Professional Documents
Culture Documents
Buku Kitab Wahyu
Buku Kitab Wahyu
Sanksi Pelanggaran
Pasal 72 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Jika Anda menemukan cacat produksi pada buku ini, silakan menukarkan
di toko buku BPK Gunung Mulia atau mengirimkan ke Logistik BPK Gunung Mulia
(Jl. Raya Bogor Km. 28, No. 43, Jakarta 13710). Kami akan mengganti buku tersebut.
Daftar Isi iii
KITAB WAHYU
Menafsir dan Memberitakan Penyertaan
Allah dalam Perjuangan Iman Umat
SAMUEL B. HAKH
ISBN 978-602-231-851-4
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................xi
v
vi KITAB WAHYU
xi
xii KITAB WAHYU
Semoga bermanfaat.
Latar Belakang Kitab Wahyu
xiii
xiv KITAB WAHYU
yang akan terjadi di masa depan. Bahkan ada yang memakai simbol-
simbol angka dalam kitab ini untuk mulai menghitung-hitung waktu
kedatangan Tuhan, sehingga mengabaikan konteks pergumulan yang
nyata dari kitab ini. Memang dalam kitab ini berkali-kali Yohanes
mencirikan pemberitaannya sebagai ”nubuat” (profēteia) (Why. 1:3;
19:10; 22:7, 10, 18, 19), bahkan dalam Wahyu 10:11, malaikat secara
tegas meminta kepada Yohanes untuk bernubuat dan Yohanes
sendiri memahami dirinya sebagai seorang nabi (Why. 22:6, 9) (Udo
Schnelle, 1998, 519).
Sangat penting digarisbawahi bahwa Kitab Wahyu, sama seperti
kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru, lahir dari suatu situasi
khusus pada masa Perjanjian Baru dan dialamatkan kepada jemaat
yang sedang bergumul dengan berbagai persoalan pada masanya
untuk memberikan kekuatan dan pengharapan kepada mereka agar
tabah menghadapi persoalan yang timbul pada masa kini mereka,
sambil menantikan pemerintahan Allah yang penuh di masa depan.
Dalam perkataan lain, Kitab Wahyu adalah kitab yang memberikan
pengharapan kepada pembacanya. Pesan utamanya adalah bahwa
umat tetap tabah dalam pengharapan bahwa Tuhan yang telah
menang atas segala kuasa pasti akan kembali untuk membela yang
benar dan menghakimi yang jahat. Kitab ini secara khusus
menjanjikan pengharapan akan pahala bagi mereka yang membaca
dan setia melaksanakan firman-Nya (Richaed L.S. Gan, 1999:iii).
sebagai nabi sangat menonjol (10:7, 11; 11:18; 16:6; 18:24; 22:9)
(C. Groenen, 1992, 394, 395).
Ketika Yohanes menerima wahyu ini, ia sedang berada di Pulau
Patmos (Why. 1:9), sekitar satu hari perjalanan kapal dari pantai
Asia Kecil. Ia dibuang ke pulau itu karena firman Allah dan
kesaksiannya tentang Yesus. Tampaknya ia menentang penyem
bahan kepada kaisar di Roma. Apakah Yohanes masih di pulau itu
ketika kitab ini disusun, tidak begitu jelas (Udo Schnelle, 1992, 523,
524).
Waktu penulisan bisa diperkirakan dari intensitas penganiayaan
yang dialami oleh jemaat yang disapa dalam Kitab Wahyu. Memang
Kaisar Nero pada tahun 64 M, menganiaya orang Kristen karena
menuduh mereka membakar kota Roma. Memang orang-orang
Kristen dikejar-kejar. Tetapi pengejaran itu hanya terjadi di Roma.
Penganiayaan itu bukan berkaitan dengan penyembahan kepada
kaisar seperti yang diindikasikan oleh Kitab Wahyu, melainkan
berkaitan dengan soal politik, yaitu bermaksud menghapus desas-
desus bahwa ia yang membakar kota Roma.
Menurut Suetonius, Kaisar yang secara terang-terangan
menyuruh orang menyembah dirinya sebagai dominus et deus noster
(Tuhan dan Allah kami) adalah Domitianus. Ia lahir tahun 51 M, dan
menjadi kaisar tahun 81-96. Pada tahun 85, ia menyatakan diri
sebagai dominus et dues noster (Suetonius, Domitian 13.2; bnd. Why.
4:11) (Udo Schnelle, 1998, 525).
Orang harus menyembah dia sebagai Tuhan dan Allah untuk
membuktikan loyalitasnya kepada kaisar. Mereka yang menolak
untuk menyembah patung kaisar akan dibuang, dianiaya, atau
bahkan dibunuh. Tuntutan semacam ini sesuai dengan gambaran
yang kita peroleh dari Kitab Wahyu (13:12). Jika demikian, maka
kitab ini ditulis pada akhir masa pemerintahan Domitianus, sekitar
xviii KITAB WAHYU
Menafsir Simbol-Simbol
Simbol-simbol dalam Alkitab, khususnya Kitab Wahyu, merupakan
suatu tipe kiasan yang harus ditelusuri maknanya. Sebab simbol-
simbol itu bersifat esoterik atau rahasia, sehingga hanya diketahui
oleh orang tertentu. Sumber dari simbol-simbol ini juga berbeda
DaftarBelakang
Latar Isi Kitab Wahyu xxi
dengan para nabi dan para penulis Alkitab lainnya. Yang disebut
terakhir ini mengambil simbol mereka dari dunia nyata, misalnya:
belalang, kuda, garam, lampu, dan lain-lain. Sedangkan apokaliptik
memang memiliki simbol yang demikian, tetapi menambahkan
banyak simbol dari dunia fantasi atau mitos, misalnya binatang yang
mempunyai kepala banyak, belalang dengan ekor seperti kalajengking,
binatang yang dikepalanya ada mahkota, dan lain-lain. Simbol-simbol
ini diambil dari masa penulis hidup. Simbol-simbol itu memiliki
makna tertentu, misalnya: binatang menunjuk kepada manusia,
tanda-tanda kosmis menunjuk kepada fenomena alam supernatural,
dan angka menunjuk kepada kontrol Allah atas sejarah manusia.
Dalam sastra apokaliptik, makna angka sangat menonjol. Beberapa
angka yang sangat dominan adalah: tiga, empat, tujuh, sepuluh, dua
belas, dua puluh empat, tujuh puluh, seribu, dan seratus empat puluh
empat. Dalam Kitab Wahyu, angka tujuh dan kelipatannya sangat
mendominasi. Selain itu, angka 666 (Why. 13:18) merupakan teka-
teki yang rasanya sulit untuk dijelaskan. Ada upaya untuk menguak
makna angka-angka itu tetapi para ahli berbeda pendapat mengenai
maknanya. Ada yang berpendapat bahwa angka itu memiliki makna
sial, sementara ada yang lain berpendapat bahwa angka itu menunjuk
kepada Kaisar Nero. Sebab jika angka itu dimaknai ke dalam huruf
Ibrani, maka itu menunjuk kepada Nero. Memang harus diakui bahwa
ada sastra apokaliptik yang disertai dengan penafsiran terhadap
maknanya, tetapi persoalan yang membingungkan adalah bahwa
ada juga sastra apokaliptik yang tidak disertai dengan penafsiran
terhadap maknanya.
Penelusuran terhadap makna simbol itu tidak bisa ditemukan
dalam situasi kita masa kini. Makna dari simbol itu harus dicari
dalam lingkungan purba. Ini tidak berarti bahwa sastra apokaliptik
tidak memiliki makna masa kini. Maksudnya adalah, penafsir
pertama-tama harus mencari makna simbol yang dimaksudkan oleh
xxii KITAB WAHYU
Wahyu. Ketiga model tafsir ini akan dipakai dalam tafsiran Kitab
Wahyu ini. Pertimbangannya adalah bahwa peristiwa yang dialami
oleh warga jemaat yang disapa dalam Kitab Wahyu adalah peristiwa
masa lalu yang, secara aktual, terjadi di dalam konteks perjalanan
sejarah dunia. Sungguh pun demikian, peristiwa-peristiwa itu
bermakna futuris bahwa peristiwa yang dialami oleh warga jemaat
di masa lalu itu bisa juga terjadi pada masa kini dan masa depan.
Namun, dalam menjalani semua peristiwa itu Kristus terus hadir
untuk memberikan kemenangan bagi umat-Nya.
Pertimbangan ini didasarkan pada beberapa kenyataan.
Pertama, Yohanes menulis kepada jemaat-jemaat yang sedang
mengalami penganiayaan pada Abad Pertama. Kedua, Yohanes
menulis kitab ini untuk memberikan dorongan dan motivasi serta
penghiburan kepada pembaca selama berada dalam masa sulit.
Ketiga, Yohanes menggunakan gambar dan simbol untuk menunjuk
kepada orang dan tempat, serta memberikan penjelasan seperlunya
(John W. Carter, 2015:10).
Pasal 1:1-20
Ketujuh Jemaat di Asia Kecil
Judul: 1:1-3
1
2 SURAT
KITAB WAHYU
sebab itu, wahyu dari Allah itu adalah juga wahyu Yesus Kristus.
Maksud penyampaian wahyu itu adalah supaya ditunjukkan-Nya
kepada hamba-hamba-Nya. Kata “ditunjukkan” dapat berarti
diungkapkan, atau dibukakan, yakni dibukakan oleh Kristus kepada
hamba-hamba-Nya. Kata “hamba” (doulos) digunakan 14 kali dalam
Kitab Wahyu. Tiga kali digunakan secara literer (Why. 6:15; 13:16;
19:8) dan 11 digunakan secara metaforis, yang menunjuk kepada
Musa (15:3), kepada Yohanes (Why. 1:1), kepada nabi-nabi (10:7;
11:18) tetapi juga dikenakan kepada orang Kristen pada umumnya
(Why. 1:1; 2:20; 7:3; 19:2, 5; 22:3, 6) (Aune, 1997:13). Maka dapat
dikatakan bahwa ungkapan “hamba-hamba-Nya” (tois doulois autou)
yang dimaksudkan di sini adalah para nabi, yakni nabi-nabi Kristen
atau umat beriman pada umumnya, termasuk Yohanes. Kepada
mereka ini, wahyu dari Allah itu dibukakan.
Isi wahyu itu berkaitan dengan apa yang harus segera terjadi.
Ungkapan yang sama terdapat juga dalam Why. 4:1; 22:6 menunjuk
kepada kedatangan Tuhan yang akan segera terjadi. Teks yang sama
terdapat juga dalam Kitab Daniel 2:28, dan 29 yang menyatakan
bahwa “Allah telah menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah
memberitahukan kepada tuanku ...”. Dalam konteks Kitab Daniel, teks
itu mengacu kepada peristiwa kehancuran kerajaan manusia dan
pendirian pemerintahan Allah yang akan segera terjadi. Sedangkan
dalam Why. 1:1, Yohanes memakai ungkapan itu untuk menunjuk
kepada peristiwa-peristiwa yang harus segera terjadi dan yang
dialami oleh umat beriman. Karena ungkapan itu bersifat eskatologis
(Robbins, 1975:29), maka persoalan yang kadang-kadang terjadi,
yakni orang mulai menghitung-hitung waktu, lalu menetapkan kapan
akhir zaman tiba. Padahal, Perjanjian Baru sama sekali tidak
menganjurkan perhitungan waktu akhir zaman itu. Sebab “tentang
hari dan saat itu tidak seorang pun yang tahu. Malaikat-malaikat di
sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri” (lih. Mat. 24:36).
Daftar1 Isi
Pasal 3
Pokok Pemberitaan
1:4 Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih
karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang
ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh
roh yang ada di hadapan takhta-Nya.
1:5 dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit
dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi
ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan
kita dari dosa kita oleh darah-Nya
1:6 dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi
imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, – bagi Dialah kemuliaan dan
kuasa sampai selama-lamanya. Amin.
bahasa Kitab Wahyu sangat berbeda dengan gaya bahasa Kitab Injil
Yohanes. Injil Yohanes memakai gaya bahasa yang halus, sedangkan
Kitab Wahyu ditulis dengan gaya bahasa yang kasar dan susah
dipahami. b), Nama Yohanes sangat umum di kalangan masyarakat
Yahudi dan Kristen waktu itu, sehingga sulit dipastikan bahwa
Yohanes yang dimaksud adalah Yohanes murid Yesus.
Oleh karena itu, sulit untuk menentukan siapakah penulis Kitab
Wahyu. Yang pasti ialah, sang penulis adalah seorang pemberita Injil
yang bernama Yohanes, yang sangat dikenal luas di antara jemaat-
jemaat Kristen di Asia Kecil, khususnya jemaat pembaca, sehingga
ia tidak perlu memperkenalkan dirinya lagi.
Yohanes menyampaikan salam kepada “ketujuh jemaat yang di
Asia Kecil” (ay. 4). Angka tujuh merupakan angka sempurna yang
menunjuk kepada keseluruhan jemaat. Jadi, ketujuh jemaat yang
dimaksudkan di sini adalah keseluruhan jemaat di Asia Kecil. Kepada
semua jemaat itu Yohanes menyampaikan salam: “Kasih karunia dan
damai sejahtera menyertai kamu” (Charis humin kai eirene hapo ho
on). Rumusan salam seperti ini telah menjadi suatu tradisi Kristen
yang kita jumpai juga dalam surat-surat rasuli (Rm. 1:7; 1Kor. 1:3;
2Kor. 1:2; Gal. 1:3; Ef. 1:2; Flp. 1:2; Kol. 1:2; 1Tes. 1:1; 2Tes. 1:2; 1Tim.
1:2; 2Tim. 1:2; Tit. 1:3; Flm. 3; 1Ptr. 1:2; 2Ptr. 1:2; 2Yoh. 3) (Tenney,
1991:46; Robbins, 1975:33). Yohanes memakai salam ini di sini
untuk menyapa jemaat-jemaat di Asia Kecil.
Kedua, “dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan
datang...” (ay. 4). Kalimat ini menunjuk kepada kekekalan Allah yang
maha hadir, Allah yang tidak bisa dibatasi oleh ruang dan waktu
(Robbins, 1975:34). Ia tidak hanya ada di masa lampau tetapi
sekarang Ia juga sedang hadir dan berkarya dalam panggung sejarah
dunia dan yang terus hadir bersama umat-Nya untuk berkarya di
masa yang akan datang. Ia adalah Alfa dan Omega.
10 SURAT
KITAB WAHYU
orang Israel terlepas dari tulah yang menimpa orang Mesir dan
mereka dibebaskan dari penindasan (bnd. Kel. 12:1-13). Di kalangan
orang Israel, setiap orang yang berbuat dosa, wajib mempersem
bahkan korban sebagai pengganti nyawanya. Dalam upacara korban
itu, darah korban itu memiliki peranan sebagai pengganti nyawa
orang yang berdosa itu.
Di kalangan orang Kristen, korban yang sesungguhnya telah
dipersembahkan, yakni Yesus Kristus, sebagai Anak Domba yang
telah disembelih dan oleh darah-Nya, kita telah dilepaskan dari dosa.
Dengan memakai kalimat dalam doksologi ini, Yohanes hendak
menegaskan tentang tindakan Allah yang membebaskan itu. Bahwa
sekalipun komunitas yang ia sapa menjadi korban penindasan, tetapi
mereka telah ditebus, atau lebih tepatnya, telah memperoleh
kelepasan dari dosa mereka telah menjadi milik Allah. “Mereka
adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu kemana saja Ia
pergi” (bnd. Why. 14:4b).
Yohanes tidak berhenti pada tindakan Allah yang melepaskan
atau yang membebaskan. Ia melanjutkan dengan tindakan Allah yang
berikut: “dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan,
menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya” (ay. 6). Ada dua tindakan
yang disebutkan. Tindakan yang pertama adalah “membuat kita
menjadi suatu kerajaan” dan yang kedua adalah “menjadi imam-
imam bagi Allah Bapa-Nya”. Pada tindakan-tindakan ini, kita yang
tadinya adalah hamba dosa, telah dibebaskan oleh darah Anak
Domba itu, lalu kita diangkat menjadi suatu kerajaan dan meme
rintah bersama dengan Dia dalam kerajaan-Nya (2Tim. 2:12). Malah
warga kerajaan itu (Flp. 3:20; Ef. 2:19; Ibr. 12:13) mengambil bagian
dalam kuasa Kristus karena Ia ada di dalam kita (Why. 2:26; 3:21;
5:10; 20:6). Tidak hanya itu. Kita juga diangkat menjadi imam-imam
yang melayani bagi Allah Bapa dari Yesus Kristus (bnd. Why. 20:6).
Dalam Alkitab, fungsi imam adalah melayani Tuhan dan menjadi
Daftar1 Isi
Pasal 13
datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga
mereka yang menikam Dia”. Kalimat ini merupakan gabungan dari
dua ucapan kenabian. Kalimat pertama: Ia datang dengan awan-
awan, berasal dari Daniel 7:13. Dalam konteks Kitab Daniel, ungkapan
itu berkaitan dengan penglihatan Daniel pada malam hari. Tampaklah
kepadanya seorang seperti anak manusia datang dengan awan-awan
dari langit. Di kalangan gerakan apokaliptik, awan merupakan
kendaraan yang dipakai oleh Anak Manusia untuk datang kepada
Yang Lanjut Usia.
Jemaat Kristen biasanya memakai kedua ayat ini sebagai nubuat
penghakiman melawan mereka yang menolak Yesus (bnd. Mat.
24:30). Pada waktu penghakiman itu, Yesus datang sebagai hakim
di atas awan yang disaksikan oleh semua orang. Kalimat kedua: “dan
setiap mata akam melihat Dia juga mereka yang menikam Dia. Dan
semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.” Kalimat “dan
setiap mata” tidak ada di dalam Kitab Zakharia 12:10-14. Teks dalam
Kitab Zakharia memakai kalimat: “dan mereka akan memandang
kepada Dia yang telah mereka tikam” (Za. 12:10). Dalam konteks
Kitab Zakharia, tokoh yang disebutkan di sini adalah hamba Tuhan,
yang ditikam oleh penduduk Yerusalem. Di kemudian hari mereka
insaf akan perbuatan mereka lalu dalam keinsafan, mereka
memandang kepada dia yang mereka tikam itu (A. Sevenster,
1976:68, 69).
Yohanes mengutip kedua ucapan kenabian ini untuk meng
ingatkan pembaca tentang kedatangan Kristus sebagai hakim di atas
awan-awan di langit, sebagaimana Ia sendiri telah menjanjikannya
(Mat. 24:30). Pada waktu kedatangan-Nya itu semua mata akan
melihat Dia, baik mereka yang percaya maupun mereka yang tidak
percaya, termasuk “mereka yang menikam Dia”. Frasa “mereka yang
menikam Dia” menunjuk kepada orang-orang yang memusuhi Yesus
Mesias itu dan yang membunuh Dia. Mereka yang dimaksudkan di
Daftar1 Isi
Pasal 15
sini tidak hanya para tentara Romawi yang menikam Dia (bnd. Yoh.
19:34), melainkan juga para pemimpin Yahudi yang menjadi dalang
di balik penyaliban Yesus itu (bnd. Mat. 27:20-22).
Para pemimpin Yahudi itu menganggap Yesus sebagai rival yang
harus dilenyapkan, karena Ia dipandang sebagai orang yang
merongrong wibawa mereka sebagai pemimpin agama. Yohanes
menambahkan kalimat: Dan semua bangsa di bumi akan meratapi
Dia. Kalimat ini memiliki kesejajaran dengan Zakharia 12:12. Dalam
konteks Kitab Zakharia, teks ini dikaitkan dengan ratapan terhadap
sang mesias yang tertikam itu. Sementara dalam Kitab Wahyu,
Yohanes menghubungkannya dengan kedatangan Kristus kembali
untuk menjadi hakim atas semua bangsa di dunia. Pada waktu itu,
semua orang yang menolak dan menikam Dia akan meratap karena
hukuman yang akan dikenakan kepada mereka. Demi menyung
guhkan apa yang Yohanes tulis pada ayat ini, ia mengatakan: “Ya
Amin” artinya: ya, sungguh benar.
1:8 “Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan
yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa.”
sebagai pengendali penuh atas waktu dan ruang dari awal hingga
akhir (John and Gloria Ben-Daniel, 2016:8).
Pemakaian gelar ini diambil dari Kitab Nabi Yesaya. Dalam kitab
itu beberapa kali Allah berbicara tentang diri-Nya: ”Akulah yang
dahulu dan Akulah yang terkemudian, tidak ada Allah lain selain dari
pada-Ku” (Yes. 44:6). Pernyataan yang sama kita jumpai dalam Yesaya
48:12: ”... Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah
juga yang terkemudian (bnd. 41:4). Dalam pasal-pasal itu, Yesaya
menunjuk kepada Allah sebagai satu-satunya Pencipta alam semesta,
dan Tuhan yang berkuasa atas sejarah, sebagai suatu polemik
melawan berhala-berhala di Babel. Yesaya menegaskan bahwa Allah
Israel tidak seperti berhala-berhala itu. Ia adalah satu-satunya Allah
yang tidak dapat dibandingkan dengan ilah-ilah bangsa-bangsa di
dunia.
Gagasan yang sama dipakai dalam Kitab Wahyu, dengan
menekankan Allah sebagai Alfa dan Omega. Ia yang mencipta segala
sesuatu dan membawanya kepada pemenuhan di masa depan. Ia
yang mengucapkan kata yang pertama dalam penciptaan dan Ia juga
yang mengucapkan kata yang terakhir dalam dunia yang baru
(Richard Bauckham, 1993:26, 27).
Di beberapa tempat lain melalui penglihatan dalam Kitab
Wahyu, Allah juga memperkenalkan diri-Nya sebagai ”Yang ada, yang
telah ada, dan yang akan datang” (1:4; 8; 4:8; 11:17; 16:5). Pemakaian
ungkapan ini menunjuk kepada nama YHWH. Dalam Perjanjian Lama
satu-satunya penafsiran terhadap nama itu terdapat dalam Keluaran
3:14 ”ehyeh aser ehyeh” (Aku akan ada yang Aku akan ada, atau Aku
adalah Aku). Dengan memakai ungkapan ini Yohanes hendak
menegaskan bahwa Allah tidak hanya telah ada, dan sekarang ada
di tengah jemaat untuk menyelamatkan, tetapi Ia juga akan datang
di masa depan sebagai Hakim untuk menghakimi dunia ini. Ungkapan
ini tertuang dalam puji-pujian para tua-tua di hadapan Allah (Why.
Daftar1 Isi
Pasal 17
Pokok Pemberitaan
dosa kita. Oleh sebab itu, kita tidak lagi hidup di bawah kuasa dosa,
melainkan telah dibebaskan dari kuasa itu lalu kita telah diangkat
menjadi imam-imam yang melayani di hadapan Allah. Sebagai imam,
kita tidak lagi mempersembahkan korban di atas mezbah, sebab
Kristus adalah korban yang terakhir yang telah dipersembahkan.
Tugas keimaman kita adalah melayani Tuhan dan menaikkan doa
syafaat bagi umat Allah.
Salah satu unsur tetap dalam ibadah gerejawi adalah puji-pujian
kepada Tuhan. Setiap kali warga jemaat berkumpul dalam ibadah,
maka jemaat menyanyi atau memuji Tuhan. Jemaat memuji Tuhan,
tidak hanya sebagai ucapan syukur atas berkat yang Tuhan berikan
setiap hari, atau atas pengalaman akan kuasa Tuhan dalam kehi
dupan mereka, melainkan terutama karena karya penebusan Kristus
yang Ia lakukan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, sehingga
jemaat dibebaskan dari kuasa dosa dan maut. Oleh sebab itu, memuji
Tuhan bukan sekadar ikut-ikutan melantunkan kalimat tertentu
dalam suatu nyanyian, melainkan perlu dilakukan dengan kesadaran
dan ucapan syukur akan karya penebusan Kristus bagi kita.
1:10 Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar
dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi
sangkakala
Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh. “Hari Tuhan” (kuriake
hemera) yang dimaksudkan di sini adalah hari kebangkitan Yesus
dari antara orang mati, yang bertepatan dengan hari pertama Minggu
itu. Pada hari pertama itu, orang Kristen biasanya berkumpul untuk
berdoa dan merayakannya sebagai hari Tuhan karena hari itu
memiliki makna khusus, sebagai hari kemenangan Yesus atas kuasa
maut. Orang Kristen meninggalkan ibadah pada hari Sabat dan
melakukan ibadah pada hari Minggu atau hari Tuhan (John and
Gloria Ben-Daniel, 2016:9). Pada hari itu orang Kristen melaksana
kan ibadah eucharisti (bnd. Yoh. 20:19; Kis. 20:7; 1Kor. 16:2).
Pada hari Tuhan itulah Yohanes dikuasai oleh Roh. Kalimat
“dikuasai oleh Roh” (egenomen en pneumati) dapat diterjemahkan
dengan “dikendalikan” atau “dicengkeram” oleh Roh, yakni Roh Allah.
Yohanes mengatakan bahwa dalam kuasa atau cengkeraman Roh
Allah itu, aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring,
seperti bunyi sangkakala. Dalam Perjanjian Lama, motif kalimat
“suara yang nyaring seperti bunyi sangkakala” menggambarkan suatu
teofani atau suatu penyataan kehadiran ilahi di tengah umat (bnd.
19:16; 20:18; Yes. 18:3; Yl. 2:1; Za. 9:14; Mzm. 47:5). Dalam Kitab
Wahyu, “suara nyaring” dikaitkan dengan suatu maklumat yang
disampaikan kepada umat (1:10; 5:2, 12; 6:10; 7:2, 10; 8:13; 10:3;
11:12, 15). Katanya: Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam
sebuah kitab. Kata “tuliskanlah” (grapson) merupakan suatu bentuk
Daftar1 Isi
Pasal 25
Pokok-Pokok Pemberitaan
1:13 Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak
Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki,
dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
1:14 Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah,
dan mata-Nya bagaikan nyala api.
Pokok Pemberitaan
1:18 dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup,
sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut
dan kerajaan maut.
34 SURAT
KITAB WAHYU
1:19 Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi
sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini.
1:20 Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kaulihat pada tangan
kanan-Ku dan ketujuh kaki dian emas itu: ketujuh bintang itu
ialah malaikat ketujuh jemaat dan ketujuh kaki dian itu ialah
ketujuh jemaat.”
adalah hidup itu sendiri, “Yang Awal dan Yang Akhir” (Walhout,
2000:23). Frasa: “Yang Awal dan Yang Akhir” kita jumpai juga dalam
Yesaya 44:6; 41:4; 48:12. Secara polemis frasa itu berarti “tidak ada
ilah lain selain daripada-Ku” (Marie-Claire Barth, 1983:170). Ia satu-
satunya pemegang sejarah dunia ini yang di dalamnya orang Kristen
sedang berjuang. Segala sesuatu di dalam hidup ini dimulai dan
berakhir dengan Dia sebab Ia adalah hidup itu.
Ayat 18. “… dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah Aku
hidup sampai selama-lamanya”. Yesus tidak hanya bangkit dari antara
orang mati, tetapi Ia hidup, bahkan Ia adalah hidup itu sendiri. Oleh
karena itu, Ia berkuasa juga untuk menghidupkan setiap orang
beriman walaupun mereka telah mati sama seperti Ia mati, tetapi
bangkit kembali. Kebangkitan-Nya itu membuktikan kemenangan-
Nya atas kuasa maut dan sekaligus sebagai jaminan kebangkitan bagi
setiap orang yang percaya kepada-Nya. Itulah sebabnya Ia “meme
gang segala kunci maut dan kerajaan maut”. Oleh karena Ia telah
menaklukkan kuasa maut itu dan bangkit kembali dari kematian,
maka Ia telah merebut segala kunci maut dan kerajaan maut. Oleh
sebab itu, setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak perlu takut,
walaupun akan mengalami kematian, akan dibangkitkan kembali
oleh Tuhan dari maut itu (Ladd, 1972:34). Maut dan kerajaan maut
tidak bisa menahan orang yang percaya kepada Kristus. Karena
Kristus menjadi jaminan kebangkitan orang percaya dari antara
orang mati.
Jaminan akan kebangkitan dan kehidupan orang percaya itu
perlu diberitahukan kepada jemaat. Oleh sebab itu, Yohanes
diperintahkan: “tuliskanlah”. Perintah: “tuliskanlah” telah kita bahas
dalam 1:11, oleh sebab itu, kita tidak lagi membahasnya di sini.
Kalimat yang hendak kita bahas di sini adalah: apa yang telah
kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi
sesudah ini. Apa yang dilihat oleh Yohanes adalah pertama, “yang
36 SURAT
KITAB WAHYU
terjadi sekarang” dan yang kedua adalah “yang akan terjadi sesudah
ini”. Maksud dari ungkapan: “yang terjadi sekarang” adalah apa yang
sedang terjadi pada ketujuh jemaat yang ia sapa, yakni pemuliaan
Kristus melalui penderitaan yang mereka alami, sedangkan “yang
akan terjadi sesudah ini” menunjuk kepada pembebasan orang
beriman pada kedatangan Kristus (Ladd, 1972:34).
Ayat 20. Pada ayat ini, kepada Yohanes dibukakan rahasia
ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. Ketujuh bintang itu ialah
malaikat ketujuh jemaat. Malaikat ketujuh jemaat itu ialah ketujuh
jemaat yang disebut dalam Wahyu 2–3. Kata “malaikat” (anggelos)
berarti “utusan”. Persoalan yang timbul di sini adalah siapa yang
dimaksud dengan “malaikat” atau “utusan” yang ditempatkan di
depan kata “ketujuh jemaat” itu? Identitas para “malaikat” ini (Wahyu
1:20; 2:1, 8, 12, 18; 3:1, 7, 14) menimbulkan diskusi yang tanpa akhir
dan diperumit lagi oleh fakta bahwa pembicara kadang-kadang
menyapa mereka dalam bentuk tunggal, dan kadang-kadang dalam
bentuk jamak. Menurut peran mereka dalam visi ini, para malaikat
diberikan kepada setiap jemaat sebagai saluran komunikasi antara
jemaat dengan Yang di surga. Ada yang berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan “malaikat” di sini adalah “penatua”, “penilik
jemaat”, sebagai pemimpin jemaat itu ((John W. (Jack) Carter,
2015:34). Akan tetapi, pandangan ini sulit dipertahankan karena
“penatua” selalu berganti, sementara malaikat tetap. Pandangan yang
bisa diterima adalah bahwa ketujuh jemaat itu masing-masing
memiliki malaikat yang selalu memperhatikan dan memelihara
kehidupan jemaat itu. Dalam Ibrani 1:14, fungsi dari malaikat adalah
melayani jemaat. Bahkan secara pribadi orang-orang percaya
memiliki malaikat yang telah ditentukan (Mat. 18:10; Kis. 12:15).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa malaikat ditetapkan oleh
Allah bagi setiap gereja dan bertanggung jawab untuk efektivitas
pelayanannya (Henry M. Morris, 1983:45, 46; John and Gloria Ben-
Daftar1 Isi
Pasal 37
Pokok Pemberitaan
39
40 SURAT
KITAB WAHYU
adalah ibu kota Provinsi Asia Depan, terletak di bagian Barat Asia
Kecil. Pada tahun 133 s.M, bagian barat Asia Kecil itu menjadi salah
satu provinsi Romawi.
Akan tetapi, sekarang kota itu sudah runtuh dan hanya tersisa
puing-puingnya saja. Letaknya di Turki sekarang. Di kota itu terdapat
pusat pemujaan kepada Dewi Artemis (Latin: Diana). Artemis adalah
dewi kesuburan yang dipuja oleh masyarakat setempat (Henry M.
Morris, 1983:49). Selain itu, terdapat juga pemujaan kepada dewa-
dewa lain, termasuk pemujaan kepada kaisar sebagai dewa. Selama
dua tahun Paulus tinggal di kota ini dan memberitakan Injil (Kis.
19:10). Banyak orang menerima Injil itu, sehingga berdirilah jemaat
di Efesus. Kota ini sangat penting bagi Paulus dalam pekerjaan
pemberitaan Injil.
2:3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku;
dan engkau tidak mengenal lelah.
Frasa: ‘sebab itu’ (oũn = karena itu, sebab itu) menunjuk kembali
kepada apa yang telah disebutkan sebelumnya, yakni kepada
tindakan jemaat yang telah meninggalkan kasih yang semula, yakni
kasih yang pertama dan yang utama atau kasih yang tulus iklas
kepada Kristus dan sesama. Disusul dengan suatu peringatan yang
tegas kepada jemaat itu ingatlah (mnemóneue) betapa dalamnya
engkau telah jatuh (póthen péptokas, secara harfiah artinya: ‘dari
mana engkau telah jatuh’ atau ‘seberapa jauh engkau telah jatuh’).
LAI lebih bebas menerjemahkannya dengan kalimat: ‘betapa
dalamnya engkau telah jatuh’.
Dalam Perjanjian Lama, peringatan yang demikian kadang-
kadang digunakan oleh para nabi dalam konteks di mana umat
dipanggil untuk bertobat (Yes. 44:21; 46:8-9; Mi. 6:5) (Aune,
1997:147). Dalam konteks jemaat Efesus, peringatan itu disampai
kan dengan maksud untuk menyadarkan jemaat bahwa kasih yang
semula, yang mereka wujudkan dengan hangat dan tulus iklas ketika
baru menjadi Kristen, telah mereka tinggalkan atau abaikan, se
hingga kehangatan kasih itu tidak lagi dirasakan dalam jemaat.
Daftar2 Isi
Pasal 47
2:6 Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala
perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
hidup itu sendiri, sebagaimana kita jumpai dalam Amsal 3:18; 11:30;
13:12; 15:4; bandingkan dengan Mazmur 1:3. Metafora-metafora ini
juga digunakan oleh penulis-penulis Kristen sebagaimana dalam
Kitab Wahyu ini. Pohon kehidupan itu sering dihubungkan dengan
kehidupan kekal di taman Firdaus (Aune, 1997:152, 153). ‘Taman
Firdaus’ adalah suatu ungkapan yang dipinjam dari bahasa Persia
Lama ‘paridaida’, yang berarti kebun. Pada awal perkembangan
Yudaisme, ‘firdaus’ menggambarkan lingkungan surgawi, yang
darinya Adam dan Hawa diusir (Aune, 1997:154).
Pokok Pemberitaan
yang datang menyebarkan ajaran yang sesat. Kerja keras itu dipuji
(ay. 1-3). Tetapi keberadaan jemaat sebagai satu persekutuan yang
mestinya diikat oleh kasih agape atau kasih dari Allah itu, ternyata
bukan tanpa cela. Kecelaan mereka adalah karena mereka telah
meninggalkan kasih yang pertama dan yang utama itu, yakni kasih
yang hangat dan tulus ikhlas itu kepada Kristus dan sesama. Kasih
yang hangat itu telah menjadi dingin. Maka Tuhan, melalui Yohanes,
mengingatkan jemaat mengenai tindakan mereka yang telah
meninggalkan kasih itu untuk bertobat atau berbalik.
Berbalik merupakan suatu tindakan untuk secara total
mengubah pikiran, perasaan, dan sikap atau dalam pengertian lain,
mengubah seluruh kehidupan mereka. Pertobatan itu sangat
mendesak untuk dilakukan. Sebab jika tidak, Tuhan akan mengambil
kembali kaki dian itu dari tengah-tengah mereka. Dalam perkataan
lain, fungsi jemaat sebagai terang bagi dunia sekelilingnya akan
padam dan jemaat sebagai satu persekutuan akan hancur. Desakan
untuk bertobat ini perlu disambut dengan kerelaan untuk men
dengar dan melaksanakannya. Mereka yang melakukannya dengan
sungguh-sungguh dan kembali kepada kehangatan kasih yang mula-
mula itu akan disapa sebagai pemenang dan akan beroleh hidup
yang kekal.
Panggilan untuk kembali kepada kasih yang mula-mula
merupakan panggilan bagi gereja sepanjang masa. Sebab gereja yang
berkarya atau melayani di dalam dunia ini bukan tanpa kelemahan.
Kelemahan gereja atau orang Kristen adalah mereka meninggalkan
kasih yang mula-mula itu, yaitu kasih yang hangat dan tulus kepada
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya. Tanda-tanda dari
orang Kristen yang telah meninggalkan kasih yang mula-mula atau
kasih yang hangat dan tulus itu tidak hanya terlihat dari kesuaman
nya mengikuti persekutuan bersama dengan Tuhan, melainkan
terutama dari sikap dan tindakannya yang tidak lagi dengan
Daftar2 Isi
Pasal 53
Pokok Pemberitaan
2:13 Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta
Iblis; dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak
menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman
Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di
hadapan kamu, di mana Iblis diam.
dengan menara yang tingginya sekitar 800 kaki. Juga kota ini menjadi
pusat berbagai penyembahan kepada dewata. Lebih jauh Morris,
dengan mengacu pada pandangan Alexander Hislop, mengemukakan
bahwa kota Pergamus mewarisi praktek keagamaan orang Babilonia
ketika kerajaan Babilonia itu runtuh pada masa pemerintahan
Beltsazar. Para imam yang memelihara praktek keagamaan Babilonia
sejak zaman Nimrod, berimigrasi ke Pergamus dan mendirikan
kultus mereka di sana (Henry M. Morris, 1983:57). Pakar lain, yang
juga memberikan pandangan mengenai ‘takhta iblis’ itu adalah Isbon
T. Beckwith. Beckwith mengajukan lima kemungkinan kota Per
gamus disebut ‘takhta iblis’. Pertama, sama dengan Morris, ia
mengemukakan bahwa di kota Pergamus terdapat kuil-kuil sebagai
pusat penyembahan kepada para dewata orang Yunani. Kedua, kota
Pergamus menonjol sebagai tempat penyembahan kepada Dewa
Asklepios dengan gelarnya sebagai ‘Juruselamat’ yang memiliki
simbol ular, yang mungkin mengingatkan orang Kristen tentang
Setan (12:9; 20:2). Ketiga, keberadaan dari aeropolis sebagai tempat
yang indah, di mana dilakukan penyembahan kepada Dewa Zeus,
dapat juga dipandang sebagai ‘takhta iblis’. Keempat, Maryr Antipas
pernah mengungkapkan mengenai keganasan kuasa setan di kota-
kota Asia. Kelima, menonjolnya kota Pergamus sebagai pusat
penyembahan kepada kaisar. Dan dari kota ini, penyembahan kepada
kaisar sebagai yang ilahi menyebar ke kota-kota lain di Asia
(Beckwith, 1979:457, 458). Pakar yang berikut adalah David E. Aune.
Menurut Aune ada 8 kemungkinan kota Pergamus dicap sebagai
‘takhta Iblis’. Pertama, sama dengan Beckwith, Aune mengemukakan
bahwa kota Pergamus disebut sebagai ‘takhta Iblis’ karena di kota
ini terdapat kuil penyembahan kepada kaisar Romawi. Ini adalah
kuil pertama kekaisaran yang dibangun di provinsi Asia dan menjadi
pusat penyembahan kepada kaisar. Dalam T. Job, 3:5b; 4:4c, kuil
penyembahan kepada kaisar ini disebut sebagai ‘tópos toû Satanâ’
Daftar2 Isi
Pasal 63
2:16 Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera
datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka dengan
pedang yang di mulut-Ku ini.
atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun,
selain oleh yang menerimanya.
Pokok Pemberitaan
oleh serikat buruh yang kuat. Makanya di kota ini terdapat banyak
pedagang kain wool, pembuat kain linan, tukang celup kain,
perdagangan budak, tukang besi, dan lain-lain (Aune, 1997:201).
Lidia, seorang pedagang kain ungu yang bertobat oleh pemberitaan
Paulus, berasal dari Tiatira (Kis. 16:14, 15). Kota ini dibangun
kembali oleh Seleukus Nikanor sebagai satu koloni Makedonia
setelah kematian Alaxander Agung. Kota ini juga dijadikan sebagai
markas besar tentara Romawi (Robbins, 1975:66, 67).
Menurut legenda, Tiatira dibangun pertama sebagai tempat suci
bagi Dewa Tyrimnos, disamakan dengan ilah matahari dari Yunani,
yaitu Apollo. Gambar dewa itu dipatri pada mata uang lokal dari
Tiatira (Chaird, 1966:43). Di kota Tiatira terdapat satu jemaat yang
didirikan oleh Paulus atau oleh para muridnya yang mengikuti
pendidikan ketika Paulus tinggal lama di Asia (Kis. 19:10). Warga
jemaatnya didominasi oleh mereka yang berlatar belakang non-
Yahudi (Beckwith, 1979:464).
Kepada jemaat ini disampaikan firman dari Anak Allah (ho huiòs
toũ Theoũ). Frase: ‘Anak Allah’ kita jumpai 46 kali dalam Perjanjian
Baru, tetapi 2:18 adalah satu-satunya ayat di dalam Kitab Wahyu, di
mana gelar ini kita jumpai. Dalam Perjanjian Baru, “Anak Allah”
merupakan suatu gelar yang dikenakan kepada Yesus Kristus yang
telah menang atas kuasa maut (Kis. 13:33; Rm. 1:3; Kol. 1:13; 1Tes.
1:9-10; Ibr. 1:5; 5:5). Dalam surat-surat resmi Romawi seperti dekrit,
titah, keputusan atau ketetapan, para kaisar juga mengklaim diri
sebagai ‘anak ilahi’, atau ‘anak allah’ dalam pengertian bahwa mereka
adalah anak-anak atau anak-anak angkat dewa pendahulu mereka.
Dalam salah satu surat dari Kaisar Agustus kepada rakyat di Efesus,
ia menyebut diri sebagai ‘anak dari allah Julius’. Maka, dapat di
pahami bahwa penyebutan gelar ‘Anak Allah’ pada ayat ini merupa
kan suatu perlawanan terhadap gelar ‘anak allah’ yang diklaim oleh
para kaisar Romawi itu (Aune, 1997:202). “Mata-Nya bagaikan nyala
Daftar2 Isi
Pasal 75
api” (ho èkhōn toùs òfthalmòus aùtoũ hōs flóga puròs). Ungkapan ini
menggambarkan kemahatahuan Yesus Kristus sebagai Anak Allah
yang penglihatannya menembus segala sesuatu yang dilakukan
manusia di tempat yang gelap, bahkan Ia mengetahui segala
kepalsuan sampai ke dalam lubuk hati manusia (Beckwith,
1979:465), sehingga tidak ada suatu pun yang tersembunyi di
hadapan-Nya. Dan kaki-Nya bagaikan tembaga (kaì hoi pódes aùtoũ
homoioi khalkolibánō). Ungkapan ini telah diuraikan pada 1:15a. Di
situ kita membaca bahwa ungkapan ini sebagai simbol yang
melukiskan Allah sebagai pemenang yang menaklukkan semua
musuh-Nya di bawah tumpuan kaki-Nya yang membara itu, sehingga
akan mengerikan bagi semua musuh-Nya sebab mereka akan men
jadi tumpuan di bawah kaki-Nya yang membara itu.
iman yang teguh. Di samping itu, jemaat ini dipuji karena pela
yanannya. Kata: “pelayanan” atau “diakonia” hanya terdapat satu kali
dalam Kitab Wahyu, yaitu pada ayat 19 ini. Kata ‘diakonia’ ini
menunjuk kepada pelayanan yang, secara umum, dilakukan oleh
hamba-hamba, pelayan-pelayan restoran, imam-imam, abdi negara,
pedagang, utusan-utusan, dan lain-lain. Secara khusus pelayanan
yang dilakukan oleh jemaat Tiatira, termasuk pelayanan kepada
mereka yang miskin. Pelayanan yang mereka lakukan itu merupakan
wujud dari kasih mereka terhadap orang yang miskin dan iman
mereka kepada Kristus. Selanjutnya kata: ‘ketekunan’ (hupomoné)
terdapat tujuh kali dalam Kitab Wahyu (1:9; 2:2, 3, 19; 3:10; 13:10;
14:12). Sekalipun jemaat ini difitnah dan mengalami penderitaan,
tetapi mereka tetap bertekun dalam meningkatkan semangat
mereka untuk melayani. Itulah sebabnya dikatakan: bahwa
pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.
Dengan demik ian, semangat jemaat Tiatira ini dipuji karena
sekalipun mereka ditindas, semangat mereka untuk melayani
semakin meningkat karena kasih mereka terhadap mereka yang
miskin dan tidak berdaya (Walhout, 2000:46).
2:21 Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia
tidak mau bertobat dari zinahnya.
Kristus tahu segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati dan batin
warga jemaat di Tiatira.
Yohanes melanjutkan suratnya dengan memberitahukan
kepada jemaat Tiatira apa yang Kristus sampaikan kepada mereka.
‘dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang
menurut perbuatannya’. Kalimat ini memiliki kesejajaran dengan
Yeremia 17:10b, bahwa ‘Allah memberi balasan kepada setiap orang
setimpal dengan tingkah lakunya, setimpal dengan hasil perbuatannya’.
Gagasan yang sama kita jumpai dalam Amsal 24:12b. Di situ
dikatakan bahwa Allah membalas manusia menurut perbuatannya.
Dalam Perjanjian Baru, gagasan tentang pembalasan Tuhan itu kita
jumpai cukup banyak dalam tulisan-tulisan Injil maupun surat-surat,
yakni Matius 16:27; Roma 2:6; 2 Timotius 4:14; 1 Petrus 1:17; 2
Korintus 11:15. Penulis Wahyu mengangkat gagasan ini juga dalam
tulisannya ini (Why. 18:6; 20:12, 13; 22:12), lalu dihubungkan dengan
penghakiman (Aune, 1997:207). Dalam ayat ini, ancaman hukuman
itu dialamatkan kepada para pengikut ‘Izebel’ itu.
2:25 Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang.
Pokok Pemberitaan
3:2 Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal, yang sudah
hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati
sempurna di hadapan Allah-Ku.
Pokok Pemberitaan
3:9 Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang
menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak
demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu.
Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan
tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku
mengasihi engkau.
3:11 Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya
tidak seorang pun mengambil mahkotamu.
Pokok Pemberitaan
sekitar tahun 250 SM oleh Antiochus II dari Siria. Kota ini dinamai
menurut nama istrinya, Laodike. Laodikia adalah pusat perbankan
dan industri. Sekitar tahun 60/61 M, kota ini hancur karena gempa
bumi, namun penduduknya dapat membangun kembali kota itu
tanpa bantuan dari pemerintah pusat. Kota ini terkenal dengan wool
hitamnya yang biasa dipakai untuk membuat pakaian dan karpet.
Laodikia juga terkenal dengan obat pengoles mata yang dihasilkan
(Ladd, 1972:64). Dengan demikian, penduduk kota Laodikia relatif
adalah orang-orang yang kaya. Tampaknya jemaat ini didirikan oleh
Epafras. Jemaat ini memiliki hubungan yang dekat dengan jemaat
Laodikia, sehingga lima kali jemaat ini disebut dalam Surat Kolose
(2:1; 4:13, 15; 16 (2 kali).
Dalam surat ini terdapat tiga gelar yang disebutkan berturut-
turut yaitu pertama, Amin. Kata “Amin” adalah satu istilah Ibrani yang
berarti kebenaran. Sapaan seperti ini dikenakan kepada Allah. Dalam
teks Yesaya 65:16, Allah disapa sebagai Allah yang benar. Sapaan itu
dipakai bukan terutama membuktikan bahwa Allah Israel itu benar,
tetapi untuk menyatakan bahwa Allah Israel itu setia dengan
perjanjian-Nya. Oleh karena itu, Ia dipercaya dapat memelihara
perjanjian dengan umat-Nya (Aune, 1997:249, 255). LAI me
nerjemahkannya dengan “Allah yang setia”. Dalam konteks Kitab
Wahyu, gelar itu dikenakan kepada Kristus untuk menyatakan bahwa
Kristus adalah penjelmaan dari kebenaran dan kesetiaan Allah. Arti
gelar ini sama dengan yang kedua yaitu: Saksi yang setia dan benar
(bnd. Why. 1:5). Gelar yang ketiga adalah Permulaan dari ciptaan
Allah. Gelar itu diterjemahkan dari bahasa Yunani, yang dapat berarti:
“asal” atau “sumber” dari ciptaan. Terjemahan terakhir ini mungkin
lebih tepat. Sebab ungkapan: “permulaan dari segala ciptaan” bisa
disalahpahami, seolah-olah Kristus termasuk dalam ciptaan. Gelar
ini memiliki kesamaan dengan Kolose 1:15. Dalam konteks Surat
Kolose, Kristus disebut sebagai yang sulung, lebih utama dari segala
Daftar2 Isi
Pasal 103
3:15 Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak
panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
3:16 Jadi, karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau
panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku
Di kota tua Hieropolis terdapat sumber air panas dan air dingin.
Daftar2 Isi
Pasal 105
3:17 Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan
diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau
tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta
dan telanjang,
3:20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada
orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku
akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama
dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
Pokok Pemberitaan.
112
Daftar4 Isi
Pasal 113
4:2 Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri
di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
dalam Kitab Wahyu, bahwa Allah berkuasa atas segala peristiwa yang
akan segera terjadi, termasuk peristiwa yang dialami oleh umat-Nya.
Ia sedang menjalankan pemerintahan-Nya dari atas takhta-Nya itu
atas bangsa-bangsa termasuk umat-Nya itu.
4:3 Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata
yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi
takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.
4:4 Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di
takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang
memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.
Selain itu, Yohanes juga melihat dua puluh empat tua-tua yang
memakai pakaian putih dan makhota emas (ay. 4). Ada perbedaan
analisis terhadap angka 24 tua-tua itu. Walvoord berpendapat bahwa
Daftar4 Isi
Pasal 115
4:5 Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu,
dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah
ketujuh Roh Allah.
Gunung Sinai (bnd. Kel. 19:16). Dalam konteks Kitab Wahyu, Yohanes
menyatakan bahwa Tuhan datang dan hadir di tengah pergumulan
umat-Nya untuk menguatkan mereka dalam menghadapi penga
niayaan dan penderitaan. Lebih jauh, Yohanes melihat tujuh obor
yang menyala-nyala di hadapan takhta itulah tujuh Roh Allah (bnd.
1:4). Dalam Perjanjian Baru kita bertemu dengan manifestasi Roh
Allah dalam bentuk yang berubah-ubah. Ketika Roh turun ke atas
Yesus pada waktu baptisan-Nya, orang-orang yang hadir di situ
melihat “Roh Allah turun seperti burung merpati” dan bersandar
pada Yesus (Mat. 3:16). Pada hari Pentakosta, kedatangan Roh
terlihat seperti lidah-lidah api (lih. Kis. 2:3). Dalam ayat ini
Yohanes melihat Roh itu dalam bentuk tujuh obor yang menyala-
nyala sebagai sarana yang dengannya Yohanes diberi tahu tentang
kehadiran Roh Kudus. Kita dapat menyimpulkan bahwa Tritunggal
itu hadir dalam adegan surgawi ini. Masing-masing dalam bentuk
yang berbeda, wahyu khusus-Nya (Walvoord, 2011:101).
4:6 Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di
tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat
makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah
belakang.
4:7 Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk
yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga
mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang
keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.
4:11 “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian
dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala
sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan
diciptakan.
Sanctuary, dan berisi air untuk para imam untuk menyucikan diri
mereka sebelum mereka memasuki tempat Suci atau melayani di
altar (Kel. 30:17-21; 1Raj. 7:23-26). Di bagian candi yang sama, di
sana ada juga sepuluh baskom untuk mencuci persembahan (1Raj.
7:38-39; 2Taw. 4,6). Lautan kaca tampaknya memiliki fungsi yang
sama dengan air di bait Allah: yaitu sebagai air memurnikan para
martir dan orang-orang kudus yang memasuki tempat Suci surgawi
(Walvoord, 2011:102; John and Gloria Ben-Daniel, 2016:26).
Mungkin saja penglihatan Yohanes tentang lautan kaca bagaikan
kristal itu mengingatkan kita mengenai tempat pembasuhan di bait
Suci itu sebagai tempat pemurnian para martir dan orang-orang
kudus. Lalu, mengapa Yohanes menambahkan kata-kata “bagaikan
kristal”? Dalam Kitab Wahyu, kata “kristal” terdapat tiga kali. Selain
dalam Wahyu 4:6, kita juga bisa jumpai dalam Wahyu 21:11, dan
Wahyu 22:1. Dalam Wahyu 21:11, Yohanes menggambarkan
Yerusalem baru itu penuh dengan kemuliaan Allah “jernih seperti
kristal”. Lalu dalam Wahyu 22:1, Yohanes ditunjukkan sungai air
kehidupan yang jernih bagaikan kristal. Jadi, Yohanes memakai
simbol kristal untuk menggambarkan kejernihan dari apa yang ia
lihat. Maksudnya, di hadapan Allah segala sesuatu terlihat jernih
atau terang benderang. Di situ pula kita melihat muka dengan muka
(1Kor. 13:12). Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di hadapan
takhta-Nya.
Selanjutnya, Yohanes melihat bahwa empat makhluk penuh
dengan mata. Yang pertama seperti singa, yang kedua seperti anak
lembu, yang ketiga seperti manusia, dan yang keempat seperti
burung nazar. Para pakar memberikan pendapat yang sama, bahwa
gambaran ini memiliki persamaan dengan penglihatan dalam
Yehezkiel (Yeh. 1:5, 6, 7, 8, 10; 10:1-21), tetapi mereka berbeda dalam
mengartikan makhluk-makhluk itu. Beasley-Murray berpendapat
bahwa angka empat itu menggambarkan empat penjuru alam dan
120 SURAT
KITAB WAHYU
Pokok Pemberitaan
5:1 Maka aku melihat di tangan kanan Dia yang duduk di atas
takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah dalam
dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai.
5:2 Dan aku melihat seorang malaikat yang gagah, yang berseru
dengan suara nyaring, katanya: ”Siapakah yang layak membuka
gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya?”
5:3 Tetapi tidak ada seorang pun yang di sorga atau yang di bumi
atau yang di bawah bumi, yang dapat membuka gulungan kitab
itu atau yang dapat melihat sebelah dalamnya.
123
124 SURAT
KITAB WAHYU
5:7 Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab
itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu.
Ketika Anak Domba, yaitu Yesus Kristus yang telah mati di kayu
salib, tetapi yang telah hidup kembali mengambil gulungan kitab itu,
maka tersungkurlah “empat makhluk dan dua puluh empat tua-tua
itu di hadapan Anak Domba itu”. Yohanes melihat bahwa dua puluh
empat tua-tua itu yang melambangkan semua orang Kudus (Henry
M. Morris, 1983:102) masing-masing memegang satu kecapi dan satu
cawan emas, penuh dengan kemenyan (ay. 8). Kecapi merupakan alat
musik yang biasanya dipakai untuk mengiringi nyanyian. Di kalangan
orang Yahudi, kecapi dipakai sebagai alat musik konvensional untuk
128 SURAT
KITAB WAHYU
5:13 Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di
bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang
ada di dalamnya, berkata: “Bagi Dia yang duduk di atas takhta
dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan
kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!”
5:14 Dan keempat makhluk itu berkata: “Amin”. Dan tua-tua itu jatuh
tersungkur dan menyembah.
Pokok Pemberitaan
6:1 Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama
dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari
keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi
guruh: “Mari!”
133
134 SURAT
KITAB WAHYU
6:2 Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan
orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan
kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai
pemenang untuk merebut kemenangan.
6:3 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kedua, aku
mendengar makhluk yang kedua berkata: “Mari!”
6:4 Dan majulah seekor kuda lain, seekor kuda merah padam dan
orang yang menungganginya dikaruniakan kuasa untuk
mengambil damai sejahtera dari atas bumi, sehingga mereka
saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah pedang
yang besar.
6:5 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga, aku
mendengar makhluk yang ketiga berkata: “Mari!” Dan aku
melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hitam dan orang yang
menungganginya memegang sebuah timbangan di tangannya.
6:7 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keempat,
aku mendengar suara makhluk yang keempat berkata: “Mari!”
6:8 Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning
dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan
maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas
seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan
dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang
buas yang di bumi.
6:9 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku
melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh
oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang
mereka miliki.
dan darah mereka ditanggung oleh para pembunuh itu. Dalam Surat
Ibrani 12:24, penulis berbicara tentang darah pemercikan yang
berbicara lebih kuat daripada darah Habil (Aune, 1998:407). Isi
seruan ini berbeda dengan seruan Yesus ketika Ia disalibkan (Luk.
23:24), di mana Ia memohon pengampunan bagi orang yang
menyalibkan-Nya, dan juga seruan Stefanus, martir pertama di antara
orang Kristen (Kis. 7:60), yang juga mendoakan orang-orang yang
membunuhnya. Namun, dalam Kitab Wahyu 6:10, isi seruan itu
memiliki nada tuntutan keadilan dari Allah dan merupakan suatu
cerminan dari Ulangan 32:43. Dalam pasal itu Musa mengatakan
bahwa Allah akan membalas darah hamba-hamba-Nya.
6:12 Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka meterai
yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang
dahsyat dan matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut
dan bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah.
6:17 Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang
dapat bertahan.
Daftar6 Isi
Pasal 151
Pokok Pemberitaan
7:1 Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri
pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat
angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di
laut atau di pohon-pohon.
7:2 Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat
matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia
berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang
ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut,
155
156 SURAT
KITAB WAHYU
7:5 Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku
Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu,
7:6 dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu,
dari suku Manasye dua belas ribu,
7:7 dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu,
dari suku Isakhar dua belas ribu,
7:8 dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu,
dari suku Benyamin dua belas ribu.
umat dengan meterai Allah diangkat dari dunia purba, yang memiliki
fungsi perlindungan terhadap orang-orang kudus yang dimeterai,
termasuk mencegah roh jahat yang menyerang orang-orang kudus
yang sudah dimeterai (Aune, 1998:453). Dengan penglihatan ini,
Yohanes menegaskan bahwa meterai yang dibawa oleh malaikat yang
muncul dari matahari terbit dimaksudkan untuk melindungi orang-
orang yang dimeterai dari murka Allah. Malaikat itu berseru:
Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum
kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka.
Kata “kami” dalam teks ini tidak jelas, karena Yohanes hanya melihat
seorang malaikat muncul dari matahari terbit, tetapi dalam
seruannya ini ia memakai bentuk orang kedua jamak, yaitu “kami”.
Apakah ada penambahan malaikat lain lagi yang bertugas me
meteraikan hamba-hamba Allah itu? Yang pasti, hamba-hamba Allah
yang dimaksudkan adalah orang-orang Kristen yang mengalami
penganiayaan dan penderitaan, bahkan mengorbankan nyawanya
karena kesaksian mereka tentang Kristus. Kepada mereka itu, para
malaikat memberikan meterai dari Allah yang hidup itu pada dahi
mereka. Ungkapan Allah yang hidup merupakan suatu sindiran
terhadap ilah-ilah Romawi yang disembah oleh para kaisar dan
penduduk Romawi serta orang-orang yang berada di daerah-daerah
jajahan pemerintah Romawi sebagai ilah-ilah yang mati. Sebab,
menurut orang Kristen, hanya satu Allah yang hidup, yakni Allah
yang disembah oleh orang Kristen.
Jumlah mereka yang dimeterai itu seratus empat puluh empat
ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. Itu
berarti yang dimeterai dari dua belas suku Israel itu masing-masing
dua belas ribu orang (7:1-8). Namun, urutan penyebutan nama-nama
dari suku Israel ini berbeda dengan Perjanjian Lama. Dalam 1
Tawarikh 2:1-2, bnd. Kejadian 35:23-26; urutannya adalah: Ruben,
Simeon, Lewi, Yehuda, Ishakar, Sebulon, Dan, Yusuf, Benyamin,
158 SURAT
KITAB WAHYU
Naftali, Gad dan Asyer. Namun, dalam urutan nama di Wahyu 7:5-8,
Yehuda mendahului Ruben, anak sulung itu. Kemudian suku Dan
dihilangkan dari daftar itu dan diganti dengan Manasye. Dalam 1
Tawarikh 2:2, penulis mengutamakan tuturan mengenai keturunan
Yehuda, lalu ia menghilangkan suku Dan. Suku Dan dihapus karena
keturunannya menyembah anak lembu emas yang dibangun oleh
Yerobeam, lalu ditempatkan di daerah Dan dengan maksud agar
orang Israel di bagian Utara jangan pergi menyembah Yahweh di
Yerusalem (2Raj. 12:29-30). Yohanes juga mengeluarkan suku Efraim
karena suku ini mendukung pendirian anak lembu emas di daerah
Dan, sebagai ganti penyembahan kepada Yahweh di Yerusalem (1Raj.
12:29). Oleh sebab itu, nama Efraim diganti dengan nama Yusuf
(Mzm. 78:67b; Hos. 5:3-5) (Kistemaker, 2001:269). Dalam urutan
nama suku-suku Israel (7:5-8), Yehuda disebutkan sebagai yang
pertama karena dari suku ini, Yesus lahir ke dunia (Mat. 1:3; 2:6;
Luk. 3:33; Ibr. 7:14; Why. 5:5). Dengan demikian, dalam penyebutan
nama suku-suku Israel Yohanes tidak menekankan urutan nama
Israel secara fisik, karena bagi Yohanes, tidak semua orang Israel
adalah orang yang percaya dalam terang janji Allah kepada Israel,
sehingga mereka dikeluarkan. Pemahaman Yohanes itu jelas
dikatakan dalam surat kepada jemaat di Sardis. Kepada Yohanes
dikatakan bahwa ada orang-orang yang menyebut dirinya orang
Yahudi, tetapi sebenarnya mereka adalah jemaat Iblis (Why. 2:9).
Pandangan yang sama kita jumpai juga Roma 9-11. Di situ, Paulus
memakai perumpamaan tentang pohon zaitun piaraan yang dipotong
cabangnya dan diganti dengan cabang zaitun liar. Melalui
perumpanaan itu, Paulus menegaskan bahwa tempat dari orang
Israel yang tidak percaya itu telah digantikan dengan orang beriman
dari bangsa-bangsa lain (Ladd, 1972:113).
Mengenai jumlah orang yang dimeterai itu, janganlah ditafsirkan
seakan-akan orang yang diselamatkan hanya berjumlah empat puluh
Daftar7 Isi
Pasal 159
empat ribu orang saja. Angka itu adalah angka simbol (Kistemaker,
2001:266). Angka simbolik itu didapat dari 12x12x1000=144.000.
Angka 12 adalah angka suci dalam Alkitab (12 suku Israel sebagai
gambaran untuk orang Israel, dan 12 rasul Tuhan Yesus sebagai
gambaran untuk orang beriman dari bangsa-bangsa non-Israel, yaitu
gereja). Angka 12 adalah kelipatan dari 3x4 yang diangkat untuk
menandai berkat dan keselamatan dari Allah Tritunggal, yang
mencakup keempat penjuru alam, yakni seluruh umat manusia, baik
dari zaman Perjanjian Lama maupun zaman Perjanjian Baru. Jadi,
angka 3 adalah angka suci untuk Allah Tritunggal, dan angka 4 adalah
simbol untuk dunia atau alam semesta. Sedangkan angka 1.000
adalah angka yang menyampaikan gagasan tentang orang banyak
(Aune, 1998:460). Jumlah angka 144.000 tergambar pula dalam
pasal 14:1, 3. Di situ Yohanes melihat “sesungguhnya Anak Domba”
itu berdiri di Sion dan bersama-sama dengan dia seratus empat puluh
empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama
Bapa-Nya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jumlah 144.000
menunjuk kepada gereja yang dihubungkan dengan Israel sebagai
Israel rohani. Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Galatia
menyebut mereka sebagai Israel milik Allah. Sementara gereja
digambarkan sebagai gereja yang sedang berjuang di bumi.
Sedangkan dalam ayat 9-17, Yohanes melihat gambaran tentang
gereja yang telah menang.
7:15 Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani
Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas
takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
7:16 Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan
matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi.
karena mereka telah dikuduskan oleh darah Anak Domba itu. Mereka
melayani Dia siang dan malam. Menurut Yehezkiel 46:1-3, ibadah
persembahan korban di bait Allah di Yerusalem itu dilakukan pada
sore hari sebelum pintu gerbang ditutup dan pada pagi hari ketika
pintu gerbang dibuka. Tradisi itu dikutip oleh Paulus dalam Kisah
Para Rasul 26:7, yang menyatakan bahwa kedua belas suku Israel
dengan tekun melakukan ibadah siang dan malam. Dalam 7:15,
dikatakan bahwa orang-orang kudus itu melayani Tuhan siang dan
malam. Ungkapan ini menggambarkan bentuk ibadah orang-orang
kudus di hadapan Allah. Ibadah itu berlangsung di bait Suci-Nya.
Kata “bait Suci” diterjemahkan dari kata Yunani naoz, yang artinya
tempat tinggal ilahi, atau ruang Mahakudus. Dalam Kitab Wahyu kita
menjumpai ungkapan ini di beberapa tempat (11:19; 14:15, 17; 15:5,
6, 8; 16:1, 17; bnd. 22:3) yang menunjuk kepada bait Allah surgawi.
Di situlah Allah berdiam. Di tempat itu pula orang-orang kudus
melayani Dia siang dan malam, artinya tanpa henti. Bagi mereka,
Allah akan membentangkan kemah-Nya. Kata “kemah” (Ibr. Sukkot,
artinya melindungi) mengingatkan kita pada kisah perjalanan bangsa
Israel di padang gurun. Dalam Imamat 23:42, 43 dikatakan: “Di dalam
pondok-pondok daun kamu harus tinggal tujuh hari lamanya, setiap
orang asli Israel haruslah tinggal di dalam pondok-pondok daun,
supaya diketahui oleh keturunanmu, bahwa Aku telah menyuruh
orang Israel tinggal di dalam pondok-pondok ...” Berdasarkan teks
ini para rabi Yahudi menafsirkannya secara teologis sebagai suatu
perlindungan bagi umat-Nya. Dengan mengangkat istilah kemah,
Yohanes menegaskan bahwa orang-orang kudus itu berada di dalam
perlindungan-Nya (Aune, 2001:476). Sebab Anak Domba, yaitu,
Yesus Kristus, yang di tengah-tengah takhta itu menggembalakan
mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Ketika
Tuhan Yesus secara fisik bersama-sama dengan murid-murid-Nya,
Ia menyebut diri-Nya sebagai Gembala yang Baik (Yoh. 10:11).
Daftar7 Isi
Pasal 165
Pokok Pemberitaan
168
Daftar8 Isi
Pasal 169
8:1 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh,
maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
Pokok Pemberitaan
mengarahkan seluruh pikiran dan hati kita kepada Allah yang sedang
hadir di hadapan kita. Itulah sikap doa yang benar.
Sekali lagi, dalam pasal ini kita bertemu dengan angka 7 (tujuh).
Angka ini menunjukkan angka sempurna dan merupakan kelipatan
dari angka 3 sebagai angka sempurna dan angka suci untuk Allah
Tritunggal dan angka 4 sebagai angka yang menunjuk kepada
keempat penjuru alam, yang menggambarkan seluruh ciptaan. Angka
ini dikenakan kepada para malaikat yang bersiap-siap meniup
sangkakala.
Dalam ayat 6-13, kita membaca tentang keempat sangkakala
pertama ditiup dan masing-masing diikuti oleh peristiwa-peristiwa
alam yang dahsyat. Peristiwa-peristiwa alam itu berupa hukuman
yang secara berturut-turut menimpa semua yang hidup di alam
semesta. Hukuman berupa bencana pertama adalah terjadinya hujan
es dan api bercampur darah, yang menimpa sepertiga bumi, pohon-
pohon terbakar dan seluruh rumput hijau menjadi hangus (8:7).
Terbakarnya sepertiga dari pohon-pohon dan rumput hijau tentu
tidak hanya menimbulkan persoalan ekologis, melainkan juga
menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup,
akibat dari terputusnya mata rantai kehidupan yang memungkinkan
174 SURAT
KITAB WAHYU
8:11 Nama bintang itu ialah Apsintus. Dan sepertiga dari semua air
menjadi apsintus, dan banyak orang mati karena air itu, sebab
sudah menjadi pahit.
8:13 Lalu aku melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang
di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring: “Celaka,
celaka, celakalah mereka yang diam di atas bumi oleh karena
bunyi sangkakala ketiga malaikat lain, yang masih akan meniup
sangkakalanya.”
Pokok Pemberitaan
181
182 SURAT
KITAB WAHYU
(pepõkóta eìs tèn gën). Menurut Yesaya 14:12, Lucifer, yang juga
disebut sebagai bintang timur, putera fajar, telah jatuh ke bumi untuk
mengalahkan bangsa-bangsa. Tuhan Yesus sendiri menyampaikan
jatuhnya malaikat itu kepada murid-murid-Nya “Aku melihat Iblis
jatuh seperti kilat dari langit” (Luk. 10:18) (Henry M. Morris,
1983:156). Yohanes melihat bahwa kepada malaikat yang jatuh ke
bumi itu diberikan anak kunci lubang jurang maut. Jurang maut
diterjemahkan dari istilah Yunani abussós. Istilah ini dipakai tujuh
kali dalam Kitab Wahyu (9:1, 2, 11; 11:7; 17:8; 20:1, 3), artinya jurang
yang tanpa batas atau yang tak terduga dalamnya. LAI me
nerjemahkannya dengan “jurang maut”. Jurang maut itu adalah
tempat di mana Iblis dilemparkan atau dipenjarakan (bnd. Yud. 1:6;
Why. 20:1). Gambaran tentang “jurang maut” berasal dari keyakinan
kuno bahwa kuasa jahat itu tinggal di bawah bumi di dalam sebuah
jurang yang ada penutup dan ada kuncinya. Kunci itu ada di tangan
Allah sendiri, dan penutup atau pintu jurang itu dapat dibuka (9:2)
atau ditutup (20:3) (Aune 1998:525, 527). Oleh karena itu, bila pintu
jurang itu dibuka, maka ia menyemburkan asap dari dalamnya. Pintu
jurang itu terkunci, sehingga harus dibuka. Ungkapan ini menun
jukkan bahwa sekalipun Iblis dikeluarkan dari jurang yang dalam
itu, namun ia secara ketat berada di bawah kontrol Allah.
9:2 Maka dibukanyalah pintu lobang jurang maut itu, lalu naiklah
asap dari lobang itu bagaikan asap tanur besar, dan matahari
dan angkasa menjadi gelap oleh asap lobang itu.
9:6 Dan pada masa itu orang-orang akan mencari maut, tetapi
mereka tidak akan menemukannya, dan mereka akan ingin
mati, tetapi maut lari dari mereka.
Ketika pintu jurang maut itu dibuka, tidak hanya asap, tetapi
juga belalang keluar dari dalamnya. Belalang (àkrìdes) mengingatkan
kita kepada tulah belalang yang terjadi di Mesir (bnd. Kel. 10:12-20).
Dalam PL, belalang digambarkan sebagai musuh yang menyerbu dan
dipandang sebagai murka Allah (bnd. Yl. 1:15; 2:4-10). Namun,
belalang yang dilihat Yohanes di sini adalah belalang khusus, sebab
mereka bisa menyengat dengan ekor seperti kalajengking (skorpíos).
Kalau di Mesir belalang itu menyerang tumbuh-tumbuhan, dalam
Kitab Wahyu, belalang itu dipesankan agar jangan merusak rumput-
rumput di bumi atau tumbuh-tumbuhan ataupun pohon-pohon,
melainkan hanya menyerang manusia yang tidak memakai meterai
Allah di dahinya. Belalang-belalang itu diberikan kuasa seperti kuasa
kalajengking untuk menyerang manusia, namun tidak membunuh
nya (ay. 3, 4). Pesan ini mengingatkan kita pada pesan yang Allah
berikan kepada Setan ketika ia meminta untuk mencobai Ayub (2:6).
Serangan itu bukan supaya manusia mati, melainkan supaya manusia
menderita siksaan dari belalang-belalang itu, sebab siksaan bela
lang itu menyengat seperti sengatan kalajengking. Siksaan itu
berlangsung lima bulan lamanya (ay. 5). Lima bulan merupakan
angka simbolik. Angka lima artinya “beberapa”. Angka lima muncul
beberapa kali dalam Alkitab (1Kor. 14:19; Mat. 17:17-19, par.; Luk.
184 SURAT
KITAB WAHYU
126; 12:52; Kis. 20:6; 24:1; 1Sam. 17:10). Siksaan itu begitu hebat,
sehingga orang ingin mati dari pada hidup tetapi maut lari dari
mereka (ay. 6). Ungkapan ini memiliki kemiripan dengan Wahyu 6:16
di mana orang-orang berkata kepada gunung-gunung dan kepada
batu-batu karang, “Runtuhlah menimpa kami ...” (Aune, 1998:531).
9:8 dan rambut mereka sama seperti rambut perempuan dan gigi
mereka sama seperti gigi singa,
9:9 dan dada mereka sama seperti baju zirah, dan bunyi sayap
mereka bagaikan bunyi kereta-kereta yang ditarik banyak kuda,
yang sedang lari ke medan peperangan.
9:10 Dan ekor mereka sama seperti kalajengking dan ada sengatnya,
dan di dalam ekor mereka itu terdapat kuasa mereka untuk
menyakiti manusia, lima bulan lamanya.
9:11 Dan raja yang memerintah mereka ialah malaikat jurang maut;
namanya dalam bahasa Ibrani ialah Abadon dan dalam bahasa
Yunani ialah Apolion.
9:16 Dan jumlah tentara itu ialah dua puluh ribu laksa pasukan
berkuda; aku mendengar jumlah mereka.
9:20 Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak
juga bertobat dari perbuatan tangan mereka: mereka tidak
berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala dari
emas dan perak, dari tembaga, batu dan kayu yang tidak dapat
melihat atau mendengar atau berjalan,
Jumlah pasukan berkuda di sini adalah dua puluh ribu laksa (ay.
16) atau dua puluh juta. Jumlah itu tentu tidak bersifat literal,
melainkan merupakan suatu jumlah yang melukiskan suatu serbuan
190 SURAT
KITAB WAHYU
Pokok Pemberitaan
10:1 Dan aku melihat seorang malaikat lain yang kuat turun dari
sorga, berselubungkan awan, dan pelangi ada di atas kepalanya
dan mukanya sama seperti matahari, dan kakinya bagaikan
tiang api.
10:3 dan ia berseru dengan suara nyaring sama seperti singa yang
mengaum. Dan sesudah ia berseru, ketujuh guruh itu mem
perdengarkan suaranya.
10:4 Dan sesudah ketujuh guruh itu selesai berbicara, aku mau
menuliskannya, tetapi aku mendengar suatu suara dari sorga
berkata: “Meteraikanlah apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh
itu dan janganlah engkau menuliskannya!”
194
Daftar10
Pasal Isi 195
10:5 Dan malaikat yang kulihat berdiri di atas laut dan di atas bumi,
mengangkat tangan kanannya ke langit,
10:7 Tetapi pada waktu bunyi sangkakala dari malaikat yang ketujuh,
yaitu apabila ia meniup sangkakalanya, maka akan genaplah
keputusan rahasia Allah, seperti yang telah Ia beritakan kepada
hamba-hamba-Nya, yaitu para nabi.”
Malaikat yang berdiri di atas laut dan di atas bumi itu bersumpah
demi Allah (ay. 6, 7). Sumpah merupakan suatu akta yang menguat
kan apa yang dikatakan. Jadi, kalau malaikat itu bersumpah, maka
ia menguatkan apa yang ia katakan dalam sumpahnya. Isi sumpah
itu adalah tidak akan ada penundaan lagi. Maksudnya, kedatangan
Kristus dan penghakiman akhir tidak bisa ditunda lagi. Kedatangan
itu sudah dekat. Bahwa kapan tibanya kita tidak mengetahuinya,
tetapi yang pasti kedatangan itu sedang dalam proses mendekat.
Yohanes mencatat bahwa ketika terdengar bunyi sangkakala
ketujuh itu, akan genap keputusan rahasia Allah (ay. 7). Menurut van
Daalen, rahasia Allah yang dimaksudkan dalam teks ini adalah
maksud-maksud Allah yang tersembunyi. Namun, bukan peng
hakiman terhadap orang jahat, melainkan penyelamatan bagi orang
yang bertobat. Itu berarti masih ada kesempatan bagi semakin
banyak orang untuk bertobat (van Daalen, 1994:131-132). Pendapat
yang sama disampaikan oleh de Heer. Ia mengartikan kata Yunani
chronos sebagai “penundaan”. de Heer menyejajarkan teks 10:6 ini
dengan khotbah Yesus tentang akhir zaman yang ditulis dalam Lukas
21:9, bahwa “apabila kamu mendengar tentang peperangan dan
pemberontakan, janganlah kamu terkejut, sebab semuanya itu harus
Daftar10
Pasal Isi 199
10:8 Dan suara yang telah kudengar dari langit itu, berkata pula
kepadaku, katanya: “Pergilah, ambillah gulungan kitab yang
terbuka di tangan malaikat, yang berdiri di atas laut dan di atas
bumi itu.”
10:9 Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya,
supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya
kepadaku: “Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat
perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa
manis seperti madu.”
10:10 Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan
memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu,
tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit
rasanya.
Pokok Pemberitaan
203
204 SURAT
KITAB WAHYU
11:3 Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya
mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus enam
puluh hari lamanya.
Dan Aku akan memberi kepada (kaì dósõ toĩs). Pembicara dalam
ayat ini adalah Allah atau Kristus sendiri. Ia memberikan tugas
kepada “dua saksi Ku” (dusìn mártusín mou) untuk bernubuat.
Pertanyaan yang timbul adalah, siapakah yang dimaksud dengan dua
saksi ini? Menjawab pertanyaan ini ada perbedaan pendapat di
antara para ahli tafsir. Ada yang mengemukakan bahwa kedua saksi
itu adalah Petrus dan Paulus, dengan alasan, ungkapan tentang “kota
besar” dalam ay. 8 menunjuk kepada Roma, tempat di mana kedua
saksi itu meninggal (de Heer, 2003:144). Akan tetapi timbul soal
bahwa di “kota besar” itu Tuhan disalibkan. Orang meragukan
pendapat ini karena Tuhan disalibkan bukan di Roma. Ada pendapat
lain bahwa kedua saksi itu adalah Stefanus dan Yakobus, dua syahid
yang pertama. Tetapi kuasa yang diberikan kepada kedua saksi ini
dalam ayat 6, sulit diterapkan pada kedua saksi ini. Tidak ada bukti
bahwa mereka memiliki kuasa yang demikian, yakni supaya mereka
bernubuat sambil berkabung 1.260 hari lamanya. Ada pula yang
mengusulkan Musa dan Elia, sesuai dengan ungkapan dalam ayat 6,
di mana Elia dapat menahan hujan selama tiga setengah tahun
Daftar11
Pasal Isi 207
lamanya (bnd. 1Raj. 17:1; Luk. 4:25) (de Heer, 2003:144). Namun,
pandangan ini juga ditolak, sebab ungkapan dalam ayat 3, menunjuk
kepada masa depan, bukan masa lampau. Selanjutnya, kembalinya
kedua tokoh ini ke surga tidak cocok dengan perikop ini (Walvoord,
2011:174). Pandangan yang kini diikuti oleh mayoritas pakar adalah,
bahwa kedua saksi itu menggambarkan gereja atau orang Kristen
sebagai saksi di dunia ini (Ladd, 1972:152; Robbins, 1975:136, 137;
Fowler, 2013:197; de Heer, 2003:145). Bila demikian, maka kedua
saksi itu bukan menunjuk kepada pribadi tetapi kepada kelompok.
Persoalan yang timbul dari pandangan ini adalah, mengapa tidak
dikatakan satu saksi, tetapi dua? Soal ini dapat dipecahkan dengan
menunjuk kepada Ulangan 17:6; 19:5, dan kemudian dikutip dalam
Matius 18:16; Yohanes 8:17; 2 Korintus 13:1; 1 Timotius 5:19; Ibrani
10:28), bahwa keterangan dari dua orang saksi dianggap sah
(Gerland, 2004:441). Jadi, apa yang disaksikan oleh kedua saksi
(gereja) adalah sesuatu yang sah. Kedua saksi itu bernubuat, artinya
menjadi penyambung lidah Allah untuk menyampaikan firman-Nya
sambil berkabung. Perkabungan merupakan suatu tanda penyesalan
atas segala dosa yang telah dibuat.
11:4 Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang
berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.
Kedua saksi itu juga disebut sebagai pohon zaitun dan kaki dian.
Ungkapan dua pohon zaitun mengingatkan kita pada sapaan yang
diberikan kepada Zerubabel (berasal dari keturunan raja) dan Imam
Besar Yosua (bnd. Za. 4:14). Di situ dikatakan, “Inilah kedua orang
yang diurapi yang berdiri di dekat Tuhan seluruh bumi”. Sedangkan
kaki dian mengingatkan kita pula kepada Zakharia 4:2. Dalam teks
itu, sang nabi mengatakan, “Aku melihat, tampak sebuah kendil, dari
emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian atasnya; kendil
(kaki dian) itu ada tujuh pelitanya ....’ (Ladd, 1972:152). Bila demikian,
208 SURAT
KITAB WAHYU
maka dua pohon zaitun itu menggambarkan fungsi gereja atau orang
Kristen sebagai “raja” dan “imam”. Sedangkan kaki dian meng
gambarkan gereja atau orang Kristen yang setia sebagai “terang”
bagi bangsa-bangsa.
11:5 Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah
api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka.
Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka
orang itu harus mati secara itu.
Dalan ayat 5 dan 6 ini, kata benda orang ketiga jamak; “mereka”
menunjuk kepada kedua saksi atau gereja. Jika ada orang yang
hendak menyakiti gereja, maka gereja diberi kuasa untuk meng
hanguskan musuh-musuh itu sebagaimana yang dilakukan oleh Elia
(bnd. 2Raj. 1:9-12) dan mengubah air menjadi darah seperti yang
dilakukan Musa di Mesir (Kel. 7:16, 17). Dan berkuasa pula menutupi
langit sehingga hujan tidak turun seperti yang dilakukan oleh Elia
(1Raj. 17:1).
Sebenarnya, dalam penglihatan itu Yohanes memakai tradisi PL
untuk melukiskan mukjizat-mukjizat yang menyertai gereja Tuhan
di dunia. Di manapun gereja hadir untuk melayani, gereja diberikan
kuasa untuk melakukan mukjizat, sebagaimana yang dilakukan oleh
Nabi Musa dan Elia pada masa lampau.
Daftar11
Pasal Isi 209
11:8 Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar,
yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga
Tuhan mereka disalibkan.
11:9 Dan orang-orang dari segala bangsa dan suku dan bahasa dan
kaum, melihat mayat mereka tiga setengah hari lamanya dan
orang-orang itu tidak memperbolehkan mayat mereka
dikuburkan.
11:10 Dan mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita
atas mereka itu dan berpesta dan saling mengirim hadiah,
karena kedua nabi itu telah merupakan siksaan bagi semua
orang yang diam di atas bumi.
tidak terlalu lama, tetapi merupakan waktu yang cukup lengkap dan
final. Selama waktu itu musuh-musuh gereja bersukacita dan
berpesta karena kematian kedua saksi itu, yang disebut juga sebagai
dua nabi (ay. 10). Ketika orng Kristen ditangkap dan dibuang ke
dalam kendang singa atau dilemparkan ke dalam gelanggang, lalu
dilepaskan binatang buas dan mereka dijadikan sebagai mangsa
binatang buas yang mencabik-cabik mereka, situasi itu menjadi
tontonan menarik bagi para penontonnya.
11:12 Dan orang-orang itu mendengar suatu suara yang nyaring dari
sorga berkata kepada mereka: “Naiklah ke mari!” Lalu naiklah
mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh musuh-
musuh mereka.
11:13 Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan
sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang
mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat
ketakutan, lalu memuliakan Allah yang di sorga.
11:14 Celaka yang kedua sudah lewat: lihatlah, celaka yang ketiga
segera menyusul.
Pokok Pemberitaan
11:16 Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah
di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah,
11:18 dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang
dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk
memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-
orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu,
kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk
membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.
11:19 Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah
tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat
dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.
Pada ayat 19, Yohanes melihat Bait Suci yang di surga terbuka
dan kelihatanlah tabut Perjanjian Allah. Dalam pasal 11:1, kita juga
membaca tentang Bait Suci. Namun, ayat itu menunjuk kepada Bait
di Yerusalem, sedangkan Bait dalam ayat ini menunjuk kepada Bait
Surgawi. Yang dimaksud dengan Tabut Perjanjian di sini adalah
sebuah peti yang dilapisi emas. Di dalamnya tersimpan dua loh batu
dan tongkat Musa. Peti itu disimpan di dalam ruang Mahakudus.
Tabut itu sendiri melambangkan kehadiran dan kesetiaan Allah di
tengah dan kepada umat-Nya.
Tanda-tanda kosmis yag disebutkan di sini menandakan
kehadiran Allah. Sedangkan hujan es adalah tanda hukuman Allah
(bnd. Kel. 9:24; Why. 16:21).
Daftar11
Pasal Isi 217
Pokok Pemberitaan
219
220 SURAT
KITAB WAHYU
Yesus lahir, dan setelah Yesus naik ke surga, gereja sebagai umat
Allah dari Perjanjian Baru diserang oleh sang Naga itu (de Heer,
2003:161).
Dari pandangan para ahli tafsir (Robbin, Wilsford, Gerland,
Aune, Kistemaker, Ladd, Morris dan de Heer), tentang identitas
perempuan itu, pandangan Kistemaker, Ladd, Morris, dan de Heer
dapat dipertahankan. Oleh sebab itu, pandangan bahwa perempuan
itu sebagai simbol umat Allah, baik dalam Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru, atau sebagai seluruh umat beriman dari Perjanjian
Lama, sebagai pengantin bagi Yahweh dan umat Perjanjian Baru,
sebagai pengantin bagi Kristus, memberikan gambaran yang lebih
lengkap mengenai simbol perempuan itu. Sebab Yesus sang Mesias
itu datang dari Israel, lalu setelah Yesus naik ke surga, umat beriman
dalam Perjanjian Baru, atau pengantin perempuan bagi Kristus, terus
diburu dan dianiaya oleh naga itu.
Lebih jauh, Yohanes mengatakan bahwa, “Ia berselubungkan
matahari”. Ungkapan ini menunjuk kepada kemuliaannya sebagai
“pengantin perempuan”. Bulan di bawah kakinya menunjuk kepada
kuasanya dan “sebuah mahkota dengan dua belas bintang di atas
kepalanya”. Mahkota yang dimaksudkan adalah mahkota keme
nangan (stefanos), berbeda dengan mahkota yang dipakai oleh naga
itu (ay. 3). Sedangkan dua belas bintang melambangkan dua belas
bapa leluhur Perjanjian Lama dan dua belas rasul Perjanjian Baru
(Kistemaker, 2011:383; Ladd, 1972:168), atau sebagai totalitas umat
Allah (James A. Fowler, 2013:206). Yohanes melihat bahwa “Ia
(perempuan itu) sedang mengandung dan dalam keluhan dan
penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan”. Ungkapan
ini mengingatkan kita pada Yeremia 4:31. Di situ dikatakan, “Aku
mendengar tangisan seperti suara perempuan bersalin, suara orang
kesesakan seperti suara ibu yang melahirkan anak pertama, suara
putri Sion yang mengap-mengap yang merentang-rentangkan
Daftar12
Pasal Isi 223
12:3 Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah,
seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan
bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.
Pada ayat 3 Yohanes melihat suatu tanda yang lain, yaitu seekor
naga merah padam yang besar. Naga sering digunakan dalam bahasa
gambar profetik. Nabi Yesaya menunjuk kepada Nebukadnezar, raja
Babel, sebagai “monster” (Yes. 51:34), dan Yehezkiel menggambar
kan Firaun, raja Mesir, sebagai “monster besar” (Yeh. 29:3). Dalam
Perjanjian Lama, kejahatan sering dipersonifikasikan dalam bentuk
naga (Mzm. 74:13, 14). Dalam konteks Kitab Wahyu, naga dipakai
sebagai lambang kebengisan penguasa dan merupakan representasi
kekuatan setan (James A. Fowler, 2013:207). Naga juga dilukiskan
sebagai Setan atau Iblis (12:9). Warna merah padam (Yun.: pyrros)
melambangkan perang, pertumpahan darah, menunjuk kepada
karakteristik keganasan dan kebengisan sang penguasa (John F.
Wardvoord 2011:183). Naga itu berkepala tujuh dan bertanduk
sepuluh. Angka tujuh adalah angka sempurna bagi Allah. Akan tetapi,
naga ini dikatakan memiliki tujuh kepada dan bertanduk sepuluh.
Ungkapan ini hendak menyatakan bahwa naga di sini hendak
menyamar dan meniru Allah sebagai yang ilahi. Dikatakan bahwa
naga itu juga memiliki tanduk atau kekuasaan (bnd. Dan. 7:7, 8),
suatu angka genap yang melukiskan kekuasaan naga itu. Dan di atas
kepalanya ada tujuh mahkota (ay. 3). Istilah Yunani yang dipakai
untuk mahkota yang digunakan oleh naga itu adalah “diadema”, yakni
sebagai simbol kekuasaan dan martabat dari penguasa sebagai
seorang raja yang ingin menyamakan diri dengan Allah sebagai Raja
di atas segala raja. Kekuasaan naga itu nyata juga dari ekornya yang
menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melempar
kannya ke atas bumi (ay. 4). Ungkapan ini menunjukkan bahwa
sekalipun naga itu memiliki kuasa untuk memberontak, namun
kekuasaannya terbatas (Fowler, 2013: 207).
Pertanyaan yang timbul adalah, apa atau siapa yang dimaksud
dengan bintang-bintang di langit itu? Menjawab pertanyaan ini para
penafsir memberikan pendapat yang berbeda-beda. Menurut Aune
Daftar12
Pasal Isi 225
12:9 Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan,
yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia
dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-
malaikatnya.
12:11 Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan
oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak
mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.
228 SURAT
KITAB WAHYU
12:12 Karena itu bersukacitalah, hai sorga dan hai kamu sekalian
yang diam di dalamnya, celakalah kamu, hai bumi dan laut!
Karena Iblis telah turun kepadamu, dalam geramnya yang
dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.”
kita dicobai oleh Iblis, kita diberikan jalan keluar dari cobaan itu.
(Wilsford, 2014:87).
Yohanes meneruskan dengan memberikan suatu identitas
kepada Iblis sebagai “pendakwa saudara-saudara kita, yang
mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita” (12:10).
Ternyata kemenangan Mikhael atas Iblis dan pengikut-pengikutnya
itu bukan yang menentukan. Sebab sekalipun ia telah dikalahkan, ia
masih berbahaya bagi gereja yang sedang berjuang dalam dunia
(bnd. 1Ptr. 5:8), yaitu tempat di mana perempuan (umat Allah)
sedang berada. Ia (Iblis) bertindak sebagai pendakwa saudara-
saudara kita. Dalam penglihatan Nabi Zakharia, kita membaca bahwa
ketika imam besar Yosua berdiri di hadapan malaikat Tuhan, Iblis
juga berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia (Za. 3:1).
Demikian juga Iblis itu terus mendakwa orang-orang kudus siang
dan malam di hadapan Allah. Namun, Iblis dikalahkan dengan tiga
senjata rohani yang kuat. Pertama, dengan darah Anak Domba.
Dakwaan Setan terhadap orang-orang percaya, dihapuskan oleh
darah Anak Domba yang menjadikan orang percaya itu menjadi
kudus, dan memungkinkan kemenangan rohaninya. Kedua, oleh
perkataan kesaksian mereka. Kata-kata dan kesaksian orang kudus
itu menentang pekerjaan pendakwa (Iblis) oleh pemberitaan Injil.
Sebab Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Ketiga,
komitmen orang percaya yang rela mati demi Injil (12:11). Komitmen
itu terlihat dari kerelaan orang percaya yang bersedia menjadi martir
demi Kristus. Mereka tidak mengasihi nyawa mereka lebih daripada
kesaksian mereka tentang Kristus. Mereka mengikuti teladan Yesus
yang tetap setia sampai mati. Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi
domba-domba-Nya (Yoh. 10:11, 15; lih. Mat. 16:25) (Walvoord,
2011:188).
Oleh karena kemenangan di surga itu, maka suara dari surga
menyampaikan berita sukacita atas kemenangan Mikhael kepada
230 SURAT
KITAB WAHYU
12:13 Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan di atas
bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki
itu.
12:15 Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai,
kembali perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.
Pokok Pemberitaan
13:1 Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut,
bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-
tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya
tertulis nama-nama hujat.
235
236 SURAT
KITAB WAHYU
13:2 Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan tutul, dan
kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa.
Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan
takhtanya dan kekuasaannya yang besar.
13:8 Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya,
yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia
dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang
telah disembelih.
Daftar13
Pasal Isi 237
oleh setan yang akan datang ke dunia sebagai Kristus palsu (Gerland,
2004:510). Kistemaker, James A. Fowler, dan John and Gloria Ben-
Daniel berpendapat bahwa satu dari kepala binatang itu kena luka
yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan
hidupnya itu sembuh. Hal itu menunjukkan bahwa binatang itu
meniru Kristus sebagai anak Domba yang disembelih. Ia disalibkan
dan mati, tetapi bangkit kembali (Kistemaker, 2011:408; James A.
Fowler, 2013:214, 215; John and Gloria Ben-Daniel, 2016:67).
Pandangan dari ketiga penafsir yang disebut terakhir ini bisa
dipertahankan, sebab konstruksi kata kerja Yunani yang digunakan
di sini menggambarkan kemiripan dengan penyembelihan Anak
Domba dalam Wahyu 5:6. Sementara pada ayat 4 dikatakan, Dan
mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan
kepada binatang itu. Dari rumusan kalimat pada ayat 3 dan 4 ini,
jelas bahwa dalam tiga hal binatang itu meniru Allah. Pertama, dalam
Wahyu 5:6, Yohanes melihat Kristus dalam rupa seekor “Anak Domba
yang disembelih”, yaitu dengan sebuah luka pada lehernya yang
mendatangkan maut, maka penglihatan yang mirip terdapat dalam
penglihatan dalam Wahyu 13:3 ini, yaitu salah satu dari kepala
binatang itu “seperti tersembelih”. Kedua, dalam Wahyu 5:11-13
Kristus disembah bersama-sama dengan Bapa, sedangkan dalam
Why. 13:4 binatang itu disembah bersama dengan naga sebagai
pemberi kuasa dan status pada binatang itu. Ketiga, dalam ayat 4b,
para penyembah itu menyanyikan suatu pujian bagi binatang itu.
“Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat
berperang melawan dia?” Nyanyian yang mirip, dapat kita lihat
dalam Wahyu 5:11-13 tentang nyanyian pujian bagi Kristus
(Bauckhman, 1993:37; John and Gloria Ben-Daniel, 2016:64).
Dengan demikian, kiranya jelas bahwa binatang itu dalam banyak
hal meniru Allah. Tindakan itu merupakan suatu hujat terhadap
Allah.
240 SURAT
KITAB WAHYU
Pokok Pemberitaan
13:11 Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi
dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara
seperti seekor naga.
Ternyata tidak hanya para imam kuil kaisar itu yang melakukan
mukjizat. Patung binatang itu sendiri bisa berbicara. Keadaan itu
tentu membuat orang menjadi takjub, lalu mereka datang me
nyembah binatang itu. Orang-orang yang tidak menyembah patung
binatang itu dibunuh (ay. 15, bnd. juga Dan. 3). Apa yang dikatakan
oleh Yohanes di sini telah menjadi kenyataan. Yakni orang-orang
Daftar13
Pasal Isi 247
13:17 dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain
dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang
itu atau bilangan namanya.
Pokok Pemberitaan