Professional Documents
Culture Documents
Laporan Interpretasi Citra Kota Malino Dan Sekitarnya
Laporan Interpretasi Citra Kota Malino Dan Sekitarnya
SEKITARNYA
Di Susun Oleh :
KELOMPOK V
KURNIAWAN (1715040014 )
PENDIDIKAN GEOGRAFI A
JURUSAN GEOGRAFI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini shalawat dan salam
tak lupa kita berikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang menderang seperti
yang kita rasakan saat ini.
Pada jurusan geografi disemester dua memang diwajibkan untuk
mengukuti praktek lapan mata kuliah penginderaan jauh dasar yang dilaksanakan
di malino, kabupaten Gowa. Praktek lapang ini dimaksudkan agar mahasiswa
jurusan geografi tidak hanya mengetahi materi tetapi juga mampu
mengaplikasikan pengetahuannya di lapangan. Dengan melakukan praktek lapang
seperti ini mahasiswa mendapatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang lebih
banyak lagi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik itu dalam bentuk materi ataupun tenaga sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini begitu
banyak kekurangan sehingga kami sangat mengharapkan kritikan dan dari
manapun yang sifatnya membangun.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak orang
dan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan juga penulis
penulis
DAFTAR ISI
Daftar Tabel
Daftar Gambar
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar belakang......................................................................................
B. Tujuan ..................................................................................................
C. Manfaat.................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
LAMPIRAN.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Beberapa pengertian citra menurut Simonet et al (1983), Homby (1974) dan ford
(1979), Simonet et almengemukakan dua pengertian tentang citra yaitu : pertama
citra merupakan gambaran obyek yang diubahkan oleh pantulan atau pembiasan
sinar yang di fokuskan oleh sebuah lensa atau cermin, kedua citra merupakan
gambaran rekaman suatu objek ( biasanya berupa gambaran pada foto ) yang
dihasilkan dengan cara optik, elektro optik, optik mekanik, atau elektronik. Pada
umumnya digunakan bila radiasi elektromagnetik yang di pancarkan dari suatu
objek tidak langsung direkam pada film. Homby mengemukakan pengertian
tentang citra adalah : 1) keserupaan atau tiruan seseorang atau sesuatu barang
terutama yang dibuat dari kayu batu, dan sebagainya, 2) gambaran mental atau
gagasan, konsep tentang sesuatu barang atau seseorang, 3) gambaran yang
nampak pada cermin atau melalui lensa kamera.
Di dalam bahasa inggris ada dua istilah yang masing-masing
diterjemahkan dalam citra yaitu “image” dan “imagery”. Untuk membedakannya,
dikemukakan batasan dari Ford, yaitu: image ialah gambaran suatu objek atau
suatu perwujudan ; suatu image pada umumnya berupa sebuah peta, gambar atau
foto. Imagery adalah gambaran visual tenaga yang direkam dengan menggunakan
alat penginderaan jauh.
B . Tujuan
Dalam kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kewajiban mahasiswa semester 3
jurusan geografi untuk mengikuti praktek lapang agar tidak hanya mengetahui
materi tetapi langsung mengamati di lapangan agar ilmu yang di dapatkan lebih
utuh.
C . Manfaat
Mahasiswa dapat menginterpretasikan citra, dan mengetahui cara melakuakan
penginderaan jauh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penginderaan jarak jauh, pengumpulan data bisa dilakukan dari jarak jauh
dengan menggunakan sensor buatan. Cara ini disebut dengan penginderaan jarak
jauh, karena objek yang dikaji dilakukan dari jarak jauh tanpa bersentuhan
langsung dengan objek yang dikaji. Penginderaan jarak jauh juga dikenal dengan
sebutan remote sensing (inggris), teledection (perancis), sensoria remote
(Spanyol), femerkundung (Jerman), dan
Distansionaya (Rusia).
1. Sistem Tenaga
Komponen pertama yang menunjang pengindraan jarak jauh adalah sistem tenaga.
Terdapat dua sumber tenaga dalam penginderaan jarak jauh yakni sumber tenaga
matahari dan sumber tenaga buatan. Pengindraan jauh yang memanfaatkan tenaga
matahari disebut dengan sistem pasif. Selanjutnya pengindraan jauh yang
memanfaatkan tenaga buatan dikenal dengan sistem aktif. Penginderaan jauh
dengan menggunakan sumber tenaga buatan berfungsi sebagai pengganti sistem
pasif ketika ketika malam hari pada suatu tempat.
2. Atmosfer
Pada aktivitas perekaman objek diperlukan suatu wadah atau sarana, tenaga alami
atau buatan, alat sensor, deteksi, dan objek. Pancaran tenaga yang menuju ke
permukaan bumi akan memantul dan selajutnya akan direkam oleh alat sensor. Di
dalam wahana berbentuk balon udara, pesawat, dan satelit ini terpasang sebuah
detector yang terdapat dalam alat sensor.
a. Wahana merupakan sebuah alat berupa kendaraan yang memiliki fungsi sebagai
alat penyimpan perekam. Perekam ini berfungsi untuk merekam objek permukaan
bumi yang bisa dilakukan baik di angkasa maupun di luar angkasa. Bentuk
wahana yang dipergunakan dalam pengindraan jarak jauh yakni pesawat terbang,
satelit, dan balon udara. Setiap wahana mempunyai detail objek yang berbeda-
beda. Misalnya pesawat terbang mempunyai detail objek yang bisa ditingkatkan
terus-menerus, hal ini dikarenakan pesawat terbang memiliki kapasitas yang
berbeda di tiap jenisnya dalam hal ketinggian terbang.
Baca Juga: Fungsi Laring, Pengertian, dan Anatomi Laring pada Manusia
b. sensor merupakan alat yang memiliki fungsi sebagai penerima tenaga pancaran
dan pantulan yang telah direkam oleh alat detector. Berdasarkan fungsinya, sensor
juga bisa dikatakan sebagai alat perekam. Selanjutnya sensor dibagi menjadi dua
jenis berdasarkan proses perekamannya, yakni sensor sensor elektronik dan
fotografik.
– Sensor Elektronik
Sensor elektronik merupakan sensor yang berguna untuk sistem pengindraan jauh
nonfotografik. Hal tersebut dikarenakan proses perekaman objek tidak didasarkan
pada pembakaran, melainkan didasarkan pada sinyal elektronik yang
dipancarkan / dipantulkan kemudian objek direkam oleh alat detektor. Alat
Detektor untuk sensor ini berupa pita magnetik yang berdasar pada energi yang
dipantulkan, hal tersebut merupakan bagian dari proses perekaman objek. Sensor
elektronik yang telah melalui proses perekaman pada pita magnetik, kemudian
diproses hingga menjadi data digital data visual (citra) dengan penggunaan
komputer.
Baca Juga: Jenis & Daftar Kata Benda dalam Bahasa Indonesia
– Sensor Fotografik
Sensor fotografik merupakan jenis sistem sensor yang menggunakan kamera. Cara
kerjanya adalah sensor ini didasarkan pada pantulan tenaga dari objek. Film pada
detectornya membuat sensor fotografik menghasilkan foto. Jika Sensor fotografik
dipasang pada pesawat udara, maka akan menghasilkan citra yang disebut foto
udara, kemudian sensor fotografik
yang dipasang pada satelit disebut dengan citra satelit.
5. Perolehan Data
Pada pengindraan jauh data diperoleh dengan dua cara, yakni dengan cara cara
digital dan cara manual. Cara digital dapat dilakukan dengan penggunaan bantuan
komputer, selanjutnya Cara manual dilakukan dengan cara menginterpretasi data
secara visual.
6. Pengguna Data
Dewi, Nurmala, 2009, Geografi Untuk SMA dan MA kelas XII, Jakarta, CV
Epsilon Grup.
Menurut Este dan Simonett, interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto
udara atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti
pentingnya objek tersebut.
Adapun unsur-unsur interpretasi pada citra atau foto udara terdiri atas sembilan
macam, yaitu sebagai berikut :
Rona dan Warna Rona (Tone), yaitu tingkat kegelapan atau kece- rahan suatu
objek pada citra. Adapun Warna (Colour), yaitu wujud yang tampak pada mata
dengan menggunakan spektrum tampak yang lebih sempit. Misalnya, warna biru,
hijau, merah, dan warna yang lainnya.
Tekstur (Texture) adalah frekuensi perubahan rona pada citra yang dinyatakan
dengan kasar, sedang, dan halus. Misalnya, hutan bertekstur kasar, semak belukar
bertekstur sedang, sedangkan sawah bertekstur halus.
Bentuk (Shape) adalah konfigurasi atau kerangka gambar dari suatu objek yang
mudah dikenali. Misalnya, persegi empat teratur dapat diidentifikasi sebagai
komplek perkantoran, sedangkan bentuk persegi tidak teratur dapat diidentifikasi
sebagai kompleks permukiman penduduk. Bentuk lainnya antara lain gedung
sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, dan U atau persegi panjang.
Ukuran (Size) adalah ciri objek berupa jarak, luas, lereng, dan volume. Ukuran
objek pada citra dikalikan dengan skala menghasilkan jarak yang sebenarnya.
Pola (Pattern) adalah susunan keruangan yang dapat menandai bahwa suatu
objek merupakan bentukan oleh manusia atau bentukan alamiah. Misalnya, pola
garis teratur merupakan pola jalan, sedangkan pola garis yang berkelok-kelok
merupakan sungai. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur,
yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam, serta selalu menghadap ke jalan.
Kebun karet, kebun kelapa, dan kebun kopi mudah dibedakan dengan hutan atau
vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak
tanamnya.
Situs (Site) adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.
Misalnya, permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir pantai, tanggul
alam, atau sepanjang tepi jalan. Adapun persawahan banyak terdapat di daerah
dataran rendah dan berdekatan dengan aliran sungai. Jadi, situs sawah berdekatan
dengan situs sungai.
Bayangan (Shadow) adalah sifat yang menyembunyikan detail atau objek yang
berada di daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang
penting dari beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih
jelas. Misalnya, lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu
juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.
Foto-foto yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang
tergambar dengan jelas.
Asosiasi (Association) adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek
yang lainnya. Misalnya, stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api.
Adapun permukiman penduduk berasosiasi dengan jalan.
1. Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak maupun
yang tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu objek.
Misalnya, objek berupa savana.
2. Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada citra
yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor dengan alat
stereoskop.
Ada tiga ciri utama yang dapat dikenali, yaitu sebagai berikut.
a. Ciri Spektral adalah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga
elektromagnetik dengan objek. Ciri spektral dinyatakan dengan rona dan warna.
3) Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup, dan gelap).
b. Ciri Spasial adalah ciri yang terkait dengan ruang permukaan Bumi. Ciri spasial
dapat dikenali dengan menggunakan unsur- unsur interpretasi yang meliputi rona,
bentuk, pola, ukuran, bayangan, asosiasi, dan tekstur.
c. Ciri Temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada waktu perekaman.
Misalnya, rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedangkan pada musim
kemarau tampak gelap.
Urutan kegiatan yang lebih rinci dalam interpretasi citra, yaitu sebagai berikut.
b. Ditarik garis batas atau deliniasi bagi objek yang rona dan warnanya sama.
https://geografi.sobatmateri.com/9-kunci-interpretasi-citra-penginderaan-jauh-
dan-3-tahapan-interpretasi/
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
C . Pembahasan
BAB IV
B . Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Nurmala, 2009, Geografi Untuk SMA dan MA kelas XII, Jakarta, CV
Epsilon Grup.
LAMPIRAN