yang
tumbuh menjadi konstitusi. para ahli tetap menyebut adanya konstitusi dalam hukum tata negara
Inggris. Sebagaimana yang disebutkan oleh Philips hood and Jackson berikut.

a body of laws, customs and conventions that define the composition and powers of the organs of
the State and that regulate the relations of the various State organs to one another and to the
private citizen.(kumpulan undang-undang, kebiasaan dan konvensi yang mengatur komposisi dan
kekuasaan dari lembaga negara dan mengatur berbagai hubungan berbagai lembaga negara
satu sama lain dan lembaga negara dengan warga negara.)

dengan kata lain, konstitusi bukan hanya mencakup aturan tertulis, akan tetapi kebiasaan dan
konvensi tata negara juga menuntukan kedudukan lembaga/organ negara, mengatur hubungan
antar lembaga negara dan mengatur hubungan lembaga-lembaga tersebut dengan warga negara.
Kekuasaan merupakan hal yang menjadi pusat perhatian semua konstitusi. Karena
konstitusi merupakan hal yang perlu diatur dan dibatasi dalam praktiknya. konstitusionalisme
pun hadir sebagai bentuk dari pengaturan mengenai pengawasan atau pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintahan.
Konstitusi mempunyai makna yang sangat luas, pemikiran para ahli terkait dengan
konstitusi seperti menurut carl Schmitt, memahami bahwa konstitusi dipahami menjadi 4
kelompok pengertian yaitu: konstitusi dalam arti absolut, konstitusi dalam arti relatif, konstitusi
dalam arti positif dan konstitusi dalam arti ideal.
Konstitusi dalam arti absolut sebagai cermin de reele machtsfactoren dapat dipahami
sebagai kumpulan aturan hukum dasar yang terbentuk atas pengaruh berbagai faktor kekuasaan
yang nyata dalam suatu negara. Faktor kekuasaan nyata ini seperti dari raja, pemerintah/cabinet,
parlemen, partai politik, kelompok kepentingan, pers, lembaga peradilan, lembaga-lembaga yang
menjalankan fungsi kekuasaan negara lainnya, dan semua organisasi yang ada dalam negara
tersebut.
Dengan kata lain, semua kekuataan politik ini secara nyata berpengaruh dalam
pembentukan aturan-aturan dasar yang kemudian disusun menjadi sebuah konstitusi. Konstitusi
yang menggambarkan hubungan antar faktor kekuasaan secara nyata atau de riele machts
factore. Dalam pengertian ini, konstitusi dianggap sebagai kesatuan organisasi secara nyata yang
mmuat segala rangka hukum, serta organisasi yang ada di dalam negara.
Kemudian, konstitusi dalam arti absolut sebagai forma-formarum (vorm der vormen)
merupakan sebuah bentuk yang melahirkan bentuk lainnya. Misal sebuah negara melahirkan
sebuah aturan.
Konstitusi dalam arti absolut sebagai factor integratie dibedakan ke dalam tiga macam,
yaitu: Persoonlijke integratie, Zakelijke integratie, dan Functioneele integratie.
Persoonlijke intergratie menggambarkan jabatan kepemimpinan sebagai faktor integrasi,
misal seorang presiden. Sedangkan zakelijke intergratie tidak seperti persoonlijke intergrate
yang melihat faktor penentu secara subjektif, zakelijk melihat sebuah faktor penentu secara
objektif. Misalnya, disebutkan bahwa bangsa Indonesia dipersatukan dibawah konstitusi
berdasarkan UUD1945, yang sejalan dengan the rule of law, and not of man. Indonesia juga
disatukan oleh Bahasa persatuan yaitu bangsa Indonesia. Sedangkan, functioneele integratie atau
integrase funsional merupakan faktor integrase secara fungsional. Secara konkrit fungsional ini
seperti pemilihan umum. Sedangkan, secara abstrak misalnya lambang negara garuda pancasila.
Konstitusi dalam arti absolut sebagai norma-normarum menjadikan norma sebagai dasar
terbentuk dan berlakunya norma hukum lainnya. Suatu norma berlaku didasarkan atas norma
yang lebih tinggi, dan seterusnya.
Kedua, konstitusi dalam arti relatif (Relatieve Verfassungsbegriff) memiliki arti materiel
sebagai konstitusi yang berkaitan kepentingan golongan tertentu dalam masyarakat, golongan
yang dimaksud adalah kalangan borjuis liberal yang meminta jaminan agar haknya tidak
dilanggar oleh penguasa yang kemudian diletakkan dalam Undang-Undang Dasar tertulis yang
nantinya dapat dijadikan sebagai alat bukti.
Konstitusi dalam arti relatif secara formil atau konstitusi dalam arti materiil adalah
konstitusi yang dilihat dari isinya. Isi konstitusi ini menyangkut hal-hal dasar dan pokok bagi
rakyat dan negara tersebut. Oleh sebab itu dalam membuat konstitusi ini dipelukan persetujuan
dua golongan yaitu rakyat dan pemerintah. Hasil persetujuan diletakkan dalam suatu naskah
tertulis.
Konstitu dalam arti positif mengandung pengertian sebagai bentuk keputusan politik yang
tertinggi, seperti saat terbentuknya Undang-Undang Dasar Weimar pada tahun 1919 yang
menentukan nasib rakyat jerman, karena menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap
struktur pemerintahan lama ke pemerintahan baru.
Sedangkan, konstitusi dalam arti ideal merupakan satu kesatuan kaidah hukum yang
dituliskan dalam suatu naskah yang kemudian menjadi undang-undang tertinggi yang berlaku
dalam suatu negara.
Konstitusionalisme merupakan paham yang diturunkan oleh konstitusi. Konsep
konstitusionalisme muncul karena dorongan konstruktif akibat pergeseran pemikiran setelah
jatuhnya komunisme dan pemudaran meluas idealism sosialis, dan juga proses pelemahan dari
banyak lembaga kapitalis dan demokrasi.
Dalam buku Miriam budiardjo, yang mengutip kata-kata Richard kay, Konstitusionalisme
mengatur pelaksanaan rule of law dalam hubungan individu dengan pemerintah.
Konstitusionalisme menghadirkan situasi yang dapat memupuk rasa aman, karena adanya
pembatasan terhadap wewenang pemerintah yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Konstitusionalisme ini mengandung gagasan bahwa sebuah pemerintahan memiliki
batasan sebagai bentuk jaminan bahwa kekuasaan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang
mendapat tugas memerintah.

You might also like