Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS Fix
LAPORAN KASUS Fix
Oleh :
Bill Hanny Manuhutu (0120840043)
Lis Amitasari (0120840160)
PEMBIMBING :
dr. Nelly Y. Tan Rumpaisum, Sp.S
SMF SARAF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA-PAPUA
2018
BAB I
LAPORAN KASUS
No. DM : 439208
Umur : 51 tahun
Alamat : Kotaraja
PEMERIKSAAN NEUROLOGIK
Pemeriksaan Tingkat Kesadaran : Composmentis GCS : 14 (E4 M6 V4)
Umum Sikap Tubuh : Piknikus
Tanda Meningen - Kaku Kuduk : (-)
dan Iritasi - Lasegue : tidak terbatas
Radikal Spinal - Kernig : tidak terbatas
- Brudzinsky I : (-)
- Brudzinsky II : (-)
- Brudzinsky III : (-)
Koordinasi Ekuilibrium
- Berdiri (Romberg)
Mata Terbuka : Normal (+)
Mata Tertutup : Normal (+)
- Berjalan
Jalan Lurus : Normal (+)
Jalan Belok : Normal (+)
Jalan Tandem : Normal (+)
Non-Ekuilibrium
- Tes Telunjuk Hidung : dalam batas normal
- Tes Telunjuk-Telunjuk : dalam batas normal
- Tes Tumit-Lutut : dalam batas normal
- Disdiadokokinesis : dalam batas normal
- Rebound : dalam batas normal
Sistem Motorik Inspeksi
- Keadaan Otot (Trofi, Fasikulasi) : dalam batas normal
- Gerakan Involunter (Tipe, Frekuensi) : (-)
Palpasi
- Tonus : dalam batas normal
- Nyeri Tekan : (+)
- Kekuatan Kontraksi (Skala 0-5) :
4 5
4 5
REFLEKS FISIOLOGIS
REFLEKS KANAN KIRI
Biseps + +
Triseps + +
REFLEKS PATOLOGIS
REFLEKS KANAN KIRI
Babinski - -
Chaddock - -
Gordon - -
Radialis + +
Oppenheim - -
Patella + +
Gonda - -
Achilles + +
Schaeffer - -
Hoffman – Tromner - -
SARAF CRANIALIS
NERVUS I - Bahan Pemeriksaan : Kopi, Teh
(Nervus Olfaktorius) - Anosmia : (-)
- Hiposmia : (-)
- Parosmia : (-)
- Lainnya : Normosmia (+), dalam batas normal
NERVUS II - Tajam Penglihatan : OD 6/6 OS 6/6
(Nervus Optikus)
NERVUS III, IV, VI - Ptosis : (-)
(Nervus - Eksoftalmus / Enoftalmus : -/-
Okulomotorius, - Diplopia : (-)
Trokhlearis dan - Horner’s Syndrome : (-)
Abdusen) - Gerak Bola Mata : dalam batas normal
- Pupil
Refleks Cahaya : Direk : +/+
Indirek : +/+
NERVUS V - Motorik : dalam batas normal
(Nervus Trigeminalis) - Sensorik
Cabang Oftalmikus : dalam batas normal
Cabang Maksilaris : dalam batas normal
Cabang Mandibularis : dalam batas normal
- Refleks Kornea : +/+
NERVUS VII - Motorik : parese Nervus VII dextra
(Nervus Fasialis) - Gerakan Involunter : (+)
- Lakrimasi : (+)
NERVUS VIII - Subjektif (Tinitus) : dalam batas normal, tinitus (-)
(Nervus Vestibulo- - Hiperakusi : (-)
Kokhlearis)
NERVUS IX, X - Gerakan palatum : dalam batas normal
(Nervus - Refleks Muntah : (+)
Glossopharingeus dan - Menelan : dalam batas normal
Nervus Vagus)
NERVUS XI - Parese : (-)
(Nervus Aksesorius) - Tonik – Spasme : (-)
NERVUS XII - Deviasi : (+)
(Nervus Hipoglossus) - Fasikulasi : (-)
- Atrofi : (-)
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala Konjungtiva anemis -/- Sklera ikterik -/-
Leher Tidak ditemukan pembesaran KGB
Tulang Belakang Dalam batas normal, Kifosis (-), Lordosis (-), Skoliosis (-)
Sistem Saraf - Miksi : (+)
Otonom - Defekasi : (+)
- Keringat : (+)
Pembuluh Darah - Kepala : Bruit (-)
- Leher : Bruit (-)
Pemeriksaan Umum
Mental - Isi Kesadaran : dalam batas normal
- Hubungan Psikik : baik
- Emosi : baik
Fungsi Luhur
- Tangan Dominan : kanan
- Orientasi Waktu : (+)
- Orientasi Orang : (-)
- Orientasi Tempat : (+)
Memori
- Jangka Pendek : terganggu
- Jangka Panjang : terganggu
Bahasa Afasia : (+)
Lain-Lain - Apraksia : (+)
- Astereognasia : (-)
- Agrafia : (-)
- Aleksia : (-)
Keterangan :
0–4 : very severe disability
5–9 : severe disability
10 – 14 : moderate disability
15 – 19 : mild disability
20 : independent in AD
SIRIRAJ SCORE
JENIS PEMERIKSAAN POIN NILAI
Kesadaran :
- Composmentis 0 0
x 2,5
- Somnolen dan Stupor 1
- Semikoma dan Koma 2
Muntah dalam waktu 24 jam :
- Tidak ada 0 0 x2
- Ada 1
Nyeri kepala dalam 2 jam :
- Tidak ada 0 1 x2
- Ada 1
Atheroma :
- Tidak ada 0 1 x3
- Ada 1
Tekanan Diastolik 110 x 0,1
Konstanta -12 -12
Jumlah -2
1.5 RESUME
Pasien Nyonya I dibawa oleh keluarganya ke UGD RSUD DOK II Jayapura dengan keluhan
utama lemah anggota gerak kanan secara mendadak. Keluhan ini muncul ± 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Mulut mencong (+), mual (-), muntah (-), sakit kepala (+), kejang (-),
bicara pelo (+), bicara kadang nyambung kadang tidak, sebelumnya jatuh (-). Pasien
mempunyai riwayat hipertensi. Tanda-tanda vital : TD = 220/110 mmHg, N = 86x/menit, RR
= 20x/menit, S = 36,50C.
1.6 ASSESSMENT
STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK SISTEM KAROTIS SINISTRA DENGAN
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI EMERGENCY
Diagnosis Klinis :
- Parese N. VII Dekstra dan N. XII dextra
- Hemiparese Dekstra
Diagnosis Topis :
- Sistem Karotis Sinistra (Arteri Lentikularis Sinistra cabang Arteri Serebri Media
Sinistra yang memperdarahi Ganglia Basalis Sinistra)
Diagnosis Etiologi :
- Stroke Infark Aterotrombotik
Diagnosis Banding :
- Stroke Perdarahan Intra Serebral Sistem Karotis dengan Faktor Risiko Hipertensi
1.7 PLANNING
Medikamentosa
IVFD NaCl 0,9% + Citicholin 500 mg + Ketorolac 1 ampul + Diazepam 1 ampul / 12
jam
Valsartan 2 x 160 mg (pagi, sore)
Diltiazem 1 x 1 tab (siang)
Manitol 200 – 150 – 150 guyur / 8 jam
Non-Medikamentosa
Diet rendah garam 1800 kkal
Posisi Tidur
O2 Nasal 2 Liter per menit
Pasang DC (Dower Cateter)
CT Scan Kepala Non-Kontras
X Foto Thorax PA
EKG
Cek Darah Lengkap (Fungsi Ginjal, Fungsi Hati, Lemak Darah)
1.8 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Fungtionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
4 5
4 5
4 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sampai saat ini stroke masih menjadi salah satu masalah besar sekaligus tantangan di
bidang kesehatan. Stroke menduduki peringkat kedua setelah penyakit jantung atau ketiga
setelah peenyakit jantung dan kanker dalam urutan penyebab kematian. Berdasarkan laporan
WHO (World Health Organization) pada tahun 1999 diperkirakan 5,54 juta orang meninggal
akibat stroke. Selain itu stroke juga mengakibatkan kecacatan. Pada tahun 1999, 50 juta orang
telah mengalami kecacatan akibat stroke. Dinyatakan pula bahwa sebagian besar (lebih dari
80%) pasien yang mengalami kematian dan kecacatan akibat stroke tersebut berdomisili di
negara-negara yang sedang berkembang. Jika ditinjau dari sisi psikologik dan sosio ekonomi,
penyakit tersebut merupakan masalah besar.
Data stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan baik dalam hal
kejadian, kecacatan, maupun kematian. Angka kematian berdasarkan usia adalah sebesar
15,9% (umur 45-55 tahun), 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur >65 tahun).
Kejadian stroke sebesar 51,6/100.000 penduduk dan kecacatan: 1,6% tidak berubah; 4,3%
semakin memberat. Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan profil
berdasarkan usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia 45-64 tahun sebesar 54,2% dan usia
diatas 65 tahun sebesar 33,5%. Stroke menyerang usia produktif dan usia lanjut yang
berpotensi menimbulkan masalah baru dalam pembangunan kesehatan secara nasional di
kemudian hari.
Stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan fungsi otak, fokal atau
global, yang timbul mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian
tanpa penyebab yang jelas selain vaskular. Stroke adalah kelainan jaringan otak yang
disebabkan oleh gangguan aliran darah. Penanganan stroke memerlukan pengorbanan yang
tidak sedikit, baik dari aspek moril, maupun materil dari setiap keluarga yang menghadapi
masalah ini. Resesi ekonomi global mengakibatkan biaya yang harus dikeluarkan dalam
penatalaksanaan kasus stroke menjadi berlipat ganda. Tindakan preventif berupa penanganan
prahospital perlu ditekankan. Hal ini penting untuk menjamin perbaikan kulitas hidup
penderita stroke disamping penatalaksaan yang lebih efektif untuk menekan angka kejadian
stroke.
Dalam laporan kasus ini akan dibahas lebih rinci mengenai cara menegakkan diagnosa
stroke, terapi stroke secara umum dan khusus, serta komplikasi yang akan terjadi pada pasien
dengan stroke.
2.1 DIAGNOSIS STROKE
Tugas seorang dokter yang menangani pasien stroke, yang pertama kali adalah
menentukan apakah yang dihadapi benar-benar pasien stroke. Setelah yakin pasien tersebut
adalah pasien stroke kita harus pastikan apakah stroke iskemik atau perdarahan. Ini
diperlukan karena penanganan pasien stroke perdarahan sangat berbeda dengan stroke
iskemik.
Penegakkan diagnosis stroke iskemik atau perdarahan dalam suatu pusat neurologis
yang besar tidak sulit karena adanya CT-Scan atau MRI, tetapi alat ini tidak seluruhnya ada
pada pelayanan masyarakat dan kalaupun ada kadang tidak bisa dilakukan karena faktor
biaya, maka diagnosa harus dibuat atas dasar pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan Klinis
Langkah pertama adalah kita pastikan apakah pasien yang kita hadapi adalah stroke
atau bukan dengan cara anamnesis yang cermat. Anamnesis yang cermat sangat membantu
untuk menegakkan diagnosis yang tepat. Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada pasien
stroke adalah :
Bagaimana permulaan serangan, apakah sangat akut (mendadak) sehingga dalam
beberapa detik pasien jatuh tidak sadar, subakut dalam beberapa jam, atau kronis?
Apakah tanda defisit neurologi fokal (lumpuh separuh, kesemutan separuh badan,
gangguan penglihatan, tidak bisa bicara, dll).
Berapa kali serangan yang telah dialami pasien. Pada infark kadang-kadang
sebelumnya telah terjadi serangan yang setelah seperempat jam sembuh atau kurang
dari 24 jam sembuh (TIA), kemudian terjadi lagi serangan baru, yang sembuh lagi, dan
tiap serangan yang terjadi akan bertambah berat.
Adakah faktor resiko penyakit vaskular seperti DM, hipertensi, dislipidemia, dll. Dan
dipastikan tidak ada riwayat trauma sebelumnya.
Bila kita dapatkan kejadiannya mendadak atau akut disertai defisit neurologi, kejadiannya
lebih dari 24 jam dan disertai faktor resiko penyakit vaskular maka pasien yang kita hadapi
mengalami stroke. Selanjutnya kita pastikan apakah stroke iskemik atau perdarahan dengan
cara menanyakan :
Apakah pasien mengalami sakit kepala (stroke perdarahan) sebelum ia lumpuh atau
jatuh.
Apakah pada permulaan serangan pasien baru bangun tidur (stroke iskemik), ataukah
serangan pertama terjadi saat melakukan aktivitas (stroke perdarahan).
Bagaimana selanjutnya perjalanan gejala : apakah gejala bertambah buruk ataukah
semakin berkurang.
Apakah pasien mual dan muntah (stroke perdarahan).
Apakah terjadi kejang (stroke perdarahan).
Apakah kesadaran pasien menurun (stroke perdarahan).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa bila didapatkan
kesadaran menurun, muntah, sakit kepala, kejang, maka kemungkinan stroke yang dihadapi
adalah stroke perdarahan.
Tabel Diagnosis Banding Perdarahan dan Infark Otak
Dari kedua tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis perdarahan atau infark
hanya dapat dibuat berdasarkan atas suatu kumpulan gejala dan bukan atas adanya satu
gejala. Pada kasus perdarahan harus dibedakan apakah perdarahan intraserebral (PIS) atau
perdarahan subarakhnoidal (PSA).
Tabel Diagnosis Banding Perdarahan Intraserebral dan Perdarahan Subarakhnoidal
Perdarahan Perdarahan
Gejala
Intraserebral Subarakhnoidal
Nyeri kepala ++ +++
Kaku Kuduk + +++
Kernig / Brudzinski + +++
Gangguan N. III, N. IV + (bila besar) +++
Kelumpuhan Biasanya hemiplegia hemiparesis
Cairan Serebrospinal Eritrosit >1000 Eritrosit >25000
Hipertensi ++ -
Pemeriksaan Obyektif
Setelah pemeriksaan interna yang teliti maka dilakukan pemeriksaan neurologis yang rutin.
Pada pemeriksaan neurologis pada pasien stroke harus diperhatikan pemeriksaan
neurovaskular. Pemeriksaan ini meliputi :
1. Palpasi dan auskultasi dari arteri atau cabang arteri karotis yang terletak dekat
permukaan.
2. Mendengar dan mencari bruit cranial atau servical.
3. Mengukur tekanan darah pada kedua lengan dalam posisi berbaring dan duduk.
4. Mengukur tekanan arteri optalmika, apakah menurun pada sisi infark.
5. Melihat dengan oftalmoskop ke retina terutama ke pembuluh darahnya.
Pemeriksaan Penunjang Lain
Untuk ketepatan dan kecepatan diagnosis perlu tersedia fasilitas standar untuk pemeriksaan
berikut ini :
1. CT (Computed Tomography) Scan
Pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras harus dilakukan sesegera mungkin setelah
pasien tiba di ruang gawat darurat. Dengan pemeriksaan ini, adanya perdarahan otak
dapat segera diketahui.
2. EKG (Elektrokardiografi)
Karena pentingnya iskemia dan aritmia jantung serta penyakit jantung lainnya sebagai
penyebab stroke maka pemeriksaan EKG harus dilakukan pada semua pasien stroke
akut.
3. Kadar Gula Darah
Pemeriksaan kadar gula darah sangat diperlukan karena pentingnya diabetes mellitus
sebagai salah satu faktor risiko utama stroke. Tingginya kadar gula darah pada stroke
akut berkaitan dengan pula dengan tingginya angka kecacatan dan kematian. Selain itu,
dengan pemeriksaan dapat diketahui adanya hipoglikemia yang memberikan gambaran
klinik menyerupai stroke.
4. Elektrolit Serum dan Faal Ginjal
Pemeriksaan ini diperlukan terutama berkaitan dengan kemungkinan pemberian obat
osmoterapi pada pasien stroke yang disertai peningkatan tekanan intrakranial dan
keadaan dehidrasi. Pada keadaan terjadi gangguan fungsi ginjal, pemberian obat
osmoterapi (manitol) tidak boleh diberikan (kontraindikasi).
5. Darah Lengkap (Hitung Sel Darah)
Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk menentukan keadaan hematologik yang
dapat mempengaruhi stroke iskemik, misalnya anemia, polisitemia vera dan keganasan.
6. Faal Hemostasis
Pemeriksaan jumlah trombosit, waktu protrombin (PT) dan tromboplastin (aPTT)
diperlukan terutama berkaitan dengan pemakaian obat antikoagulan dan trombolitik.
7. X-Foto Thorax
Pemeriksaan radiologik thorax berguna untuk menilai besar jantung, adanya kalsifikasi
katup jantung maupun edema paru, adanya infeksi paru TBC (dikaitkan dengan
vaskulitis).
8. Pemeriksaan Lain yang diperlukan pada keadaan tertentu (sesuai indikasi), seperti : tes
faal hati, saturasi oksigen, analisis gas darah, toksikologi, kadar alkohol dalam darah,
pungsi lumbal (bila ada dugaan perdarahan subarakhnoid, tetapi gambaran CT Scan
normal), EEG / Elektro-Ensefalografi (terutama pada paralisis Todd).
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menegakkan
diagnosis stroke diperlukan anamnesis yang tepat dan akurat, pemeriksaan klinis,
pemeriksaan klinis neurologis, pemeriksaan tambahan. Pada pemeriksaan pungsi lumbal
sudah banyak ditinggalkan karena adanya CT Scan Kepala dan MRI yang merupakan Gold
Standard dalam diagnosa stroke.
Pada CT Scan atau MRI dapat memberikan informasi mengenai lokasi, ukuran infark,
perdarahan dan apakah perdarahan menyebar ke ruang intra ventrikuler serta dapat membantu
perencanaan operasi.
Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat menunjukkan infark pada fase
akut dalam beberapa saat setelah serangan yang dengan pemeriksaan CT Scan belum tampak.
Sedangkan pada perdarahan intraserebral, pemeriksaan ini cukup rumit serta memerlukan
waktu yang lama sehingga jarang dilakukan pada stroke perdarahan akut.
Angiografi biasanya dilakukan pada kasus yang selektif terutama pada perdarahan
intraserebral non-hipertensi, perdarahan multipel, perdarahan yang letaknya atipik. Untuk
mencari kemungkinan AVM, aneurisma atau tumor sebagai penyebab perdarahan
intraserebral.
Bila sarana CT Scan / MRI tidak ada maka untuk membedakan stroke iskemik akut dan
stroke perdarahan digunakan cara skoring. Cara ini biasanya sangat praktis dan dapat
dilakukan dengan cepat tetapi akurasinya tidak mencapai 100%. Salah satunya adalah Skor
Stroke Siriraj.
PENUTUP
Telah dibahas kasus seorang wanita, usia 51 tahun dengan diagnosa akhir Stroke Infark
Aterotrombotik Sistem Carotis Sinistra di ruang perawatan SMF Neurologi RSUD DOK II
Jayapura selama 5 hari. Pasien diberikan perawatan dan selalu di follow up untuk
perkembangannya. Pasien sudah dipulangkan pada tanggal 22 Januari 2018 dan mendapatkan
pengobatan untuk rawat jalan.
DAFTAR PUSTAKA
Aninditha, T., Wiratman W. 2017. Buku Ajar Neurologi Jilid 2. Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta