You are on page 1of 17
IMAM ALI BIN AL-HUSAIN Bab ini menjelaskan Imam setelah al-Husain bin Ali, tanggal lahir- nya, bukti Imamahnya, usia yang dicapainya, (ditambah) periode suksesinya, waktu dan sebab meninggalnya, lokasi makamnya, jum- lah anaknya dan seleksi dari riwayat-riwayat tentang dirinya. Imam setelah al-Husain bin Ali adalah putra al-Husain bin Ali yang bernama Abu Muhammad Ali bin al-Husain Zainal al-Abidin. Dia juga dipanggil Abu al-Hasan. = Ibunya bernama Syahzanan putri Yazdigard bin Syahriyar bin Choesroe. Ibunya juga disebut-sebut bernama Syahrbanawaih. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as mengangkat Huraits bin Jabir al-Hanafi untuk menangani urusan bagian provinsi-provinsi timur. Huraits memberikan, kepada Ali dua putri Yazdigard bin Syahriyar bin Choesroe. Salah satu putri Yazdigard ini, yang bemama Syahzanan, diberikan Ali kepada putranya yang bernama al-Husain. Syahzanan kemudian memberikan anak lelaki kepada al-Husain. Anak Jelaki ini bernama Zainal Abidin (Ali bin al-Husain). Ali memberikan putri Yazdigard yang satunya lagi kepada Muhammad bin Abu Bakar. Putri Yazdigard ini melahirkan seorang anak lelaki bernama al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, sehingga dua Imam Ali bin al-Husain — 137 orang ini (Zainal Abidin dan al-Qesit) adalah dua bersaudara sep, dari pihak ibu. «pas lahir di Madinah pada 38 H (658/9 M), Dua Ali bin al-Husain as Jah ‘Amirul Mukminin Ali bin ay; tahun tinggal bersama kakeknya, nya, al-Hag i i belas tahun tinggal bersama pamannya, 2-Hasan as, a in tahun bersama ayahnya, al-Husain as. Dia watat gi mien pada 95 H (713 M) dalam usia lima ee a wi i puluh empat tahun setelah kewafatan ayahnya. Tiga puluh empay tahun dia menjadi Imam. Dia dimakamkan di al-Baqi di sebelah pamannya, al-Hasan bin Ali as. Ada beberapa hal yang mengabsahkan Imamah Ali bin al-Husain as, Di antaranya adalah: dia adalah makhluk Allah Ta‘ala yang pal- ing terpuji (afdhal) setelah ayahnya dalam hal ilmu dan amal. Bukti- bukti rasional menunjukkan bahwa Imamah adalah hak makhluk Allah Ta‘ala yang paling terpuji. Bukti-bukti rasional ini di antaranya adalah fakta bahwa Ali bin al-Husain lebih tepat dan lebih berhak menjadi Imam setelah al-Husain sang ayah karena kualitas dan sil- silah. Orang yang berhak menjadi Imam berdasarkan Imam sebe- lumnya, maka lebih berhak menjadi Imam dibanding siapa pun, bila dilihat bukti ayat tentang dzu al-arham (keluarga terdekat) dan kisah Al-Qur’an tentang Nabi Zakaria as.! Fakta lain yang memperkuat Imamahnya adalah: menurut akal sehat, penting dan perlu adanya Imamah di setiap zaman. Pernyataan dari orang-orang yang mengaku Imam pada zaman Ali bin al-Husain adalah pernyataan yang tidak memiliki kekuatan hukum. Tidak mungkin ada zaman tanpa ada seorang Imam, dan ini ditegaskan dan diperkuat oleh dia (yang menjadi Imam). Fakta selanjutnya yang memperkuat Imamah Ali bin al-Husain as adalah: Imamah terbangun dalam keturunan ( ‘itrah) (Keluarga Ali) saja, berdasarkan kesimpulan a eee merujuk kepada QS ar-Rum: 6, Bagian relevannya berbunyi aarlaih berdasarkn "teb aanae (ulu al-atham) lebih berhak (mewarisi) dai satu ; ‘itab Allah ketimbang orang, : ah Mengenai kisah Zakaria, ihat QS. Ali Imran: 37-4] tin Of jiakonin dan Maia He menegaskan konsep suksesi melalui keluarga, > Maryam Zot 138 — Sejarah Para Imam Ahlulbait Nabi saw Shean even) ts Muhammad bin al-Hanafivan ig Pane melihat Imamah sebagai hak ‘itrah, ditunjukkan den, ‘in pe naraiead seit Pee aacaned al-Hanafiyah untuk igan tak adanya Penunjukan Muhammad bin a Posisi Imamah. Dengan demikian jelaslah bahwa posisi Imamah adalah hak Ali bin al-Husain as, karena tak ada argu- men atau pernyataan yang menyebutkan atau memperkuat bahwa Amamah adalah hak anggota lain dari keturunan keluarga Ali bin Abi Thalib as. Fakta bahwa Muhammad bin al-Hanafiyah tidak berhak menduduki posisi Imamah terjadi karena apa yang sudah kami jelas- kan. Fakta lain yang juga memperkuat Imamah Ali bin al-Husain as adalah bahwa Rasulullah saw menunjuk dirinya sebagai Imam dalam hadis yang berkenaan dengan awh (lembaran)? yang diriwayatkan Jabir dari Rasulullah saw. Muhammad bin Ali al-Bagir as juga meri- wayatkannya dari ayahnya dari kakeknya dari Fatimah binti Rasulullah saw. Kakeknya, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as, menunjuk dirinya bakal menjadi Imam. Penunjukan ini dilakukan pada saat al-Husain as, ayah Ali bin al-Husain, masih hidup, demikian Menurut riwayat-riwayat yang membahas hadis itu. Ayah Ali bin al-Husain telah berwasiat, dan wasiat ini dititipkan kepada Umm Salamah. Ali bin al-Husain menerima wasiat ini ketika ayahnya wafat.* Bagian ini bisa diketahui dengan jalan mengkaji berbagai riwayat, dan dalam buku ini kami tidak bermaksud membahas arti penting atau maknanya, karena kami akan melakukan pengkajian ‘mendalam tersendiri. es ad bin al-Hanafiah mendapat dukungan dari al-Mukhtar bin Abi pecan Malar meen pemberontakan untuk mendukung atau untuk kepentingan "Muhammad bin al-Hanafiah. : * Bandingkan 391. + Bandingkan al-Kafi, 1, 304, “mengindikasikan bahwa ini semua 363-364. hadis no. 3, tetapi hadis-hadis lain dalam al-Kaft ‘ad di tangan Fatimah, putrinya, bandingkan al-Kafi I, Imam Ali bin al-Husain — 139 i t-riwayat Analisis Singkat tentang Riwaya' i Ali bi in as Mengenai Ali bin al-Husa ; tab Muhammad al-Hasan bin Muhammad bin Yahya meng. uu bin al-Hasan) Mengataka i i daku: Kakekku (Yahya s : anaes bin Muhammad bin Yahya bin Abdullah bin a . . . ‘ Hasen ‘Ahmad bin Abdullah bin Musa, dan Ismail bin Ya‘qup, kepadaku: Abdullah bin Musa mengatakan peer pera bin Abdullah) dari kakeknya (Abdullah bin al-Hasan) yang mengatakan:] Tbuku, Fatimah binti al-Husain as, suka memintaku untuk duduk bersama pamanku dari pihak ibu, Ali bin al-Husain as. Bila duduk bersama paman, aku pasti memperoleh manfaat, entah itu berupa ketakwaan kepada Allah yang terbangun dalam hatiku ketika aku tahu makna ketakwaan kepada Allah, atau berupa ilmu. [Abu Muhammad al-Hasan bin Muhammad al-Alawi mengin- formasikan kepadaku dari kakeknya (Yahya bin al-Hasan) dari Muhammad bin Maimun al-Bazzaz yang mengatakan: Sufyan bin Uyainah menginformasikan kepada kami dari Ibn Syihab az-Zuhri yang mengatakan:) Ali bin al-Husain as, yang adalah sebaik-baik orang Hasyimi yang pernah kami temui, berkata: “Cintailah kami, karena mencintai kami berarti mencintai Islam. Semoga cintamu kepada kami tak permah padam sekalipun cinta kepada kami dianggap publik sebagai aib.” [Abu Muammar meriwayatkan dari Abdul Aziz Abu Hazim yang mengatakan:] Aku mendengar ayahku berkata: “Aku belum pernah tahu ada seorang Hasyimi yang lebih terpuji daripada Ali bin al-Husain.” [Abu Muhammad al-Hasan bin Muhammad bin Yahya memberi- mengatakan kepada kami dari Abu Ali Ziyad bin Rustum dari Sa‘id bin Kultsum yang mengatakan:] 140 — Sejarah Para Imam Aklulbait Nabi saw Aku pernah bersama ash-Shadiq Ja‘far bin Muhammad as. Ash- Shadiq menyebut Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dan memujinya dengan pujian yang layak diterimanya. Kemudian ash- Shadiq berkata: “Ya Allah, Ali bin Abi Thalib tak pernah makan sesuatu yang haram di dunia ini sampai meninggalnya. Bila meng- hadapi dua pilihan, dan dua pilihan tersebut diridhai Allah, maka dia memilih yang lebih religius di antara dua pilihan itu. Kalau terjadi keraguan tentang Rasulullah saw, maka dia dibutuhkan sebagai oto- ritas andal. Di kalangan umat ini tak ada lagi yang mampu melaku- kan pekerjaan Rasulullah saw; karena jika dia meminta orang (seperti Ali) untuk melakukan sesuatu, maka posisinya antara surga dan neraka, dia berharap mendapatkan pahala surga dan takut hukuman neraka. Dia memerdekakan seribu sahaya dengan uang sendiri karena keinginan untuk mendapatkan keridhaan Allah dan untuk terhindar dari api neraka, (uang) hasil keringat sendiri, meskipun itu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya akan minyak, cuka dan kurma. Dia tidak memiliki (banyak) pakaian kecuali kain katun putih, karena jika ada lengan baju yang kepanjangan melebihi panjang lengannya, maka dia potong lengan baju itu. Di antara anak-anak Ali atau di antara keluarganya, yang lebih mirip dan lebih dekat dengan Ali dalam berpakaian, kebaikan hati dan ilmu adalah Ali bin al-Husain as. (Suatu hari) putranya, Abu Ja‘far (Muhammad al-Bagir) as, datang kepadanya. Dia baru menu- naikan ibadah yang belum pernah dilakukan siapa pun. Abu Ja‘far melihat air mukanya berubah menjadi kuning karena menangis semalaman; kedua matanya jadi kering karena tidak tidur semalaman; dahinya biru lebam dan di hidungnya ada tanda bekas banyak tekanan karena sujud; dan kedua kakinya bengkak-bengkak karena banyak berdiri dalam salat. Abu Ja‘far as meriwayatkan: “Aku tak bisa menahan tangis ketiku aku menyaksikan dia dalam kondisi seperti itu. Dia berpaling kepadaku sebentar setelah aku datang, dan berkata: ‘Wahai putraku, berikan kepadaku beberapa kertas kulit yang ada (praktik) ibadahnya Ali bin Abi Thalib.” Imam Ali bin al-Husain — 141 as Kulit itu kepadanya. Sebentar dig mudian dia biarkan kertas-kertay aan jengkel, dan lalu berkata: “Aku serahkan beberapa kert membaca sesuatu di dalamnya. Ke itu lepas dari a cern iain Ali bin Abi Thali?” ered bin al-Husain meriwayatkan: Abdullah bin Muhammad al-Qurasyi menuturkan kepada kami:] Bila Ali bin al-Husain as mengambil air wudhu, kulitnya selaly berubah warna menjadi kuning. “Kenapa bisa sampai begitu?” al-Husain. “Tidakkah kalian tahu kepada Siapa kalian bersiap untuk meng- hadap?” Jawabnya. [Amr bin Syamir meriwayatkan dari Jabir al-Ju‘fi dari Abu Ja‘far Tanya keluarganya kepada Ali bin as:] Ali bin al-Husain as biasa salat seribu rakaat siang dan malam. Angin pun membuat (tubuhnya) menekuk ke depan seperti cuping jagung. [Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari Ubaidillah bin Abdurrahman bin Mauhib:] Kualitas hebat tentang Ali bin al-Husain as disebutkan di hadapan Ali bin al-Husain. Bagaimana tanggapan Ali bin al-Husain? Ali bin al-Husain berkata: “Sudah cukup bagi kami kalau kami dapat men- jadi salah satu anggota keluarga dan komunitas kami yang berakhlak, lurus, tanpa cela, jujur, mulia dan terhormat.” (Abu Muhammad al-Hasan bin Muhammad memberi informasi kepada kami yang bersumber dari kakeknya (Yahya bin al-Hasan) dari Salamah bin Syabib dari Ubaidillah bin Muhammad at-Taimi Yang mengatakan: Aku mendengar seorang syaikth dari (suku) Abdul Qais berkata: Thawus mengatakan:] Aku (Thawus) suatu hari memasuki bilik. Ali bin al-Husain as masuk dan kemudian salat, Dia berdoa seperti diinginkan Allah lalusujud. Aku bertanya kepada seormen con ee Pada seorang salih dari keluarga 142 — Sejarah Para Imam Ahlulbait Nabi saw salih apakah aku bisa mendengar doanya, Aku mendengar bahwa dalam sujudnya dia berkata: “Hamba-Mu yang tak berarti ini ada di halaman rumah-Mu;” “Hamba-Mu yang hina ini ada di halaman rumah-Mu;” “Hamba-Mu yang malang ini ada di halaman rumah-Mu,” “Hamba-Mu yang lemah ini ada di halaman rumah-Mu.” (Thawus menambahkan:) Aku pernah berdoa dengan kata-kata seperti ini ketika aku ditimpa kemalangan, dan aku pun terbebaskan dari kemalangan. [Abu Muhammad al-Hasan bin Muhammad memberi informasi kepadaku yang bersumber dari kakeknya (Yahya bin al-Hasan) dari Ahmad bin Muhammad ar-Rafi‘i dari Ibrahim bin Ali dari ayahnya _ (Ali bin Abi Rafi‘) yang mengatakan:] Aku (Ali bin Abi Rafi‘) melakukan perjalanan haji bersama Ali bin al-Husain as. Unta yang membawa Ali bin al-Husain berjalan Jamban. Dia menunjuk ke arah unta yang membawa dirinya dengan tongkatnya, dan lalu berkata: “Celakalah kalau tak ada pembalasan (di akhirat)!” Kemudian dia menyingkirkan tangannya dari unta itu. [Dengan rangkaian perawi ini:] Ali bin al-Husain as melakukan perjalanan haji dengan berjalan kaki. Dia butuh waktu dua puluh hari untuk melakukan perjalanan dari Madinah ke Mekah. [Abu Muhammad al-Hasan bin Muhammad memberi informasi kepadaku: Kakekku (Yahya bin al-Hasan) berkata kepada kami: Ammar bin Aban mengatakan kepada kami: Abdullah bin Bukair meriwayatkan kepada kami dengan bersumber dari Zurarah bin A‘yan yang mengatakan bahwa‘] Dia (Zurarah bin A‘yan) mendengar sebuah suara di tengah malam: “Di manakah mereka yang berpantang terhadap dunia ini karena menginginkan akhirat?” Lalu datang suara jawaban dari daerah (makam) al-Baqi‘—dia mendengar suara itu tapi tak melihat orangnya—“Orang seperti itu adalah Ali bin al-Husain as.” Imam Ali bin al-Husain — 143 i Ma‘ dari az-Zuhri {Abdurrazzaq meriwayatkan dari Ma‘mar Yang bderkata:] ; ‘ Aku tak pemah tahu di antara Keluarga ae nya Keluarga ae ‘h terpuji selain Ali bin al-Hu: : Nabi s ng lebih terpuji Se ber - tubs i it , [Abu Muhammad al-Hasan bin nner eer ri ata Kakekku (Yahya bin al-Hasan) menuturkan SA ‘a Yes Muhammad bin Ahmad berkata kepada kami: Ayahku dan sahabat kami mengatakan kepadaku:] a Seorang anak muda dari Quraisy berada dalam majelis bersama Sa‘id bin alMusayyib. Dia melihat Ali bin al-Husain as. “Siapa itu, Wahai Abu Muhammad?” Tanya si orang Quraisy itu kepada Sa‘id bin al-Musayyib. “Itulah penghulu abli ibadah (‘abidin). Namanya Ali bin al- Husain bin Ali bin Abi Thalib as,” jawab Sa‘id bin al-Musayyib. [Abu Muhammad al-Hasan bin Muhammad memberitahuku: Kakekku (Yahya bin al-Hasan) menuturkan kepadaku: Muhammad bin Ja‘far dan lainnya mengatakan kepadaku:] Seseorang berdiri di hadapan Ali bin al-Husain as. Dia memaksa Ali bin al-Husain untuk mendengarkan perkataannya, dan kemudian mengutuk Ali bin al-Husain. Namun Ali bin al-Husain tidak mem- berikan tanggapan. Ketika (orang itu) sudah pergi, Ali bin al-Husain berkata kepada orang-orang yang tengah duduk-duduk bersamanya: “Kalian tadi mendengar apa yang diucapkan orang itu? Aku ingin - kalian ikut aku agar kalian bisa mendengar dari mulutku tanggapan- ku kepadanya.” “Baiklah, kami ikut,” sahut mereka, “kami mau Anda menang- gapi ucapannya.” Ali bin al-Husain Jalu mengambil sepatunya dan berangkat, seraya membaca: Orang-orang yang menahan amarah lahan orang, Alef rah dan memaafkan kesa- nyukai So ietgien (8. an iamaey 133) orang-orang yang berbuat 144 — Sejarah Para Imam Ahlulbait Nabi saw Kami yakin Ali bin al-Husain tak akan berkata apaapa Kepe danya. Kemudian ou bin al-Husain sampai di rumah orang, itu, Metibat kedatangan Ali bin al-Husain, orang itu meneriakinya “Ini Ali bin al-Husain,” kata mereka kepada orang itu Orang itu bergegas menghampiri kami dengan menyimnpan Mat buruk. Dia nampaknya merasa yakin bahwa Ali bin al-Husain datang, untuk membalas kejahatan yang pernah dilakukannya teshadap dist Ali bin al-Husain. “Wahai saudaraku,” kata Ali bin al-Husain, “Anda pernah berdii angkuh di hadapanku, dan waktu itu Anda katakan begini dan begitu. Kalau yang Anda katakan itu adalah memang, sifat dan yatake ku, maka aku memohon ampun kepada Allah untuk itu, Narnun jika yang Anda katakan itu adalah bukan sifat dan watakku, maka semoga Allah mengampuni Anda.” Orang itu Jalu mencium di antara kedua mata Ali bin al-Husain, dan mengatakan: “Betul, yang aku katakan jtu bukanlah watak Anda, semoga saja aku layak mendapatkan itu (yaitu ampunan Allah).” [Periwayat menambahkan:] Orang itu adalah al-Hasan bin al- Hasan ra. [Al-Hasan bin Muhammad memberitahuku dengan bersumber dari kakeknya (Yahya bin al-Hasan) yang berkata: Scorang syaikh dari Yaman, yang usianya sekitar sembilan puluh tahun, mengatakan kepadaku: Seseorang bernama Ubaidillah bin Muhammad menutur- kan kepadaku: Aku mendengar Abdurrazzaq berkata:] Seorang pembantu perempuan Ali bin al-Husain tengah me- al-Husain agar Ali bin al-Husain bisa nuangkan air untuk Ali bin berwudhu. Pembantu perempuan itu merasa pusing kepalanya, lalu engenai Ali bin al-Husain, Ali bin al- kendi di tangannya lepas m' : Husain mengangkat kepalanya, dan pembantu perempuan itu berkata kepada Ali bin al-Husain: “Allah Ta‘ala berfirman; Orang-orang yang menahan amarah.” “Aku sudah menahan amarah,” kata Ali bin al-Husain. Imam Ali bin al-Husain — 145 ran kesalahan orang.” Jay; “pan orang-orang yang memaafkan kesal ns” lanjuy yan orang” a yang si pembantu perempuan. , Ani tinal “Semoga Allah mengampunimds ucap sain, “Allah menyukai orang-orang Yans berbuat kebajikan.” kata g pembantu perempuan. | _ “Pergilah, engkau adalah seorang wanita merdeka di hadapan Allah SWT,” kata Ali bin al-Husain. [AI-Wagqidi meriwayatkan: Abdullah kepadaku:] mengganggu warga sekitar kami. Ali bin nas mendapat perlakuan kejam dari Hisyam. Ketika Hisyam dipecat, al-Walid mengeluarkan perintah Hisyam supaya dibawa ke rakat, Ali bin al-Husain as berjalan di depannya dan memberi salam. Ali bin al-Husain as datang dengan maksud khusus, schingga tak akan ada yang mau mengganggu atau menyakitinya, Riwayat menyebutkan bahwa Ali bin al-Husain as memanggil sahayanya dua kali, namun si sahaya tidak menyahut. Pada panggilan ketiga, si sahaya menyahut. “Apakah engkau tak mendengar suaraku?” Tanya Ali bin al- bin Muhammad bin Umar bin Ali as mengal: am bin Ismail suka n hadapan mas Husain. “Aku mendengar,” sahut si sahaya. “Kenapa sampai engkau tidak menyahut panggilanku?” Tanya Ali bin al-Husain. “Aku tak pernah dan tak akan pernah Anda aniaya,” jawab si sahaya, “Segala puji bagi Allah,” ucap Ali bin al-Husain, “yang telah menyelamatkan sahayaku (dari segala bentuk penganiayaan) dariku.” {Abu Muhammad al-Hasan bin Muhammad bin Yahya memberi- do Kakekku (Yahya bin al-Hasan) menuturkan kepadaku: Ya‘qub bin Yazid berkata kepada kami: Ibn Abi Umair meriwa- yatkan kepada kami dari Abdullah bin al-Mughirah dari Abu Ja‘far 146 — Sejarah Para Imam Ahlulbait Nabi saw : ae “a Hamzah ats-Tsumali dari Ali bin al- a a a oeauat sampal ey Ada scorang pria berpakaian putt wa tububku ke dinding itu. oa Kemudian dia pu : Putih. Dia memandang langsung ay a bin al-Husain, kenapa Anda berduka? Apakah karena dunia ini, karena Allah memberikan perhatian kepada baik si salih maupun si pendosa?” “Aku berduka bukan karena itu, meskipun memang benar apa yang Anda ucapkan,” kataku. “Apakah karena akhirat, sebab sudah dijanjikan bahwa di sana para malaikat penakluk akan memberikan putusan?” Tanyanya. “Sedihku bukan lantaran itu, meskipun memang begitulah, seperti yang Anda katakan,” jawabku. “Lantas karena apa?” Tanyanya. “Aku mencemaskan terjadinya perselisihan (yang ditimbulkan) oleh Ibn az-Zubair,” jawabku. Dia pun tertawa, lalu mengatakan: “Wahai Ali bin al-Husain, pemahkah Anda melihat orang yang percaya dan bersandar kepada Allah namun Allah tidak cukup baginya?” “Belum pemah,” jawabku. Kemudian aku terkejut karena di sana temyata tak ada siapa-siapa. [Abu Muhammad al-Hasan bin Muhammad memberitahuku: Kakekku (Yahya bin al-Hasan) berkata kepada kami: Abu Nashr menuturkan kepadaku: Abdurrahman bin Saleh mengatakan kepada kami: Yunus bin Bukair meriwayatkan kepada kami dari Ibn Ishaq Husain as yang mengatakan:] Di Madinah ada sebuah keluarga anu. Rezeki mereka datang tanpa diminta. Mereka tidak tahu dari mana datangnya rezeki itu. Namun, ketika Ali bin al-Husain as wafat, rezeki itu tak pernah lagi datang kepada mereka. Imam Ali bin al-Husain — 147 i ammad memberitahuky: aan ak Abu Nashr meny. turkan kepada kami: Muhammad bin Ali bin ee as ae ‘Ayahku menyebutkan OO A a an Se run berkata kepada kami: Umar bin Dinar menului , a ott 4 Ajal sudah dekat bagi Zaid bin Usamah bins ve Wn in Pun mulai menangis. “Kenapa Anda menangis?” Tanya lusain [Abu Muhammad Kakekku (Yahya bin al-Hasan) as. i ext ao “Aku menangis,” jawab Zaid bin Usamah bin Zaid, “karena aku punya utang sebesar seribu dinar, sementara itu aku tak meninggalkan apa-apa untuk melunasi utang.” 2 “Sudahlah, jangan menangis,” kata Ali bin al-Husain kepada Zaid bin Usamah bin Zaid, “sekarang utang itu menjadi utangku, dan Anda bebas dari utang itu. Lalu Ali bin al-Husain melunasi utang Zaid bin Usamah bin Zaid. [Harun bin Musa meriwayatkan: Abdul Malik bin Abdul Aziz berkata kepada kami:] Ketika Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah, maka (pro- porsi dari) pajak (shadagat) yang diberikan kepada Rasulullah saw dia berikan kepada Ali bin al-Husain as, dan juga (proporsi dari) pajak yang diberikan kepada Ali bin Abi Thalib as dia berikan kepada Ali bin al-Husain as. Diwan menyebutkan bahwa semua ini diberikan kepada Ali bin al-Husain as. Umar bin Ali datang menemui Abdul Malik untuk memprotes atas nama diri sendiri. Abdul Malik mengatakan: “Yang dapat aku percaya hanyalah kata-kata Ibn Abi al-Huqaiq: “Sungguh, bila ucapan yang diharapkan disampaikan, maka pendengar memperhatikan si Ppembicara.” “Manusia bethadapan dengan hati mereka, namun kami menilai dengan adil dan pasti.” “Kami tidak membenarkan yang sesat, juga ti ikan yang benar demi yang sesat.” 8 juga tidak menafikat 148 — Sejarah Para Imam Ahtulbait Nabi saw “Kami khawatir jiwa, mental dan pikiran kami terjerumus dalam ketidakarifan, sehingga waktu kami habis oleh jiwa, mental dan pikiran semacam itu tanpa martabat.” [Abu Muhammad al-Hasan bin Muhammad memberitahuku Kakekku (Yahya bin al-Hasan) berkata kepadaku: Abu Ja‘far Muhammad bin Ismail menuturkan kepada kami:] Ali bin al-Husain as suatu ketika melakukan ibadah haji, dan or- ang-orang saat itu tengah menyebut-nyebut tentang watak terpujinya dan memandang ke arahnya. Mereka mulai bertanya kepada satu sama lain: “Siapakah itu? Siapakah itu?” (Mereka berbuat seperti ini) karena memujinya dan karena memuyji derajatnya yang tinggi. Al- Farazdaq ada di sana, dan dia lalu menggubah syair berikut: Inilah orang yang kemampuannya diakui lembah (Mekah) ini dan yang oleh Rumah Suci diakui sebagai tempat berlindung dari musuh dan sebagai kawasan di luar tempat perlindungan (al-hill). Inilah putra dari sebaik-baik hamba Allah. Jnilah si salih yang suci, insan yang terpuji. Bila dia datang untuk memegang sudut dinding Ka‘bah sudut dinding Ka‘bah itu pun nyaris memegang telapak tangannya. Dia memiliki kepedulian untuk rendah hati. sederhana dan sopan. Dia terjaga dari sesuatu yang menyebabkannya takut. Dia bicara dengan senyum. Tak ada manusia, selain dirinya, yang dalam dirinya ada keunggulan dan rahmat seperti yang dimilikinya. Siapa pun yang mengenal Allah, pasti mengenal sahabat (wali)-Nya. Agama datang dari Rumah insan ini. Bila orang Quraisy melihat atau bertemu dia juru bicara mereka angkat bicara tentang kualitas-kualitas luar biasa insan ini yang menunjukkan kemuliaan insan ini. Imam Ali bin al-Husain — 149 mah Muhammad meriwayatkan kepa. akeknya (Yahya bin al-Hasan) yang ur kepada kami: Al-Husain bin [Abu Muhammad al-Has' daku dengan bersumber dari k berkata; Daud bin al-Qasim bertut an bersumber dari pamannya i iwayatkan kepada kami dengan 2 Zaid meriwayatkan kepa «pin al-Husain as:) Umar bin Ali, dari ayahnya, Ali bin a ke , i bin al-Husain) suka berkata: “Belum pernah aku melihat ‘Alt ae 2 (yang diberikan kepada) sebuah doa (kecuali doa preferensi serupa (yang diber pe anaes ini). Bila orang berdoa dengan doa ini, maka setiap ing kepadanya jawabannya.” | Ini adalah salah satu doa yang didengar meluncur dari ee sucinya ketika diketahui bahwa Musrif bin Ugbah’ tengah menuju Madinah. “Tuhanku, betapa banyak rahmat telah Engkau limpahkan kepa- daku, syukurku kepada-Mu belum seberapa. Betapa banyak ujian Engkau berikan kepadaku, kesabaranku menghadapi ujian itu belum seberapa. Wahai Yang menerima sedikit syukur dariku atas rahmat-Nya, jangan Engkau cegah aku dari memilikinya. Wahai Yang menerima sedikit kesabaran dariku ketika Engkau uji aku, Jangan Engkau tinggalkan aku. Wahai Yang tak henti-hentinya ber- murah hati! Wahai Yang rahmat-Nya tak terkira, shalli ‘ala Muhammad wa ali Muhammad; jauhkan dan lindungi aku dari keja- hatan (manusia) sehingga aku menemukan perlindungan melalui Engkau di tengah pembantaian. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan (manusia).” Musrif bin Ugbah datang ke Madinah, Konon dia tidak memu- suhi Ali bin al-Husain as. Dia memberi salam kepada Ali bin al- Husain, menghormati dan memuliakannya, dan murah hati dengan memberinya sejumlah bingkisan. + Mull adalat Munn Mh i ning Yara ere Matin a "nghancurkan Ibn az-Zubair. Dia mendapat nama panggilan musrif (oran, a '8 yang perbuatannya ‘menyakitkan hati, memalukan, kasar dan 150 — Seiarah Para imam Antulbai Nabi saw Riwayat dari sumber lain menyebutkan bahwa ketika Musrif bin Uqbah datang ke Madinah, dia memanggil Ali bin al-Husain as. Ali bin al-Husain pun datang menemuinya. Ketika datang, Ali bin al- Husain disambut dengan penghormatan oleh Musrif. Kemudian Musrif berkata: “Pemimpin kaum Mukmin (yaitu Yazid) telah menyuruhku untuk berbaik dan bermurah hati kepada Anda, untuk memberikan perlakuan istimewa kepada Anda.” Karena itu, Musrif memperlakukan Ali bin al-Husain dengan begitu baik. Kemudian kepada orang-orang yang ada di situ Musrif mengatakan: “Siapkan bagalku untuknya.”® Setelah itu Musrif berkata kepada Ali bin al-Husain as: “Temuilah keluarga Anda. Aku sadar kami telah membuat mereka cemas ketika kami meminta Anda menemui kami. Jika kami memiliki sesuatu yang dapat memberi lebih kepada Anda sesuai dengan hak Anda, tentu akan kami berikan itu kepada Anda.” “Jangan memintakan maaf kepadaku bagi si penguasa,” kata Ali bin al-Husain as. Dan setelah berkata demikian, Ali bin al-Husain pun melangkah pergi. “Jtulah sebaik-baik manusia,” kata Musrif kepada orang-orang yang tengah duduk bersamanya. “Dalam hatinya tak ada sedikit pun keburukan dan kejahatan, berkat derajat dan kedudukannya sebagai keluarga Rasulullah saw. Riwayat menyebutkan bahwa suatu hari Ali bin al-Husain as tengah berada di masjid Nabi saw ketika dia mendengar sejumlah orang tengah menggambarkan Tuhan dengan mengaitkan-Nya dengan ciptaan-Nya. Ali bin al-Husain pun kemudian merasa cemas. Dia bangkit dan melangkah menuju pusara Rasulullah saw. Dia berdiri di depan pusara, kemudian berbicara dengan Tuhannya. Dalam percakapannya dengan Tuhannya, dia berkata: “Tyhanku, kuasa-Mu sudah diperlihatkan, namun bentuk Keagungan-Mu belum. Mereka tidak mengenal-Mu. Mereka mencoba Bandingkan ath-Thabari, Il, 420-421. Imam Ali bin al-Husain — 151 porbasis ape yang sesunggubnya bukan abe i‘ Jingan donganeMu, Tuhanku, aky — rupaye menemukan Engkay gary MANUSHT, ‘Tuhanku, tak . ka tak tahu siapa menggambarkan Mu ka meMbuat pert Engkau. Mered a sn orang yang be menolak pandangan orang-oning Y : he dengan jalan meMbUAT pean oe se a apa rang seperti Engh. © ada apa pun ee se : angan mereka sesungguhnya slah, Karun a . : ae angkau, jika mereka ma memupakan bukti bagi mereka t renee ‘hake ha (memilih untuk) mengenal Bngkau melalui Cif A anku, aku tak ada hubungan dengan fakta penggambaran mereka tentang Engka ¢

You might also like