Professional Documents
Culture Documents
LP Kimfar Ii
LP Kimfar Ii
DISUSUN OLEH:
HASRIANTI D1B220003
FAKULTAS FARMASI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kimia Farmasi merupakan suatu disiplin ilmu gabungan kimia dan farmasi yang
terlibat dalam desain, isolasi, analisis, identifikasi , pengembangan bahan – bahan alam
dan sintesis yang digunakan sebagai obat farmasetika, yang dapat digunakan untuk terapi.
Bidang ini juga melakukan kajian terhadap obat yang sudah ada, berupa sifat kimia
Kimia Farmasi sangat berkaitan dengan bidang farmakologi dan kimia organik
desamping ilmu lain seperti biologi, mikrobiologi, biokimia dan farmasetika. Ilmu
farmakologi mempelajari pengetahuan seluruh asoek mengenai obat seperti sifat kimiawi
dan fisiknya, farmakokinetik (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat), serta
farakodinamik terutama interaksi obat dengan reseptor, cara dan mekanisme kerja obat.
Kaitan kimia farmasi dengan ilmu kimia organik dikarenakan sebagian besar senyawa
yang berkhasiat sebagai obat merupakan senyawa organik atau senyawa yang
mengandung atom karbon C seperti golongan antibakteri (alkohol, asam karbosilat dll),
dan golongan antibiotik (penisilin, tetrasiklin, dll). Ilmu kimia farmasi dalam bidang
cara interaksi obat terhadap penyakit yang menggunakan obat – obatan yang dibuat
berdasarkan riset terhadap proses dan reaksi kimia bahan yang berkhasiat.
Sifat fisika dan sifat kimia obat dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi aktivitas
terapetiknya. Kedua sifat ini ditemukan oleh struktur kimianya, sehingga struktur kimia
suatu obat mempengaruhi aktivitasnya dan perubahan struktur kimia dan aktivitas
biologis dilakukan dengan mengaitkan gugus fungsional tertentu dengan respon biologis
tertentu pula. Disamping itu, sifat – sifat kimia fisika merupakan dasar yang sangat
B. Tujuan percobaan
a. Menentukan kadar obat golongan asam Acetylsalisylic Acid pada sediaan Aspilet
b. Menentukan kadar obat golongan asam Acetylsalisylic Acid pada sediaan Aspilet
C. Maksud percobaan
a. Dapat mengetahui kadar obat golongan asam Acetylsalisylic Acid pada sediaan
b. Dapat mengetahui kadar obat golongan asam Acetylsalisylic Acid sediaan Aspilet
D. Manfaat percobaan
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui kadar obat golongan asam Acetylsalisylic Acid
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui kadar obat golongan asam Acetylsalisylic Acid
TINJUAN PUSTAKAN
A. Teori umum
Kimia farmasi adalah ilmu kimia yang mempelajari baha – bahan yang digunakan
sebagai obat mencakup struktur, modifikasi struktur, sifat kimia fisika obat yang dapat
digunakan untuk memahami dan menjelaskan kerja obat. Selain itu ilmu kimia farmasi
juga menetapkan ilmu hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis, menghubungkan
perilaku biodinamik melalui sifat fisika dan aktivitas kimia senyawa obat, serta
mempelajari identifikasi dan analisis obat – obatan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Nama lain dari kimia farmasi adalah kimia medisinal (Medicinal Chemistry),
kimiawi suatu senyawa obat memberikan efek menguntungkan dalam sistem kehidupan
yang melibatkan studi hubungan struktur kimia senyawa dengan aktivitas biologis serta
mekanisme cara kerja senyawa pada sistem biologis dalam usaha mendapatkan efek
pengobatan yang maksimal dan memperkecil efek samping yang tidak menguntungkan.
reaksi antara ion hidrogen (besaral dari asam) dengan ion hidroksida (berasal dari basa)
yang membentuk molekul air. Karenanya alkalimetri dapat diidentifikasi sebagai metode
untuk menetapkan kadar asam dari suatu bahan dengan menggunakan larutan basa yang
sesuai. Asam, menurut arrhenius, adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air terurai
menjadi ion hidrogen (H*) dan anion, sedang basa adalah senyawa yang jika dilarutkan
dalam air terurai menjadi hidroksida (OH*) dan kation. Teori ini hanya berlaku untuk
senyawa anorganik yang larut dalam air. Menurut Bronstead Lowry, asam adalah
senyawa yang cenderung untuk melepaskan proton. Teori ini berlaku untuk segala
macam pelarut. Sedang menurut Lewis, asam adalah aseptor pasangan electron, sedang
basa adalah donor pasangan electron. Dengan teori ini konsep mengenai asam berubah
sama sekali yaitu bahwa senyawa asam itu tidak harus mengandung proton.
asam basa. Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat basa
bersifat basa lemah dapat dititrasi dengan larutan standar yang bersifat basa kuat. Pada
penetapan kadar ini menggunakan metode alkalimetri secara tidak langsung yaitu
kelebihan asam klorida dititrasi dengan natrium hidroksida dimana unutk melihat titik
akhit titrasinya indikator yang dipakai adalah fenolftalein, karena jangkauan pH dari
fenolftalein adalh 8,0 – 9,6 ditujukan dengan adanya perubahan warna dan tidak
berwarna sampai warna merah muda. Larutan standar yang digunakan pada titrasi
alkalimetri ini adalah natrium hidroksida. Idikator diperlukan dalam metode ini untuk
menentukan titik akhir titrasi. Untuk asam-asam lemah dengan larutan standar basa kuat
Metode bromometri merupakan metode umu unutk semua senyawa fenol dan dapat
digunakan untuk asam hidroksi benzoat. Ester adam hidroksi benzoat perlu dihidrolisis
Titrasi merupakan suatu metode analisa kimia yang digunakan untuk menentukan
larutan baku sekunder dan kalium hidrogen ftalat sebagai larutan baku premier serta
tambahkan indikator pp. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna
larutan menjadi warna merah muda. Hasil penelitian diperoleh kadar asam lemak.
B. Uraian Bahan
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Struktur :
2. Aspirin (5;658)
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur tyidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau;
rasa asam.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudh larut dalam etanol (95%) p;
Kegunaan :
RM/BM :
Rumus struktur :
bergerak; bau khas; rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter
P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; terlindung dari cahaya; tempat sejuk
RM/BM : C6H14O3/318,32
Rumus struktur :
RM/BM :
Rumus struktur :
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau menjaga, kering, keras,
rapuh dan menunjukkan susunan hablur: putih, mudah meleleh, basah. Sangat alkalis
dan korosif.
RM/BM : KBrO3/167,09
Rumus struktur :
Kelarutan : Pada suhu 15,5 larut dalam 12,5 bagian air, dalam bagian air
Kegunaan :
RM/BM : KBr
Rumus struktur :
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air mendidih: larit dalam alkohol
Rumus struktur :
Kelarutan : Larut dalam etanol, asam asetat, tidak larut dalam air.
Kegunaan :
RM/BM : Ki/166,00
Rumus struktur :
RM/BM : NA2SO2O3/248,17
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur besar. Dalam
udara serbuk meleleh basah, dalam tanpa udara pada suhu diatas 37 c merapuh
Kegunaan : Titran
C. Uraian obat
1. Asam asetilsalisilat (Badan POM RI, 2015 & Kuntari, Aprianto, Noor & Baruji,
2017).
Rumus struktur :
Golongan : Analgesik Non-opioid
Produsen : Generik
Kontraindikasi : Tukak saluran cerna, anak anak dibawah 12 tahun (kecuali untuk
dan kelainan perdarahan yang lain, bukan untuk pengobatan gout hiersensitivitas,
Asetol atau AINS lain dikontraindikasikan pada pasien yang mempunyai riwayat
hipersensitivitas kepada asetol atau AINS lainnya termasuk mereka yang terserang
asam angioedema, urtikaria atau rinitasnya dipicu oleh asetosal atau AINS lainnya.
Cepat diabsrobsi dari saluran pencernaan dan segera dihidrolisis menjadi asam
salisilat, dengan kadar puncak asam salisilat dalam plasma tercapai dalam 1-2 jam,
dihidrolisis menjadi asam salisilat dalam sistem gastrointestinal dan sirkulasi darah
(dengan waktu paruh 15 menit). Kecepatan absorpsi ini dipengaruhi oleh bentuk
sediaan, ada tidaknya makan dalam lambung tingkat keasaman lambung dan factor
fisiologis lainnya.
derivatnya yaitu thromboxane A2. Efek yang diperoleh adalah efek antipiretik,
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau;
rasa asam.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudh larut dalam etanol (95%) p;
METODE KERJA
A. Alat bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Pipet tetes; Gelas kimia;
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu: Acetylsalicyl Acid;
Aquadest; Etanol 95%; Fenol Merah; Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N; Kalium
B. Prosedur kerja
1. Metode Alkalimetri
2. Metode Bromometri
selama 15 menit
3. Metode Blanko
selama 15 menit
A. Metode Alkalimetri
Perubahan
No. Sampel Titran Kadar
Warna
Acetylsalisilat Acid, Natirum Hidroksida (NaOH) 0,1 N sebagai Titran dan indikator
Pada langkah awal Aspilet ditimbang satu persatu untuk mengetahui bobot rata rata
sampel kemudian Aspilet digerus dan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer. Kemudian
dilarutkan kedalam Etanol 95% yang dinetralkan terhadap indikator fenol merah
sebanyak 15ml lalu dan ditambahkan 20ml air. Setelah itu ditambahkan 3-5 tetes fenol
merah kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang berada dalam buret hingga
terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda seulas. Perubahan warna
menjadi merah muda seulas menandakan bahwa sudah mencapai titik akhir titrasi. Lihat
perubahan volume NaOH yang berada dalam buret, kemudian catat perubahan
volumenya.
B. Metode Bromometri
Perubahan
No. Sampel Titran Kadar
warna
1. Aspilet Na₂S₂O₃ 35 mL
sampel Acetylsalisilat Acid, Natirum Tiosulfat sebagai titran dan Kalium Iodide sebagai
indikator.
Pada Metode bromometri sempel yang telah ditimbang dan dimasukan kedalam
larutan dipanaskan selama 30 menit menggunakan penangas air. Setelah 30 menit larutan
(KBrO3-KBr) 0,1N sebanyak 50ML dan asam klorida pekat sebanyak 10 ml dan digojog
berulang-ulang selama 15 menit dan dibiarkan selama 15 menit. Setelah itu larutan di
tambahkan kalium iodida 10% sebanyak 30ml sebagai indikator dan dititrasi dengan
menggunakan larutan baku natrium tiosulfat 0,1N sampai didapatkan perubahan warna
menjadi kuning pada volume akhir titrasi yaitu 35ml. Dilakukan juga pembuatan larutan
blanko yang pengerjaan sama dengan metode bromometri tetapi tidak menggunakan
sempel.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada percobaan ini yaitu analisis senyawa obat golongan asam dapat disimpulkan
bahwa analisis senyawa obat golongan asam ini digunakan Acetylsalisilat Acid sebanyak
300mg pada setiap metode. Metode yang digunakan yaitu metode alkalimetri,
bromometryi dan blanko. Pada metode alkalimetri setelah dilakukan titrasi menggunakan
larutan NaOH 1N maka didapatkan hasil percobaan yaitu larutan berubah warna menjadi
merah muda pada hasil volume akhir titrasi 15,1mg. Sedangkan pada metode kedua yaitu
bromometri dilakukan juga titrasi menggunakan natrium tiosulfat dan didaptkan hasil
yaitu larutan berubah warna menjadi kuning pada volume akhir titrasi yaitu 35mL Pada
metode terakhir yaitu metode blanko tidak menggunakan sampel dan dilakukan titrasi
menggunakan natrium tiosulfat dan didapatkan hasil yaitu larutan berubah warna menjadi
B. Saran
Saran kami untuk dosen agar tetap membimbing praktikan dalam menjalankan
dengan baik.