You are on page 1of 16

LAPORAN INTERPRETASI CITRA KOTA MALINO DAN

SEKITARNYA

Di Susun Oleh :

KELOMPOK V

SITI KHALIJAH ( 1715041012 )

ANDI ASMI ( 1715040010 )

KURNIAWAN (1715040014 )

MUH. AQMAL RIZALDI TAQWA (1715 041001 )

ADITIYA SETIAWAN ( 1715041016 )

PENDIDIKAN GEOGRAFI A

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini shalawat dan salam
tak lupa kita berikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang menderang seperti
yang kita rasakan saat ini.
Pada jurusan geografi disemester dua memang diwajibkan untuk
mengukuti praktek lapan mata kuliah penginderaan jauh dasar yang dilaksanakan
di malino, kabupaten Gowa. Praktek lapang ini dimaksudkan agar mahasiswa
jurusan geografi tidak hanya mengetahi materi tetapi juga mampu
mengaplikasikan pengetahuannya di lapangan. Dengan melakukan praktek lapang
seperti ini mahasiswa mendapatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang lebih
banyak lagi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik itu dalam bentuk materi ataupun tenaga sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini begitu
banyak kekurangan sehingga kami sangat mengharapkan kritikan dan dari
manapun yang sifatnya membangun.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak orang
dan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan juga penulis

Makassar, 17 oktober 2018

penulis
DAFTAR ISI
Daftar Tabel

Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

A. Latar belakang......................................................................................
B. Tujuan ..................................................................................................
C. Manfaat.................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................

A. Gambaran umum lokasi........................................................................


B. Hasil......................................................................................................
C. Pembahasan..........................................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

LAMPIRAN.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Beberapa pengertian citra menurut Simonet et al (1983), Homby (1974) dan ford
(1979), Simonet et almengemukakan dua pengertian tentang citra yaitu : pertama
citra merupakan gambaran obyek yang diubahkan oleh pantulan atau pembiasan
sinar yang di fokuskan oleh sebuah lensa atau cermin, kedua citra merupakan
gambaran rekaman suatu objek ( biasanya berupa gambaran pada foto ) yang
dihasilkan dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik, atau elektronik. Pada
umumnya digunakan bila radiasi elektromagnetik yang di pancarkan dari suatu
objek tidak langsung direkam pada film. Homby mengemukakan pengertian
tentang citra adalah : 1) keserupaan atau tiruan seseorang atau sesuatu barang
terutama yang dibuat dari kayu batu, dan sebagainya, 2) gambaran mental atau
gagasan, konsep tentang sesuatu barang atau seseorang, 3) gambaran yang
nampak pada cermin atau melalui lensa kamera.
Di dalam bahasa inggris ada dua istilah yang masing-masing
diterjemahkan dalam citra yaitu “image” dan “imagery”. Untuk membedakannya,
dikemukakan batasan dari Ford, yaitu: image ialah gambaran suatu objek atau
suatu perwujudan ; suatu image pada umumnya berupa sebuah peta, gambar atau
foto. Imagery adalah gambaran visual tenaga yang direkam dengan menggunakan
alat penginderaan jauh.
B . Tujuan
Dalam kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kewajiban mahasiswa semester 3
jurusan geografi untuk mengikuti praktek lapang agar tidak hanya mengetahui
materi tetapi langsung mengamati di lapangan agar ilmu yang di dapatkan lebih
utuh.
C . Manfaat
Mahasiswa dapat menginterpretasikan citra, dan mengetahui cara melakuakan
penginderaan jauh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang melakukan interpretasi


citra, misal dalam kegiatan membaca buku, majalah, koran, menonton TV, film
dan sebagainya, kesemuanya ini memberikan citra pada pengamatannya, dimana
semua citramenyebabkan terbentuknya pendapat atau kesan. Interpretasi citra
merupakan perbuatan menguji foto udara atau citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Di dalam
interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran
untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan menilai arti pentingnya objok tergambar
pada citra. Para ahli psikologi memandang kegiatan interpretasi citra merupakan
serangkaian kegiatan, yang dimulai dari deteksi, identifikasi, dan analisis
obje/gejala yang penting.
Kemudian objek-objek tersebut diukur. Penguran diikuti oleh
pertimbangan-pertimbangan atas objek sebagai informasi bagi ilmu khusus yang
dimiliki oleh interpremeter. Interpremeter citra mengukur objek pada citra dengan
skala dan alat ukur lainnya. Pengukuran dapat berupa penafsiran secar visual
tentang ukuran relatif serta bentuk di mana keduanya banyak membantu dalam
identifikasi objek. Citra menapakkan gambaran yang utuh dan permanen yang
memungkinkan mengkaji lebih intensif dengan cara yang lebih mudah
dibandingkan dengan mengkaji medan. Citra merupakan dokumen historis dengan
pengkajian citra secara kronologis sering merupakan kunci penting untuk
identifikasi objek. Kajian komperatif atas citra yang di buat pada saat berurutan
dapat menunjukkan arah perkembangan objek alami maupun objek budaya.
Interpretasi citra berbeda dengan pengamatan biasa, ruang lingkup pengamatan
lebih luas dan memiliki korelasi temporal. Ketelitian hasil interpretasi citra sangat
tergantung atas penguasaan ilmu di bedang tertentu dan keadaan bentang (scene)
yang di amati. Semakin baik penguasaan ilmu yang dimiliki oleh interpremeter,
semakin banyak pengetahuan tentang hubungan antar objek dan kenampakannya
pada citra serta memberikan kemungkinan ketelitian yang lebih besar terhadap
hasil interpretasi.
Pada dasarnya kedudukan interpretasi citra terhadap fotogrametri dapat
dismakan dengan kedudukan statistik terhadap matematika. Fotogrametri bersifat
lebih eksak karena ilmu ini mempergunakan citra untuk memperoleh ukuran-
ukuran seperti ; jarak,tinggi, kelerengan, luas, volume dan sebagainya. Interpretasi
citra lebih bersifat statistik karena dalam mengenali objek/gejala/daerah yang
diamati lewat citra masih terdapat beberapa kemungkinan seperti tidak tahu, tahu
dengan ragu-ragu, tahu dengan pasti, dan sebagainya. Penginderaan jauh (remote
sensing) dapat diartikan sebagai cara memperoleh informasi tentang objek,
daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan
menggunakan alat tampa kontak langsung terhadap objek daerah dan gejala yang
dikaji. (modul penginderaan jauh dasar).
A. Pengertian Pengindraan Jauh
Penginderaan jarak jauh adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang seni dan
teknik dalam mengetahui suatu benda serta gejala tertentu dengan cara
mengidentifikasi suatu objek dan arah tanpa adanya kontak secara langsung
dengan gejala, benda dan objek terkait.

Dalam penginderaan jarak jauh, pengumpulan data bisa dilakukan dari jarak jauh
dengan menggunakan sensor buatan. Cara ini disebut dengan penginderaan jarak
jauh, karena objek yang dikaji dilakukan dari jarak jauh tanpa bersentuhan
langsung dengan objek yang dikaji. Penginderaan jarak jauh juga dikenal dengan
sebutan remote sensing (inggris), teledection (perancis), sensoria remote
(Spanyol), femerkundung (Jerman), dan
Distansionaya (Rusia).

B. Komponen Pengindraan Jauh


Penginderaan jauh terbagi menjadi 6 komponen, penjelasaan dan penjabarannya
sebagai berikut!

1. Sistem Tenaga

Komponen pertama yang menunjang pengindraan jarak jauh adalah sistem tenaga.
Terdapat dua sumber tenaga dalam penginderaan jarak jauh yakni sumber tenaga
matahari dan sumber tenaga buatan. Pengindraan jauh yang memanfaatkan tenaga
matahari disebut dengan sistem pasif. Selanjutnya pengindraan jauh yang
memanfaatkan tenaga buatan dikenal dengan sistem aktif. Penginderaan jauh
dengan menggunakan sumber tenaga buatan berfungsi sebagai pengganti sistem
pasif ketika ketika malam hari pada suatu tempat.

Baca Juga:  Proses Pengangkutan Ekstravaskular dan Intravaskular pada Tumbuhan

2. Atmosfer

Komponen pengindraan jauh berikutnya yakni energi. Energi tidak seluruhnya


sampai ke permukaan bumi, namun hanya sebagian kecil saja yang memasuki
permukaan bumi. Hal tersebut dikarenakan energi yang masuk terhambat oleh
serapan, dipantulkan, kemudian diteruskan oleh atmosfer.

3. Interaksi Antara Tenaga dan Objek

Pada aktivitas perekaman objek diperlukan suatu wadah atau sarana, tenaga alami
atau buatan, alat sensor, deteksi, dan objek. Pancaran tenaga yang menuju ke
permukaan bumi akan memantul dan selajutnya akan direkam oleh alat sensor. Di
dalam wahana berbentuk balon udara, pesawat, dan satelit ini terpasang sebuah
detector yang terdapat dalam alat sensor.

4. Wahana dan Sensor

a. Wahana merupakan sebuah alat berupa kendaraan yang memiliki fungsi sebagai
alat penyimpan perekam. Perekam ini berfungsi untuk merekam objek permukaan
bumi yang bisa dilakukan baik di angkasa maupun di luar angkasa. Bentuk
wahana yang dipergunakan dalam pengindraan jarak jauh yakni pesawat terbang,
satelit, dan balon udara. Setiap wahana mempunyai detail objek yang berbeda-
beda. Misalnya pesawat terbang mempunyai detail objek yang bisa ditingkatkan
terus-menerus, hal ini dikarenakan pesawat terbang memiliki kapasitas yang
berbeda di tiap jenisnya dalam hal ketinggian terbang.

Baca Juga:  Fungsi Laring, Pengertian, dan Anatomi Laring pada Manusia

b. sensor merupakan alat yang memiliki fungsi sebagai penerima tenaga pancaran
dan pantulan yang telah direkam oleh alat detector. Berdasarkan fungsinya, sensor
juga bisa dikatakan sebagai alat perekam. Selanjutnya sensor dibagi menjadi dua
jenis berdasarkan proses perekamannya, yakni sensor sensor elektronik dan
fotografik.

– Sensor Elektronik

Sensor elektronik merupakan sensor yang berguna untuk sistem pengindraan jauh
nonfotografik. Hal tersebut dikarenakan proses perekaman objek tidak didasarkan
pada pembakaran, melainkan didasarkan pada sinyal elektronik yang
dipancarkan / dipantulkan kemudian objek direkam oleh alat detektor. Alat
Detektor untuk sensor ini berupa pita magnetik yang berdasar pada energi yang
dipantulkan, hal tersebut merupakan bagian dari proses perekaman objek. Sensor
elektronik yang telah melalui proses perekaman pada pita magnetik, kemudian
diproses hingga menjadi data digital data visual (citra) dengan penggunaan
komputer.

Baca Juga:  Jenis & Daftar Kata Benda dalam Bahasa Indonesia

– Sensor Fotografik

Sensor fotografik merupakan jenis sistem sensor yang menggunakan kamera. Cara
kerjanya adalah sensor ini didasarkan pada pantulan tenaga dari objek. Film pada
detectornya membuat sensor fotografik menghasilkan foto. Jika Sensor fotografik
dipasang pada pesawat udara, maka akan menghasilkan citra yang disebut foto
udara, kemudian sensor fotografik
yang dipasang pada satelit disebut dengan citra satelit.

5. Perolehan Data

Pada pengindraan jauh data diperoleh dengan dua cara, yakni dengan cara cara
digital dan cara manual. Cara digital dapat dilakukan dengan penggunaan bantuan
komputer, selanjutnya Cara manual dilakukan dengan cara menginterpretasi data
secara visual.

6. Pengguna Data

Pengguna data adalah lembaga atau perrangan yang menggunakan data


pengindraan jarak jauh. Data pengindraan jauh ini dapat difungsikan di segala
bidang. Hasil data pengindraan jauh yang mempunyai tingkat kerincian yang
bagus sangat dibutuhkan sekali oleh pengguna data. Pengindraan jauh dengan
menggunakan proses satelit melalui berbagai proses, diantaranya yakni spektrum
elektronik, penyinaran, pemantulan dan penangkapan, dan perekaman.
Sumber :

Dewi, Nurmala, 2009, Geografi Untuk SMA dan MA kelas XII, Jakarta, CV
Epsilon Grup.

Menurut Este dan Simonett, interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto
udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti
pentingnya objek tersebut.

Adapun unsur-unsur interpretasi pada citra atau foto udara terdiri atas sembilan
macam, yaitu sebagai berikut :

Rona dan Warna Rona (Tone), yaitu tingkat kegelapan atau kece- rahan suatu
objek pada citra. Adapun Warna (Colour), yaitu wujud yang tampak pada mata
dengan menggunakan spektrum tampak yang lebih sempit. Misalnya, warna biru,
hijau, merah, dan warna yang lainnya.

Tekstur (Texture) adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang dinyatakan
dengan kasar, sedang, dan halus. Misalnya, hutan bertekstur kasar, semak belukar
bertekstur sedang, sedangkan sawah bertekstur halus.

Bentuk (Shape) adalah konfigurasi atau kerangka gambar dari suatu objek yang
mudah dikenali. Misalnya, persegi empat teratur dapat diidentifikasi sebagai
komplek perkantoran, sedangkan bentuk persegi tidak teratur dapat diidentifikasi
sebagai kompleks permukiman penduduk. Bentuk lainnya antara lain gedung
sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, dan U atau persegi panjang.

Ukuran (Size) adalah ciri objek berupa jarak, luas, lereng, dan volume. Ukuran
objek pada citra dikalikan dengan skala menghasilkan jarak yang sebenarnya.

Pola (Pattern) adalah susunan keruangan yang dapat menandai bahwa suatu
objek merupakan bentukan oleh manusia atau bentukan alamiah. Misalnya, pola
garis teratur merupakan pola jalan, sedangkan pola garis yang berkelok-kelok
merupakan sungai. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur,
yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam, serta selalu menghadap ke jalan.
Kebun karet, kebun kelapa, dan kebun kopi mudah dibedakan dengan hutan atau
vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak
tanamnya.

Situs (Site) adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
Misalnya, permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir pantai, tanggul
alam, atau sepanjang tepi jalan. Adapun persawahan banyak terdapat di daerah
dataran rendah dan berdekatan dengan aliran sungai. Jadi, situs sawah berdekatan
dengan situs sungai.
Bayangan (Shadow) adalah sifat yang menyembunyikan detail atau objek yang
berada di daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang
penting dari beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih
jelas. Misalnya, lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu
juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Foto-foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang
tergambar dengan jelas.

Asosiasi (Association) adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek
yang lainnya. Misalnya, stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api.
Adapun permukiman penduduk berasosiasi dengan jalan.

Konvergensi Bukti adalah bukti-bukti yang mengarah kepada kebenaran,


artinya semakin banyak unsur interpretasi yang digunakan dalam menginterpretasi
suatu citra maka semakin besar kemungkinan kebenaran interpretasi yang
dilakukan.

Tahapan-tahapan kegiatan dalam interpretasi citra, yaitu deteksi, identifikasi, dan


analisis.

1. Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak maupun
yang tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu objek.
Misalnya, objek berupa savana.

2. Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada citra
yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat
stereoskop.

Ada tiga ciri utama yang dapat dikenali, yaitu sebagai berikut.

a. Ciri Spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektromagnetik dengan objek. Ciri spektral dinyatakan dengan rona dan warna.

Adapun faktor yang mempengaruhi rona antara lain sebagai berikut.

1) Karakteristik objek (permukaan kasar atau halus).

2) Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan).

3) Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup, dan gelap).

4) Keadaan cuaca (cerah atau mendung).


5) Letak objek (pada lintang rendah atau tinggi).

b. Ciri Spasial adalah ciri yang terkait dengan ruang permukaan Bumi. Ciri spasial
dapat dikenali dengan menggunakan unsur- unsur interpretasi yang meliputi rona,
bentuk, pola, ukuran, bayangan, asosiasi, dan tekstur.

c. Ciri Temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada waktu perekaman.
Misalnya, rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedangkan pada musim
kemarau tampak gelap.

3. Analisis adalah kegiatan penelaahan dan penguraian data hasil identifikasi


sehingga dapat dihasilkan dalam bentuk tabel, grafik, atau peta tematik.

Urutan kegiatan yang lebih rinci dalam interpretasi citra, yaitu sebagai berikut.

a. Menguraikan atau memisahkan objek yang rona atau warnanya berbeda.

b. Ditarik garis batas atau deliniasi bagi objek yang rona dan warnanya sama.

c. Setiap objek dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan unsur


temporalnya.

d. Objek yang sudah dikenali diklasifikasikan sesuai dengan tujuan


interpretasinya.

e. Digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara.

f. Untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya dilakukan pengecekan medan


(lapangan).

g. Interpretasi akhir adalah pengkajian atas pola atau susunan keruangan


(objek).

h. Dipergunakan sesuai tujuannya.

https://geografi.sobatmateri.com/9-kunci-interpretasi-citra-penginderaan-jauh-
dan-3-tahapan-interpretasi/
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A . Gambaran Umum Lokasi


Lokasi peraktek lapang yaitu Malino adalah kelurahan yang terletak di Kecamatan
Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan yang merupakan salah satu
kecamatan yang tergabung dalam wilayah administrasi kabupaten Gowa, yang
merupakan penyangga utama kota Makassar dan salah satu daerah yang istimewa
dibanding dengan daerah lainnya. Industri hortikultura, industri perkebunan dan
industri agrowisata sudah merambah ke daerah ini, khusus di daerah Malino,
ibukota kecamatan Tinggimoncong adalah primadona perpariwisataan di Selawesi
Selatan. Daerah yang berada diatas ketinggian 1.500 DPL, ini juga pemasok
utama tanaman holtikultura ke kota Makassar dan sekitarnya, bahkan hasil dari
perkebunan ini sebahagian sudah di ekspor kebeberapa negara di Asia dan Eropa.
Keadaan geografisnya di kecamatan Tinggimoncong memang indah dan khas .
Daerah yang terletak 90 km dari Kota Makassar ke arah selatan ini merupakan
salah satu objek wisata alam yang mempunyai daya tarik luar biasa. Di kawasan
wisata Malino sendiri, terdapat hutan wisata, berupa pohon pinus yang tinggi
berjejer di antara bukit dan lembah. Jalan menanjak dan berkelok-kelok dengan
melintasi deretan pegunungan dan lembah yang indah bak lukisan alam, akan
mengantarkan Anda ke kota Malino. Kawasan tersebut terkenal sebagai kawasan
rekreasi dan wisata sejak zaman penjajahan Belanda. Malino memiliki gunung-
gunung yang sangat kaya dengan pemandangan batu gamping dan pinus. Berbagai
jenis tanaman tropis yang indah,tumbuh dan berkembang di kota yang dingin ini.
Selain itu, Malino pun menghasilkan buah-buahan dan sayuran khas yang tumbuh
di lereng gunung Bawakaraeng. Sebagian masyarakat Sulawesi Selatan masih
mengkulturkan gunung itu sebagai tempat suci dan keramat. Suhu di kota Malino
ini mulai dari 10°C sampai 26°C. dan ketika musim hujan, berhati hati sedang
berkendara karena, kota ini sering berkabut dan jarak pandangnya 100meter saja.
Perjalanan dari kota Makassar menuju daerah ini memakan waktu sekitar 2 jam.
Wisata air terjun seribu tangga, air terjun Takapala, Kebun Teh Nittoh, Lembah
Biru, Bungker Peninggalan Jepang dan Gunung Bawakaraeng menjadi ciri khas
kota Malino. Oleh-oleh khas daerah ini adalah buah Markisa ,dodol ketan,
Tenteng Malino, apel, wajik, dll. Malino juga menjadi daerah penghasil beras bagi
wilayah Sulawesi Selatan. Sejarah : Sebelum muncul nama Malino, dulu rakyat
setempat mengenalnya dengan nama kampung ‘Lapparak’. Laparrak dalam
bahasa Makassar berarti datar, yang berarti pula hanya di tempat itulah yang
merupakan daerah datar, di antara gunung-gunung yang berdiri kokoh. Kota
Malino mulai dikenal dan semakin popular sejak zaman penjajahan Belanda,
lebih-lebih setelah Gubernur Jenderal Caron pada tahun 1927 memerintah di
“Celebes on Onderhorighodon” telah menjadikan Malino pada tahun 1927
sebagai tempat peristirahatan bagi para pegawai pemerintah.
B . Hasil

C . Pembahasan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


A . Kesimpulan

B . Saran

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Nurmala, 2009, Geografi Untuk SMA dan MA kelas XII, Jakarta, CV
Epsilon Grup.

LAMPIRAN

foto dikantor kecamatan malino


foto di pabrik jamur

You might also like