Professional Documents
Culture Documents
Inkomplit
DISUSUN OLEH:
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
LEMBAR PENGESAHAN
3
ABSTRAK
Untuk mengukur seberapa besar pengaruh Blok Paraservikal
sebagai anestesi lokal dibandingkan dengan blok intraservikal dalam
pengelolaan nyeri, dilatasi dan kuretase pada pasien dengan abortus
inkomplit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan
rancangan uji klinis acak yang membandingkan efektivitas blok
paraservikal dan blok intraservikal sebagai anestesi lokal dalam
pengelolaan nyeri dilatasi dan kuretase pada pasien dengan abortus
inkomplit. Tidak ada perbedaan dalam distribusi usia, pendidikan, paritas
dan riwayat aborsi antara kedua kelompok. Tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum kuretase,
setelah kuretase dan 30 menit setelah kuretase pada kedua kelompok.
Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam frekuensi nadi rata-rata
sebelum kuretase, setelah kuretase dan 30 menit setelah kuretase pada
kelompok Blok Paraservikal (p = 0,830), namun terdapat perbedaan yang
signifikan pada kelompok blok intraservikal (p = 0,032). Tidak ada efek
samping antara kedua kelompok. Terdapat perbedaan derajat nyeri antara
Paracervical Block dan Intracervical Block sebagai anestesi lokal dalam
pengelolaan nyeri saat prosedur dilatasi dan kuretase pada pasien
abortus inkomplit (p = 0,000). Blok paraservikal telah menunjukkan
efektivitas yang lebih besar dalam manajemen nyeri selama prosedur
dilatasi dan kuretase pada aborsi tidak lengkap daripada blok intraservikal.
Kedua teknik ini aman dilakukan sebagai anestesi lokal pada dilatasi dan
kuretase pada abortus inkomplit. namun terdapat perbedaan bermakna
pada kelompok blok intraservikal (p=0,032). Tidak ada efek samping
antara kedua kelompok. Terdapat perbedaan derajat nyeri antara
Paracervical Block dan Intracervical Block sebagai anestesi lokal dalam
pengelolaan nyeri saat prosedur dilatasi dan kuretase pada pasien
abortus inkomplit (p = 0,000). Blok paraservikal telah menunjukkan
efektivitas yang lebih besar dalam manajemen nyeri selama prosedur
dilatasi dan kuretase pada aborsi tidak lengkap daripada blok intraservikal.
Kedua teknik ini aman dilakukan sebagai anestesi lokal pada dilatasi dan
kuretase pada abortus inkomplit. namun terdapat perbedaan bermakna
pada kelompok blok intraservikal (p=0,032). Tidak ada efek samping
antara kedua kelompok. Terdapat perbedaan derajat nyeri antara
Paracervical Block dan Intracervical Block sebagai anestesi lokal dalam
pengelolaan nyeri saat prosedur dilatasi dan kuretase pada pasien
abortus inkomplit (p = 0,000). Blok paraservikal telah menunjukkan
efektivitas yang lebih besar dalam manajemen nyeri selama prosedur
dilatasi dan kuretase pada aborsi tidak lengkap daripada blok intraservikal.
Kedua teknik ini aman dilakukan sebagai anestesi lokal pada dilatasi dan
kuretase pada abortus inkomplit. Terdapat perbedaan derajat nyeri antara
Paracervical Block dan Intracervical Block sebagai anestesi lokal dalam
pengelolaan nyeri saat prosedur dilatasi dan kuretase pada pasien
abortus inkomplit (p = 0,000). Blok paraservikal telah menunjukkan
efektivitas yang lebih besar dalam manajemen nyeri selama prosedur
4
dilatasi dan kuretase pada aborsi tidak lengkap daripada blok intraservikal.
Kedua teknik ini aman dilakukan sebagai anestesi lokal pada dilatasi dan
kuretase pada abortus inkomplit.
5
PENDAHULUAN
(dihitung dari hari pertama haid terakhir), atau berat janin kurang dari 500
gram.
aborsi adalah pengosongan sisa konsepsi dari kavum uteri, salah satunya
dengan dilatasi dan kuretase. Nyeri pada abortus terjadi karena kerusakan
jaringan pada rongga rahim dan kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil
dikosongkan.
6
Oleh karena itu efeknya pada rahim, yaitu saraf simpatik mempertahankan
sehingga menghambat tonus uterus. Efek dari kedua jenis persarafan ini
daerah panggul terdiri dari tiga urutan, yaitu rantai sakral, pleksus
Gambar 1 Persarafan Rahim dan Vagina (Sistem Saraf Simpatik Hijau, Sistem
7
Sistem saraf parasimpatis terletak di panggul di kiri dan kanan os
sakral, yang berasal dari rantai saraf sakral 2, 3 dan 4, yang kemudian
obat anestesi ke dalam forniks vagina lateral kanan dan kiri ke dalam
dapat dipilih, seperti blok paraservikal, blok caudal, blok simpatis lumbal,
blok tulang belakang, blok epidural segmen T10 hingga L1, blok
sambungan ramus. Saraf T10, T11, T12 dan L1, di mana mereka
8
Frankenhauser (pleksus uterovaginal) yang terletak tepat di lateral
intensitas ringan hingga berat selama dan setelah aborsi. Tindakan untuk
mencegah atau menghilangkan rasa sakit yang terkait dengan aborsi ini
secara luas digunakan secara rutin dalam kuretase aborsi, tetapi anestesi
9
menyuntikkan anestesi langsung ke serviks. Berbeda dengan Blok
10
METODE
uji klinis acak yang dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengaruh
dilatasi dan kuretase pada pasien dengan abortus inkomplit. Penelitian ini
Adam Malik, RS. Haji Medan , RS. PTPN II Tembakau Deli Medan , RS.
RSUP H. Adam Malik, RS. Haji Medan, RS. PTPN II Tembakau Deli
signifikansi p<0,05. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji Chi-Square, uji One Way Anova, dan uji independent T-test. Uji Chi-
paritas, riwayat aborsi, dan untuk menilai distribusi derajat nyeri selama
11
prosedur dilatasi dan kuretase. Tes One Way Anova digunakan untuk
dilatasi dan kuretase antara anestesi lokal Blok Paraservikal dan Blok
statistik SPSS ver. 15. Penelitian ini dilakukan pada subjek penelitian yang
berikut:
12
Tabel 1 Distribusi Usia, Tingkat Pendidikan, Paritas dan Riwayat Abortus
Pasien Abortus Inkomplit yang Diterapi Dilatasi dan Kuretase dengan Blok
Paraservikal dan Anestesi Blok Intraservikal
13
0 sebanyak 36 orang (60,0%). Dengan menggunakan uji Chi-Square
One Way ANOVA, tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata
(SB = 6,228). ). Dengan menggunakan uji statistik One Way ANOVA, tidak
14
kuretase antara Paracervical Block dan blok intraservikal menggunakan uji
One Way ANOVA, tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata
adalah 75,83 (SB = 5,305). Dengan menggunakan uji statistik One Way
15
Paracervical Block dimana nilai p = 0,090 (p>0,05). Perbandingan rerata
nadi rata-rata setelah kuretase adalah 88,90 (SB = 11,862), dan rata-rata
denyut nadi 30 menit setelah kuretase adalah 87,13 (SB = 9.449). Dengan
yang bermakna pada rerata frekuensi nadi selama prosedur dilatasi dan
frekuensi nadi rata-rata setelah kuretase adalah 89,70 (SB = 7,207), dan
16
6.318). Dengan menggunakan uji statistik One Way ANOVA, terdapat
episode vasovagal, dan satu orang (0,75%) mengalami mual dan muntah
17
pada kelompok Blok Intraservikal. Tidak ada perdarahan dan kejadian
Tabel 6 Distribusi Derajat Nyeri pada Prosedur Dilatasi dan Kuretase pada
Pasien Aborsi yang Tidak Sesuai dengan Paracervical Bioc dan Intracervical
Block
ada derajat nyeri yang parah pada kedua kelompok anestesi lokal baik di
0,05).
KESIMPULAN
18
Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada rerata tekanan
darah sistolik dan diastolik selama prosedur dilatasi dan kuretase dengan
anestesi lokal dengan blok paraservikal dan blok intraservikal. Tidak ada
dilatasi dan kuretase dengan anestesi lokal blok intraserviks. Tidak ada
lokal. Blok Paraservikal atau Blok Intraservikal. Tidak ada perbedaan yang
sebagai anestesi lokal dalam pengelolaan nyeri saat prosedur dilatasi dan
nyeri selama prosedur dilatasi dan kuretase pada pasien dengan aborsi
19
prosedur standar untuk dilatasi dan kuretase pada pasien abortus
20