You are on page 1of 11

CORAK KEHIDUPAN DAN HASIL BUDAYA MASYARAKAT

PERUNDAGIAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah

Disusun oleh:

1. Gilian Danusaka (10)


2. Jiwandono Abdulloh Hadi (13)
3. Nurkhanifah (25)
4. Robi Nadya Salsabila Ramadhani (30)
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa itu zaman perundagian?
2. Bagaimana ciri-ciri zaman perundagian?
3. Bagaimana kehidupan sosial, ekonomi, budaya masyarakatpada zaman perundagian?
4. Apa saja kepercayaan manusia pada masa perundagian?
5. Apa saja peninggalan dan hasil kebudayaan masa perundagian?

Tujuan Penulisan
1. Ingin memperoleh informasi tentang zaman perundagian
2. Ingin memperoleh informasi tentang pengertian zaman perundagian
3. Ingin memperoleh informasi tentang ciri-ciri zaman perundagian
4. Ingin memperoleh informasi tentang kehidupan sosial, ekonomi, budaya masyarakatpada
zaman perundagian.
5. Ingin memperoleh informasi tentang kepercayaan manusia pada masa perundagian
6. Ingin memperoleh informasi tentang peninggalan dan hasil kebudayaan masa perundagian
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Zaman Perundagian


Masa perundagian adalah salah satu periode pada zaman prasejarah dimana
manusia mulai mengenal pemanfaatan dan juga pengolahan bahan dari logam.
Kehidupan manusia praaksara perlahan mengalami evolusi seiring ditemukannya bijih
logam. Manusia purba memanfaatkan logam sebagai alat untuk bertahan hidup dan
menciptakan beragam temuan baru yang lebih berkembang. Ada juga yang menyebut
era perundagian dengan istilah zaman perunggu, pasalnya sebagian pakar
mengklasifikasikan perunggu sebagai bagian dari logam. Tidak salah memang karena
dari hasil penemuan yang didapatkan pun terdapat cukup banyak artefak dari olahan
perunggu. Para ahli meyakini manusia prasejarah melakukan pengolahan bijih-bijih
logam ini dengan metode a cire perdue dan bivalve. Kedua teknik ini mempermudah
pengolahan logam sehingga secara perlahan-lahan menggantikan batu-batuan.

Masa perundagian disebut juga sebagai zaman logam, yaitu masa dimana
manusia prasejarah telah mengenal bahan logam dan bisa mengolahnya menjadi
peralatan untuk bertahan hidup. Perundagian berasal dari asal kata undagi yang
mempunyai arti tenaga ahli. Hal ini didasarkan pada kemampuan manusia praaksara
yang telah ahli dalam memproses bijih logam menjadi alat-alat perkakas mereka.
Masa ini masuk kedalam zaman pra aksara dimana manusia masih belum menemukan
huruf dan tulisan-tulisan. Oleh karena itu, para peneliti mengetahui masa perundagian
ini melalui peninggalan-peninggalan manusia purba. Namun, masa ini terjadi setelah
zaman batu dimana manusia masih menggunakan perkakas batu seperti kapak
genggam dan juga kapak perimbas.

Sekarang, manusia sudah mulai menggunakan perunggu dan besi sebagai


bahan dasar alat perkakas dan juga senjata mereka menggantikan batu-batuan.
2. Ciri-Ciri Zaman Perundagian
Pengertian masa perundagian merupakan masa di mana manusia telah
mengenal logam dan terampil melakukan suatu jenis usaha tertentu. Corak kehidupan
dan ciri pada masa perundagian adalah:
1. Manusia sudah dapat mengatur air untuk irigasi dan sawah.
2. Manusia telah mengenal teknologi dalam pembuatan gerabah, logam, dan perhiasan
meskipun metodenya masih sederhana.
3. Manusia telah melakukan perdagangan antardesa maupun antarpulau di Indonesia.
4. Terdapat berbagai upacara adat dan ritual untuk menghormati alam, nenek moyang,
dan kehidupan duniawi. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan kehidupan
yang sejahtera. Selain itu, pada masa perundagian penguburan mayat telah
dilakukan, baik secara langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder).
5. Terdapat benda seni, di antaranya berbagai perhiasan dan pola hiasan pada nekara
perunggu.

3. Kehidupan Sosial, Ekonomi, Budaya Masyarakat Pada Zaman Perundagian

Kehidupan pada masa perundagian ditandai oleh munculnya para undagi dalam
masyarakat. Pada masa ini, kegiatan masyarakat semakin terspesialisasi ke bidang
masing-masing. Kondisi ini membawa kehidupan masyarakat ke dalam struktur yang
lebih kompleks. Akibatnya, kegiatan masyarakat pun semakin bervariasi di berbagai
bidang kehidupan. Mulai dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya hingga sistem
kepercayaan.

Kehidupan Sosial

Pada masa perundagian, struktur masyarakat sudah semakin jelas dan mapan.
Masyarakat sudah memiliki pembagian kerja dengan tanggung jawab masing-masing.
Tanggung jawab itu terkait dengan mata pencaharian dan kewajiban sebagian warga
masyarakat.
Munculnya pada undagi mengawali munculnya berbagai profesi dalam
masyarakat. Golongan undagi merupakan golongan masyarakat terampil dan mampu
menguasai teknologi bidang tertentu, misalnya membuat rumah, peleburan logam dan
membuat perhiasan.

Kehidupan Ekonomi

Meningkatnya kemajemukan dalam masyarakat berdampak langsung pada


kegiatan ekonomi. Kegiatan produksi yang semula untuk memenuhi kebutuhan
sendiri tidak lagi bisa dipertahankan. Munculnya para undagi membuat setiap profesi
harus fokus pada keahlian masing-masing. Misalnya seorang pandai besi tidak bisa
sekaligus mengurus sawah ladangnya.

Kondisi semakin terspesialisasinya masyarakat ini semakin menyadarkan


manusia purba bahwa pemenuhan kebutuhan tidak bisa lagi mengandalkan diri
sendiri. Barang kebutuhan tidak mungkin lagi dibuat sendiri, melainkan harus
diperoleh dari warga lain. Caranya adalah dengan tukar menukar. Dari sini, muncullah
transaksi dalam bentuk barter.

Kehidupan Budaya

Pelaku kebudayaan pada masa perundagian adalah orang Deutero Melayu.


Mereka datang secara bertahap ke berbagai wilayah Indonesia sejak tahun 1000an
SM. Mereka berperan dalam menyebarkan kebudayaan perunggu yang disebut
kebudayaan Dongson.

Alat kebudayaan perunggu itu antara lain Nekara perunggu, kapak corong arca
perunggu, perhiasan perunggu dan senjata perunggu.

https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-10/melihat-kehidupan-manusia-
pada-masa-perundagian-16586/
4. Kepercayaan Manusia Pada Masa Perundagian

Animisme
Masyarakat pada masa perundagian, manusia masih menganut sistem
kepercayaan animisme. Kata animisme sendiri berasal dari bahasa Latin anima, yang
berarti roh.

Dalam kepercayaan animisme, manusia menganggap bahwa sebuah benda


memiliki kekuatan supranatural yang diisi oleh roh leluhur. Pasalnya, roh-roh ini
masih bisa dipanggil dan dimintai pertolongan di waktu-waktu tertentu. Dengan
begitu, masyarakat perundagian masih percaya dengan roh nenek moyang atau
leluhur.

Mereka selalu memohon perlindungan dan mengajukan permintaan kepada


roh leluhur, seperti kesehatan kesuburan, dan keselamatan.

Dinamisme
Selanjutnya adalah dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap benda-benda
tertentu yang dianggap memiliki kekuatan supranatural, contohnya pohon dan batu
besar. Masyarakat perundagian masih mempercayai bahwa roh atau makhluk halus itu
berasal dari jiwa manusia atau leluhur yang sudah meninggal dunia.

Terdapat dua pola penguburan


Masih berkaitan dengan sistem kepercayaan, pada masa perundagian
penguburan terdiri dari dua pola, sebagai berikut.

Sistem penguburan langsung (primary burial) dilakukan dengan cara


mengubur langsung jenazah ke dalam sebuah tempat yang sudah disiapkan. Biasanya,
penguburan langsung dilakukan di tempat arwah nenek moyang tinggal. Jasadnya
akan dikubur dengan posisi membujur, terlipat, atau jongkok.

Tidak hanya itu, jasad tersebut juga akan dikubur dengan benda peninggalan
mereka, seperti unggas, benda perunggu, atau perhiasan lainnya. Sistem penguburan
langsung diketahui pernah dilakukan di wilayah Sumatera, Bali, Sulawesi, Sumba,
dan Flores.

Sistem penguburan tidak langsung (secondary burial) dilakukan dengan cara


mengubur mayat terlebih dulu di dalam tanah. Kemudian, pada jangka waktu tertentu
sebagian atau seluruh tulang yang tersisa akan diambil untuk dikuburkan kembali di
tempat yang sudah disediakan. Biasanya, tulang-tulang tersebut akan dikubur kembali
ke dalam sebuah wadah yang disebut tempayan.

5. Peninggalan dan Hasil Kebudayaan Masa Perundagian

Dikutip dari buku All New Target Nilai 100 Ulangan Harian SMP Kelas VII
yang ditulis oleh Tim Guru Eduka (2018: 272), berikut peninggalan dan hasil
kebudayaan pada masa perundagian:

1. Nekara
Nekara merupakan semacam tambur besar dari perunggu yang berpinggang di
bagian tengahnya dan sisi atas tertutup. Nekara sering digunakan untuk upacara
mendatangkan hujan dan dapat ditemukan di Jawa, Sumatera, Bali, Kepulauan Kei,
dan Papua.

2. Moko
Moko memiliki bentuk seperti nekara tetapi lebih ramping. Moko dapat
ditemukan di Pulau Alor.

3. Kapak Perunggu
Kapak perunggu dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu kapak
corong (kapak sepatu), kapak upacara, dan kapak tembilang atau tajak. Kapak
perunggu dapat ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa Barat, Bali, Sulawesi Tengah
dan Selatan, Pulau Selayar, dan Papua.

4. Bejana Perunggu
Bejana perunggu merupakan bejana yang dibuat dari dua lempengan perunggu
yang cembung dan dilekatkan dengan pacuk besi pada sisinya. Bejana perunggu dapat
ditemukan di daerah Madura (Asemjaran, Sampang) dan Sumatera (Kerinci).

You might also like