You are on page 1of 28

LAPORAN TUTORIAL BLOK II

“SKENARIO B”

KELOMPOK 3
Dosen Pembimbing: dr. RA. Tanzila, M.kes
Amy Ria Annisa (702018084)
Ayu Karisma (702020010)
Azza Siti Nur Azizah (702020018)
Kemas Muhammad Roihan (702020038)
M. Dzaky Habiburrahman (702020058)
M. Fauzan Alfarezi (702020060)
Berliana Noviandini (702020064)
Nadya Angellica (702020067)
Adelia Permata Agustin (702020083)
Gina Tul Farhah (702020094)
Iktia Ica Rama Fachrani (702020119)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmatnyalah
kami dapat menyelesaikan “Laporan Tutorial skenario B Blok 2”. Shalawat serta
salam tercurahkan kepada nabi junjungan tinggi nabi agung nabi besar Nabi
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. RA. Tanzila, M.kes
karena atas bimbingan beliau akhirnya kami dapat menyelesaikan Laporan
Tutorial skenario B. Kami juga banyak mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan Laporan Tutorial Skenario B
ini,karena tanpa bantuan dan bimbingan semuanya maka Laporan Tutorial
scenario ini tidak akan menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semuanya.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan
Tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga
kita selalu dalam lindunganAllah SWT. Aamiin.

Palembang, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial .................................................................................. 3
2.2 Skenario Kasus .............................................................................. 4
2.3 Klarifikasi Istilah ........................................................................... 4
2.4 Identifikasi Masalah ...................................................................... 6
2.5 Prioritas Masalah ........................................................................... 6
2.6 Analisis Masalah ..............………….............................................. 7
2.7 Learning issue…............................................................................. 22
2.8 Kesimpulan…................................................................................. 22
2.9 Kerangka Konsep……………………………………………….. 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Blok Etika, Hukum dan Komunikasi Medik adalah blok kedua pada semester
1 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL).
Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning
(PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap
kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan
kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan Tutorial Skenario B yang memaparkan
kasus dr. Abidin seorang alumni Fakultas Kedokteran Muhammadiyah, bekerja
sebagai dokter jaga UGD RS. Situasi daerah saat ini adalah zona merah pandemi
Covid 19. Seorang pasien laki-laki umur 55 tahun diantar keluarga ke IGD RS
tersebut dengan keluhan utama sakit perut, batuk, dan sesak napas. Dr. Abidin
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Kesimpulan
sementara dr. Abidin, pasien ini menderita covid-19 gejala sedang dengan comorbid
Diabetes Melitus tipe 2, karena hasil test PCR belum keluar. Sesuai dengan standar
etika pelayanan medis, kondisi penyakit pasien harus dikomunikasikan kepada pasien
dan keluarganya. Tindakan selanjutnya di rawat di ruang isolasi covid 19. Namun
karena mendengar penyakit covid 19 sebagian dari keluarga tidak menerima.
Keluarga menganggap pasien hanya sakit perut dan batuk biasa dan tentu kalau batuk
ada sesak napasnya.Pasien tetap dirawat isolasi namun setelah dirawat tiga hari
keadaan pasien bertambah berat akhirnya meninggal dunia. Selanjutnya pasien akan
dimakamkan dengan prosedur covid 19 keluarga pasien ribut tidak menerima, mereka
marah dan mencari dr. Abidin. Mereka menanyakan mengapa hasil test PCR belum
ada tetapi didiagnosa covid 19. Sikap dr.Abidin tetap tenang menghadapi keluarga
pasien karena dr.Abidin yakin dengan Karakter dan kompetensi dokter
Muhammadiyah sehingga dia akan dapat mengatasi hal tersebut.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. RA. Tanzila, M.kes


Moderator : M. Fauzan Alfarezi
Sekretaris Papan : Azza Siti Nur Azizah
Sekretaris Meja : Berliana Noviandini
Anggota : Amy Ria Annisa
Ayu Karisma
Kemas Muhammad Roihan
M. Dzaky Habiburrahman
Nadya Angellica
Adelia Permata Agustin
Gina Tul Farhah
Iktia Ica Rama Fachrani
Waktu : Senin, 9 November 2020
Rabu, 11 November 2020

Peraturan tutorial :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen dan pertanyaan.
3. Izin saat akan keluar ruangan.
4. Dilarang membawa makanan dan minuman saat proses tutorial
berlangsung.

3
2.2. Skenario Kasus

”Kabar Tak Sedap”


dr. Abidin seorang alumni Fakultas Kedokteran Muhammadiyah, bekerja
sebagai dokter jaga UGD RS. Situasi daerah saat ini adalah zona merah pandemi
Covid 19. Seorang pasien laki-laki umur 55 tahun diantar keluarga ke IGD RS
tersebut dengan keluhan utama sakit perut, batuk, dan sesak napas. Dr. Abidin
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Kesimpulan sementara dr. Abidin, pasien ini menderita covid-19 gejala sedang
dengan comorbid Diabetes Melitus tipe 2, karena hasil test PCR belum keluar. Sesuai
dengan standar etika pelayanan medis, kondisi penyakit pasien harus
dikomunikasikan kepada pasien dan keluarganya. Tindakan selanjutnya di rawat di
ruang isolasi covid 19. Namun karena mendengar penyakit covid 19 sebagian dari
keluarga tidak menerima. Keluarga menganggap pasien hanya sakit perut dan batuk
biasa dan tentu kalau batuk ada sesak napasnya.
Pasien tetap dirawat isolasi namun setelah dirawat tiga hari keadaan pasien
bertambah berat akhirnya meninggal dunia. Selanjutnya pasien akan dimakamkan
dengan prosedur covid 19 keluarga pasien ribut tidak menerima, mereka marah dan
mencari dr. Abidin. Mereka menanyakan mengapa hasil test PCR belum ada tetapi
didiagnosa covid 19. Sikap dr.Abidin tetap tenang menghadapi keluarga pasien
karena dr.Abidin yakin dengan Karakter dan kompetensi dokter Muhammadiyah
sehingga dia akan dapat mengatasi hal tersebut.

2.3 Klarifikasi istilah:


1. Anamnesis: riwayat orang sakit dan sakitnya pada masa lampau (KBBI 2018)
2. Covid- 19: virus RNA dengan ukuran partikel 120-160 nm. Virus ini utamanya
menginfeksi hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta.(Riedel
S,dkk, 2019)
3. Tes PCR: Polymerase Chain Reaction merupakan metode untuk mengalifikasi
asam nukleat dengan menggunakan perbedaan suhu untuk menggandakan DNA
yang menjadi target (Kurniati et all, 2019)
4. Pemeriksaan laboratorium: suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus
dengan mengambil bahan atau sempel dari basien dalam bentuk darah, seputu,
urin, kerokan kulit, dan cairan tubuh lainnya dengan tujuan untuk menentukan
diagnosis atau membantu menegakkan diagnosis penyakit

4
5. Batuk: penyakit pada jalan pernapasan atau paru-paru yang kerap kali
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan sehingga merangsang penderita
mengeluarkan bunyi seperti menyalak (KBBI 2018)
6. Comorbid: menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain
dari penyakit utamanya (KBBI 2014)
7. Ruang isolasi: ruang pemisahan suatu hal dari hal lain atau usah untuk
memencilkan manusia dari manusia lain: pengasingan: pemencilan: pengucilan
(KBBI 2019)
8. Diabetes melitus tipe 2: salah satu dari dua jenis utama diabetes melitus dengan
onset usia 50-60 tahun ditandai dengan onset yang bertahap dan beberapa gejala
gangguan metabolik (Dorland 2020)
9. Kompetensi dokter: kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan
sesuatu oleh dokter) (KBBI 2018)
10. Di diagnosa: dianalisis, diperiksa dan diteliti (KBBI 2018) ; penentuan jenis
penyakit dengan cara meneliti atau memeriksa gejala-gejala penyakit (KBBI
2015)
11. Zona merah: masih ada kasus pada satu atau lebih klaster dengan peningkatan
kasus yang tinggi (KBBI 2014)
12. UGD: bagian dari rumah sakit yang menampung dan melayani pasien yang
sangat gawat (KBBI 2017)
13. Sesak napas: sendat atau senak; sukar bernapas; berasa sesak dalam dada
sehingga tidak dapat bernapas dengan lega (KBBI 2018)
14. Sakit perut: berasa sakit dalam perut (KBBI 2014)

5
2.4 Identifikasi permasalahan
1. dr. Abidin seorang alumni Fakultas Kedokteran Muhammadiyah, bekerja
sebagai dokter jaga UGD RS. Situasi daerah saat ini adalah zona merah
pandemi Covid 19. Seorang pasien laki-laki umur 55 tahun diantar keluarga
ke IGD RS tersebut dengan keluhan utama sakit perut, batuk, dan sesak napas.
Dr. Abidin melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
2. Kesimpulan sementara dr. Abidin, pasien ini menderita covid-19 gejala
sedang dengan comorbid Diabetes Melitus tipe 2, karena hasil test PCR belum
keluar. Sesuai dengan standar etika pelayanan medis, kondisi penyakit pasien
harus dikomunikasikan kepada pasien dan keluarganya. Tindakan selanjutnya
di rawat di ruang isolasi covid 19. Namun karena mendengar penyakit covid
19 sebagian dari keluarga tidak menerima. Keluarga menganggap pasien
hanya sakit perut dan batuk biasa dan tentu kalau batuk ada sesak napasnya.
3. Pasien tetap dirawat isolasi namun setelah dirawat tiga hari keadaan pasien
bertambah berat akhirnya meninggal dunia. Selanjutnya pasien akan
dimakamkan dengan prosedur covid 19 keluarga pasien ribut tidak menerima,
mereka marah dan mencari dr. Abidin. Mereka menanyakan mengapa hasil
test PCR belum ada tetapi didiagnosa covid 19. Sikap dr.Abidin tetap tenang
menghadapi keluarga pasien karena dr.Abidin yakin dengan Karakter dan
kompetensi dokter Muhammadiyah sehingga dia akan dapat mengatasi hal
tersebut.

2.5 Prioritas masalah


2.Kesimpulan sementara dr. Abidin, pasien ini menderita covid-19 gejala
sedang dengan comorbid Diabetes Melitus tipe 2, karena hasil test PCR belum
keluar. Sesuai dengan standar etika pelayanan medis, kondisi penyakit pasien
harus dikomunikasikan kepada pasien dan keluarganya. Tindakan selanjutnya
di rawat di ruang isolasi covid 19. Namun karena mendengar penyakit covid
19 sebagian dari keluarga tidak menerima. Keluarga menganggap pasien
hanya sakit perut dan batuk biasa dan tentu kalau batuk ada sesak napasnya.
Karena dr. Abidin sudah sesuai dengan standar etika pelayanan medis yang ada
hanya saja keluarga pasien tidak menerima dengan diagnosa sementara yang ada.

6
2.6 Analisis permasalahan
1. dr. Abidin seorang alumni Fakultas Kedokteran Muhammadiyah, bekerja
sebagai dokter jaga UGD RS. Situasi daerah saat ini adalah zona merah
pandemi Covid 19. Seorang pasien laki-laki umur 55 tahun diantar keluarga
ke IGD RS tersebut dengan keluhan utama sakit perut, batuk, dan sesak napas.
Dr. Abidin melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
A. Apa makna dr. Abidin seorang alumni Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah, bekerja sebagai dokter jaga UGD RS. Situasi daerah saat
ini adalah zona merah pandemi Covid 19. Seorang pasien laki-laki umur
55 tahun diantar keluarga ke IGD RS tersebut dengan keluhan utama sakit
perut, batuk, dan sesak napas Dr. Abidin melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Maknanya, dr. Abidin bekerja sebagai dokter jaga di UGD RS yang mana saat ini
situasi daerahnya bekerja sedang tidak baik-baiknya saja, yaitu zona merah yang kini
sedang bahaya karena terkenanya pandemi covid-19. Di saat, dr. Abidin bekerja ada
seorang pasien yang diantar keluarga ke IGD RS tersebut dengan keluhan utama sakit
perut, batuk, dan sesak napas. Dalam KODEKI telah dijelaskan bahwa kewajiban
dokter terhadap pasien, yaitu pada :
✓ Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala
ilmu dan keterampilannya untu kepentingan pasien. dalam hal ini ia
tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas
persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
✓ Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali jika ia yakin ada orang lain bersedia mampu
memberikannya.
Maka dari itu, itulah mengapa dr. Abidin melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui diagnosa penyakit yang
dialami oleh pasien agar mendapat tindakan medis lebih lanjut. (Hanafiah dan Amrih,
2018)
B. Apa saja tujuan dan manfaat dari anamnesis?
Jawab:
Anamnesis atau anamesa adalah suatu kegiatan wawancara antara
pasien/keluarga pasien dan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang
untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan dan riwayat penyakit yang

7
diderita pasien.(Redhono,dkk, 2012)
manfaat dari melakukan anamnesis adalah untuk mendapatkan informasi
tentang penyakit yang diderita dan informasi lainnya yang berkaitan sehingga dapat
mengarahkan diagnosis penyakit pasien. Keluhan yang diajukan seorang pasien yang
diambil dengan teliti akan banyak membantu menentukan diagnosis dari suatu
penyakit.(FK UNHAS, 2017)

C. Apa prosedur melakukan anamnesis?


Jawab:
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu
dengan berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh
butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven). Adapun wawancara perlu diarahkan
untuk mendapatkan informasi berdasarkan empat pokok pikiran (basic fundamental
four), yaitu:
1. Present illness (riwayat penyakit sekarang) yang sering dipisahakan dalam
keluhan utama dan analisis keluhan utama dalam tujuh dimensi (the sacred
seven).
2. Past health history, yaitu riwayat kesehatan yang lalu atau sebelumnya.
3. Family health history, yaitu riwayat kesehatan keluarga.
4. Personal and social history, yaitu riwayat pribadi dan sosial pasien.
Sedangkan tujuh butir mutiara anamnesis (the sacred seven) adalah untuk
mendapatkan deskripsi yang jelas tentang penyakit pasien, kita harus melakukan
analisis keluhan utama dari penyakit yang sekarang dalam bentuk tujuh dimensi
sebagai berikut:
1. Location (Lokasi). Tanyakan lokasi keluhannya dan tanyakan pula
penyebaran keluhan tersebut ke tempat lain.
2. Quality (Kualitas). Tanyakan bagaimana bentuk keluhannya dan sifat
khasnya.
3. Chronology / timing (Kronologi). Tanyakan perjalanan penyakit sejak timbul
keluhan pertama kali sampai saat wawancara dilakukan.
4. Severity (Kuantitas). Tanyakan beratnya keluhan.
5. Setting/onset. Tanyakan kapan mulai timbul keluhan tersebut untuk pertama
kali.
6. Modifyng factors. Tanyakan faktor-faktor yang memperberat atau
memperingan keluhan tersebut.
7. Assosiated symptoms. Tanyakan keluhan yang berkaitan atau menyertai.
(Novitasari dkk, 2017).

8
D. Bagaimana etika seorang dokter dalam melakukan anamnesis?
Jawab:
1. Melihat
Awal dari wawancara terjadi bersamaan dengan pemeriksaan fisik yaitu pada saat
pasien masuk kamar periksa (cara berjalannya, sikap tubuhnya dan ekspresi wajah),
saat bersalaman (temperatur tubuh, kekuatan, nyeri), mengenalkan diri (suara, nada
bicara dan kejernihan suara) dan cara mengambil tempat duduk.
2. Mendengar
Dokter harus menjadi pendengar yang baik.
3. Mencatat reaksi emosional pasien
Dokter dapat memberikan reaksi yang sesuai dengan ungkapan emosi tersebut.
4. Mencatat reaksi emosional dokter sendiri
Waktu wawancara akan timbul perasaan dari diri dokter seperti kasihan, suka atau
tidak suka atau sebal.
5. Memacu untuk bercerita
Dengan sikap tubuh, mengulang kata-kata terakhir dengan nada tanya, menaggapi
secara positif semua yangdikatakan pasien atau mengajukan pertanyaan terbuka.
6. Menghambat atau mengarahkan cerita
Cara bercerita pasien berbeda-beda, ada pasien yang bercerita panjang lebar tanpa
arah. Tugas dokter untuk mengarahkannya.
7. Memformulasikan pertanyaan
Cara merumuskan suatu pertanyaan dan cara mengungkapkan diperlukan untuk
memperoleh respon yang kita inginkan dari pasien.
8. Memperjelas jawaban
Ungkapan pasien tidak selalu mudah untuk dimengerti oleh dokter.
9. Membuat rangkuman
Rangkuman berfungsi untuk merangkai keterangan-keterangan, memperlihatkan
bahwa dokter telah mendengarkan, menguji gambaran dari cerita pasien,
memberi(Setyawan,2017)

9
E. Apa saja landasan hukum yang mengatur anamnesis?
Jawab:
landasan hukum mengenai anamnesis diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran yaitu:
Kewajiban Dokter

1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar


prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien

Hak Dokter

1. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarga

Kewajiban pasien
1. Memberikan Informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
(DEPKES RI, 2004).

2. Kesimpulan sementara dr. Abidin, pasien ini menderita covid-19 gejala


sedang dengan comorbid Diabetes Melitus tipe 2, karena hasil test PCR
belum keluar. Sesuai dengan standar etika pelayanan medis, kondisi
penyakit pasien harus dikomunikasikan kepada pasien dan keluarganya.
Tindakan selanjutnya di rawat di ruang isolasi covid 19. Namun karena
mendengar penyakit covid 19 sebagian dari keluarga tidak menerima.
Keluarga menganggap pasien hanya sakit perut dan batuk biasa dan tentu
kalau batuk ada sesak napasnya.
A. Apa makna kesimpulan sementara dr. Abidin, pasien ini menderita
covid-19 gejala sedang dengan comorbid Diabetes Melitus tipe 2,
karena hasil test PCR belum keluar?
Jawab:
Maknanya pasien ini menderita covid-19 disertai penyakit kronik.
Penyakit kronis juga termasuk kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi Virus
Corona. Hal ini diungkap oleh Jeanne Marrazzo, peneliti USA yang menyatakan

10
penderita penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, paru-paru rentan
mengalami komplikasi dan kematian akibat infeksi COVID-19 ( Siagian, 2020).

B. Apa standar etika pelayanan medis?


Jawab:
standar pelayanan medis menjadi acuan dalam memberikan layanan medis
kepada pasien. Sehingga, kebutuhan dasar masyarakat akan pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan patient safety dapat terpenuhi. Selain itu, standar pelayanan
medis akan menjadi tolak ukur mutu pelayanan medis suatu rumah sakit dan
menghindarkan rumah sakit dari kemungkinan tuntutan hukum jika terjadi
medical error.(Astutik,2017)

C. Bagaimana etika dokter dalam menghadapi berbagai masalah


kesehatan?
Jawab:
Dalam dunia kedokteran ada 4 etika kedokteran, yaitu :
1. Menghormati otonomi (respect for autonomy), berarti seorang pasien dapat
mengambil keputusannya sendiri (selfdetermination) dan diperlakukan secara
terhormat.
2. Berbuat baik (beneficence), berarti dapat membantu orang lain dengan
mengupayakan manfaat maksimal sambil meminimalkan resiko.
3. Tidak merugikan (nonmaleficence), berarti jika tidak bisa melakukan hal
bermanfaat setidaknya tidak merugikan orang lain.
4. Keadilan (justice), berarti memperlakukan setiap orang sama dalam
memperoleh haknya dalam pelayanan kesehatan, tidak dipengaruhi oleh
pertimbangan keagamaan, kesukuan, perbedaan kelamin, politik atau kedudukan
social.(Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, 2015).

11
D. Apa saja etika komunikasi dokter pasien?
Jawab:
Dalam bukunya Komunikasi Interpersonal, Suranto. Aw (2011 :80-82)
mengatakan bahwa unsur-unsur dalam komunikasi efektif adalah REACH yaitu :

1. Respect (Sikap Menghargai)


Sikap menghargai mengacu pada proses menghargai setiap individu yang menjadi
sasaran pesan yang disampaikan oleh komunikator. Jika individu membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka
kerjasama yang menghasilkan sinergi dapat dibangun, yang akan meningkatkan
efektifitas kinerja, baik sebagai individu maupun secara keseluruhan.
2. Empathy (Menempatkan Diri Pada Situasi Orang Lain)
Empati adalah kemampuan individu untuk menempatkan diri pada situasi atau
kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki
sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati membantu
individu dalam menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan
memudahkan penerima pesan menerimanya. Jadi sebelum membangun
komunikasi atau mengirimkan pesan, individu perlu mengerti dan memahami
dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan dari komunikator
akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari
penerima.
3.Audible (Dapat Dedengarkan dan Dimengerti Dengan Baik)
Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik oleh
penerima pesan.Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita
sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.

12
4.Clarity (Jelas)
Kejelasan, terkait dengan kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak
menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan.
Kejelasan juga berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi,
individu perlu mengembangkan sikap terbuka, sehingga dapat menimbulkan rasa
percaya dari penerima pesan.
5.Humble (Rendah hati)
Sikap rendah hati mengacu pada sikap yang penuh melayani, sikap menghargai,
mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah
orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh
pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar
(D.Liow,dkk.2020).

E. Apa saja macam-macam komunikasi medik?


Jawab:
Ada dua macam komunikasi medik, yaitu :
1. komunikasi antara dokter – pasien, yaitu komunikasi antar dokter dan pasien
dalam memberikan informasi. Ada 4 langkah yang terangkum dalam satu kata
untuk melakukan komunikasi antar dokter – pasien , yaitu :
• S : Salam
• A : Ajak bicara
• J : Jelaskan
• I : Ingatkan
2. Berkomunikasi dengan anggota keluarga pasien, berkomunikasi dengan
keluarga pasien dapat dilakukan dengan cara berikut :
• Memberi penjelasan dan informasi
• Memahami prespektif pasien
• Mengumpulkan informasi
• Bersambung rasa dengan pasien dan keluarga (Devito,2011)

F. Bagaimana cara penyampaian berita buruk kepada pasien?

13
Jawab:
Berikut ini adalah 6 (enam) langkah yang bisa digunakan sebagai pedoman
dalam menyampaikan berita buruk pada pasien:
1 .PERSIAPAN
Pilih ruangan yang menjamin privacy, dan usahakan baik dokter maupun pasien
bisa duduk dalam posisi yang nyaman.
2.MENCARI TAHU SEBANYAK APA INFORMASI YANG SUDAH
DIMILIKI PASIEN
Mulailah mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dari pasien supaya
anda dapat mulai memahami.
3.MENCARI TAHU SEBERAPA BANYAKKAH INFORMASI YANG INGIN
DIKETAHUI PASIEN
Penting untuk menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang ingin
didengarnya.
4.BERBAGI INFORMASI
Penting untuk mempersiapkan segala data sebelum anda bertemu dengan pasien.
Topik pada tahap ini biasanya adalah mengenai diagnosis, terapi / penanganan,
prognosis, serta dukungan/ fasilitas apa saja yang bisa diperoleh oleh pasien dan
keluarganya.
5.MENANGGAPI PERASAAN PASIEN
6.PERENCANAAN DAN TINDAK LANJUT
Buatlah rencana langkah – demi langkah dan Berikan penjelasan yang lengkap
pada pasien tentang apa saja yang harus dilakukannya pada tiap langkah, dan apa
saja yang mungkin terjadi, dan apa saja yang bisa membantu mengatasinya bila
ternyata muncul hal yang tidak diinginkan.(Rohmaningtyas, 2018)

G. Bagaimana etika dalam penyampaian berita buruk?


Jawab:
1. Berbicara langsung ke inti pembicaraan dan sesuai fakta yang ada.
2. Berbicara dengan sopan,santun,dan jujur.

14
3. Berbicara mengunakan bahasa yang mudah dimengerti dan nada yang sesuai
4. Memberikan empati dan menunjukkan keterbukaan . (Falimu,2017)

H. Apa yang dimaksud informed consent pada kasus non bedah?


Jawab:
Informed consent adalah persetujuan tindakan kedokteran, dapat berupa
tertulis atau lisan, harus didasarkan atas informasi dari dokter berkaitan dengan
penyakit. Hal ini diatur dalam Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran, Paragraf 2, Pasal 45.
Persetujuan tindakan kedokteran adalah pernyataan sepihak pasien atau
yang sah mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas rencana tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter atau dokter gigi,
setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau
penolakan.(Hanafiah & Amir, 2016)

I. Apa tujuan dan manfaat komunikasi antara dokter dan pasien?


Jawab:
tujuan komunikasi dokter dan pasien yaitu:
1. menciptakan hubungan interpersonal yang baik (creating a good interpersonal
relationship)
2. melakukan pertukaran informasi (exchange of information)
3. pengambilan keputusan medis (medical decision making)
manfaat komunikasi efektif antara dokter dan pasien adalah
1. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis;
2. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam
menghadapi penyakitnya;
3. Meningkatkan kepuasan pasien;
4. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter

15
J. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan informed consent pada
kasus non bedah ?
Jawab :
Informed Consent, yaitu persetujuan yang diberikan pasien setelah diberikan
penjelasan.
- Mengucapkan Salam
- Memperkenalkan diri
- Menanyakan identitas pasien
- Menjelaskan diagnosis yang diderita pasien
- Menjelaskan tindakan medis yang akan dilakukan
- Menjelaskan prosedur tata laksana tindakan medis
- Mengkonfirmasi tingkat pemahaman dari keluarga pasien
- Memberi kesempatan bagi keluarga pasien untuk mempertimbangkan
keputusan
- Meminta keluarga pasien mengisi dan menandatangani surat pernyataan
persetujuan tindakan medis
- Memenuhi kaidah (Empathy, Humbleness (rendah hati), Truthtelling
(jujur), Social integrity, Virtue ethics/ahklak mulia, Win win solution)
(Setiyawan, 2017)
K. Apa saja kaidah-kaidah dasar moral yang seharusnya dimiliki oleh
dokter?
Jawab:
diawali adanya sumpah Hippokrates yang dijadikan inspirasi komitmen
profesi seorang dokter, yang kemudian terus berkembang hingga melahirkan
kaidah-kaidah dasar bioetika kedokteran. Konsep bioetika yang diterima cukup
luas di kalangan profesi dokter saat ini adalah “Principles of Biomedical Ethics”
oleh Tom L Beauchamps dan James F Childress.
Ada 4 prinsip (kaidah dasar) bioetika yang dikemukakan oleh Beauchamps dan
Childress yakni,
1. Beneficence (Tindakan berbuat baik)

16
prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien
2. Non Malefience ( Tidak merugikan)
prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip
ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “above all do no harm”
3. Justice ( Keadilan)
prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam mendistribusikan
sumberdaya (distributive justice).
4. Otonom ( Autonomy)
prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam mendistribusikan
sumberdaya (distributive justice).(Beauchamp,2009.)
Berdasarkan kaidah-kaidah moral yang ada dr. Abidin harus memiliki
kaidah moral non-malefience dimana pasien dalam keadaan amat berbahaya atau
berisiko hilangnya sesuatu yang penting
⚫ Minimalisasi akibat buruk
⚫ Minimalisasi risiko (Afandi,2017)

3. Pasien tetap dirawat isolasi namun setelah dirawat tiga hari keadaan pasien
bertambah berat akhirnya meninggal dunia. Selanjutnya pasien akan
dimakamkan dengan prosedur covid 19 keluarga pasien ribut tidak
menerima, mereka marah dan mencari dr. Abidin. Mereka menanyakan
mengapa hasil test PCR belum ada tetapi didiagnosa covid 19. Sikap
dr.Abidin tetap tenang menghadapi keluarga pasien karena dr.Abidin
yakin dengan Karakter dan kompetensi dokter Muhammadiyah sehingga
dia akan dapat mengatasi hal tersebut.

A. Apa makna Sikap dr.Abidin tetap tenang menghadapi keluarga pasien


karena dr.Abidin yakin dengan Karakter dan kompetensi dokter
Muhammadiyah sehingga dia akan dapat mengatasi hal tersebut?
Jawab:

17
Menurut (Yamin, 2018) karakter dan kompetensi dokter Muhammadiyah
adalah sebagai berikut.
Karakter :
1. Aqidahnya benar
2. Ikhlas dan tekun dalam kerjanya
3. Maksimal dalam spesialisasi profesinya
4. Jujur dalam perkataan dan perbuatan
5. Punya komitmen untuk selalu bermanfaat bagi manusia
6. Jujur dan menjaga rahasia
7. Peka dan penyayang
Kompetensi :
1. Profesionalitas yg luhur
2. Mawas diri dan pengembangan diri
3. Komunikasi efektif
4. Pengelolaan informasi
5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
6. Keterampilan klinis
7. Pengelolaan masalah Kesehatan.

Hal ini bermakna bahwa dr. Abidin yakin bahwa dia telah menerapkan
karakter dan kompetensi dokter Muhammadiyah dan yakin bahwa dengan
menerapkan karakter dan kompetensi dokter Muhammadiyah dia dapat mengatasi
permasalahan yang di hadapi sehingga dia tetap merasa tenang dalam menghadapi
keluarga pasien.(Yamin,2018)

B. Apakah prosedur yang dilakukan dr. Abidin sudah benar dan sikap dr.
Abidin yang tenang dalam menghadapi keluarga pasien?
Jawab:
Prosedur dan Sikap dr. Abidin sudah benar dalam menangani pasien
suspek covid-19 dan menghadapi keluarga pasien karena telah mengikuti

18
pedoman dari kementerian kesehatan. Dalam Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Covid-19 (KEMENKES, 2020) Apabila menemukan kasus Suspek
maka dilakukan manajemen kesmas meliputi:
a. Dilakukan isolasi sesuai dengan kriteria sebagaimana terlampir. Isolasi
dilakukan sejak seseorang dinyatakan sebagai kasus suspek. Isolasi dapat
dihentikan apabila telah memenuhi kriteria discarded.
b. Pengambilan spesimen untuk penegakan diagnosis Pengambilan spesimen
dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang berkompeten dan
berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan. Jenis spesimen dan
waktu pengambilan dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 di BAB IV.
Pengiriman spesimen disertai formulir penyelidikan epidemiologi sebagaimana
terlampir.
c. Pemantauan sejak mulai munculnya gejala Pemantauan terhadap suspek
dilakukan berkala selama menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Pemantauan
dapat melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian) dan dicatat
pada formulir pemantauan harian sebagaimana terlampir. Pemantauan dilakukan
dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian. Pada suspek
yang melakukan isolasi mandiri di rumah, pemantauan dilakukan oleh petugas
FKTP dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Pemantauan dapat
dihentikan apabila hasil pemeriksaan RT-PCR selama 2 hari berturut-turut dengan
selang waktu >24 jam menunjukkan hasil negatif. Kasus suspek yang sudah
selesai isolasi dan pemantauan, dapat diberikan surat pernyataan selesai masa
pemantauan sebagaimana formulir terlampir.
d. Komunikasi risiko Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada
kasus termasuk kontak eratnya berupa informasi mengenai COVID-19,
pencegahan penularan, tatalaksana lanjut jika terjadi perburukan, dan lain-lain.
Suspek yang melakukan isolasi mandiri harus melakukan kegiatan sesuai dengan
protokol isolasi mandiri.

19
e. Penyelidikan epidemiologi Penyelidikan epidemiologi dilakukan sejak
seseorang dinyatakan sebagai suspek, termasuk dalam mengidentifikasi kontak
erat.(KEMENKES,2020)

C. Bagaimana persetujuan dan penjelasan terkait informed consent kasus non


bedah?
Jawab :
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang
Persetujuan Tindakan Medis Pasal 1 sub (a) menyatakan bahwa Persetujuan
tindakan medis (informed consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien
atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi yang akan dilakukan oleh dokter terhadap pasien harus mendapatkan
persetujuan, hal tersebut diatur dalam Pasal 45 Undang- Undang Nomor 28 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran. Persetujuan tersebut dilakukan setelah pasien
mendapat penjelasan secara lengkap dari dokter mengenai diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan
resikonya, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan.
Informed consent dilakukan sebelum pasien terikat perjanjian terapeutik,
karena selayaknya pasien mendapatkan informasi terlebih dahulu mengenai
perawatan. Informed consent merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian. Keberadaan informed consent pada hakikatnya merupakan penerapan
asas setiap manusia mempunyai hak untuk berperan serta dalam mengambil
keputusan menyangkut dirinya sendiri. Asas ini dapat dijabarkan atas dua bagian
yaitu pasien harus mempunyai informasi yang cukup untuk mengambil keputusan
mengenai perawatan terhadap dirinya dan pasien harus memberikan persetujuan
atas perawatan terhadapnya, baik secara lisan maupun tulisan. persetujuan tertulis
sebagaimana dibuat dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir
khusus yang dibuat untuk itu, persetujuan sebagaimana dimaksud dapat diberikan

20
dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan kepala yang
dapat diartikan sebagai ucapan setuju, dalam hal persetujuan lisan yang diberikan
dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan tertulis (Herwanda, dkk.
2016)

21
D. Apa saja karakter dan kompetensi dokter muhammadiyah?
Jawab:
1.Area Kompetensi
2.Profesionalitas yang Luhur
3.Mawas Diri dan Pengembangan Diri
4.Komunikasi Efektif
5.Pengelolaan Informasi
6.Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
7.Keterampilan Klinis
8.Pengelolaan Masalah Kesehatan
(Buku Standar Karakter dan Kompetensi Dokter Muhammdiyah, 2012)

4. NNI
(Q.S Al.hijr 88).
َ ‫ضَجناحكَ ِلَْل ُمؤْ ِم ِن‬
‫ين‬ ِ ‫َلَت ُمد ََّّنَعيْنيْكَإِل ٰىَماَمت َّ ْعناَبِ ِ ٓۦهَأ ْز ٰو ًج‬
ْ ‫اَم ْن ُه ْمَوَلَتحْ ز ْنَعل ْي ِه ْمَو‬
ْ ‫ٱخ ِف‬
“Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan
hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka
(orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap merekadan
berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.”
(Q.S Ali Imran 159.)
َ‫ْفَ عَْن ُه ْم‬ ِ ‫ظاَ غ ِليظَ ْالق ْل‬
ُ ‫بَ َل ْنفضُّواَ ِم ْنَ ح ْو ِلكََۖ فاع‬ ًّ ‫َّللاَ ِل ْنتَ ل ُه ْمََۖ ول ْوَ ُك ْنتَ ف‬
ِ َّ َ‫فبِماَ رحْ مةٍَ ِمن‬
‫ين‬ ْ ُّ‫ََّللاَي ُِحب‬
َ ‫َال ُمتو ِك ِل‬ َّ ‫ىََّللاََۚإِ َّن‬ َ ْ ِ‫واسْت ْغ ِف ْرَل ُه ْمَوشا ِو ْر ُه ْمَف‬
ِ َّ ‫يَال ْم ِرََۖفإِذاَعز ْمتَفتو َّك ْلَعَل‬
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

22
2.7 Learning Issue
1. Etika kedokteran
2. Anamnesis
3. Informed Consent
4. Penyampaian berita buruk
5. KODEKI
6. Landasan hukum kedokteran
7. Karakter dan kompetensi dokter muhammadiyah
8. Komunikasi efektif dokter-pasien

2.8 Kesimpulan
dr. Abidin telah menerapkan standar etika pelayanan medis dan
kompetensi karakter dokter muhammadiyah sehingga dr. Abidin tetap tenang
dalam menghadapi keluarga pasien yang tidak terima tindakan dr. Abidin.

2.9 Kerangka konsep

Keluarga pasien tidak menerima tindakan dr.


abidin

dr. Abidin telah dr. Abidin menerapkan


menerapkan standar kompetensi karakter dokter
etika pelayanan medis muhammadiyah

dr. Abidin tetap tenang dalam


menghadapi keluarga pasien

23
DAFTAR PUSTAKA

Astutik.2017.Standar Pelayanan Medis Nasional sebagai Bentuk Pembatasan


Otonomi Profesi Medis. Fakultas Hukum Universitas Airlangga:
Surabaya.
Beauchamp, L, T, Childress, F, J.2009. Principles of Biomedical Ethics. Oxford
University Press: Inggris.
Depkes RI. 2004. UUno. 29 tahun 2004 Tentang Praktek kedokteran.
Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Karisma Publishing Group:
Pamulang-Tangerang Selatan.
Falimu.2017. “Etika Komunikasi Pelayanan”.Jurnal Komunikator.vol. 9. no.
1.Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai: Banggai.
Febri Endra Budi Setyawan. 2017. “Komunikasi Medis: Hubungan Dokter-
Pasien”. Jurnal Kedokteran. Universitas Muhammadiyah: Malang.
vol. 1no.4. hal : 53.
FK UNHAS. 2017. Anamnesis sistem Urogenital.
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wpcontent/uploads/2017/01/MANUAL
-ANAMNESIS-URO GENITALI-1.pdf.
FK UNILA. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. Universitas Lampung:
Lampung.
Hanafiah& Amrih,A. 2018. Buku Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Herwanda,dkk. 2016. “Gambaran Penggunaan Persetujuan Tindakan Medis
(Informed Consent) Oleh Dokter Gigi Muda Di RSGM Unsyiah”. Jurnal
FKG Unsyiah . vol. 8. no. 2; hal. 123-131.
Kawi, dkk. 2015. “Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Informed Consent Bagi
Tenaga Perawat Yang Melaksanakan Asuhan Keperawatan Untuk Pasien
Yang Dirawat Di RSUD Dr H Soewondo Kendal”.Jurnal Hukum
Kesehatan. vol.1. no.2. hal. 216.

24
Kurniati, A.dkk. 2019. Deteksi Cepat dan Spesifik Mycobacterium Tuberculosis
Menggunakan Polymerasi Chain
Reaction..https://ejournal.unair.ac.id/JVHS/article/download/16847/900.
Novitasari, dkk. 2017. “Instrumen Penilaian Diri Kompetensi Klinis Mahasiswa
Kedokteran”. Journal of Educational Research and Evaluation.
Universitas Negeri Semarang: Jawa Tengah.
Patriana Eva. 2014. “Komunikasi Interpersonal yang berlangsung antara
pembimbing kemasyarakatan dan keluarga anak pelaku pidana di
BAPAS Surakarta”. Journal of Rural and Development Universitas
Sebelas Maret Surakarta. vol. 5. no. 2. hal : 206
Redhono,dkk. 2012. History Taking -Anamnesis.Universitas Sebelas Maret
Surakarta: Surakarta
Riedel,dkk. 2019.Medical Microbiology. 28th ed. New York: McGraw-Hill
Education/Medical; p.617-22.
Rohmaningtyas.2018.Buku Pedoman Keterampilan Klinis Semester 7.
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Setiyawan. 2017. “Medical Communications:Doctor-Patient Relations”. Jurnal
Unimus. Vol. 1 No.4.
Siagian. 2020. “Mencari Kelompok Berisiko Tinggi Terinfeksi Virus Corona
Dengan Discourse Network Analysis”. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia. Vol.09 hal 98-106.
Yamin,M. 2018. “Standar Kompetensi dan Karakter yang harus dimiliki Setiap
Dokter Muhammadiyah”. Jurnal Universitas Muhammadiyah Malang.
Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.

25

You might also like