You are on page 1of 17

MAKALAH

Memotivasi Diri dan Orang Lain Menjadi Wirausaha

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Kewirausahaan”

Dosen Pengampu :

Muhammad Syauqillah SE, ME

Disusun Oleh :

Indy Nurulil Mahmudya (2077011544)

Nur hayati Amalia (2077011622)

Rizki Almaidah (2077011557)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAHAD ALY AL-HIKAM MALANG

Maret 2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Motivasi Sosial................................................................................................................................5
B. Locus of Control..............................................................................................................................7
C. Moderate Risk Taking....................................................................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................16
A. Kesimpulan....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaiakan makalah ini sesuai dengan
yang diharapkan.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulallah SAW, yang telah
membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan progam studi
Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Aly Al-Hikam Malang.
Pembuatan makalah ini diperlukan, supaya penulis dan pembaca dapat memahami dan
mengkajimengenai “ Memotivasi Diri dan Orang Lain Menjadi Wirausaha”.

Penyusun sadar bahwa dirinya hanya manusia biasa yang pasti mempunyai banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penyusun mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi pengembangan makalah ini selanjutnya. Demikian makalah ini kami buat
semoga bermanfaat.

Malang, 20 Maret 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data keadaan ketenagakerjaan Indonesia pada Agustus 2017
menunjukkan bahwa masih cukup tingginya jumlah pengangguran yang ada di Indonesia.
Dengan kondisi sempitnya. Lapangan kerja dan banyaknya para pencari kerja
menyebabkan kondisi ketenagakerjaan yang tidak seimbang. Untuk itu perlu adanya
solusi untuk mengatasi ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan yang tersedia
dengan jumlah pencari kerja.
Berwirausaha merupakan salah satu iasmae cara yang ias dilakukan untuk
meningkatkan kualitas ekonomi ditengah sulitnya. Mencari lapangan pekerjaan dan
semakin meningkatnya jumlah pencari kerja. Dengan berwirausaha mereka tidak lagi
bergantung hanya pada bidang pekerjaan disektor pemerintahan (Pegawai Negeri Sipil)
maupun bergantung pada orang lain. Dengan kata lain sebagai seorang karyawan, selain
itu juga dengan berwirausaha berarti menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan
juga orang lain yang secara tidak langsung dengan adanya kegiatan wirausaha ini akan
mampu mengurangi jumlah pengangguran yang ada karena usaha yang berkembang akan
membutuhkan dan menyerapkan tenaga kerja.

B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan
beberapa rumusan masalah yaitu :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Motivasi Sosial ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Locus of Control ?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Moderate Risk Taking ?

C. Tujuan
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah kewirausahaan.
2. Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi iasm.
3. Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Locus of Control.
4. Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Moderate Risk Taking.
5. Agar pembaca mampu memotivasi diri dan orang lain menjadi wirausaha
BAB II

PEMBAHASAN
A. Motivasi Sosial
Motivasi adalah faktor-faktor yang ada di dalam diri seseorang yang mampu
menyerahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu. Sukanto (1990) dalam
Simarmata (2002) menyatakan bahwa motivasi merupakan keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan- kegiatan
tertentu untuk mencapai tujuan individual. Sementara itu Sastrohadiwityo (2002)
sebagaimana dikutip oleh Widyawati, dkk (2004) mengartikan motivasi sebagai suatu
keadaan kejiwaan dan sikap mental seseorang yang membebankan energi, mendorong
kegiatan/menggerakkan dan mengendalikan/meyalurkan perilaku kearah mencapai
kebutuhan yang memberi kepuasan/mengurangi ketidakseimbangan. Lebih lanjut,
Sukanto (1990) dalam Simarmata (2002) menyatakan bahwa motivasi dibagi menjadi
dua: Pertama, motivasi internal, yakni kebutuhan/keinginan yang ada dalam diri
seseorang akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk melakukan perbuatan,
artinya sesuatu yang mendorong seseorang tersebut adalah faktor dari dalam diri sendiri.

Motif manusia merupakan dorongan, keinginan, kemauan, dan tenaga penggerak


lainnya yang berasal dari dalam dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu
memberi tujan dan arah kepada tingkah laku kita dan menunjuk pada hubungan
sistematik antara suatu respon atau suatu himpunan respon dengan keadaan dorongan
tertentu. Motif merupakan pengertian yang utama dalam uraian kegiatan-kegiatan dan
tingkah laku manusia, baik secara umum maupun secara khusus dalam interaksi social.

 Macam Macam Motivasi

Motif sendiri dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu

1. Motif  Sosiogenetis

Motif sosiogenetis adalah motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan
kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang di lingkungan sekitar. Motif
sosiogenetis tidak berkembang dengan sendirinya, mau tidak mau, tetapi berdasarkan
interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang. Contoh motif
sosiogenetis adalah keinginan akan membaca sejarah Indonesia, keinginan mendengarkan
legong Bali, keinginan makan pudding cokelat, dll.

2. Motif  Biogenetis

Ditinjau dari sudut asalnya, motif-motif pada diri manusia itu pernah digolongkan
ke dalam motif-motif biogenetis dan motif-motif yang sosiogenetis. Yaitu motif yang
berkembang pada diri orang dan berasal dari organismenya sebagai makhluk biologis,
dan motif-motif yang berasal dari lingkungan kebudayaannya. Contoh motif biogenetis
misalnya: lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil nafas,
seksualitas, buang air, dan sebagainya.

3. Motif  Teogenetis

Motif teogenetis merupakan motif yang berasal dari interaksi antara manusia
dengan tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari
dimana ia berusaha merealisasi norma-norma agama tertentu. Disamping itu manusia
memerlukan interaksi dengan Tuhannya untuk dapat menyadari akan tugasnya sebagai
manusia yang berketuhanan di dalam masyarakat yang serba dinamis. Contoh motif
teogenetis ini adalah keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan YME, keinginan untuk
merealisasi norma-norma agamanya menurut petunjuk Kitab-kitab Suci, dll.

 Faktor Penyebab Timbulnya Motivasi

Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang, sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Faktor Eksternal
 Lingkungan kerja
 Pemimpin dan kepemimpinannya
 Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas
 Dorongan atau bimbingan atasan
2. Faktor Internal
 Pembawaan individu
 Tingkat Pendidikan
 Pengalaman masa lampau
 Keinginan atau harapan masa depan.

Sedangkan Motivasi sosial diartikan sebagai suatu dorongan seseorang untuk


melakukan perbuatan dengan tujuan/bernilai, memperoleh pengakuan maupun
penghargaan dari lingkungan dimana seseorang berada. Motivasi sosial berhubungan
dengan keinginan seseorang untuk diakui eksistensinya.
Motivasi sosial diartikan sebagai suatu dorongan seseorang untuk melakukan
perbuatan dengan tujuan atau bernilai, memperoleh pengakuan maupun penghargaan dari
lingkungan dimana seseorang berada. Apabila motivasi dalam diri seseorang tinggi,
maka secara langsung akan timbul minat untuk memperoleh penghargaan yang
diinginkannya. Nilai-Nilai ditunjukkan sebagai faktor yang menampakkan kemampuan
seseorang dimasyarakat/nilai seseorang yang dapat dilihat dari sudut pandang orang-
orang lain dilingkungannya. Manusia ingin mendapatkan pengakuan, mempertahankan
prestise, mendapatkan kebanggaan diri, memiliki kepuasan batiniah (emosional) dalam
berhubungan dengan orang lain, memuaskan diri dengan penguasaan terhadap orang lain
dan menjadi keharmonisan.

B. Locus of Control
Locus of Control dalam bahasa Indonesia berarti tempat kendali yang dimaksud
adalah kendali individu atas pekerjaan dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan
diri. Atau definisi locus of control yaitu kepercayaan seseorang terhadap siapa pengendali
nasib dan peristiwa yang dialaminya. Hal ini termasuk juga pada keyakinan bahwa
keberhasilan atau kegagalan dalam melakukan berbagai macam kegiatan di dalam
hidupnya disebabkan karena kendali dirinya sendiri atau kendali dari luar dirinya.
Sedangkan menurut beberapa ahli pengertian locus of control menurut Ghufron &
Risnawita (2011), yaitu sebuah gambaran pada keyakinan seseorang tentang sumber
penentu perilaku dirinya. Locus of control menjadi salah satu faktor yang sangat
menentukan bagaimana perilaku individu. Sedangkan pengertian locus of control
menurut Smet (1994), bahwa locus of control merupakan bagian dari social learning
theory yang menyangkut kepribadian dan mewakili harapan umum tentang masalah
faktor-faktor yang menentukan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam kehidupan.
Locus of control adalah sifat kepercayaan seseorang yang mampu mengendalikan
lingkungan di sekitarnya. Seorang entrepreneur yang memiliki internal locus of control
akan lebih mampu dalam memanfaatkan peluang kewirausahaan. Seorang entrepreneur
mempunyai kepercayaan mempu memanfaatkan peluang, sumber daya, membangun
strategi dan mengorganisasikan perusahaan. Itu karena Seseorang dapat sukses dalam
menjalankan kegiatan entrepreneur bergantung pada keinginan seseorang untuk percaya
pada kemampuan diri.
Berdasarkan pemahaman tersebut Locus of Control dibagi menjadi dua macam
yaitu :
1. Locus of Control Internal adalah sebuah keyakinan seorang individu bahwa yang
mengendalikan nasibnya adalah dirinya sendiri. Dia berkeyakinan jika dia ingin
mengubah nasibnya, maka dia harus berusaha. Atau arti dari internal locus of control
yaitu suatu keyakinan bahwa dalam dirinya tersimpan potensi yang besar yang dapat
menentukan nasibnya sendiri. Seseorang dengan locus of control internal
berkeyakinan bahwa bukan takdir yang menentukan dirinya, tetapi apa yang dia
jalanilah yang menentukan takdirnya.
2. Locus of Control Eksternal adalah sebuah keyakinan seorang individu bahwa
nasibnya dikendalikan oleh sesuatu yang berada di luar kendalinya. Jika ada yang
salah pada dirinya, maka itu salah orang lain, atau dasar dianya saja yang lagi sial.
Dapat pula didefinisikan sebagai cara pandang seseorang di mana segala hasil yang
diperolehnya, baik ataupun buruk, berada di luar kendali mereka. Jadi seseorang
dengan locus of control eksternal akan lebih percaya pada faktor yang berada di luar
kekuasaan mereka. Seperti faktor keberuntungan, takdir, atau kesempatan.
Perbedaan Locus of Control Internal dan Eksternal

Untuk mengetahui perbedaan antara locus of control internal dan eksternal maka kita perlu
mengetahui ciri-ciri locus of control tersebut. Ciri-ciri Locus of Control Internal :

1. Suka bekerja keras.


2. Selalu berusaha untuk memecahkan masalah.
3. Mempunyai inisiatif yang tinggi.
4. Selalu berpikir seefektif mungkin.
5. Mempunyai persepsi jika mau usaha harus berhasil.

Ciri-ciri Locus of Control Eksternal

1. Kurang mempunyai inisiatif


2. Lebih mudah menyerah, kurang suka berusaha sebab mereka percaya bahwa faktor
luarlah yang mengontrolnya.
3. Kurang suka mencari informasi tambahan.
4. Lebih mudah terpengaruh dan tergantung pada petunjuk orang lain.
5. Beranggapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dengan kesuksesan (itu
artinya dirinya berharap jika ias kerja sedikit hasilnya banyak).

Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang yang mempunyai locus of control internal
tinggi, tidak akan mudah menyerah, mereka akan berinisiatif tinggi dan bekerja keras.
Sedangkan orang yang locus of control eksternalnya tinggi akan lebih mudah menyerah,
malas untuk berusaha, dan akan nyalahin faktor luar kecuali dirinya sendiri.

Faktor faktor pembentuk locus of control, yaitu sebagai berikut:

1. Pengaruh Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan sekolah pertama, di lingkungan keluargalah


seseorang mulai tumbuh dan dari situlah akan mempengaruhi locus of control yang akan
muncul pada diri seseorang.
Individu yang semasa kecilnya dididik secara demokratis, maka dirinya akan
lebih pede, mudah bergaul, dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar (locus of control
internal). Sedangkan individu yang dari kecilnya sering dimanja, dikekang, dan dididik
secara otoriter akan menyebabkan anak menjadi orang yang suka bergantung, pemalu,
dan suka menyalahkan keadaan. (locus of control eksternal).

2. Faktor Motivasi

Bahwa faktor motivasi baik itu secara internal maupun eksternal dapat
mempengaruhi locus of control pada diri seseorang.

Jadi jika seseorang sudah sangat termotivasi, maka seseorang dapat mengevaluasi
dirinya sendiri, dan akan membuat suatu perubahan yang dia perlukan (locus of control
internal). Tetapi jika seseorang sudah tidak suka atau tidak termotivasi, maka seseorang
akan lebih mudah menyalahkan keadaan eksternalnya sebagai alasannya (locus of control
eksteranal).

C. Moderate Risk Taking


Moderate Risk Taking dalam bahasa Indonesia berarti pengambilan risiko sedang,
jika hal tersebut dikaitkan dengan aspek psikologis yang ada pada diri seseorang.
Menurut Steinberg tingkah laku adalah hasil dari rangkaian proses yang terbagi menjadi
beberapa identifikasi diantaranya yaitu identifikasi pilihan, identifikasi dari setiap
konsekuensi, mengecek segala sesuatu yang terjadi pada setiap risiko, dan
mengombinasikan seluruh informasi yang didapat untuk membuat sebuah keputusan.
Menurut Hillson dan Murray (2005) risk atau risiko didefinisikan sebagai
ketidakpastian terhadap sesuatu yang dapat berdampak positif atau negatif. Fischoff dkk,
menyebutkan risk sebagai adanya ancaman terhadap nyawa atau kesehatan seseorang.
Yates (1992) menyatakan bahwa risk itu subyektif karena setiap individu mempunyai
persepsi berbeda mengenai hal hal yang individu anggap berisiko. Menurut Yates, risk
taking adalah bagaimana individu berperilaku dalam situasi berisiko, dimana situasi ini
mengandung tingkat ketidakpastian tinggi dan kemungkinan kerugian. Hal ini berarti risk
taking adalah suatu perilaku yang dimiliki individu yang memiliki persepsi berbeda
sehingga terkadang individu yang mengartikan bahwa perilaku yang dilakukan sesuai
dengan norma lingkungan, namun kenyataanya perilaku tersebut mengandung risiko dan
kerugian bagi individu tersebut.
Risk taking atau perilaku pengambilan risiko menurut Levenson (Rachmahana,
2002) adalah berbagai aktivitas yang memungkinkan membawa sesuatu yang baru atau
cukup berbahaya yang menimbulkan kecemasan pada iasm sebagian besar manusia.
Larasati mengatakan bahwa keputusan individu untuk mengambil tindakan yang berisiko
ini didasari oleh adanya kemauan dan keberanian. Individu yang berani mengambil
risiko, dalam kondisi gagal sekalipun individu akan menerima konsekuensi dan akibat
dari perilaku yang dilakukan.

Menurut Hillson & Murray (2005), dalam dunia psikologi individu dalam
pengambilan risiko dapat digolongkan menjadi empat tipe, yaitu :
a. Risk Seeking, yaitu orang-orang yang cenderung berani mengambil tindakan
berisiko dan menikmati hidupnya dalam keputusan yang berisiko.
b. Risk Averse, yaitu orang-orang yang cenderung menghindari perbuatan yang
mengandung risiko.
c. Risk Tolerance, yaitu kelompok individu yang dapat menerima tingkah laku
berisiko dan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang normal dalam
kehidupan.
d. Risk Neural, yaitu individu yang menganggap tingkah laku berisiko adalah
suatu hal yang wajar dilakukan untuk mendapatkan sesuatu yang berharga.
Individu pada tipe ini tidak termasuk dalam risk seeking ataupun risk averse,
akan tetapi individu dapat menerima ide-ide baru dan cenderung takut untuk
menerima perubahan.

Menurut Gullone dll (dalam Christia, 2001), faktor-faktor yang mempengaruhi risk
taking yaitu sebagai berikut:

a. Belief atau Keyakinan


Belief tentang risiko pada individu menentukan apakah individu. Tersebut akan
melakukan risk taking atau tidak. Semakin individu mempersepsikan suatu tindakan
berisiko maka semakin besar kecenderungannya untuk tidak melakukan tindakan
tersebut.
b. Jenis Kelamin
Keterlibatan dalam risk taking secara signifikan akan dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Perempuan cenderung mempunyai persepsi bahwa suatu tindakan akan berisiko lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki (terutama remaja) cenderung
mempersepsikan diri individu tersebut sebagai individu yang istimewa, unik dan
kebal terhadap hal-hal yang berisiko.
c. Usia
Pengaruh usia juga cukup menentukan, karena terdapat perbedaan yang signifikan
dalam mempersepsikan risiko dari suatu tingkah laku. Inidividu yang berusia muda
atau remaja berpendapat risiko dari risk taking behaviour yang individu lakukan
tidaklah besar sehingga kemungkinan individu akan terlibat lebih tinggi daripada
yang berusia lebih tua atau dewasa.
d. Kepribadian
Kepribadian juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi risk taking
walaupun tergantung dari tipe risiko perilaku, seperti adanya hubungan positif antara
thrill-seeking (mencari tantangan) dengan kepribadian ekstrovert. Karena pada
sebagian besar individu dengan kepribadian ekstrovert diketahui bahwa individu
mempunyai sensation seeking (mencari sensasi) yang tinggi, dan risk taking biasanya
dilakukan oleh orang yang berani keluar dari zona nyamannya.

Wirausaha sering dikenal sebagai orang yang mampu membuka usahanya sendiri dan
menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Menurut KBBI, wirausahawan merupakan
orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam
berproduksi, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan
operasinya, serta memasarkanya. Seorang wirausaha harus mampu menciptkan sesuatu yang
berbeda dan mampu menangkap peluang yang ada. Salah satu karakteristik seorang wirausaha
yaitu berani mengambil resiko. Apakah yang dimaksud dengan resiko ? Resiko dapat diartikan
sebagai suatu ketidakpastian dimasa yang akan dating dan dapat diartikan juga sebagai suatu
konsekuensi yang memunculkan dampak yang merugikan..
Resiko bagi para wirausaha bukanlah sebagai suatu hambatan untuk meraih kesuksesan
tetapi dijadikan sebagai suatu tantangan. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai hal-hal
yang menantang untuk lebih mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Pengambilan resiko menurut
perspektif wirausaha yaitu dengan mengambil resiko yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah. Karena seorang wirausaha selalu ingin berhasil mereka menjauhi resiko yang tinggi, dan
menghindari resiko yang lebih rendah karena bagi mereka tidak ada tantangan yang berarti tanpa
dihadapkan dengan sebuah risiko yang akan terus bertambah dari masa ke masa.

Dalam pengambilan resiko para wirausaha selalu memperhitungkan matang-matang


keputusan yang akan diambil. Pengambilan resiko berkaitan erat dengan kepercayaan diri.
Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri sendiri, semakin besar pula keyakinan dalam
mempengaruhi hasil dan keputusan serta semakin siap pula mencoba apa yang menurut orang
lain penuh dengan resiko. Yang membedakan seorang wirausaha dengan yang lainnya adalah
kesiapan dalam pengambilan resiko. Kebanyakan orang lebih suka berada dalam titik yang aman
dan nyaman dengan tidak mengambil hal yang beresiko atau lebih memilih resiko yang lebih
rendah. Berbeda dengan wirausaha resiko dijadikan sebagai tantangan untuk mencapai
kesuksesan, risiko tidak dipandang sebagai suatu hambatan yang menjadikan kita gagal. Tips
Memanajemen Risiko Bisnis

Untuk dapat mengatasi risiko bisnis perlu adanya sebuah strategi yang tertata dengan
baik. Ilmu risk management atau manajemen risiko bisnis sudah pasti harus Anda ketahui
sebagai entrepreneur.Jika Anda berani menghadapi risiko, Anda juga harus memiliki persiapan
matang sebelumnya. Berikut adalah 4 tips mudah memanajemen risiko bisnis

1. Lakukan Identifikasi Risiko

Anda dapat mencoba identifikasi kira-kira apa jenis risiko yang dapat muncul, apakah
dari sisi finansial, pemasaran, produksi, dan sebagainya. Identifikasi risiko ini dapat bermanfaat
untuk mengenali kemungkinan adanya risiko yang sedang maupun akan terjadi dalam bisnsi
Anda. Output dari identifikasi risiko ini adalah berupa daftar dari setiap risiko yang dapat terjadi
pada bisnis Anda.

2. Ranking berdasarkan Kerugian


Setelah memiliki daftar tentang berbagai risiko bisnis, saatnya Anda menganalisa dan
mengurutkannya berdasarkan dampak terburuk.Fokuslah pada risiko yang paling besar akibatnya
dan paling sering dialami terutama terhadap jenis bisnis serupa. Cari apa saja dampaknya
terhadap Anda, karyawan, kelangsungan perusahaan, dan lingkungan.

3. Lakukan Kontrol Risiko

Daftar dengan berbagai risiko ini tidak akan berarti jika tidak ada rencana aksi yang dapat
dilakukan untuk penanggulangannya. Dalam menyikapi resiko usaha terdapat 5 bentuk sikap
yang harus Anda ambil, seperti:

a. Risk Avoidance (Menghindari Risiko)

Sikap berikut sering kali tidak efektif karena dengan menghindari risiko ini berarti Anda
tidak berani mengambil kesempatan untuk berusaha dan mengatasi risiko, Anda bahkan tidak
belajar akan apapun.Tindakan ini berarti Anda tidak melakukan tindakan yang dapat
menyebabkan risiko tersebut terjadi, termasuk tidak jadi melakukan suatu strategi usaha yang
telah disusun.

b. Risk Reduction (Mengurangi Resiko)

Hal ini berarti mencari sebuah tindakan untuk mengurangi kerugian dari sebuah risiko
yang dapat terjadi. Kemungkinan risiko terjadi tetap ada, namun dampaknya sebisa mungkin
diminimalisasi.

Misalnya, alarm pendeteksi kebakaran, kebakaran tetap dapat terjadi namun risiko


kerugian dapat dikurangi dengan cara ini.

c. Risk Transfer (Memindahkan Risiko)

Selain menghindari dan mengurangi risiko, Anda juga bisa mengalihkan risiko. Anda
bisa mengalihkan tanggung jawab kepada pihak lain dengan membayar jasa tersebut.

Contoh jika Anda memiliki perusahaan barang pecah belah dan harus mengirimkannya
ke tempat yang cukup jauh dan jalan yang kurang memadai, daripada Anda sendiri atau
karyawan sendiri yang mengantar lebih baik Anda memilih membayar jasa pengantar yang
memiliki asuransi barang pecah belah. Tentu risikonya akan Anda pindahkan ke pihak pengantar
ini.

d. Risk Retention (Menerima Risiko)

Menerima artinya Anda hanya bisa merelakan kerugian tersebut terjadi. Sikap ini
tentunya diambil jika tidak ada alternatif lain untuk menghadapinya.

Contohnya jika Anda salah menghitung uang atau salah mengirim barang tentunya
kerugian mau tidak mau harus Anda terima. Perlu diingat pula jika dampak kerugiannya terlalu
besar maka lebih baik menghindari daripada menerimanya.

4. Monitoring dan Review

Setelah Anda berhasil mengidentifikasi risiko dan memilih strategi yang dapat diterapkan
untuk setiap risiko, saatnya Anda untuk selalu waspada akan segala isu yang ada. Sebuah isu
adalah sebuah gejala dari datangnya sebuah risiko atau bahkan krisis yang akan melanda. Sebuah
isu tentu tidak selalu memiliki gejala tapi setidaknya setelah mengenal jenis-jenis risiko bisnis ini
maka Anda akan tahu di mana Anda akan tertuju jika iesiko tersebut terjadi.

Jika sebuah isu tersebut telah menjadi risiko yang sebenarnya dan mendatangkan krisis,
saatnya Anda meresolusi atau mengevaluasi apakah tindakan Anda terhadap risiko tersebut
berhasil sesuai yang Anda rencanakan atau tidak. Setidaknya setelah Anda berhasil mendapatkan
hasil review ini, Anda bisa menjadikan masalah tersebut sebagai bahan pembelajaran untuk
dapat lebih baik jika menghadapi risiko ini kembali.
Jurnal software akuntansi online memudahkan Anda untuk memiliki analisis yang akurat
terhadap kemungkinan terjadinya risiko bisnis dari sisi finansial. Dengan adanya pencatatan dan
pembuatan laporan keuangan secara praktis, Anda ias melihat potensi maupun masalah keuangan
yang mungkin sedang dihadapi perusahaan secara realtime.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi sosial diartikan sebagai suatu dorongan seseorang untuk
melakukan perbuatan dengan tujuan atau bernilai, memperoleh pengakuan maupun
penghargaan dari lingkungan dimana seseorang berada. Apabila motivasi dalam diri
seseorang tinggi, maka secara langsung akan timbul minat untuk memperoleh
penghargaan yang diinginkannya.
Locus of Control dalam bahasa Indonesia berarti tempat kendali yang dimaksud
adalah kendali individu atas pekerjaan dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan
diri. Atau definisi locus of control yaitu kepercayaan seseorang terhadap siapa pengendali
nasib dan peristiwa yang dialaminya. Hal ini termasuk juga pada keyakinan bahwa
keberhasilan atau kegagalan dalam melakukan berbagai macam kegiatan di dalam
hidupnya disebabkan karena kendali dirinya sendiri atau kendali dari luar dirinya.
Menurut Hillson dan Murray (2005) risk atau risiko didefinisikan sebagai
ketidakpastian terhadap sesuatu yang dapat berdampak positif atau negatif. Fischoff dkk,
menyebutkan risk sebagai adanya ancaman terhadap nyawa atau kesehatan seseorang.
Yates (1992) menyatakan bahwa risk itu subyektif karena setiap individu mempunyai
persepsi berbeda mengenai hal hal yang individu anggap berisiko.
Dalam pengambilan resiko para wirausaha selalu memperhitungkan matang-
matang keputusan yang akan diambil. Pengambilan resiko berkaitan erat dengan
kepercayaan diri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri sendiri, semakin besar
pula keyakinan dalam mempengaruhi hasil dan keputusan serta semakin siap pula
mencoba apa yang menurut orang lain penuh dengan resiko. Yang membedakan seorang
wirausaha dengan yang lainnya adalah kesiapan dalam pengambilan resiko. Kebanyakan
orang lebih suka berada dalam titik yang aman dan nyaman dengan tidak mengambil hal
yang beresiko atau lebih memilih resiko yang lebih rendah. Berbeda dengan wirausaha
resiko dijadikan sebagai tantangan untuk mencapai kesuksesan, risiko tidak dipandang
sebagai suatu hambatan yang menjadikan kita gagal.
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2005. ESQ Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga Angkasa.

Stein, S. J. Dan Book. H. E. 2002. Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosinal Meraih
Sukses. Bandung: Kaifa.

Suryanti, Risa. 2011. Hubungan antara Locus of Control Internal dan Konsep Diri dengan
Kematangan Karir pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta. Skripsi (tidak Diterbitkan).
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

https://teteto.wordpress.com/2021/08/31/motivasi-sosial/

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/DP/article/view/431/384

You might also like