Professional Documents
Culture Documents
Makalah Sejarah Peradaban Islam 1
Makalah Sejarah Peradaban Islam 1
Disusun Oleh:
AGHISNA 211310231
FAKULTAS TARBIYAH
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah, dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah pendidikan Sejarah Peradaban Islam dengan judul “Perkembangan Islam
Pada Masa Bani Umayyah (661-750)” tepat pada waktunya.
Penysunan makalah ini telah kami lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari banyak
pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu kami pun tidak lupa
mengucapkan terimakasih dari berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka
menyelesaikan makalah ini.
Tetapi tidak lepas dari itu semua kami sadar sepenuhnya dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan baik dari segi punyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu,
kami membuka pintu seluas-luasnya bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik atau pun
sarannya demi perbaikan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................. 1
Rumusan Masalah............................................................................ 1
Tujuan penulisan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
Pendirian Dinasti Bani Umayyah..................................................... 3
Peradaban pada Masa Dinasti Umayyah.......................................... 6
Kemunduran dan Faktor Kehancuran Dinasti Bani Umayyah......... 15
BAB III PENUTUP....................................................................................... 17
Kesimpulan...................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib, maka lahirlah kekuasan Bani
Umayyah sebagai penerus pemimpin umat islam. Pada periode Ali dan Khalifah sebelumnya,
pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah dipilih melalui proses
musyawarah dan kesepakatan bersama. Ketika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan, maka
mereka mengambil kebijakan langsung melalui musyawarah dengan para pembesar yang
lainnya. Berbeda dengan pemerintahan Khulafaur Rasyidin, bentuk pemerintahan Bani
Umayyah adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feudal (penguasaan
tanah/daerah/wilayah, atau turun menurun). Untuk mempertahankan kekuasaan, khilafah berani
bersikap otoriter, adanya unsur kekerasan, diplomasi yang diiringi dengan tipu daya, serta
hilangnya musyawarah dalam pemilihan khilafah.
Dinasti Bani Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh
Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak pembaiatan
terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan melakukan
perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat menguntungkan baginya.
Terlepas dari persoalan sistem pemerintahan yang diterapkan, sejarah telah mencatat bahwa
Dinasti Umayyah adalah Dinasti Arab pertama yang telah memainkan perang penting dalam
perluasan wilayah, ketinggian peradaban dan menyebarkan agama Islam keseluruh penjuru dunia
khususnya Eropa, sampai akhirnya dinasti ini menjadi adikuasa. Melihat pentingnya
pembelajaran mengenai corak pemerintahan Bani Umayyah, maka pada kesempatan kali ini
pemakalah akan membahas tentang Dinasti Umayyah.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pada 09 Shafar 38 H, dimana dari 1800 orang Khawarij hanya 8 orang yang selamat
jiwanya sehingga dari delapan orang itu menyebar ke Amman, Kannan, Yaman,
Sajisman dan ke Jazirah Arab . Pada Ali terbunuh oleh seorang anggota khawarij.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama
beberapa bulan. Namun, karena pihak Mu’awiyah semakin kuat, beberapa hari
setelah pengangkatan Hasan, Mu’awiyah mengirim tentara untuk menyerang kota
Irak. Hal ini diketahui oleh Hasan, maka dikirimlah Qois ibnu Saad untuk melawan
pasukan Mu’awiyah. Demi menghindari pertumpahan darah yang lebih besar
dikalangan umat islam maka Hasan ibnu Ali bersedia mengundurkan diri dengan
beberapa syarat kepada Mu’awiyah, diantaranya:
a) Agar Mu’awiyah tidak menaruh dendam terhadap seorangpun dari penduduk
Irak.
b) Agar pajak tanah negeri Ahwaz diberikan kepada Hasan setiap tahun.
c) Mu’awiyah membayar kepada saudaranya yaitu Husain sebanyak 2 juta 6
dirham.
d) Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan penduduk Irak.
e) Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak daripada Bani Abdu
Syam.
f) Jabatan khalifah setelah Mu’awiyah harus diputuskan berdasarkan
musyawarah diantara kaum muslimin.
Dengan demikian, Mu’awiyah menjadi penguasa yang sah di seluruh wilayah
kedaulatan pemerintahan Islam. Ini terjadi pada tanggal 25 Robiul Tsani 41 H.
Mu’awiyah sampai di kuffah untuk mengambil baiat dari kaum muslimin yang
disaksikan oleh Hasan dan Husain. Peristiwa ini disebut dengan `Aam al-Jama`ah
yang artinya tahun persatuan.
Dengan meninggalnya Ali (661), pemerintahan yang dapat kita sebut sebagai
periode ke khalifahan republic dimulai sejak kekhalifahan abu Bakar (623)-telah
berakhir. Empat khalifah pada masa ini dikenal oleh para sejarawan Arab sebagai Al
Rasyidin. Pendiri khalifah kedua, Mua’awiyah dari keluarga Umayyah, menunjuk
putranya sendiri, Yazid, sebagai penerusnya sehingga ia menjadi seorang pendiri
sebuah dinasti. Dengan demikian, konsep pewarisan kekuasaan mulai diperkenalkan
4
dalam suksesi kekhalifahan, dan sejak itu tidak pernah sepenuhnya ditinggalkan.
Kekhalifahan Umayyah adalah dinasti (Mulk) pertama dalam sejarah islam.
5
2. Peradaban pada Masa Dinasti Umayyah
6
orang. Perhatian terhadap seni sastra juga meningkat di zaman ini, terbukti dengan
lahirnya tokoh-tokoh besar seperti al-Ahthal, Farazdag, dan lain-lain.
7
sampai ke Kabul. Sedangkan angkatan lautnya telah mulai melaksanakan
serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Sedangkan
ekspansi ke timur ini kemudian terus dilanjutkan kembali pada masa
khalifah Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Marwan mengirim
tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan
Balkanabad, Bukhara, Khwarezmia, Ferghana dan Samarkand. Ternyata
bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab
sampai ke Multan.
8
ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang
terdapat di Laut Tengah (mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada masa
Umar bin Abdul Aziz.
9
pengetahuan, dengan bahasa Arab sebagai media utamanya (Amin, 2015:
132).
10
ilmu baru), yang meliputi al ulum al-islamiyah (ilmu al-Qur'an, hadits, fiqh,
al-ulum al-lisaniyah, at-tarikh, dan al-jughrafi); al-ulum ad dakhiliyah (ilmu
yang diperlukan untuk kemajuan Islam), yang meliputi ilmu kedokteran,
filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta lainnya yang disalin dari Persia dan
Romawi; serta al-adab al-qadamah (ilmu lama) yaitu ilmu yang telah ada
pasca zaman jahiliah dan ilmu pada masa khalifah yang empat, seperti ilmu
lughah, syair, khitabah, dan amthal.
Menurut Jurji Zaidan, pada masa Dinasti Umayyah terdapat beberapa
kemajuan dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai
berikut:
a) Pengembangan Bahasa Arab
Para peguasa Dinasti Umayyah telah menjadikan Islam sebagai daulah
(negara), kemudian dikuatkannya dan dikembangkanlah bahasa
Arab dalam wilayah kerajaan Islam. Upaya tersebut dilakukan dengan
menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam tata usaha
negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat menyurat
harus menggunakan bahasa Arab, yang sebelumnya menggunakan
bahasa Romawi atau Persia di daerah-daerah bekas jajahan mereka
dan di Persia sendiri.
b) Marbad Kota Pusat Kegiatan Ilmu
Dinasti Umayyah juga mendirikan sebuah kota kecil sebagai pusat
kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pusat kegiatan ilmu dan
kebudayan itu dinamakan Marbad, kota satelit dari Damaskus. Di
Kota Marbad inilah berkumpul para pujangga, filsuf, ulama, penyair,
dan cendekiawan lainnya, sehingga kota ini diberi gelar ukadz-nya
Islam.
c) Ilmu Qira'at
Ilmu Qira'at adalah ilmu seni baca Al-Qur’an. Ilmu Qira'at
merupakan ilmu syariat tertua yang telah dibina sejak zaman Khulafa
ar Rasyidin. Kemudian masa Dinasti Umayyah dikembangluaskan
sehingga menjadi cabang ilmu syariat yang sangat penting. Pada masa
11
ini lahir para ahli qira'at ternama seperti Abdullah bin Qusair (w. 120
H) dan Ashim bin Abu Nujud (w. 127 H).
d) Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an sebagai kitab suci diperlukan
interpretasi pemahaman secara komprehensif. Minat untuk menafsir
kan Al-Qur’an di kalangan umat Islam bertambah. Pada masa
perintisan ilmu tafsir, ulama yang membukukan ilmu tafsir yaitu
Mujahid (w.104 H).
e) Ilmu Hadits
Ketika kaum muslimin telah berusaha memahami Al-Qur’an
ternyata ada satu hal yang juga sangat mereka butuhkan, yaitu ucapan-
ucapan Nabi Saw yang disebut hadits. Oleh karena itu, timbulah usaha
untuk mengumpulkan hadits, menyelidiki asal usulnya, sehingga
akhirnya menjadi satu ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan ilmu
hadits. Di antara para ahli hadits yang termasyhur pada masa Dinasti
Umayyah adalah Muhammad bin Syihab al-Zuhri (w.124 H), Hasan
Basri (w. 110 H), Ibnu Abu Malikah (w.119 H), dan al-Sya'bi Abu
Amru Amir bin Syurahbil (w. 104 H).
f) Ilmu Fiqih
Setelah Islam menjadi daulah, maka para penguasa sangat
membutuhkan adanya peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman
dalam menyelesaikan berbagai masalah. Mereka kembali kepada Al-
Qur’an dan Hadits, dan mengeluarkan syariat dari kedua sumber
tersebut untuk mengatur pemerintahan dan memimpin rakyat, Al-
Qur’an adalah dasar fiqih Islam, dan pada zaman ini ilmu fiqih telah
menjadi satu cabang ilmu syariat yang berdiri sendiri. Di antara ahli
fiqih yang terkenal adalah Qasim Ubaidullah, Urwah dan Kharijah.
g) Ilmu Nahwu
Pada masa Dinasti Umayyah karena wilayahnya berkembang
secara luas, khususnya ke wilayah di luar Arab, maka ilmu Nahwu
sangat diperlukan. Hal tersebut disebabkan pula bertambahnya orang-
12
orang non-Arab yang masuk Islam sehingga keberadaan bahasa Arab
sangat dibutuhkan. Oleh akrena itu dibukukanlah ilmu nahwu dan
berkembanglah satu cabang ilmu yang penting untuk mempelajari
berbagai ilmu agama Islam.
h) Ilmu Geografi dan Tarikh
Geografi pada masa Dinasti Umayyah telah berkembang menjadi
ilmu tersendiri. Demikian pula ilmu tarikh (ilmu sejarah), baik sejarah
umum maupun sejarah Islam pada khususnya. Adanya pengembangan
dakwah Islam ke daerah-daerah baru yang luas dan jauh menimbulkan
ghirah untuk mengarang ilmu geografi, demikian pula ilmu tarikh.
Ilmu geografi dan ilmu tarikh lahir pada masa Dinasti Umayyah
barulah berkembang menjadi suatu ilmu yang benar-benar berdiri
sendiri pada masa itu.
i) Usaha Penerjemahan
Untuk kepentingan pembinaan dakwah Islamiah, pada masa
Dinasti Umayyah, dimulai pula penerjemahan buku-buku
pengetahuan dari bahasa-bahasa lain ke dalam bahasa Arab. Dengan
demikian, jelaslah bahwa gerakan penerjemahan telah dimulai pada
zaman ini, hanya baru berkembang secara pesat pada zaman Dinasti
Abbasiyah. Adapun yang mula-mula melakukan usaha penerjemahan
yaitu Khalid bin Yazid, seorang pangeran yang sangat cerdas dan
ambisius. Ketika gagal memperoleh kursi kekhalifahan, ia
menumpahkan dalam ilmu pengetahuan, antara lain mengusahakan
penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa lain ke dalam
bahasa Arab. Didatangkanlah ke Damaskus para ahli ilmu
pengetahuan yang melakukan penerjemahan dari berbagai bahasa.
Maka diterjemahkan buku-buku tentang ilmu kimia, ilmu astronomi,
ilmu falak, ilmu fisika, kedokteran dan lain-lain. Khalid sendiri adalah
ahli dalam ilmu astronomi (Zaidan, 1970: 236-259).
Kemajuan peradaban pada masa Dinasti Umayyah tidak lepas dari peran para
khalifah di zamannya. Di antara para khalifah yang Kemajuan peradaban
13
pada masa Dinasti Umayyah tidak lepas memberikan dorongan dalam bidang
pendidikan adalah:
1) Umayyah bin Abu Sufyan
Mu’awiyah sangat concern terhadap pendidikan anak. Mereka
diajar membaca, menulis, berhitung, berenang, belajar Al-Qur’an dan
ibadat. Mata pelajaran utama yang diajarkan adalah "adab" hingga
madrasah itu dinamakan Majelis Adab dan gurunya disebut
"muaddib" juga "mu'allim".
2) Abdul Malik bin Marwan
Abdul Malik bin Marwan berpesan kepada para pendidik anaknya,
"Ajarkanlah kepada mereka berkata benar, di samping mengajarkan
Al-Qur’an jauhkanlah mereka dari orang-orang jahat, karena orang-
orang jahat itu tidak mengindahkan perintah dan tidak berlaku sopan.
Ajarkan syair kepada mereka agar mereka mulia dan berani. Serulah
mereka bersuci dan bila mereka meminum air hendaklah dihirup
pelan-pelan. Bila menegurnya hendaklah di tempat tertutup, sehingga
tidak diketahui oleh para pelayan dan para tamu agar dia tidak
dipandangnya rendah oleh para pelayan dna tamu."
3) Hisyam bin Abdul Malik
Hisyam bin Abdul Malik berkata kepada Sulaiman al-Kalbi
(muaddib puteranya), "Puteraku ini adalah sepotong kulit dari bagian
yang di antara dua mataku ini. Engkau telah saya angkat untuk jadi
pendidiknya. Karena itu engkau hendaklah bertakwa kepada Allah swt
dan melaksanakan apa yang telah dipercayakan kepadamu. Pertama
kali yang saya nasehatkan kepadamu agar kamu melatihnya dengan
membaca kitab Allah swt, kemudian riwayatkan kepadanya syair-
syair yang baik dan hendaklah diketahuinya mana yang halal dan yang
haram, begitu juga pidato-pidato dan cerita penyenangan supaya
diajarkan kepadanya.
14
4) Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang shaleh dan sangat
memperhatikan pendidikan khususnya hadits. Dia memerintahkan
agar hadits-hadits dibukukan dan diajarkan di majelis-majelis ilmu.
Dia menulis surat kepada para gubernurnya, "Periksalah hadits Nabi
Muhammad Saw, dan tuliskanlah karena aku khawatir bahwa ilmu
hadits akan lenyap dengan meninggalnya ulama. Hendaklah hadits
disebarkan dan diajarkan dalam majelis majelis sehingga orang-orang
yang tidak mengetahui menjadi mengetahuinya." Atas perintah
khalifah, pengumpulan hadits dilakukan oleh ulama. Di antaranya
adalah Muhammad bin Syihab Al-Zuhri (guru imam Malik). Akan
tetapi, buku hadits yang dikumpulkan oleh imam al-Zuhri tidak
diketahui dan tidak sampai kepada kita. Dalam sejarah tercatat bahwa
ulama yang pertama membukukan hadits adalah imam al-Zuhri
(Ramayulis, 2011:70).
15
Di samping itu, sebagian besar golongan Mawali (non-Arab), terutama di Irak
dan bagian Timur lainnya, merasa tidak puas karena status Mawali itu
menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keampuhan bangsa Arab
yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
d) Lemahnya pemerintahan Daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap
hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khlifah tidak sanggup
memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di
samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa
terhadap perkembangan agama sangat kurang.
e) Penyebab langsung tergulingnya Dinasti Bani Umayyah adalah munculnya
kekuasaan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al Muthalik.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah,
dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani
Umayyah.
Akumulasi dari berbagai penyebab tersebut serta gabungan dari faktor faktor
lainnya yang mungkin tidak diuraikan dalam pembahasan ini, mengantar dinasti yang
hampir satu abad berkuasa ini ke jalan keruntuhannya. Dinasti Bani Umayyah
diruntuhkan oleh kekuatan politik Dinasti Bani Abbasiyah pada masa Khalifah Marwan
bin Muhammad pada 127 H (744 M).
16
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dinasti umayyah diambil dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi Manaf,
Dinasti ini sebenarnya mulai dirintis semenjak masa kepemimpinan khalifah Utsman bin
Affan namun baru kemudian berhasil dideklarasikan dan mendapatkan pengakuan
kedaulatan oleh seluruh rakyat setelah khalifah Ali terbunuh dan Hasan ibn Ali yang
diangkat oleh kaum muslimin di Irak menyerahkan kekuasaanya pada Mu’awiyah
setelah melakukan perundingan dan perjanjian. 16 Fatah Syukur, Sejarah Peradaban
Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hal. 78. Bersatunya ummat muslim dalam
satu kepemimpinan pada masa itu disebut dengan tahun jama’ah (‘Am al Jama’ah) tahun
41 H (661 M).
Sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah diadopsi dari kerangka pemerintahan
Persia dan Bizantium, dimana ia menghapus sistem tradisional yang cenderung pada
kesukuan. Pemilihan khalifah dilakukan dengan sistem turun temurun atau kerajaan, hal
ini dimulai oleh Umayyah ketika menunjuk anaknya Yazid untuk meneruskan
pemerintahan yang dipimpinnya pada tahun 679 M.
Selain semakin luasnya kekuasaan islam, pada masa kekuasaan Umayyah yang hampir
satu abad itu juga mencapai banyak kemajuan lainnya. Dintaranya adalah:
a) Membangun pos-pos serta menyediakan kelengkapan peralatannya.
b) Membangun jalan raya
c) Mencetak mata uang
d) Membangun panti asuhan
e) Membangun gedung pemerintahaN
f) Membangun masjid
g) Membangun rumah sakit
h) Membangun sekolah studi kedokteran
Kemunduran dan kehancuran Dinasti Bani Umayyah disebabkan oleh banyak
faktor, dinataranya adalah: perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan, konflik
berkepanjagan dengan golongan oposisi Syi’ah dan Khawarij, pertentangan etnis suku
17
Arab Utara dan suku Arab Selatan, ketidak cakapan para khalifah dalam memimpin
pemerintahan dan kecenderungan mereka yang hidup mewah, penggulingan oleh Bani
Abbas yang didukung penuh oleh Bani Hasyim, kaum Syi’ah, dan golongan Mawali.
Selain itu pembunuhan yang dilakukan oleh Yazid ibn Muawiyyah terhadap al-Husein,
cucu Rasulullah juga di anggap menjadi salah satu foktor penyebab keruntuhan dinasti
Bani Umayyah.
Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan Bani Abbasiyah yang
bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir
Bani Umayyah, melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana. Dan dengan
terbunuhnya Marwan bin Muhammad maka berakhirlah masa kekhalifahan dinasti Bani
Umayyah.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Husayn. (2001) Seratus Tokoh Dalam Islam. ed. Cucu Juanda. Bandung: Rosda
Karya.
Ahmad Syalabi. (1983). Sejarah Dan Kebydayaan Islam Jilid II. Jakarta: Pustaka al-Husna .
Prof. DR. Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif. (2016). Bangkit Dan Runtuhnya Bani Umayyah.
Darussalam. Kairo. Pustaka Al-Kautsar.
Dr. Din Muhammad Zakariya. M.pd.i. (2018). Sejarah Peradaban Islam Prakenabian Hingga
islam di Indonesia. Malang. Madani Media.
Yatim, badri. (2000). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Reizem Aizid, (2021). Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Priode Klasik, Pertengahan, dan
Modern. Yogyakarta. DIVA Press.
INTERNET
file:///C:/Users/ASUS/Documents/Downloads/1344-4020-1-SM%20(1).pdF
19
661 M- Muawiyah menjadi khalifah dan mendirikan Bani Umayyah
670 M- Perluasan ke Afrika Utara dan Penaklukan Kabul
677 M- Penaklukan Samarkand dan Tirmiz serta Serangan ke Konstatinopel
680 M- Kematian Muawiyah. Yazid I menaiki takhta. Peristiwa pembunuhan Husain
685 M- Khalifah Abdul-Malik menegaskan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi
700 M- Kampanye menentang kaum Barbar di Afrika Utara
711 M- Penaklukan Spanyol, Sind, dan Transoxiana
713 M- Penaklukan Multan
716 M- Serangan ke Konstantinopel.
717 M-Umar bin Abdul-Aziz menjadi khalifah. Reformasi besar-besaran dijalankan
725 M- Tentara Islam merebut Nimes di Prancis
749 M- Kekalahan tentara Umayyah di Kufah, Iraq terhadap tentara Abbasiyah
750 M- Damsyik direbut oleh tentara Abbasiyyah. Kejatuhan Kekhalifahan Bani Umayyaah
756 M- Abdurrahman Ad-Dakhil menjadi khalifah Muslim di Kordoba dan memisahkan diri dari
Abbasiyah
20