You are on page 1of 11

JSV 31 (2), Desember 2013 .

TURN AL
SAINVETERINER
ISSN: 0126 -0421

Dinamika FoUkel Ovulasi Setelah Perlakuan Sinkronisasi Estrus dengan


Implan Progesteron Intravagina pada Sapi Perah
Ovulatory Follicular Dynamics After Estrus Synchronization Using Intravaginal
Progesterone Implant in Dairy Cows
Prabowo Purwono Putro

Bagian Reproduksi dan Obstetri,


Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: prabowopp@yahoo.co.id

Abstract

The study aimed to follow ovulatory follicular dynamics and plasma progesterone profile after estrus
synchronization using progesterone intravaginal implant CIDR and its combination with PGF2a and GnRH. A
total of 15 non-pregnant dairy cows, 4-5 years of age, healthy and reproductively sound were divided into 3
treatment groups. Treatment 1,CIDR implant was inserted intravaginally for 9 days (CIDR); treatment 2, given
CIDR and 250 JlgGnRH intramuscularly at implant removal (CIDR + GnRH); treatment 3, CIDR and 25 mg
PGF2a at day 7 of implant insertion (CIDR + PGF2a). Transrectal ultrasonographic examination using real
time, B-mode, with 7.5 MHz transducer was performed everyday for 12 days to follow ovulatory follicular
dynamics. Blood plasma was taken every day for progesterone determination using EIA technique. Data were
tested using analysis of variance and correlation analysis. The result indicated that CIDR implant was a potent
agent for estrus synchronization with the onset of estrus was 66.18 :t 03.42 hours after its removal. The addition
of GnRH resulted the highest ovulatory growth rate following the implant removal (1.67 :t 0.17", 1.93:t 0.13b
dan 1.53 :t 0.20"mmlday, P < 0.05). Insertion of CIDR hampered dominant follicular development and its
removal caused rapid follicular growth and followed by ovulation. Its insertion resulted steady increase in
plasma progesterone levels and its removal resulted in sudden decrease in the hormonal levels, induced
ovulatory follicular development, followed by estrus and ovulation. The CIDR implant also inhibited luteal
growth, caused no effect of PGF2a administration on decrease of plasma progesterone levels. Addition of
GnRH at the time ofCIDR removal enhanced the highest rate of ovulatory follicular growth.

Key words: CIDR, PGF2a, GnRH, ovulatory follicular dynamic, corpus luteum

128
-- --

Prabowo Purwono Putro

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan folikel, korpus luteum dan profil progesteron plasma
setelah sinkronisasi estrus dengan impIan progesteron intravagina CIDR, serta kombinasinya dengan PGF2a
dan GnRH. Sejumlah 15 ekor sapi peranakan Friesian Holstein (PFH), umur 4-5 tahun, dibagi menjadi 3
perlakuan. Perlakuan 1, CIDR diinsersikan intravagina selama 9 hari (CIDR); perlakuan 2, CIDR dan 250 Ilg
GnRH intramuskuler saat pengambilan impIan (CIDR+GnRH); dan perlakuan 3, CIDR dan 25 mg PGF2a
intramuskuler hari ke 7 insersi impIan (CIDR + PGF2a). Pemeriksaan ultrasonografi transrektum dengan real
time,B-mode,dengan7,5MHztranduserdilakukansetiaphari selama12hariuntukmengikutiperkembangan
dinamika folikel ovulasi dan korpus luteum. Plasma darah diambil setiap hari untuk determinasi progesteron
dengan teknik EIA. Data dianalisa secara statistik menggunakan analisis varian dan analisis korelasi. Estrus
terjadi 66,18 ::!:03,42 jam setelah pengambilan implan. Insersi CIDR menyebabkan hambatan perkembangan
folikel dominan, namun setelah pengambilan implan perkembangan folikel ovulasi terjadi sangat pesat,
mencapai ukuran maksimum dan ovulasi pada hari berikutnya. Penambahan GnRH menghasilkan kecepatan
perkembangan folikel ovulasi tertinggi setelah pengambilan impIan (1,67 ::!:0,173, 1,93::!:0,13bdan 1,53::!:0,20'
mm/hari, P < 0,05). Implan CIDR juga menyebabkan regresi korpus luteum. Peningkatan kadar progesteron
plasma terjadi setelah insersi CIDR dan terjadi penurunan dengan tiba-tiba setelah pencabutan implan, hingga
kurang dari 0,50 ng/ml dalam waktu 3 hari saat timbul gejala estrus. Implan CIDR merupakan progestin poten
untuk sinkronisasi estrus. Insersinya menyebabkan kenaikan progesteron plasma dan pencabutan implan setelah
9 hari menimbulkan penurunan progesteron tiba-tiba, memacu perkembangan folikel ovulasi, diikuti estrus dan
ovulasi. Insersi impIan ini juga menghambat perkembangan korpus luteum, sehingga pemberian PGF2a tidak
berdampak pada penurunan kadar progesteron plasma. Pemberian GnRH pada saat pencabutan impIan
menambah laju perkembangan folikel ovulasi.

Kata kunci: CIDR, PGF2a, GnRH, folikel ovulasi, korpus luteum

Pendahuluan GnRH menambah sinergi proses ovulasi (Rabiee et


al., 2005; Kasamanickam et al., 2006). Suatu
Sinkronisasi estrus merupakan teknik implan intravagina Controlled Internal Drug
manipulasi siklus estrus untuk menimbulkan gejala Release (CIDR, Eazibreed™, InterAg, Hamilton,
estrus dan ovulasi pada sekolompok hewan secara New Zealand), merupakan implan progesteron
bersamaan. Teknik ini terbukti efektif untuk intravagina kini paling banyak digunakan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan inseminasi sinkronisasi estrus pada sapi (Mapletof et al., 2003;
buatan, efisiensi deteksi estrus, sehingga dapat Martinez et al., 2005; Salverson dan Perry, 2007).
diaplikasikan untuk memperbaiki reproduktivitas Kebanyakan penelitian sinkronisasi estrus dengan
sapi (Williams et al., 2002: Patterson et al., 2005). implan progesteron intravagina pada sapi hanya
Beberapa metode sinkronisasi estrus telah melaporkan kemampuan suatu agen sinkronisasi
dikembangkan, antara lain dengan penggunaan untuk menimbulkan estrus dan hasil konsepsinya
sediaan progesteron, prostaglandin F2a (PGF2a), setelah perlakuan inseminasi buatan (Fullenwider et
serta kombinasinya dengan gonadotropin releasing al., 2002; Garcia et al., 2004; Crane et al., 2005;
hormone (GnRH). Pemberian progesteron Kasimanickam et al., 2006; Salverson, 2006;
berpengaruh menghambat ovulasi, prostaglandin Cavalieri et al., 2007). Hanya sedikit penelitian
F2a menginduksi regresi korpus luteum, sedangkan sinkronisasi estrus yang melaporkan perkembangan

129
Dinamika Folikel Ovulasi Setelah Perlakuan Sinkronisasi Estrus

dinamika folikel ovulasi. Penelitian ini bertujuan Tokyo, Japan). Probe yang digunakan merupakan
untuk melihat perkembangan folikel, korpus luteum tranduser transrektum, mempunyai daya panjang
dan profil progesteron plasma setelah sinkronisasi gelombang ultrasonik 7,5 MHz. Sapi ditempatkan
estrus dengan impIan CIDR, serta kombinasinya di dalam kandang jepit, kemudian rektum
dengan PGF2a dan GnRH. dievakuasi faesesnya dan diperiksa struktur ovaria.
Pemeriksaan ovaria dilakukan setiap hari selama
Materi dan Metode satu siklus estrus penuh oleh operator yang sarna.
Pemeriksaan ultrasonografi pada ovaria sapi
Hewan dan perlakuan dilakukan menurut metode Fricke (2004) dengan
Sebanyak 15 ekor sapi perah betina peranakan pemindaian berulang permukaan ovaria untuk
Friesian Holstein (PFH), tidak bunting, umur 4-5 memperoleh citra gambaran folikel dan korpus
tahun, sehat, mempunyai siklus reproduksi baik, luteum. Ukuran folikel dominan merupakan
digunakan pada penelitian ini. Hewan penelitian diameter antrum folikel, tidak termasuk dinding
secara acak dibagi menjadi 3 perlakuan dengan 5 folikel. Folikel tampak sebagai struktur bulat,
ekor hewan per kelompok. Sediaan progestron berwama hitam, serta berbatas tegas. Korpus
imp Ian intravagina yang digunakan adalah lute urn tampak sebagai struktur dengan
Controlled Internal Drug Release (CIDR, ekhogenisitas rendah, pada layar monitor sebagai
Eazibreed™, InterAg, Hamilton, New Zealand) struktur berwama abu-abu. Ukuran korpus juga
berisi 1,9 g progestero. Perlakuan 1 (CIDR), diukur dengan cara diukur rerata diameter
perlakuan 2 (CIDR + GnRH) dan perlakuan 3 (CIDR terpanjang dan terpendek. Waktu ovulasi
+ PGF2 a). Implan CIDR diinsersikan secara ditentukan dari menghilangnya folikel dominan
aseptis ke dalam vagina dan diambil setelah 9 hari. dengan diameter lebih dari 10mm secara tiba-tiba.
Perlakuan 2, CIDR dengan tambahan GnRH
(FertagyITM, Intervet International, Boxmeer, Pengambilan plasma darah dan determinasi
progesteron plasma
Holland) 250 /lg intramuskuler saat pengambilan
implan (hari ke 9). Perlakuan 3, CIDR dengan Darah diambil dari vena coccygea semua hewan
PGF2a 25 mg disuntikkan intramuskuler hari ke 7 penelitian, menggunakan tabung vakum 10ml berisi
insersi implan. Setelah CIDR diambil hewan lithium heparin. Tabung kemudian disentrifugasi
diamati gejala estrusnya secara cermat, dengan dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10 menit,
pengamatan tingkah laku dan tanda-tanda luar kemudian plasma darah dipisahkan dan dipindahkan
sekurang-kurangnya 4 kali sehari. ke tabung plastik bertutup ukuran 1 ml dan
seterusnya disimpan pada suhu -200 C sampai saat
Pemeriksaan ultrasonografi ovaria dilakukan uji untuk hormon progesteron.
Pemeriksaan ovaria dilakukan dengan alat Determinasi kuantitatif progesteron dilakl1kan
ultrasonografi real-time transrektum, B-mode dengan metode enzyme immunoassay (EIA)
(Honda HS-2000, Honda Electronics Co. Ltd., menggunakan kit k6mersial (Prqge.sterone EIA

130

-- -
--- - - --

Prabowo Purwono Putro

KitTM,Ridgeway Science, UK). Sensitivitas teknik perlakuan (n=15) tidak ada yang lepas sebe1um
ini sebesar 0,10 ng/ml, koefisien intra-dan inter-asai diambil atau mempunyai daya retensi 100%.
kurang dari 10 %, reaksi silang terhadap steroid lain Semua sapi memperlihatkan gejala estrus setelah
kurang dari 2%. pengambilan impIan CIDR. Timbulnya estrus
setelah pengambilan impIanprogesteron CIDR pada
Data yang dikumpu1kaD daD aDalisa statistik masing-masing perlakuan adalah 68,92 ! 03,34,
Data yang dicatat meliputi dinamika 64,92 ! 02,34 dan 65,92 ! 03,08 jam, namun secara
perkembangan [olikel dan korpus luteum, serta statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna
kadar hormon progesteron plasma darah. (rerata ! simpangan baku, P > 0,05) atau rerata
Dinamika perkembangan [olikel dan konsentrasi keseluruhan 66,18 ! 03,42 jam. Beberapa
progesteron plasma dianalisa menggunakan analisis karakteristik [olikel ovulasi dan profil kadar
varian, sedangkan korelasi antara konsentrasi progesteron plasma pada semua kelompok
progesteron plasma dan ukuran korpus luteum diuji perlakuan disajikan pada Tabel 1 dan 2. Grafik
dengan analisis korelasi. Semua perhitungan perkembangan [olikel ovulasi, korpus luteum dan
statistik dilakukan dengan menggunakan program profil progesteron plasma pada semua perlakuan
SPSS 13.0 [or Windows XP (SPSS Inc., Chicago, disajkan pada Gambar 1-3. Hampir semua
Illinois, USA). parameter tidak menunjukkan perbedaan nyata,
kecuali kecepatan pertumbuhan [olikel setelah
HasH daD PembahasaD pencabutan impIan pada perlakuan CIDR + GnRH
Implan progesteron CIDR pada semua menunjukkan kecepatan paling tinggi.

Tabel 1. Karakterisitik [olikel ovulasi pada semua perlakuan


Perlakuan 1, Perlakuan 2, Perlakuan 3, n=5
n=5 n=5
Diameter maksimum [olikel 13,60 :t 0,56a 14,60 :t 0,25b 14,00 :t 0,45 a
ovulasi (mm)
Diameter [olikel ovulasi saat 8,60 :t 0,55a 8,80 :t 0,45a 9,40 :t 0,55a
CIDR diambil (mm)
b
Pertumbuhan [olikel setelah 1,67 :t 0,17a 1,93 :t O,13b 1,53 :t 0,20
CIDR diambil (rom per hari)
a,b Superskrip tidak sarna dalam satu baris berbeda nyata (P < 0,05).
Tabel 2. Konsentrasi progesteron plasma pada semua perlakuan
Perlakuan 1, Perlakuan 2, Perlakuan 3,
n=5 n=5 n=5
Saat pengambilan CIDR (ng/ml) 4,96 :t 0,14 a 4,98 :t 0,11 a 4,99 :t 0,12a
Pada saat estrus (ng/ml) 0,45 :t 0,05a 0,44 :t 0,05a 0,44 :t 0,01a
Kecepatan penurunan kadar 1,50:t 0,12a 1,51 :t 0,09a 1,52 :t 0,08 a
progesteron (ng/ml/hari)
a,b Superskrip sarna dalam satu baris tidak berbeda nyata (P > 0,05).

131
Oinamika Folikel Ovulasi Setelah Perlakuan Sinkronisasi Estrus

Folikel dominan tidak mengalami ukurannya sampai pengambilan impIan CIDR, di


perkembangan setelah insersi CIDR, namun mana terjadi penurunan tiba-tiba progesteron
pertumbuhan sangat pesat terjadi setelah plasma, kemudian terjadilah perkembangan folikel
pengambilan imp Ian CIDR mencapai ukuran ovulasi yang pesat diikuti oleh proses ovulasi. Hasil
maksimum 3 hari kemudian pada saat estrus, ini memperkuat pendapat Garcia et al. (2004) dan
kemudian menghilang karena terjadi ovulasi pada Martinez et al. (2005), serta Salverson dan Perry
hari berikutnya. Korpus luteum dapat ditemui pada (2007), bahwa pemberian progesteron eksogen akan
semua sapi saat insersi implan CIDR, kemudian meniru pekerjaan progesteron alami dari korpus
berangsur-angsur mengalami regresi dan tidak lagi luteum dan terjadilah umpan balik negatif pada
dapat diikuti setelah hari ke 6 insersi. Kadar hipotalamus yang berakibat adanya hambatan
progesteron plasma meningkat secara pasti, sampai perkembangan folike! dan ovulasi. Pengambilan
hari ke 9 insersi mencapai kadar maksimum. imp Ian progesteron akan menyebabkan
Setelah pencabutan implan kadar progesteron turun ditiadakannya umpan balik negatif tersebut dan
dengan tajam, mencapai kurang dari 0,50 ng/ml pada terjadilah perkembangan cepat gelombang folikel
3 hari kemudian, saat sapi menunjukkan gejala baru, seleksi folikel dominan menjadi folikel
estrus. ovulasi, sapi akan menunjukkan gejala estrus dan
Estrus terjadi pada semua sapi 66,18 :!:03,42 diikuti dengan proses ovulasi.
jam setelah pengambilan impIan CIDR. Waktu Hasil pene!itian ini juga menunjukkan bahwa
timbulnya estrus ini lebih panjangjika dibandingkan setelah insersi CIDR perkembangan korpus luteum
dengan sinkronisasi estrus sapi dengan CIDR yang cenderung mengalami penurunan, justru terjadi
pernah dilaporkan di daerah subtropis, yaitu berkisar persistensi perkembangan dan akhirnya mengalami
antara 54 - 60 jam kemudian (Fullenwider et al., proses regresi korpus luteum. Kenyataan ini dapat
2002; Mapletoft et al., 2003). Perbedaan lama dijelaskan dari laporan Geary et al. (1998) dan
waktu ini diduga erat kaitannya dengan lingkungan, Williams et al. (2002) bahwa pemberian progesteron
termasuk suhu, kelembaban udara yang berbeda eksogen akan menimbulkan pengaruh umpan balik
antara daerah tropis dengan 2 musim dan subtropis 4 negatif ke hipotalamus, berakibat berkurangnya
musim sepanjang tahun. Kenyataan ini sarna pembebasan LTH (luteotrophic hormone) dari
seperti laporan Garcia et al. (2004) yang hipofisa, serta terjadi penekanan perkembangan
menggunakan CIDR untuk sinkronisasi estrus pada korpus luteum. Adanya kenyataan bahwa
sapiperah di daerah tropis. progesteron eksogen menyebabkan regresinya
Pemberian impIan progesteron CIDR ternyata korpus luteum memang menguntungkan dari segi
menghambat perkembangan folike! dominan lebih aplikasi sinkronisasi estrus dengan imp Ian
lanjut. Hambatan perkembangan folikel dominan intravagina. Regresi korpus luteurn akan
t rsebut ada hubungannya dengan adanya meniadakan produksi progesteron alami, sehingga
peningkatan pasti hormon progesteron setelah progesteron impIan akan lebih efisien kerjanya
insersi impIan CIDR. Folikel dominan relatiftetap karena tidak terganggu oleh kerjaan progesteron
alami.

132

---
---

Prabowo Purwono Putro

--
-.--
14
13
12

I E
11
10 I j...................
T , I T -T
.5. 9
.. .
a;
E
----f i
-'- 1 ',I
- I ""-- .-- ----1
j --
I ::> 6
5 --
'0 4 -- --
...
3 ---t
2
1
0 + I I I I I I
i I

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

I
Day of treatment

__ average
l'
Estrus
l

- 14

Ib 13
12
I CIDR
11
E 10
.§. 9
S
8
'C 7 --
E
'" 6
"' 5
'"
e-
0 4
(.)
3
2
1
0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Day of treatment l'
-- average
I Estrus

I C6

E 5 m +
+
I; CI>
<:
4

0 1 1-- .J... -L
.i 3

112
E
CI)
<'II
ii:

0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Day of treatment
__ average
l'
I Estrus
Gambar1. Perkembanganfolikel(a),korpusluteum(b)padaperlakuan,dan kadarprogesteronplasma(c)
pada perlakuan CIDR selama 9 han

133
Dinamika Folikel Ovulasi Setelah Perlakuan Sinkronisasi Estrus

15
4
13
12
E 11
..§.. 10
$CI> 9
E 8
'"
'6 7
'" 6
:;
5
:E 4
3
2
1
0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Day of treatment
I
l'
---+- average Estrus J

CIDR CIDR Inj. PGF


b in out
12
11

E 10
..§.. 9
$CI> 8
E
'" 7
'6
E 6
'"
CI> 5
:a 4
U)
'"
e-
0
3
(.) 2
1
0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14
Day of treatment
11 Est1J; us13
______average

C CIDR CIDR Inj.PGF


6
in out
_5 .

en
c:
1ii4
>
..!!!
...
3
..!!!
<n
...
en
[2
...
E
<n
1

0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 14
Day of treatment
---+- average I Es f US13

Gambar2. Perkembangan [olikel (a), korpus luteum (b) dan kadar progesteron plasma (c) setelah perlakuan
CIDR 9 hari dan PGP pada hari ke-1 0

134

-----
- -- - --

Prabowo Purwono Putro

815 C1U~- --
14
13 -Tif- -- CIUK out -of
12
11

II-=.. 10
9
~ 8 - ll

Ii...~ :§
5
4
------------
-------- ~~ ~I
---- ---'
----------
-==-- ---=j
;o i~.--+ I

-4 -3 -2 -1 o 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

-----------
Day of treatment
=-=_ ---+-avera~ = J t
Ff:;trtJ.~
13 14 I

12 -,
b CIDR CIDR out + GnRH
I 11
10
9
--
-+-- ~I
E -- -i'----
E
-C- 8
----
.!!
.. --
E 7
..
.., 6 -
E
=
.!! 5 --
..2
'" 4
= ------
oe- 3 --
u
2
--
o
-4 -3 -2 -1 0 2 3 4 5 6 7 ,--~~, ' ~, "
Estrus
' " I

Day of treatment I

-+- average
-- -- --

---
C6 CIDR -- CIDRout + GnRH
I
in 4,
5

114
T
T

IiIe --
'1

rj
04 --+ +
-4 -3 -2 -1 o 2 3 4 5 6 7 8 9 10

L- __ __
Day of treatment
-+-- average _ --

Gambar3. Perkembangan folikel (a), korpus luteum (b) dan kadar progesteron plasma (c) setelah pemberian
CIDR 9 hari dan GnRH hari ke 10.

135
Dinamika Folikel Ovulasi Setelah Perlakuan Sinkronisasi Estrus

Pada semua kelompok perlakuan kadar akibatnya juga tidak terjadi percepatan penurunan
progesteron plasma akan meningkat dengan pasti kadar progesteron dalam plasma darah. Hormon
sampai impIan dicabut, kemudian akan turun dengan progesteron yang ada hanya berasal dari implan
cepat dalam waktu 3 hari, sampai kadamya CIDR intravagina, sehingga pengambilan impIan
minimum kurang dari 0,50 ng/ml, saat hewan akan berakibat turunnya kadar hormon tersebut
menunjukkan gejala estrus. Implan CIDR secara tiba-tiba. Tidak terjadinya penurunan kadar
merupakan sediaan hormon yang efektif untuk progesteron plasma setelah pemberian PGF2a
meningkatkan kadar progesteron dalam darah dalam penelitian ini juga mendukung laporan dari
sehingga dapat digunakan dalam sinkronisasi estrus Rabiee et al. (2005) dan Crane et al. (2005) yangjuga
sapi perah, seperti yang juga dilaporkan oleh menggunakan impIanprogesteron CIDR intravagina
Fullenwider et al. (2003) dan Mapletoft et al. (2003). untuk sinkronisasi estrus pada sapi perah.
Pemberian GnRH pada saat pengambilan impIan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
CIDR dalam penelitian ini meningkatkan kecepatan disimpulkan bahwa impIan progesteron intravagina
perkembangan dan meningkatkan diameter folikel CIDR merupakan sediaan yang poten untuk
dominan. Kenyataan ini mendukung pendapat sinkronisasi estrus sapi. Aplikasinya akan
Martinez et al. (2005), Tapponen (2003) dan menyebabkan kenaikan kadar progesteron plasma
Salverson (2006), bahwa pemberian GnRH eksogen secara pasti, sedangkan pencabutan impIansetelah 9
akan menimbulkan sinergi pembebasan FSH dan LH hari akan menimbulkan penurunan tiba-tiba kadar
dari hipofisa, sehingga terjadi perkembangan folikel progesteron, memacu perkembangan folikel ovulasi
dominan lebih cepat, menyebabkan percepatan secara cepat, diikuti dengan timbulnya gejala estrus
induksi perkembangan folikel ovulasi, sehingga dan terjadinya proses ovulasi. Insersi impIan ini
sinkroni timbulnya estrus dan ovulasi menjadi lebih juga akan menghambat pertumbuhan korpus luteum
baik. yang ada, sehingga pemberian PGF2a 2 hari
Pemberian PGF2a 2 hari sebelum pengambilan sebelum pencabutan impIan tidak berdampak secara
CIDR dimaksudkan untuk melisiskan korpus luteum bermakna pada penurunan kadar progesteron
alami yang masih tersisa dari siklus estrus terdahulu, plasma. Pemberian tambahan GnRH pada saat
dengan demikian maka penurunan kadar pencabutan implan akan menambah laju
progesteron yang terjadi tidak terganggu dengan perkembangan folikel ovulasi.
masih adanya progesteron alami seperti pendapat
Daftar Pustaka
Mapletoft et al. (2003) dan Martinez et al. (2005).
Dalam penelitian ini pemberian CIDR memberi Cavalieri, J., Hepworth, G., Smart, V. M., Ryan, M.
and Macmillan, K. L (2007) Reproductive
pengaruh regresinya korpus luteum yang sudah ada,
performance oflactating dairy cows and heifers
sehingga pada hari ke 7 perlakuan sudah tidak synchronized for a second insemination with an
intravaginal progesterone-releasing device for 7
terdapat lagi korpus luteum fungsional dari siklus
or 8 d with estradiol benzoate injected at the
sebelumnya. Pemberian PGF2 saat itu tidak time of device insertion and 24 h after removal.
mempunyai lagi organ sasaran yang dikehendaki, Theriogenology67: 824-834.

136
-----

Prabowo Purwono Putro

Crane, M. B., Bartolome, J., Melendez, P., deVries, Mapletoft, R. 1., Martinez, M. F., Colazo, M. G., and
A., Risco, C. and Archbald, L. F. (2005) Kastelic, J. P. (2003) The use of controlled
Comparison of synchronization of ovulation internal drug devices for regulation of bovine
with timed insemination and exogenous reproduction. J. Anim. Sci. 81: E28-E36.
progesterone as therapeutic strategies for
ovarian cysts in lactating dairy cows. Martinez, M. F., Kastelic, J. P. ,Bo, G. A., Caccia, M.
Theriogenology65: 1563-1574. and Mapletoft, R. J. (2005) Effect of
oestradiol and some of its esters on
Fricke, P. M. (2004) Potential applications and gonadotrophin release and ovarian follicular
pitfalls of ultrasound for managing reproduction dynamics in CIDR treated beef cattle. J. Anim.
in dairy cattle. J. Dairy Sci. 87: 912-916. Sci. 86: 37-52.

Fulllenwider, J., Kempfer, R., Barthle, C., Lemaster, Patterson, D. J., Smith, M. F. and Scafer, D. J. (2005)
W. and Yelich, J. (2002) Use of intravaginal New opportunities to synchronize estrus and
progesterone-releasing device (CIDR) for facilitate fixed-time AI, Division of Animal
timed artificial insemination (AI) in crossbred Sciences, University of Missouri-Columbia.
cattle of Bos indicus breeding, N Z. Agric. J.
22: 24-29. Rabiee, A. R., Lean, I. J. and Stevenson, M. A.
(2005) Efficacy of Ovsynch program on
Garcia, F. E. 0., Cordero, M. J. L., Hizarza, E. A., reproductive performance in dairy cattle: a
Peralta, O. J. G., Ortega, M. E., Cardenas, M., meta-analysis. J. DairySci. 88: 2754-2770.
Gutierrez, C. G. and Sanchez, T.E. M. T. (2004)
Induction of a new follicular wave in Holstein Salverson, R.( 2006) Manipulation of the oestrus
heifers synchronized with norgestomet. Anim. cycle in cow, South Dakota State University-
Reprod. Sci. 80:47-57. Cooperative Extension Service-USDA, USA.

Geary, T. W., Wittier, J. c., Downing, E. R., LeFever, Salverson, R. and Perry, G.(2007) Understanding
D. G., Silcox, R. W., Holland, M. D., Nett, T. M. estrus synchronization of cattle. South Dakota
and Niswender, G. D. (1998) Pregnancy rates State University-Cooperative Extension
of postpartum beef cows that were synchronized Service-USDA, Pp 1-6.
using Synchro-Mate B or the Ovsynch protocol.
J.Anim. Sci. 76: 1523-1527. Taponen,J. (2003) Ovarian function in dairy cattle
after gonadotropin-releasing hormone
Kasimanickam, R., Collins, J. C., Wuenschell, J., treatments during perioestrus. Academic
Currin, J. C., Hall, J. B. and Whittier, D. W. Dissertation, Faculty of Veterinary Medicine,
(2006) Effect of timing of prostaglandin University of Helsinki, Finland.
administration, controlled internal drug release
removal and gonadotropin releasing hormone Williams, S. W., Stanko, R. L., Amstalden, M. and
administration on pregnancy rate in fixed-time Williams, G. L.(2002) Comparison of three
AI protocols in crossbred Angus cows. approaches for synchronization of ovulation for
Theriogenology65: 1-14. timed artificial insemination in Bos indicus-
influenced cattle managed on the Texas gulf
coast. J. Anim. Sci. 80:464 - 470.

137

You might also like