You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen
dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan
somatostatin. Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan
mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid
atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak
begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi
negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas). Glukosa darah adalah
gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan
sebagai glikogen di hati dan otot rangka.

Pengujian glukosa (gula darah) dalam urin anda adalah cara untuk mengetahui bagaimana
tubuh memperlakukan glukosa berlebih. Umumnya, tubuh manusia tidak “menumpahkan” glukosa ke
dalam urin, kecuali kadarnya telah menjadi sangat tinggi di dalam aliran darah. Tingginya kadar gula
dalam urin dapat menjadi sinyal bahwa ada sesuatu yang salah dalam cara tubuh. Mengelola glukosa.
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan dengan
menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat digolongkan dalam
jenis pemeriksaan semi kuantitatif. Sedangkan tes glukosa dengan enzimatik dilakukan
dengan metode carik celup yang tergolong dalam pemeriksaan semi kuantitatif dan
kuantitatif. ( kimball, 1998 ). Pada praktikum ini kami melakukan uji glukosa pada urin puasa
dan tidak puasa.

1
1.3 Tujuan Praktikum

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mahasiswa dapat melakukan uji glukosa pada urine


2. Mahasiswa dapat mengetahui kadar gula darah

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat melakukan uji kualitatif urine


2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi penderita Diabetes melitus
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengujian glukosa pada urine dan darah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Urine

Urine atau air seni atau air kencing merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui
ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urine normal
biasanya berwarna kuning, berbau khas jika didiamkan berbau ammoniak, pH berkisar 4,8 –
7,5 dan biasanya 6 atau 7. Berat jenis urine 1,002 – 1,035. Volume normal perhari 900 – 1400
ml.

Kandungan dalam urine


1.      Air sebanyak 95 %
2.      Urea, asam ureat dan ammonia
3.      Zat warna empedu (Bilirubin dan Biliverdin)
4.      Garam mineral, terutama NaCl (Natrium Chlorida)
5.      Zat-zat bersifat racun seperti sisa obat dan hormon.

Proses Terbentuknya Urine

Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal melalui pembuluh
nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrane glomerulus, zat-zat yang terdapat dalam darah
(air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari pembuluh darah kemudian masuk
kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine primer. Proses ini disebut filtrasi. Urine
primer dari kapsul bowman mengalir melalui saluran-saluran halus (tubulus kontortokus
proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap
kembali oleh darah melalui pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga
terbentuk urine sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi.

Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan mengalami
penambahan zat sisa metabolisme maupun zat yang tidak mampu disimpan dan akhirnya

3
terbentuklah urnine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih melalui ureter. Proses ini
disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh dengan urine, tekanan urine pada
dinding kandung kemih akan menimbulkan rasa ingin buang air kecil atau kencing.

Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal sekitar 5 liter
setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari
banyaknya air yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu udara dingin, pembentukan
urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit.

Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika
banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap orang berbeda-beda.
Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan atau
dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya warna urine normal berkisar dari
warna bening sampai warna kuning pucat.

Fungsi Urine

1. Untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
2. Sebagai penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan
urin berwarna kuning pekat atau cokelat

Pengeluaran Urine

Proses jalannya pengeluaran urine dalam tubulus kolektivus yang berada dalam renal
diteruskan oleh ureter menuju vessica urinaria menuju urethra dalam alat kelamin.

1. Pengeluaran urine diatur oleh hormone ADH (Anti Diuretika Hormone).


Bila air minum yang masuk banyak maka pengeluaran hormone ADH akan
berkurang, sehingga urine yang dikeluarkan juga banyak.
2. Bila air minum yang masuk sedikit maka pengeluaran hormone ADH akan terpacu
menjadi lebih banyak, sehingga urine yang dikeluarkan akan menjadi sedikit. Hal ini
terjadi karena penyerapan air terhadap hormone ADH banyak.

4
Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan urine
1. Jumlah air yang diminum
2. Keadaan sistem syaraf
3. Hormon ADH

2.2 Glukosa
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam
hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan somatostatin.
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap
dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton
bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu
kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative
karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas).

Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat
dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka.
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Gula pereduksi
meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji
benedict menggunakan larutan fehling ataupun benedict yang berfungsi memeriksa kehadiran
gula pereduksi dalam suatu cairan.

2.3 Uji Benedict


Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine
yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine
diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan
jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan
penyakit diabetes.
Urine yang warna menjadi merah bata atau oranye setelah ditetesi Larutan benedict
(Fehling A dan Fehling B) lalu dipanaskan, berarti mengandung glukosa.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam
gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula
pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah

5
menjadi glukosa dan maltosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan
pereaksi benedict. Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa
mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic
sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton.
Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan
gugus aldehid, kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena
itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi
keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan maltosa dalam suasana basa dan
memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.
Gula reduksi dengan larutan Benedict (campuran garam Kupri Sulfat, Natrium Sitrat,
NatriumKarbonat) akan terjadi reaksi reduksi oksidasi dan dihasilkan endapan berwarna
merah darikupro oksida.
Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang
mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning
atau merah. Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit
menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna
dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan
pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir
kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang
berlainan. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali
aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa
bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa
akan berubah menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil
positif dengan pereaksi benedict. Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan
menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan
17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak
1 liter. Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan,
sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict.
Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah
warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau
coklat (kandungan glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi
Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui
ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha
hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi..

6
Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine
yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine
diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan
jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan
penyakit diabetes.

2.4 Uji Fehling


Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang
digunakan dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa
tartarat).
Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat dan basa, akan direduksi gula
pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.

Larutan Fehling ialah suatu larutan yang digunakan dalam uji kimia untuk membedakan
antara karbohidrat larut dalam air dan gugus fungsional keton, dan sebagai suatu uji untuk
monosakarida. Uji ini dikembangkan oleh ahli kimia Jerman Herman von Fehling pada tahun
1849.

Pembuatan Larutan Fehling

Larutan Fehling selalu dibuat segar di laboratorium.  Larutan ini semula dibuat sebagai
dua larutan yang terpisah, yang dikenal dengan Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah
larutan encer berwarna biru dari tembaga(II) sulfat, sedang Fehling B adalah larutan jernih
dari kalium natrium tartrat encer (jugas dikenal sebagai garam Rochelle) dan basa kuat
(biasanya natrium hidroksida).

Volume yang sama dari dua campuran dicampurkan untuk memperoleh larutan final
Fehling, yang berwarna biru gelap. Dalam campuran akhir ini, ion tartrat encer dari khelat
garam Rochelle yang terlarut dengan ion  Cu2+ dari tembaga(II) sulfat yang terlarut, sebagai
ligan bidentat memberikan kompleks bis-tartrato-kuprat(II)4- seperti yang ditunjukkan di
bawah ini. Ion tartrat, dengan mengomplekskan tembaga mencegah pembentukan  Cu(OH)2
dari reaksi CuSO4.2H2O dan NaOH yang ada dalam larutan.

Jadi cara membuat larutan ini adalah:

7
Larutan Fehling A: Timbang 69,3 gr kupri sulfat hidrat CuSO4.5H2O dan larutkan
dalam 1 liter akuades. Supaya larutan menjadi jernih tambahkan 1 tetes atau 2 tetes H2SO4
pekat.. Perbandingan dapat diperbesar atau diperkecil.

Larutan Fehling B: Timbang 346 gr Kalium-Natrium-Tartrat dan 100 gr NaOH


larutkan dalam 1 liter akuades (perbandingan dapoat diperbesar atau diperkecil). Bila akan
digunakan Fehling A + Fehling B dalam volume yang sama.

Kegunaan Larutan Fehling

Fehling dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu senyawa mengandung


karbonil aldehid atau keton. Kompleks bistartratokuprate (II) dalam larutan Fehling
merupakan bahan pengoksidasi dan reagen aktif dalam uji tersebut.

Senyawa yang akan diuji ditambahkan ke larutan Fehling dan campuran ini dipanaskan.
Aldehida yang teroksidasi, memberikan hasil yang positif, namun keton tidak bereaksi,
kecuali mereka adalah alfa-hidroksi–keton.

Kompleks bistartratokuprat(II) mengoksidasi aldehid pada satu anion karboksilat, dan


dalam proses ion tembaga(II) dari kompleks ini direduksi menjadi ion tembaga(I). Oksida
tembaga(I) yang merah kemudian mengendap dari campuran reaksi, yang menunjukkan hasil
positif, yaitu reaksi redoks telah berlangsung (ini adalah hasil positif yang sama dengan
larutan Benedict).Sebuah hasil yang negatif apabila tidak terjadi endapan merah; ini penting
untuk diperhatikan bahwa Fehling tidak akan bekerja dengan aldehid aromatik; sehingga
reagen Tollens harus digunakan.

Uji Fehling dapat digunakan sebagai uji generik untuk monosakarida. Hal ini akan
memberikan hasil positif untuk monosakarida “aldosa” (karena gugus aledehida dapat
dioksidasi) tetapi juga untuk monosakarisa “ketosa”, karena mereka diubah menjadi aldosa
oleh basa dalam reagen tersebut, dan kemudian memberikan hasil positif. Untuk alasan ini,
reagen Fehling kadang-kadang disebut sebagai uji umum untuk monosakarida.

Reagen Fehling dapat digunakan untuk menunjukkan  glukosa dalam urin, sehingga
mendeteksi diabetes. Penggunaan lainnya adalah dalam pemecahan pati untuk mengubahnya
menjadi sirup glukosa dan maltodekstrin untuk mengukur jumlah gula pereduksi, sehingga
dapat mengungkapkan setara dekstrosa (DE) dari gula pati.

8
Asam format (HCOOH ─ asam metanoat) juga memberikan hasil uji Fehling yang
positif, karena ia juga berfungsi seperti uji Tollens dan Benedict. Ini karena ia dapat
dioksidasi dengan mudah menjadi CO2 dan air.

Accu Check
Merupakan alat test untuk mengukur kadar gula darah. Accu-Chek Active biasa digunakan
oleh diabetes untuk mengontrol gula darah karena alat ini memiliki tingkat akurasi yang
tinggi. Accu-Chek Performa merupakan Alat yg dapat mengukur gula darah Anda dengan
hasil 99% akurat (sesuai standar ISO 15197) dan cepat hanya membutuhkan sedikit sampel
darah (minimal: 0.6 mikro liter) yang dimasukan ke dalam strip yang mudah menyerap dan
akan memberikan hasil hanya dalam waktu 5 detik, serta memiliki penyimpanan memori
sampai dengan 500 data pengukuran dengan tanggal dan waktu, sehingga dapat memudahkan
Anda untuk memantau perkembangan glukosa dalam darah dengan hasil sebelumnya.
Tes kit ini memiliki layar LCD yang akan memudahkan Anda untuk memantau hasil
pengukuran gula darah. Disertai dengan power otomatis yang akan bekerja dalam waktu 90
detik. Auto power on jika strip dimasukkan dan auto power off jika strip dilepas (dalam
waktu 5 detik), serta auto power off dalam waktu 2 menit jika tes kit ini tidak digunakan,
sehingga membuat baterai tahan lama hingga 2000 pembacaan hasil.

Accu Check
- PERSIAPAN : Usap jari dengan alcohol swab/ wipe, pasang lancet ke Softclix,
(khusus tiap ganti tabung strip baru, ganti code chip )
- PASANG STRIP. Ambil 1 strip dari tabung. Pasang ke slot di kaki meter sehingga
auto-on
- CEK NOMOR KODE KALIBRASI. Bandingkan nomor kode kalibrasi ( code chip )
di layar dengan label di tabung strip
- SAMPLING DARAH DI JARI. Gunakan alat pena coblos Accu-Chek Softclix yang
bebas nyeri untuk sampling darah/ coblos jari. Lokasi coblos di samping jari karena
sedikit jala ujung saraf penyebab nyeri.
- APLIKASI SAMPEL KE STRIP. Aplikasikan setitik darah (sepersepuluh tetes) ke
atas bantalan strip
- BACA HASIL GLUKOSA. Baca hasil glukosa setelah 5 detik.

9
Spesifikasi Accu-Chek Active:
1.Komposisi: Alat meter gula darah yang memakai strip reagen kering
2.Kemasan: Meter kit ( starter kit ) berisi 1 alat glukometer , 10 strip tes, 1 alat pencoblos, 10
lancet
3.Fungsi: Untuk swa
- monitor gula darah (SMGD)/ self
- monitoring of blood glucose
(SMBG), dipakai oleh pasien/ diabetisi di rumah/ non-klinis
4.Sampel darah: Kapiler, arteri, vena, dan
neonates
5.Isi sampel: Tetes dari atas bantalan strip ( top dosing/ top loading )
6.Metode reaksi: Glucose Dehydrogenase ( GDH )
7.Metode ukur: Kuantitatif, fotometrik
8.Lama ukur: 5 detik
9. Rentang ukur: 10 – 600 mg/dL
10. Akurasi: Koefisien korelasi 0.99 ( Ketepatan glukometer adalah 99 % linear/ akurat
dibandingkan analyzer lab )
11.Presisi: CV 2 % ( Ketelitian glukometer adalah +/
-2 % untuk pengukuran berulang
dari sampel darah yang sama )
12.Memori: 200 data, dengan jam dan tan
ggal
13.Software statistik: data rata-rata dari 7,14 hari
14.Transfer data: via infra red ke electronic logbook/
computer
15.QC: Dengan larutan Accu-Chek Active Glucose Control Solution.
16.Sumber energi: Baterai koin 3 volt, tipe 2032, masa pakai 1000 tes

10
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Kamis / 29 November 2018


Waktu : 09.00 – selesai
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi

3.2 Bahan

 Urine
 Larutan Benedict
 Larutan Fehling

3.3 Alat

 Bunsen
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Penjepit
 Korek api
 Accu Chek

11
3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Uji Benedict

Memasukkan sampel urin ke dalam tabung reaksi

Menambahkan larutan benedict ke dalam tabung reaksi kira-kira 2 ml


atau 10 tetes

Mengocok pelan masing-masing tabung agar tercampur rata

Mengamati perubahan warna yang terjadi sebelum dibakar

Menyalakan bunsen dengan korek api

Membakar ujung masing-masing tabung diatas bunsen sampai larutan


berubah warna

Mengamati perubahan warna yang terjadi, mencatat hasilnya

12
3.4.2 Uji Fehling

Memasukkan urine kedalam tabung reaksi

Menambahkan larutan fehling A kira-kira 1ml / sekitar 5 tetes


menggunakan pipet tetes

Mengocok perlahan tabung reaksi agar larutan tercampur

Menambahkan larutan fehling B sebanyal 1ml / sekitar 5 tetes

Mengocok kembali secara perlahan agar larutan tercampur rata

c
v

Menyalakan bunsen dengan korek api

Membakar ujung tabung reaksi diatas bunsen hingga larutan berubah


warna

Mengamati perubahahan warna yang terjadi dan mencatat hasilnya

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada uji glukosa pada urine dengan uji benedict kami mendapati hasil:

- Urine Puasa : kuning pudar (+2)


- Urine tidak puasa : kuning (+2)

Pada uji glukosa pada urine dengan uji Fehling kami mendapati hasil:

- Urine puasa : Hijau kebiruan (-)


- Urine tidak Puasa : Hijau Kekuningan (+1)

Pada uji glukosa dalam darah menggunakan Accu Chek kami mendapati hasil:

- Rafika : 89 mg/dL
- Tatania : 89 mg/dL

4.2 Pembahasan

Pada uji benedict ini hanya uji kualitatif yaitu menentukan positif tidaknya
mengandung glukosa dengan ketentuan warna. Uji benedict atau tes benedict digunakan
untuk menunjukkan adanya monosakarida dan gula pereduksi. Tembaga sulfat dalam reagen
benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan gula pereduksi membentuk endapan
berwarna merah bata. Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen
benedict karena keduanya mengandung aldehida ataupun keton bebas. Hasil positif
ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi hijau, kuning, orange, atau merah bata
dan muncul endapan hijau, kuning, orange atau merah bata. Berdasarkan sampel urine yang
kami uji, kami memperoleh data uji glukosa dengan uji benedict urine puasa berwarna kuning
pudar (+2) yang berarti tidak mengandung glukosa yang tinggi. Dan pada uji sampel urine
tidak puasa, kami mendapatkan hasil data urin berwarna kuning (+) yang juga dapat diketahui
bahwa tidak mengandung glukosa yang tinggi. Apabila urin diuji dengan uji benedict
menunjukkan hasil positif dapat menjadi pertanda adanya kelainan yang biasa disebut
diabetes mellitus.

Pada uji fehling juga hanya uji kualitatif yang menentukan positif tidaknya kandungan
glukosa pada urin dengan ketetntuan warna. Pada praktikum glukosa urine dengan metode
Fehling ini digunakan pereaksi fehling. Pereaksi ini dapat direduksi oleh karbohidrat yang

14
mempunyai sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling terdiri
atas dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B. Larun Fehling A adalah larutan CuSO 4 dalam
air, sedangkan Larutan Fehling B adalah laruta K-Tartrat dan NaOH dalam air. Kedua
campuran itu dicampur untuk memeriksa suatu karbohidrat. Bedarsarkan sampel urine yang
kami uji, kami memperoleh data uji glukosa dengan uji fehling untuk urine puasa berwarna
hijau kebiruan dan untuk urine berpuasa yaitu berwarna hijau kekuningan yang dapat
diketahui bahwa hasil uji sampel urine berpuasa dan tidak berpuasa negatif (-) hal ini
dikarenakan tidak terjadi perubahan warna menjadi merah bata sehingga tidak terdapat
glukosa dalam urinenya. Berdasarkan liter=atur bahwa jika uji glukosa urine hasilnya positif
ini menandakan glukosuria. Penyebab glukosuria ini terdapat berbagai macam yaitu: tanpa
hiperglikemi (terjadi pada saat glukosa dibuang ke air meskipun kadar glukosa dalam darah
normal. Hal ini bisa dikarenakan adanya kelainan fungsi di tubulus renalis), sedangkan
kelainan dengan hiperglikemi (terjadi pada saat Diabetes melitus karena kadar glukosa dalam
darah meningkat, karena kekurangan insulin sehingga nefron diginjal tidak bisa menyerap
kembali kelebihan glukosa karena melewati bnilai ambang ginjal.

Dan kami juga melakukan uji kuantitatif untuk mengetahui kadar glukosa melalui
darah menggunakan alat Accu chek. Berdasarkan hasil yang kami uji kami mendapat data
bahwa darah dari orang yang tidak berpuasa memperoleh kadar glukosa 89 mg/dL dan darah
dari orang yang berpuasa 89 mg/dL yang dapat dikatakan normal. Dengan ketentuan Sebelum
makan: sekitar 70-130 mg/dL. Dua jam setelah makan: kurang dari 180 mg/dL. Setelah tidak
makan (puasa) selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100 mg/dL.

15
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. pada uji kualitatif benedict, sampel urine tidak berpuasa berwarna Kuning pudar (+2) dan
sampel urine berpuasa berwarna kuning (+2) yang berarti tidak mengandung glukosa.
2. pada uji kualitatif fehling, sampel urine tidak berpuasa berubah menjadi warna hujau
kebiruan dan sampel urine berpuasa berwarna hijau kekuningan yang berarti tidak
mengandung glukosa.
3. pemeriksaan glukosa menggunakan alat Accu Chek, glukosa darah dari orang yang tidak
berpuasa yaitu 89 mg/dL dan glukosa darah dari oarng yang tidak berpuasa yaitu 89
mg/dL dapat disimpulkan bahwa kadar gula darah ini Normal.

5.2 saran

Sebaiknya Uji ini dilakukan dengan sangat teliti agar hasil yang didapat akurat.
sebaiknya alat yang digunakan pada uji ini Steril dan bahan dapat disiapkan terlebih dahulu
agar praktikum berjalan dengan lancar

16
DAFTAR PUSTAKA

Baron, D.N. 1990. Patologi Klinik, Ed IV, Terjemahan. Andrianto P dan Gunakan
J.Jakarta :Penerbit EGC.

Depkes RI. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas. Jakarta : Depkes.

Evelyn, P. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Gandasoebrata, R. 1998. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat Agung.

Guyton, A.C. 1983. Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan Adji Dharma
et al. Jakarta : EGC.

Kurniawan, F. B. 2015. Kimia Klinik : Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta : EGC.

Poedjiadi, A. 2013. Dasar-Dasar Biokimia. Bandung : UI Press.

Toha. 2001. Biokimia, Metabolisme Biomolekul. Bandung: Alfabeta.

Yazid, E dan Nursanti, L. 2014. Biokimia : Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta : EGC.

17

You might also like