You are on page 1of 13

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI

PROVINSI BENGKULU

OUTLINE PROPOSAL

Oleh :

DIO PRASETYO
NIM C1A017023

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
1. Judul

“ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN DI

PROVINSI BENGKULU”

2. Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian


agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh
rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu
sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan
merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling
tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks
dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus
dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk 2008).

Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu
mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari
standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan
uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, Chambers (dalam
Chriswardani Suryawati, 2005) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated
concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan
(powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) 19
ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun
sosiologis.

Bengkulu merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dibentuk berdasarkan


undang – undang No. 9 Tahun 1968. Misi dalam pembangunan ekonomi yang dimiliki oleh
Provinsi Bengkulu adalah meningkatkan daya saing dan menghilangkan kemiskinan akan
tetapi angka penduduk miskin dibengkulu masih cukup tinggi diantara 34 provinsi lainnya.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi

September 2018–Maret 2019

Jumlah Penduduk Miskin (ribu) Persentase Penduduk Miskin (%)


Kode Provinsi Perkotaan Perdesaan Total Perkotaan Perdesaan Total
Sep’18 Mar’19 Sep’18 Mar’19 Sep’18 Mar’19 Sep’18 Mar’19 Sep’18 Mar’19 Sep’18 Mar’19
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

11 Aceh 163,36 168,11 668,14 651,33 831,50 819,44 9,63 9,68 18,52 18,03 15,68 15,32

12 Sumut 686,97 675,74 605,02 606,30 1 291,99 1 282,04 8,84 8,56 9,05 9,14 8,94 8,83

13 Sumbar 125,58 121,35 227,66 226,87 353,24 348,22 4,99 4,76 7,90 7,88 6,55 6,42

14 Riau 172,21 175,93 322,05 314,79 494,26 490,72 6,25 6,28 7,86 7,62 7,21 7,08

15 Jambi 116,50 115,08 164,97 159,24 281,47 274,32 10,08 9,81 6,80 6,53 7,85 7,60

16 Sumsel 386,56 384,53 689,85 689,22 1 076,40 1 073,74 12,43 12,19 13,05 13,02 12,82 12,71

17 Bengkulu 96,74 96,52 206,80 205,78 303,55 302,30 14,94 14,70 15,64 15,49 15,41 15,23

18 Lampung 230,20 231,86 861,40 831,80 1 091,60 1 063,66 9,06 8,92 14,73 14,27 13,01 12,62

19 Kep Babel 22,22 23,31 47,71 45,07 69,93 68,38 2,78 2,85 7,16 6,79 4,77 4,62

21 Kep Riau 98,46 104,21 26,90 24,25 125,36 128,46 5,15 5,33 11,26 11,04 5,83 5,90

31 DKI Jakarta 372,26 365,55 – – 372,26 365,55 3,55 3,47 – – 3,55 3,47

32 Jawa Barat 2 336,32 2 268,75 1 203,08 1 130,41 3 539,40 3 399,16 6,33 6,03 10,07 9,79 7,25 6,91

33 Jawa Tengah 1 709,56 1 633,96 2 157,86 2 109,26 3 867,42 3 743,23 9,67 9,20 12,80 12,48 11,19 10,80

34 DI Yogyakarta 298,47 304,66 151,78 143,81 450,25 448,47 10,73 10,89 14,71 13,89 11,81 11,70

35 Jawa Timur 1 458,09 1 449,27 2 834,05 2 662,98 4 292,15 4 112,25 6,97 6,84 15,21 14,43 10,85 10,37

36 Banten 382,13 378,73 286,60 275,73 668,74 654,46 4,24 4,12 7,67 7,49 5,25 5,09

51 Bali 98,45 97,98 69,89 65,87 168,34 163,85 3,36 3,29 5,08 4,88 3,91 3,79

52 NTB 375,12 384,65 360,50 351,31 735,62 735,96 15,66 15,74 13,69 13,45 14,63 14,56

53 NTT 114,06 114,12 1 020,05 1 032,20 1 134,11 1 146,32 9,09 8,84 24,65 24,91 21,03 21,09

61 Kalbar 79,36 81,64 290,37 296,77 369,73 378,41 4,58 4,60 8,84 9,05 7,37 7,49

62 Kalteng 48,13 48,56 88,32 86,04 136,45 134,59 4,56 4,47 5,45 5,33 5,10 4,98

63 Kalsel 70,68 70,52 124,33 121,97 195,01 192,48 3,60 3,53 5,56 5,47 4,65 4,55

64 Kaltim 108,34 107,67 114,05 112,25 222,39 219,92 4,36 4,31 9,65 9,31 6,06 5,94

65 Kaltara 22,60 22,88 26,99 25,90 49,59 48,78 5,16 5,10 9,48 9,02 6,86 6,63

71 Sulut 62,11 65,49 126,93 126,20 189,05 191,70 4,82 5,01 10,57 10,56 7,59 7,66

72 Sulteng 83,84 84,74 329,65 325,62 413,49 410,36 9,50 9,32 15,41 15,26 13,69 13,48

73 Sulsel 168,70 170,10 610,94 597,69 779,64 767,80 4,48 4,44 12,15 11,95 8,87 8,69

74 Sultra 70,05 71,82 231,80 230,76 301,85 302,58 6,87 6,81 14,07 14,09 11,32 11,24

75 Gorontalo 21,89 21,27 166,41 164,76 188,30 186,03 4,45 4,21 23,86 23,79 15,83 15,52

76 Sulbar 31,45 31,28 121,38 120,12 152,83 151,40 9,80 9,63 11,66 11,45 11,22 11,02

81 Maluku 46,92 45,60 270,92 272,09 317,84 317,69 6,15 5,84 26,61 26,83 17,85 17,69

82 Maluku Utara 14,90 15,32 67,03 69,28 81,93 84,60 4,21 4,27 7,58 7,78 6,62 6,77

91 Papua Barat 21,25 22,61 192,42 188,88 213,67 211,50 5,57 5,63 34,29 34,19 22,66 22,17

94 Papua 37,78 41,01 877,44 885,35 915,22 926,36 4,01 4,26 36,65 36,84 27,43 27,53

Indonesia 10 131,28 9 994,80 15 543,31 15 149,92 25 674,58 25 144,72 6,89 6,69 13,10 12,85 9,66 9,41

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2019
Tabel tersebut menunjukkan persentase dan jumlah penduduk miskin menurut Dalam
rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 15 Juli 2020 tentang “Persentase Penduduk Miskin
Maret 2020 naik menjadi 9,78 persen” tercatat bahwa Bengkulu menjadi provinsi termiskin
di Pulau Sumatera.Provinsi Bengkulu yang sebelumnya berada di peringkat kedua provinsi
termiskin se-Pulau Sumatera naik ke peringkat pertama dengan persentase kemiskinan 15,03.
Bengkulu menggusur Aceh yang turun menjadi peringkat kedua dengan persentase 14,99.
Sedangkan Dalam skala nasional, Bengkulu berada di peringkat keenam sebagai provinsi
termiskin se-Indonesia, di bawah Papua dengan persentase 26,64, Papua Barat 21,37, Nusa
Tenggara Timur 20,90, Maluku 17,74, dan Gorontalo 15,22 persen.

Bedasarkan data mengenai tingkat kemiskinan bengkulu yang termasuk di provinsi


miskin pada peringkat keenam Namun, apabila dibandingkan apple to apple, angka
kemiskinan di Provinsi Bengkulu mengalami penurunan. Jika pada Maret 2019 persentase
kemiskinan sebesar 15,23 persen, pada Maret 2020 turun menjadi 15,03 persen. Namun
anehnya, meski persentase kemiskinan mengalami penurunan, tapi jumlah penduduk miskin
justru naik. Jika pada Maret 2019 jumlah penduduk miskin sebanyak 302.300, pada Maret
2020 menjadi 302.580

Angka kemiskinan Provinsi Bengkulu 2018-2020


Kemiskinan Provinsi Bengkulu
Kategori
2020 2019 2018
Garis Kemiskinan (000 Rp/Kap/Bln) 520,29 499,66 481,42
Jumlah (000) 302,58 302,30 301,81
Persentase (%) 15,03 15,23 15,43
Sumber : BKPM – RI, Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Meskipun merupakan salah satu Provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan paling

rendah dapat dilihat dari tabel diatas kemiskinan di Provinsi Bengkulu dapat menekan tingkat

kemiskinan sedikit demi sedikit dari tahun 2018 - 2020, meskipun tidak terlalu tinggi

angkanya. Mengapa hal demikian salah satu faktor tingkatnya kemiskinan di bengkulu karena

tingkat pertumbuhan, pengangguran yang tinggi serta gaji upah minimum/UMR Provinsi

bengkulu sendiri masih cukup rendah sehingga tidak mensejahterakan rakyat dengan harga

sembako yang mahal


3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas rumusan masalah yang akan dibahas

adalah Tingkat kemiskinan di Bengkulu tahun 2018 hingga tahun 2020 mengalami periode

yang relatif belum baik karena mengalami trend yang menurun dari 15,43 persen di tahun

2018 menjadi 15,03 persen di tahun 2020, meskipun belum secara signifikan akan tetapi

trend nya mulai menurun di setiap tahunnya. Tingkat kemiskinan tertinggi pada pulai sumatra

yaitu provinsi bengkulu dibanding dengan provinsi lain di pulau sumatra. Penyebabnya

adalah belum meratanya hasil dari usaha pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan

keseluruh kabupaten/kota. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor

yang dapat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di seluruh pronvisi agar dapat diketahui

faktor-faktor yang perlu dipacu untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan disertai pemerataan has pertumbuhan keseluruh sektor

usaha sangat dibutuhkan dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan. Pertumbuhan

ekonomi Maka untuk mempercepat penurunkan tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi

harus ditingkatkan.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemiskinan adalah upah minimum. Upah

minimum ditetapkan berdasarkan kebutuhan hidup layak yang dibutuhkan pekerja dengan

harapan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan pekerja sehingga tingkat kemiskinan

akan berkurang. Selain itu, pendidikan dan pengangguran juga berpengaruh terhadap tingkat

kemiskinan.

1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan?

2. Bagaimana pengaruh upah minimum terhadap tingkat kemiskinan?

3. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan?


4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah

untuk Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan pengangguran

terhadap tingkat kemiskinan.

5. Metode Penelitian

Untuk menguji dan Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum,

dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan. Peneliti menggunakan alat analisis regresi

berganda (Multiple Regretion).

6. Tinjauan Pustaka

6.1 Landasan Teori

1. Teori Kemiskinan
Kemiskinan secara umum dapat diartikan sebagai kondisi individu penduduk atau
keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup dasarnya secara layak. Namun
beberapa institusi atau pihak telah menetapkan acuan dalam penentuan kreteria penduduk
miskin.

Terjadinya kemiskinan penduduk secara garis besar disebabkan oleh faktor ekternal
dan internal penduduk. Kemiskinan dilihat dari penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: Kemiskinan absolut dan Kemiskinan struktural. Kemiskinan absolut yaitu kemiskinan
yang disebabkan faktor internal penduduk sendiri. Misalkan disebabkan tingkat pendidikan
rendah, ketrampilan rendah, budaya dan sebagainya. Kemiskinan struktural adalah
kemiskinan yang disebabkan oleh faktor eksternal sehingga kemampuan akses sumberdaya
ekonomi rendah, pada gilirannya pendapatan penduduk menjadi rendah.
Menurut Kuncoro (2004), pengukuran kreteria garis kemiskinan di Indonesia
diukur untuk kemiskinan absolut. Institusi pemerintah yang biasa menetapkan kreteria garis
kemiskinan yaitu Badan Pusat Statistik (BPS). Menurut BPS (1994), kreteria batas miskin
menggunakan ukuran uang rupiah yang dibelanjakan  per kapita sebulan untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum makanan dan bukan makanan. Berarti kreteria garis kemiskinan
diukur dari dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan bukan
makanan.
Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Hendra Esmara (1986) mengukur dari
ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar yang berlaku,
maka kemiskinan dapat dibagi tiga:
1. Miskin absolut yaitu apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum; pangan, sandang, kesehatan, papan,
pendidikan.
2. Miskin relatif yaitu seseorang sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih
berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
3. Miskin kultural yaitu berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat
yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak
lain yang membantu.

Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan permasalahan kemiskinan


dari segi pendapatan saja tidak mampu memecahkan permasalahan komunitas. Karena
permasalahan kemiskinan komunitas bukan hanya masalah ekonomi namun meliputi
berbagai masalah lainnya. Kemiskinan dalam berbagai bidang ini disebut dengan kemiskinan
plural. Delina Hutabarat (1994), menyebutkan sekurang-kurangnya ada enam macam
kemiskinan yang ditanggung komunitas yaitu:
1. Kemiskinan Subsistensi yaitu penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk,
fasilitas air bersih mahal.
2. Kemiskinan Perlindungan yaitu lingkungan buruk (sanitasi, sarana pembuangan sampah,
polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah.
3. Kemiskinan Pemahaman yaitu kualitas pendidikan formal buruk, terbatasnya akses atas
informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran atas hak, kemampuan, dan potensi untuk
mengupayakan perubahan.
4. Kemiskinan Partisipasi yaitu tidak ada akses dan control atas proses pengambilan keputusan
yang menyangkut nasib diri dan komunitas.
5. Kemiskinan Identitas yaitu terbatasnya pembauran antar kelompok sosial, terfragmentasi.
6. Kemiskinan Kebebasan yitu stress, rasa tidak berdaya, tidak aman baik ditingkat pribadi
maupun komunitas.
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara
yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya yang
ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaianpenyesuaian teknologi, institusional
(kelembagaan), dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Simon Kuznetz
dalam Todaro, 2004). Menurut Robinson Tarigan (2004) pertumbuhan ekonomi wilayah
adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan
seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut
3. Teori Pengangguran

Pengangguran atau sebutan untuk Angkatan kerja (labour force) adalah penduduk usia

kerja (15-64 tahun) yang bekerja dan tidak bekerja tetapi siap untuk mencari pekerjaan.

Sedangkan bukan angkatan kerja adalah penduduk yang masih bersekolah, ibu rumah tangga

dan para penyandang cacat, serta lanjut usia.

Angkatan kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam

melaksanakan proses produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja memperoleh pendapatan

sebagai balas jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah. Maka pengertian

permintaan tenaga kerja adalah tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai

tingkat upah (Suroto, 1992).

Simanjuntak (1998), pasar kerja adalah seluruh aktivitas dan pelaku pelaku yang

mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Pasar tenaga kerja dibutuhkan karena

dalam kenyataannya terdapat banyak perbedaanperbedaan di kalangan pencari kerja dan di

antara lowongan kerja. Perbedaanperbadaan tersebut antara lain:

a. Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan dan sikap pribadi

yang berbeda.

b. Setiap perusahaan menghadapi lingkungan yang berbeda: luaran (output), masukan (input),

manajamen, teknologi, lokasi, pasar, dll, sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda

dalam memberikan tingkat upah, jaminan sosial dan lingkungan pekerjaan.


c. Baik pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai informasi yang terbatas

mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam butir (a) dan (b). Keseimbangan antara

permintaan dan penawaran tenaga kerja akan terjadi apabila pencari kerja menerima

pekerjaan yang ditawarkan pada tingkat upah tertentu.

4. Teori Upah Minimum Regional (UMR)

Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para

pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada para pegawai, karyawan atau

buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya.

Upah adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk uang, yang

mencakup bukan hanya komponen upah/gaji, tetapi juga lembur dan tunjangan tunjangan

yang diterima secara rutin/reguler (tunjangan transport, uang makan dan tunjangan lainnya

sejauh diterima dalam bentuk uang), tidak termasuk Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan

bersifat tahunan, kartalan, tunjangantunjangan lain yang bersifat tidak rutin (BPS, 2008).

Di dalam pasar tenaga kerja dikenal konsep tingkat upah umum. Dalam

kenyataannya, hanya sedikit pasar tenaga kerja yang bersifat persaingan sempurna. “Dalam

menganalisis pendapatan tenaga kerja, kita perlu mengetahui upah riil yang menggambarkan

daya beli dari jam kerja, atau upah nominal dibagi oleh biaya hidup”. Tingkat upah umum ini

yang kemudian diadopsi menjadi tingkat upah minimum yang biasanya ditentukan oleh

pemegang kebijakan pemerintah. Di Indonesia ketentuan mengenai ketenagakerjaan

khususnya dalam sistem penentuan upah diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan.
PENELITIAN TERDAHULU

No Tahun Penulis Judul Metode Analisis Variabel Hasil

1 2016 Ni Ketut Eni Analisis faktor-faktor yang Menggunakan 1. Inflasi Hasil penelitian ini sesuai
Endrayani, Heny mempengaruhi tingkat analisis kuantitatif 2. Tingkat pendidikan dengan penelitian yang
Urmila Dewi kemiskinan kabupaten/kota dan kualitatif 3. Investasi menyatakan bahwa
di provinsi bali 4. Pengangguran peningkatan investasi sektor
5. Ekspor Neto industri dapat mengurangi
6. Tingkat kemiskinan pengangguran di Indonesia,
dan peningkatan investasi
sektor industri mengakibatkan
pendapatan rumah tangga
meningkat.nvestasi,
Konsumsi, Infrastruktur
Ekonomi dan Ekspor Neto
berpengaruh secara signifikan
dan positif terhadap
Pertumbuhan, sedangkan
Suku Bunga dan Inflasi tidak
berpengaruh secara signifikan
dan negatif terhadap
pertumbuhan.
2 2010 Adit agus Analisis Faktor-Faktor analisis panel data 1. Tingkat kemiskinan Diketahui bahwa yang
Prastyo Yang Mempengaruhi (pooled data) 2. Pertumbuhan berpengaruh secara sifinfikan
Tingkat Kemiskinan Di sebagai alat ekonomi terhadap tingkat kemiskinan
Jawa Tengah pengolahan data 3. Pendidikan adalah variabel pertumbuhan
dengan 4. pengangguran ekonomi, upah minimum,
menggunakan pendidikan, dan tingkat
program Eviews 6 pengangguran.
3 2016 Tety marini Analisis Faktor-Faktor Metode analisis 1. Pertumbuhan Hasil penelitian dapat
Yang Mempengaruhi data yang akan ekonomi diketahui bahwa peningkatan
Pertumbuhan Ekonomi digunakan adalah 2. Kemiskinan pertumbuhan ekonomi tidak
Dan Tingkat Kemiskinan analisis jalur (path serta merta akan mengurangi
Di Kabupaten Berau analysis). kemiskinan.
4 2017 Mohd. Analisis Faktor-Faktor Analisis 1. kemiskinan untuk mengkonstruksikan
Kurniawan Penyebab Kemiskinan Di Kuantitatif, Dan faktor-faktor penyebab
Kabupaten Musi Metode Statistik kemiskinan dalam suatu
Banyuasin Yang Digunakan bentuk regresi terhadap
Adalah Statistik kondisi pemukiman dan
Deskriptif Dan karakteristik sosial ekonomi
Pengujian rumahtangga.
Multivariete
Dengan
Menggunakan
Regresi Berganda.

5 2017 Nastiti Analisis Faktor-Faktor Menggunakan 1. kemiskinan Berdasarkan hasil uji chow
Kurniawati Yang Mempengaruhi analisis data 2. PDRB dan uji housman maka dapat
Kemiskinan Di Dki sekunder dengan 3. Indeks disimpulkan sebagai berikut:
pembangunan
Jakarta metode penilitian 1. penelitian ini model
manusia
estimasi fixed effect lebih
4. pengangguran
baik dibandingkan dengan
model pooled least square.
Setelah mengetahui bahwa
metode fixed effect lebih baik
daripada metode common
effect.
2. penelitian ini model
estimasi yang lebih tepat
digunakan adalah Random
effect daripada Fixed effect.
Berdasarkan hasil uji Chow
dan uji Hausman maka
metode yang paling tepat
digunakan dalam model
penelitian ini adalah metode
Random effect

6 2002 Fuat Erdal & Locational Determinant Menggunakan 1. Foreign Direct Seluruh variabel independen
Ekrem Tatoglu of Foreign Direct analisis data Investment berpengaruh positif terhadap
Invesment in an sekunder dengan (Penanaman Modal Investasi asing, dengan
Asing)
Emerging Market metode penilitian adanya Ekspor, Infrastruktur
2. Foreign Trade
Economy : Evidence regresi linier (Ekspor) serta nilai GDP yang
From Turkey berganda 3. Infrastructure mengalami peningkatan di
(Infrastruktur) Turket dari tahun ke tahun
4. Country Market Size membuat nilai Investasi asing
(Gross Domestic ikut bertambah juga.
Product)
7 2014 Muhammad Impact of Exchange Rate Menggunakan 1. Foreign Direct Dari hasil analisis regresi
Bilawal, on Foreign Direct data sekunder dan Investment didapatkan hasil bahwasannya
Muhammad Investmen in Pakistan time series, serta (Penanaman Modal Nilai Kurs berpengaruh secara
Asing)
Ibrahim, Amjad dilakukan study signifikan terhadap Investasi
2. Exchange Rate
Abbas, analysis jangka (Kurs) Asing di Pakistan, memiliki
Muhammad panjang dengan dampak yang besar yaitu
Shuaib, data yang 67,9% terhadap PMA di
Mansoor dikumpulkan Pakistan.
Ahmed, Iltaf selama 32 tahun.
Hussain, Menggunakan
Tehreem SPSS untuk
Fatima mengetahui
hubungan antara
Kurs dan
Penanaman Modal
Asing

You might also like