You are on page 1of 8

Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Pendidikan dan Perkembangan

Vol. I, No.1, 2008

PENANGANAN PERILAKU BULLYING SISWA MELALUI KONSELING MODEL


PENGEMBANGAN KOMITMEN BERAGAMA

Ulfiah
Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

The glowing up bullying actor today certainly should be faced seriously by all side. School as
one component in building students behavior is expected to set a sufficient medium that able to
cut the bullying chain. Counseling program with the religious commitment development model
is expected to deal with bullying behavior done by students in the school. This based on a
number of studies suggest that the success of religious commitment development in dealing the
difficulty behavior.

Keyword:bullying, counseling, religious commitment

Pendahuluan Dengan menyebutkan ungkapan


Kesuksesan belajar siswa (peserta bermanfaat, berarti kepandaian siswa tidak
didik) merupakan keinginan dan tujuan setiap hanya untuk dirinya atau keluarganya, namun
orang tua, guru (pihak sekolah), bahkan juga untuk bangsa secara keseluruhan.
masyarakat. Ukuran sukses memang sangat Berangkat dari uraian di atas, uraian
mungkin berbeda antara satu orang dengan tujuan pendidikan di bawah ini kiranya dapat
orang lain. Namun hampir dapat dipastikan dipahami sebagai indikator kesuksesan
bahwa semua orang akan mempunyai pendidikan bagi siswa yakni:
pandangan yang sama: yakni bahwa setiap Pendidikan Nasional berdasarkan
orang akan senang jika anaknya menjadi Pancasila bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik
pandai dan bermanfaat. agar menjadi manusia yang beriman
Dalam kontek pendidikan, untuk dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
membangun etika sosial bangsa ini, maka berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
perlu upaya-upaya kongkrit yang harus menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
dilakukan dalam proses belajar mengajar di (UUSPN, Nomor 20 thn 2003 Bab II
madrasah/sekolah. Oleh karena itu, perlu Pasal 3 ayat 3)
dikemukakan beberapa elemen penting di Dengan uraian diatas, dapat dipahami
setiap madrasah/sekolah untuk mampu bahwa iman dan taqwa sebagai tujuan pokok
mendidik anak (siswa) menjadi sukses (pandai pendidikan tidak akan tercapai hanya melalui
dan bermanfaat). proses pengajaran, melainkan juga diperlukan
upaya bimbingan konseling, karena dalam
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 67 - 74

pelaksanaannya pendidikan meliputi selain masa maupun elektronik memuat berita tentang
komponen pengajaran terdapat komponen banyaknya kasus kekerasan yang telah terjadi,
yang lain yakni administrasi/supervisi juga mulai dari perampokan, pembunuhan bahkan
bimbingan konseling. pelecehan seksual.
Kekerasan yang saat ini sedang
Perilaku Bullying di kalangan Siswa menjadi bahan pembicaraan di setiap media
Era globalisasi ditandai dengan massa maupun elektronik terutama adalah
dominanya arus informasi mungkin kekerasan yang dilakukan oleh para pelajar.
bertentangan dengan agama, budaya dan Seringkali kita mendengar masalah-masalah
pandangan bangsa kita dan tidak mustahil yang terjadi di sekolah-sekolah, salah satunya
berdampak pada krisis nilai-nilai spiritual adalah tawuran antar pelajar. Sesungguhnya
berupa aliensi dan dehumanisasi. Aliensi bukan hanya itu saja, tetapi terdapat bentuk-
adalah terjadinya kerenggangan hubungan bentuk perilaku agresif atau kekerasan lain
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia yang telah terjadi di sekolah-sekolah.
dengan manusia dan hubungan manusia Kekerasan yang dimaksudkan di sini adalah
dengan alam. Sedangkan dehumanisasi bullying atau sering disebut sebagai peer
merupakan akibat pembangunan yang lebih victimization atau hazing.
mengutamakan kepentingan praktis-pragmatis Bullying adalah bentuk-bentuk
dan mengabaikan nilai-nilai dan harkat perilaku di mana terjadi pemaksaan atau usaha
martabat manusia (Ismail dalam Suyuthi menyakiti secara psikologis atau fisik terhadap
Pulungan, 2002). Selain itu masyarakat dapat seseorang atau sekelompok orang yang lebih
terjebak ke arah westernisasi seperti, gaya lemah, oleh seorang atau sekelompok orang
hidup keseharian, seperti mode makanan, yang lebih kuat (Ma, Stein & Mah, 2001:
pakaian dan hiburan. Jika masyarakat telah Olweus, 1991; Rigby, 1999, dalan Juwita
dipengaruhi oleh proses westernisasi pada 2006). Sesungguhnya perilaku bullying ini
tahap selanjutnya adalah proses sekulerisasi. telah terjadi sejak dulu, akan tetapi dalam
Pandangan dan aspirasi agama dan moral istilah yang berbeda seperti intimidasi atau
ditinggalkan dan hanya mementingkan penindasan senior kepada junior.
kehidupan materi dan keduniaan (Jalaludin Bullying adalah suatu bentuk perilaku
Rahmat, 1991) agresi yang biasanya menyakiti dengan sengaja
Berkaitan dengan fenomena dampak dan sering kali menetap dan suatu waktu
globalisasi, terdapat berbagai fenomena berjalan terus sampai beberapa minggu,
menarik yang perlu dikaji, seperti halnya beberapa bulan bahkan beberapa tahun dan hal
perilaku kekerasan. Kekerasan kerap kali ini sulit dihindari. Alasan yang mendasari
muncul pada akhir-akhir ini, berbagai media perilaku bullying lebih pada penyalahgunaan

6
Penanganan Perilaku Bullying Siswa Melalui Konseling Model Pengembangan Komitmen Beragama

kekuasaan atau kekuatan dan hasrat atau pendiam tapi gampang marah, dan lainnya,
keinginan untuk mengintimidasi dan bahkan anak sering kali berbohong mengenai
mendominasi (Sonia Sharp & Peter K. Smith) uang , atau mencuri uang di rumah. (Lely
Selanjutnya Sonia Sharp & Peter K. Resna, 2008)
Smith mengelompokkan perilaku bullying ke Fenomena bullying ini mulai
dalam beberapa kelompok, yang pertama, terungkap ketika banyak fenomena tentang
physical bullying (bullying secara fisik) yang dampak dari perilaku bullying yang
merupakan bentuk bullying yang paling menyebabkan hilangnya nyawa seseorang,
tampak dan terjadi ketika seseorang secara seperti kasus yang terjadi di Institut
fisik dilukai, dapat berupa menggigit, Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Pada
memukul, mendorong, menendang, mencakar, kasus tersebut seorang praja tewas karena
menjambak rambut, menjatuhkan, mengambil dianiaya oleh seniornya pada saat mengikuti
atau merusak milik orang lain, dan mengunci pembinaan. Adapun contoh kasus bullying
seseorang dalam ruangan, Kedua, adalah non lainnya yang ditemukan di media masa adalah
physical bullying yang dikelompokkan lagi sebagai berikut:
menjadi verbal bullying dan non verbal 1. Fifi kusrini (13) siswi SMPN 10
bullying. Bekasi, nekad bunuh diri karena sering
Lingkungan sekolah bisa menjadi diejek sebagai anak tukang bubur.
tempat yang tidak aman bagi para siswa. (Kompas, 12 Juli 2005)
Berbagai tindak kekerasan (bullying) di 2. Aditya (10) gantung diri diduga karena
sekolah menjadi penyebabnya, sehingga takut dimarahi guru jika tidak
membahayakan jiwa anak-anak (peserta didik). mengenakan seragam pramuka (Media
Hasil konsultasi terhadap para siswa di Indonesia, 16 Desember 2005)
18 provinsi di Indonesia, menunjukkan ada 3. Suci Pratiwi melakukan bunuh diri
yang tidak kondusif di lingkungan sekolah. karena ada tuduhan mencuri uang sang
Setiap minggu, satu dari 6 anak mengalami guru, di Jakarta Utara. (Tabloid Cek &
tindak kekerasan di sekolah. Korban tindak Ricek, 3 Oktober 2004)
kekerasan bisa siapa saja, baik siswa yang 4. Ryan Sulaiman membacok Guru
populer, pintar, atraktif, maupun anak yang SMAN Leles, Budi Kuspriatna (42)
pendiam dan mudah disakiti. Pelaku kekerasan sehingga mengalami luka parah
di sekolah bisa siapa saja , baik teman, kakak dibeberapa bagian tubuhnya karena
kelas, penjaga sekolah, orang tua siswa, ditegur merokok. ( Pikiran Rakyat, 15
maupun para guru. Meski tidak diungkapkan, Agustus 2008).
namun tanda-tanda korban kekerasan biasanya 5. Ado (16) siswa SMA di Kota Bandung
ditunjukkan dengan penurunan minat ke pasien di RSj Bandung yang sering
sekolah sehingga prestasi belajar menurun, berkhayal jadi jagoan. Karena tidak

6
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 67 - 74

bisa melawan saat dimasukkan tong yang dapat menyakiti orang lain itu termasuk
sampah dan menjadi bahan olok- bentuk dari perilaku bullyng (Riauskina dkk,
olokkan teman sekelasnya, ado pun 2005).
menutup diri lalu mulai berusaha Dalam prosesnya, perilaku bullying
bunuh diri, ”karena merasa tertindas”. merupakan suatu siklus yang kompleks. Lebih
(dr, Lely Resna, SP. KJ. Dalam lanjut, dijelaskan bahwa terjadinya bullying di
Semiloka ”Kupas Tuntas Bullying di sekolah merupakan suatu proses dinamika
Sekolah” di Hotel Papandayan Gatot kelompok, dimana terdapat pembagian peran-
Subroto Bandung, 24 Agustus 2008) peran (Salmivalli dkk, 1996). Peran-peran
tersebut adalah : Bully, Asisten Bully,
Bullying juga sebenarnya tidak hanya Reinforcer, Victim, Devender dan Outsider.
terjadi di dunia pendidikan saja, tetapi juga Bully, yaitu siswa yang dikategorikan sebagai
bisa terjadi di hampir semua area kehidupan pemimpin, yang berinisiatif dan aktif terlibat
seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya. dalam perilaku bullying.
Bullying di sekolah merupakan masalah global Di lingkungan sekolah, tentu tidaklah
dan merupakan masalah sosial yang mudah menghilangkan bullying mengingat
berdampak negatif pada hidup dan langkah adanya faktor pubertas pada masa remaja,
karir anak sekolah pada masa yang akan krisis identitas, terbentuknya peer, faktor
datang. keluarga, sosial dan lainnya yang dapat
Perilaku bullying yang dilakukan di menjadi salah satu faktor yang berpengaruh
lingkungan sekolah dapat berupa kontak fisik terhadap perilakunya. Pada masa remaja
langsung seperti; memukul, mendorong, kebutuhan identitas sosial adalah sesuatu yang
menggigit, menjambak, menendang, mengunci sangat kuat, sehingga mereka akan menerima
seseorang di dalam ruangan, mencubit, saja segala persyaratan yang diberikan oleh
mencakar, juga termasuk memeras dan kelompoknya. Proses pencarian identitas diri
merusak barang-barang yang dimiliki orang dilakukan remaja untuk mendapatkan kejelasan
lain. Selain itu, dapat juga berupa kontak mengenal dirinya dan untuk membentuk diri
verbal langsung seperti; mengancam, menjadi seorang yang utuh dan unik. Pada
mempermalukan, merendahkan, mengganggu, masanya remaja memiliki keinginan untuk
memberi panggilan nama, sarkasme, tidak lagi bergantung kepada keluarganya dan
merendahkan, mencela/mengejek, melakukan mulai mencari dukungan dan rasa aman dari
intimidasi, memaki, menyebarkan gosip. kelompok sebayanya. Karena itu pencarian
Perilaku lain seperti melihat dengan sinis, identitas diri mereka dapatkan melalui
menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi penggabungan diri dalam kelompok sebaya
muka yang merendahkan dan perilaku lain atau kelompok yang diidolakan. Bagi remaja

7
Penanganan Perilaku Bullying Siswa Melalui Konseling Model Pengembangan Komitmen Beragama

penerimaan kelompok penting karena mereka mengatasi masalah bullying di sekolah. Bahkan,
bisa berbagi rasa dan pengalaman dengan ada kalanya para guru juga melakukan bullying
teman sebaya dan kelompoknya. Kelompok pada siswa dengan alasan mendidik dan
sebaya dalam hal ini termasuk para siswa menegakkan disiplin.
seniornya yang kemudian menjadi model bagi
remaja dalam upaya pencarian identitas diri Konseling Model Pengembangan Komitmen
(Turner & Helms dalam Djuwita, 2006) Beragaman sebagai Solusi
Salah satu penyebab terjadinya Maraknya fenomena bullying ini tentu
perilaku bullying menurut National Youth saja menjadi masalah terhadap pencapaian
Violence Prevention Resource Center (2002) kualitas pendidikan. Ada hasil penelitian
adalah iklim sekolah yang tidak kondusif. menunjukkan bahwa siswa yang menjadi
Kurangnya pengawasan orang dewasa/guru korban bullying akan mengalami kesulitan
pada saat jam istirahat, ketidakpedulian guru dalam bergaul, merasa takut datang ke sekolah
dan siswa terhadap perilaku bullying, serta sehingga absensi mereka tinggi dan
penerapan peraturan anti bullying yang tidak ketinggalan pelajaran, mengalami konsentrasi
konsisten merupakan kondisi-kondisi yang belajar yang rendah, serta berpengaruh
menumbuhsuburkan terjadinya bullying di terhadap kesehatan fisik dan mentalnya
sekolah. (Djuwita, 2006). Dalam jangka panjang,
Survey yang dilakukan SEJIWA kondisi siswa yang demikian dikhawatirkan
(Antara, 2006) menyimpulkan bahwa peran akan berdampak terhadap pencapaian mutu
guru sangat penting guna mengatasi perilaku pendidikan. Hal ini, diperlukan solusi yang
bullying dan menciptakan lingkungan yang efektif untuk mengatasi bullying dimaksud,
kondusif di sekolah. Namun , dampak negatif dikarenakan mata pelajaran agama dan budi
perilaku bullying masih belum disadari pekerti belum memadai untuk mencegah
sepenuhnya oleh para guru. Hasil Survey terjadinya perilaku bullying pada siswa.
SEJIWA pada guru-guru di tiga SMA pada Salah satu bentuk solusi yang dapat
dua kota besar di pulau Jawa menunjukkan dilakukan adalah melalui layanan konseling.
data 18, 3% guru (sekitar 1 dari 5 guru) Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian
menganggap penggencetan dan olok-olok Northwest Regional Educational Laboratory.
adalah hal biasa dalam kehidupan remaja dan (2001), National Youth Violence Prevention
tidak perlu diributkan. Sebanyak 27, 5 % guru Resource Center (2002), dan National
(sekitar 1 dari 4 guru) berpendapat bahwa Children”s Bureau of the Anti- Bullying
sesekali mengalami penindasan tidak akan Alliance. (2005) yang menunjukkan bahwa
berdampak buruk pada kondisi psikologis pendekatan yang bersifat individual (konseling)
siswa. Akibat kurang menyadari dampak dibarengi dengan komitmen bersama antara
negatif tersebut, para guru tidak secara efektif pihak sekolah, orang tua, dan konselor dapat

7
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 67 - 74

mereduksi terjadinya bullying hingga 50 % perkembangan termasuk pada masa remaja.


lebih. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa
Bullying terjadi karena masalah anak-anak menuju masa dewasa, diikuti
perilaku, dengan demikian, diasumsikan dengan perubahan dari bentuk fisik, sikap, cara
bahwa dari beberapa model konseling dan bicara dan cara berfikirnya pun berubah.
psikoterapi serta model pengembangan Dengan terjadinya perubahan yang dialami
komitmen beragama efektif untuk menangani oleh remaja mempengaruhi juga pada
fenomena perilaku bullying di sekolah. perubahan dalam penyesuaiannya dengan
Adapun penelitian tentang model konseling lingkungan khususnya di lingkungan sekolah.
untuk menangani perilaku bullying di sekolah Fenomena tersebut diperlukan layanan
melalui pengembangan komitmen beragama program konseling yang efektif. Program
menjadi signifikan dilihat dari segi bimbingan dan konseling mengandung empat
kepentingan dan kebutuhan saat ini. komponen pelayanan, salah satunya adalah
Pendidikan adalah sebuah sistem. Oleh pelayanan responsif. Pelayanan responsif
karena itu, hal yang penting adalah merupakan pemberian bantuan kepada konseli
pemberdayaan seluruh komponen pendidikan. yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik, memerlukan pertolongan dengan segera, sebab
memerlukan kesatupaduan seluruh komponen jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan
yang terkait dengan pendidikan, menyatu atau gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas
integrasi antara tanggung jawab keluarga, perkembangan (Depdiknas, 2007).
pemerintah dan masyarakat. Adapun tujuan pelayanan responsif
Dalam pelaksanaan pendidikan di adalah membantu siswa agar dapat memenuhi
sekolah komponen yang berkaitan adalah kebutuhannya dan memecahkan masalah yang
bimbingan konseling. Bimbingan konseling dialaminya atau membantu konseli yang
adalah merupakan proses bantuan yang sangat mengalami hambatan, kegagalan dalam
penting di dalam membimbing siswa untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya.
memahami permasalahan dirinya guna Adapun fokus pelayanan responsif bergantung
penyesuaian dengan lingkungannya, apalagi kepada masalah atau kebutuhan siswa
pada era global sekarang ini yang banyak berkaitan dengan keinginan untuk memahami
mempengaruhi pola berfikir dan sesuatu hal karena dipandang penting bagi
bertingkahlaku, sepertihalnya berbagai perkembangan dirinya secara positif.
problematika yang berkaitan dengan remaja Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk
dalam hal ini siswa sekolah lanjutan. memperoleh informasi diantaranya tentang
Siswa menengah atas (Madrasah program studi dan persoalan tentang perilaku
Aliyah) jika dilihat dari psikologi agresi dan lain sebagainya.

7
Penanganan Perilaku Bullying Siswa Melalui Konseling Model Pengembangan Komitmen Beragama

Atas dasar itu, maka dalam layanan kolaborasi antara konselor dengan para
konseling dimaksud diperlukan model personal sekolah/madrasah lainnya (pimpinan
bimbingan sebagai solusi alternatif dalam sekolah/ madrasah, guru-guru, dan staf
mengahadapi era global sekarang ini seperti administrasi), Orang tua konseli, dan pihak-
halnya model konseling melalui pihak terkait lainnya (seperti instansi
pengembangan komitmen beragama. pemerintah/swasta dan para ahli). Pendekatan
Menurut Glock & Strak (1969) ini terintegrasi dengan proses pendidikan di
Komitmen beragama (religious comitmen) sekolah/ madrasah secara keseluruhan dalam
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang upaya membantu para siswa agar dapat
dalam menetapkan dan menginternalisasikan mengembangkan atau mewujudkan potensi
nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek
sehingga akan tercermin dalam bentuk pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
perilaku yang sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya. Adapun komitmen beragama Kesimpulan
ini memiliki lima dimensi yakni, 1)Dimensi Era globalisasi yang telah
keyakinan (ideological dimension), 2) Dimensi mengantarkan dunia pada berbagai kemajuan
ritual (ritualistic dimension), 3) Dimensi teknologi dan informasi yang canggih, ternyata
pengalaman (experiental dimension, 4) disisi lain juga memunculkan suatu fenomena
Dimensi pengetahuan (Knowledge dimension), kehidupan yang berseberangan dengan tatanan
5) Dimensi konsekuensi (consequental kehidupan masyarakat, moral dan agama yang
dimension). oleh Nurcholis Madjid disebut
Seperti dikemukakan oleh Hasan M.T. sebagai ”kehampaan spiritual masyarakat
(2004), ketika manusia memiliki komitmen modern”.
beragama yang sangat kuat, idealnya manusia Untuk mengantisipasi dan mengatasi
itu mampu menjalankan semua yang masalah tersebut perlu dipersiapkan individu
terkandung dalam ajaran agama itu. Agama yang berkualitas, manusia yang berkualitas
hendaknya akan menjadi sebuah paradigma adalah manusia yang harmonis lahir dan batin,
moral yang sangat efektif dan menjadi kendali sehat jasmani dan rohani, bermoral, memiliki
diri bagi manusia atas semua keyakinan, pengetahuan dan teknologi yang tinggi serta
pembicaraan, sikap, perilaku, bahkan apa yang dinamis dan memiliki kreatifitas.
terlintas dalam benak pikirannya. Faktor pendukung bagi tercapainya
Upaya sekolah dalam memfasilitasi sasaran pembangunan manusia Indonesia yang
pelaksanaan bimbingan konseling pengem- bermutu adalah pendidikan yang bermutu.
bangan komitmen beragama dalam menangani Pendidikan yang bermutu dalam pe-
perilaku bullying di sekolah seperti hal-hal di nyelenggaraannya tidak cukup hanya
atas, akan menjadi efektif manakala ada dilakukan melalui transformasi ilmu

7
Psympathic, Vol. I, No.1, 2008: 67 - 74

pengetahuan dan teknologi, tetapi harus Daftar Pustaka


didukung oleh peningkatan profesionalitas dan
sistem manajemen tenaga kependidikan serta Adelson Joseph, (1980), Hand Book of
Adolescent Psychology, Interscience
pengembangan kemampuan peserta didik Publication, New York..
untuk menolong diri sendiri dalam memilih Coloroso, B. (2007). Stop Bullying; Memutus
Rantai Kekerasan Anak Dari Pra
dan mengambil keputusan demi pencapaian sekolahan Hingga SMU. Jakarta: PT.
cita-citanya. Serambi Ilmu Semesta.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kemampuan seperti itu tidak hanya Departemen Agama RI. (2007).
menyangkut aspek akademis, tetapi juga Kumpulan Undang-Undang dan Peralatan
Pemerintah RI tentang Pendidikan.
menyangkut aspek perkembangan pribadi, Glock & Stark. (1969). Religion and Society in
sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai. tension. California : Rand Mc Nally
Company
Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu di Hasan, M.t. (2004). Dinamika Kehidupan
lingkungan pendidikan haruslah merupakan Religius. Jakarta : Listarafiska Putra.
Lelly Resna (2008) Kupas Tuntas Bullying di
pendidikan yang seimbang, tidak hanya Sekolah, Makalah, Bandung
mampu menghantarkan peserta didik pada Marcia JE. (1983). Ego Identity Status
Interview late Adolescent Form, Simon
pencapaian standar kemampuan profesional Fraser University Burnaby, British
dan akademis, tetapi juga mampu membuat Columbia, Canada.
Sonia, S and Smith. K. P (ed.) (tanpa tahun):
perkembangan diri yang sehat dan produktif. Tackling Bullying iIn Your school, New
Para peserta didik di lingkungan pendidikan York. (Tanpa tahun).
umumnya adalah orang-orang yang sedang
mengalami proses perkembangan yang
memiliki karakteristik, kebutuhan dan tugas-
tugas perkembangan yang harus dilaluinya dan
semuanya itu memerlukan kerjasama yang
harmonis antara para pengelola dan pelaksana
manajemen pendidikan, pengajaran dan
bimbingan konseling, sebab ketiganya
merupakan bidang-bidang utama dalam
pencapaian tujuan pendidikan.
Demikian, semoga layanan bimbingan
dan konseling di sekolah mampu direalisasikan
dalam sebuah program pendidikan, sehingga
kualitas pendidikan dapat tercapai secara
optimal.

You might also like