You are on page 1of 19

Laporan Praktikum

PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN

DENGAN UJI SAHLI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga laporan praktikum
yang berjudul “PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN UJI
SAHLI” dapat tersusun dengan baik dan dapat disajikan dengan baik.
Penyusunan laporan ini ditujukan untuk memenuhi syarat ujian praktikum akhir
semester biokimia.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan maupun pengkajian


laporan masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan
demi untuk perbaikan di masa mendatang.

Atas kelancarannya mengerjakan tugas ini kami ucapkan terima kasih


kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan semua teman –
teman yang ikut membantu dalam penyusunan laporan ini.

Semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya


kepada kita semua, dan mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca.

Pare, 30 Desember 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul...................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................1
1.2. Tujuan Praktikum
1.2.1. Tujuan Umum...............................................................2
1.2.2. Tujuan Khusus..............................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pengertian Hemoglobin.........................................................3
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hemoglobin..................4
2.3. Pengukuran Kadar Hemoglobin............................................6

BAB III METODOLOGI


3.1. Waktu dan Tempat................................................................8
3.2. Alat........................................................................................8
3.3. Bahan.....................................................................................8
3.4. Prosedur Kerja.......................................................................8

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan.................................................................10
4.2. Pembahasan...........................................................................10

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan............................................................................13
5.2. Saran......................................................................................13

Daftar Pustaka
Lampiran

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Darah terdiri dari dua bagian, yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah
sendiri terdiri dari trombosit, leukosit, dan eritrosit. Dalam eritrosit atau sel darah
merah terkandung hemoglobin yang berperan penting dalam proses pernafasan
sebagai alat pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh serta
karbondioksida dari sel jaringan menuju paru-paru yang kemudian akan
dikeluarkan dari tubuh. Hemoglobin juga berperan penting dalam
mempertahankan bentuk sel darah merah dan memberi warna pada darah.

Hemoglobin memiliki masa regenerasi setiap 120 hari. Pembentukan


hemoglobin membutuhkan vitamin B12 dan asam folat untuk replikasi nucleus
dan pematangan maturasi sel. Zat besi dalam bentuk ferro (Fe 2+) sebagai ion
logam yang bertindak sebagai pengikat oksigen serta vitamin A untuk sintesa
membrane eritrosit.

Rendahnya kadar hemoglobin dalam darah dapat mempengaruhi kinerja


sel-sel dalam tubuh karena sel dapat kekurangan oksigen dan tingginya kadar
hemoglobin dapat membuat darah menjadi kental.

Suatu keadaan di mana kadar hemoglobin darah lebih rendah dari normal
disebut dengan anemia. Anemia dapat mengakibatkan kekurangan energy, merasa
lemah, letih, lesu, mata berkunang-kunang, pucat dan sebagainya karena
kurangnya pasokan oksigen pada sel tubuh. Menurut WHO seseorang dikatakan
menderita anemia jika memiliki kadar hemoglobin :

a) Pria : Hb < 13 g/dL


b) Wanita dan anak (6-14 tahun) : Hb < 12 g/dL
c) Ibu hamil : Hb < 12 g/dL
d) Anak (6 bulan – 6 tahun) : Hb < 11 g/dL

1
Dalam praktikum kali ini, kami melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin
dengan menggunakan metode Sahli dan alat digital (Easy Touch GCHb) sebagai
salah satu kompetensi mata kuliah biokimia.

1.2. Tujuan Praktikum


1.2.1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar Hb baik dengan alat
digital maupun metode Sahli.
b. Mahasiswa mampu memahami cara pemeriksaan kadar Hb.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami prinsip kerja dari pemeriksaan kadar Hb.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kriteria penderita anemia.
c. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan pemeriksaan kadar Hb dengan
metode Sahli dan alat digital (Easy Touch GCHb).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin adalah suatu senyawa kompleks antara protein (globulin)


dengan metaloporfirin (heme). Hemoglobin yang berperan penting dalam proses
pernafasan sebagai alat pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh serta
karbondioksida dari sel jaringan menuju paru-paru yang kemudian akan
dikeluarkan dari tubuh. Dalam satu sel darah merah mengandung 250 juta
molekul hemoglobin. Ketika sel darah merah melewati pembuluh kapiler paru-
paru, insang, atau organ respirasi lainnya, oksigen akan berdifusi ke dalam
eritrosit dan hemoglobin akan berikatan dengan O2 dan NO. Hemoglobin akan
membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Di sana O2 akan berdifusi
ke dalam sel-sel tubuh. Dan NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga
dapat mengembang.hal tersebut mungkin berperan dalam membantu mengirimkan
O2 ke sel (Campbell, 2004).

Hemoglobin merupakan suatu senyawa kompleks globlin yang dibentuk 4


sub unit, masing-masing mengandung suatu gugusan heme yang dikonjugasi ke
suatu polipeptida. Heme adalah turunan porofirin yang mengandung zat besi (Fe).
Hemoglobin menjadi satu dengan oksigen udara yang terdapat di dalam paru-paru
hingga terbentuk yaitu oksihemoglobin, yang nantinya melepaskan oksigen
menuju sel-sel jaringan tubuh. Proses oksihemoglobin memerlukan besi dalam
bentuk ferro di dalam molekul hemoglobin. Oksigen yang terikat jumlahnya sama
dengan jumlah atom besi. Tiap gram hemoglobin akan mengangkut sekitar 1,34
ml oksigen. Maka dari itu besi penting dalam pembentukan hemoglobin,
mioglobin, dan substansi lainnya seperti sitokrom, sitokrom oksidase,
peroksidase, dan katalase.

Sintesis hemoglobin diawali dari dalam proeritoblast kemudian


dilanjutkan dalam fase retikulosit dalam sumsum tulang. Tahap dasar kimiawi
pembentukan hemoglobin yaitu suksini KoA yang dibentuk dalam siklus Krebs
berikatan dengan glisin untuk membentuk senyawa pirol yang menyatu

3
membentuk senyawa protoporfirin. Kemudian senyawa tersebut berikatan dengan
besi menggunakan bantuan enzim ferokelatase membentuk molekul heme. Setiap
molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang (globin) membentuk
suatu subunit hemoglobin. Menurut Campbell menyatakan bahwa pada berbagai
jenis unggas yang normal, hemoglobin menempati sepertiga dari volume sel darah
merah.

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hemoglobin

Banyak factor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin dalam


darah baik dari luar maupun dalam tubuh seseorang. Penyakit dan kondisi yang
menyebabkan tubuh menghasilkan sel darah merah yang lebih sedikit dari
biasanya meliputi:

a) Anemia aplastik
b) Kanker
c) Obat-obatan tertentu, seperti obat anti retroviral untuk mengobati infeksi
HIV dan kemoterapi untuk kanker dan kondisi lainnya
d) Sirosis
e) Limfoma Hodgkin (penyakit Hodgkin)
f) Hipotiroidisme (gangguan tiroid)
g) Anemia defisiensi besi
h) Penyakit ginjal
i) Keracunan timbal
j) Leukemia
k) Anemia defisiensi vitamin

Penyakit dan kondisi yang menyebabkan tubuh Anda menghancurkan sel-sel


darah merah lebih cepat dari yang dapat dihasilkan :

a) Pembesaran limpa
b) Porfiria
c) Anemia sel sabit
d) Thalassemia
e) Vaskulitis

4
Kadar hemoglobin rendah juga dapat disebabkan oleh kehilangan darah, yang
dapat terjadi karena:

a) Perdarahan dari luka


b) Perdarahan pada pencernaan atau saluran kemih
c) Sering donor darah
d) Periode menstruasi yang berat
e) Mimisan

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dari segi


metabolism, yaitu :

a) Kecukupan Besi dalam Tubuh

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia


defisiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang
lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan
mikronutrien esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi
mengangkutoksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan
ke dalam udara pernapasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem
enzim pernapasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase.
Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan
mioglobin dalam sel otot.

b) Metabolisme Besi dalam Tubuh

Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah


lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau
hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin 150 mg), phorphyrin
cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian
besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan
metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Metabolisme besi dalam
tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,
penyimpanan dan pengeluaran.

c) Makanan atau zat gizi

5
Zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan
yang dikonsumsi digunakan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin
yaitu Fe (zat besi), asam folat, vitamin A, dan vitamin B12.

d) Fungsi Organ-Organ Tubuh Lain

Misalnya fungsi hepar dan ginjal yang membantu dalam proses


pembentukan eritrosit dan hemoglobin.

e) Merokok

Merokok dapat mengurangi kelembaban hemoglobin membawa


oksigen dari darah. Juga pengaliran darah ke organ-organ vital dan
jaringan-jaringan(seperti jantung, otak dan otot)akan berkurang. Secara
timbulnya stress terhadap organ-organ vital,seperti jantung.

f) Penyakit Yang Menyertai

Penyakit yang diderita membutuhkan lebih banyak zat gizi dan


oksigen untuk pembentukan energi guna penyembuhan penyakit yang di
derita.

2.3. Pengukuran Kadar Hemoglobin

Semua metode pengukuran kadar Hb pada prinsipnya adalah


menggunakan sifat hemoglobin sebagai pigmen warna. Karena kepekatan warna
sebanding dengan banyaknya zat warna, maka dengan mengukur intensitas warna
secara tidak langsung dapat menentukan kadar zat warna tersebut. Perbedan
antara metode terletak pada reagen yang digunakan unruk menstabilkan warna
serta cara mengukur intensitas warna yang terjadi.

Metode sahli adalah metode pemeriksaan hemoglobin yang dilakukan


secara visual. Pemeriksaan hemoglobin dengan cara darah diencerkan dengan
larutan HCl agar hemoglobin berubah menjadi asam hematin, kemudian dicampur
dengan aquadest hingga warnanya sesuai dengan warna standar. Penggunaan HCl
dikarenakan asam klorida adalah asam monoprotik yang sulit menjalani reaksi
redoks. Selain itu juga merupakan asam yang paling tidak berbahaya

6
dibandingkan asam kuat lainnya. HCl mengandung ion klorida yang tidak reaktif
dan tidak beracun. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, asam klorida
merupakan reagen pengasam yang sangat baik. Penambahan HCl dalam darah
maka HCl akan menghidrolisis hemoglobin menjadi globin ferroheme.

Hasil pengukuran untuk menyimpulkan anemia atau tidak akan terlihat


dari angka di tabung pengukurnya. Metode ini memiliki subjektifitas yang tinggi,
misalnya dalam membandingkan warna hasil dengan warna standar. Metode ini
juga memiliki kelemahan diantaranya yaitu hematin asam merupakan bukan
larutan sejati, alat haemometer sulit untuk distandarisasi, batas gelas warna
standar dapat berubah warna apabila sudah lama dan tidak semua macam
hemoglobin dapat diubah menjadi hematin asam.

7
BAB III METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Jumat, 21 Desember 2018
Waktu : 10.00-selesai
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi akademi Gizi Karya Husada
Kediri

3.2. Alat
- Pipet Hb
- Alat Sahli
- Pipet Pastur
- Pengaduk

3.3. Bahan
- HCl 0,1 N
- Aquades
- Sampel darah

3.4. Prosedur Kerja

Memasukkan HCl ke dalam tabung Sahli sampai angka 2

Membersihkan ujung jari dengan alcohol, lalu menusuk


dengan lanser atau autoclick

Menghisap darah dengan pipet sampai tanda batas, tidak


boleh ada udara yang ikut masuk ke dalam pipet.

8
Memasukkan darah ke dalam tabung Hb, lalu mengaduk
sampai rata.

Menambahkan sedikit aquades, lalu mengadungnya lagi

Memasukkan ke alat pembanding, jika warna belum sama


menambahkan aquades lagi lalu mengaduknya.

Jika warna sudah sama, melihat skala/angka yang tertera


pada tabung Hb.

9
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Kadar Hemoglobin (g/dL)


Sampel Darah
Metode Sahli Easy Touch GCHb

A 12,1 14,8

B - 12,7

Keterangan :

A : Laki-laki

B : Perempuan

4.2. Pembahasan

Dari data pengamatan sampel darah A kadar hemoglobinnya adalah 14,8


g/dL dan sampel darah B adalah 12,7 g/dL jika diuji menggunakan Easy Touch
GCHb. Kadar Hb tersebut termasuk normal karena rentang kadar Hb normal laki-
laki dan perempuan secara berturut adalah 13-18 g/dL dan 12-16 g/dL.

Dan untuk kadar Hb dengan menggunakan metode Sahli nilainya rebih


rendah yaitu 12,1 g/dL dan dapat dikatakan sampel darah A, hemoglobinnya
kurang.

Dari hasil pengamtan kita juga bisa menyimpulkan bahwa terdapat


perbedaan nilai antara pemeriksaan Hb dengan metode Sahli dengan alat digital.
Aalt digital (Easy Touch GCHb) nilainya lebih tinggi daripada metode Sahli.

Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin


ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi
ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid
yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang

10
terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan mata telanjang).
Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah
adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara
pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar.
Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas
sangat berpengaruh. Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman,
penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun
demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih
atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila
pemeriksaannya telah terlatih hasilnya dapat diandalkan. Hemoglobin dapat
diukur dengan berbagai metode antara lain metode sahli, metode oksihemoglobin
dan metode sianmethemoglobin. Metode sianmethemoglobin merupakan metode
yang direkomendasikan oleh International Committe for Standarization in
Hematology (ICSH).

Berdasarkan penelitian Miko di tahun 2016, metode sahli memiliki


sensitifitas nilai indeks 100%, spesifisitas nilai anemia ibu hamil 6,1%, sedangkan
perhitungan uji reliabilitas 1,16%. Hasil tersebut menunjukan bahwa metode sahli
kurang disarankan karena false positif mikrokuvet tinggi. Salah satu metode
pengukuran hemoglobin yang praktis digunakan saat ini adalah dengan
menggunakan alat easy touch GCHb. Alat kesehatan ini tidak hanya digunakan
untuk memeriksa hemoglobin dalam darah, tetapi juga untuk mengukur kadar
gula darah dan kolesterol. Easy touch GCHb memiliki keuntungan sangat mudah
digunakan, prosesnya cepat, murah serta telah lulus uji, sehingga dapat digunakan
sendiri tanpa bantuan tenaga medis. Namun, penggunaan alat ini masih terbatas
karena tidak semua orang mampu membeli dan menggunakan alat ini, sehingga
alat ini kurang umum digunakan di masyarakat.

Pada pendertita anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah
merah atau hemoglobin dibawah normal. Penyebabnya bisa karena kekurangan
zat besi, asam folat dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia
yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi adalah
anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga

11
kebutuhan zat besi untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum dan jenuh
transferin menurun, kapasitas ikat besi total meninggi dan cadangan besi dalam
sumsum tulang serta di tempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali.

12
BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
a) Sampel darah A kadar hemoglobinnya adalah 14,8 g/dL dan sampel darah
B adalah 12,7 g/dL jika diuji menggunakan Easy Touch GCHb. Kadar Hb
tersebut termasuk normal karena rentang kadar Hb normal laki-laki dan
perempuan secara berturut adalah 13-18 g/dL dan 12-16 g/dL.
b) Metode Sahli nilainya rebih rendah yaitu 12,1 g/dL dan dapat dikatakan
sampel darah A, hemoglobinnya kurang.
c) Terdapat perbedaan nilai antara metode Sahli dengan alat digital.
d) Berdasarkan penelitian Miko di tahun 2016, metode sahli memiliki
sensitifitas nilai indeks 100%, spesifisitas nilai anemia ibu hamil 6,1%,
sedangkan perhitungan uji reliabilitas 1,16%. Hasil tersebut menunjukan
bahwa metode sahli kurang disarankan karena false positif mikrokuvet
tinggi.
e) Banyak factor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan medote Sahli,
terutama subjektivitas penglihatan.

5.2. Saran

Sebaiknya praktikum dilakukan pada tempat yang mendapat cahaya yang


cukup agar subjektivitas penglihatan bisa tepat.

13
Daftar Pustaka

Campbel,Neil A. , Jane B Reece, Lawrence G. Mitchell. 2004. Biologi Edisi


Kelima Jilid III. Erlangga : Jakarta.

Kusumawati, E., Lusiana, Nova, Mustika, Ika. Hidatyati, Sri. Novi Andayani,
Esti. 2018. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb) Remaja
Menggunakan Metode Sahli Dan Digital (Easy Touch GCHb). Fakultas
Psikologi Dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya : Journal Of Health Science And Prevention.

Rosidah. Kristina Rahmawati, Nur. 2016. Perbedaan Kadar Hemoglobin Metode


Sahli Pada Darah Vena Dan Kapiler Di Puskesmas Tikung Desa Bakalan
Pule Kec. Tikung Kab. Lamongan. Akademi Analisis Kesehatan Delima
Husada Gresik. Jurnal Sains.

Andriani K.,Diah. Risnawati, Indah. Asiyah, Nor. Perbedaan Rata-Rata Hasil


Pengukuran Kadar Hemoglobin Dengan Menggunakan Alat Ukur Hb
Sahli Dan Hb Elektrik. STIKES Muhammadiyah Kudus.

Miko A, Alfrisyah, Nurbaiti. 2016. Validitas dan Reliabilitas Metode Sahli


Dalam Penilaian Anemia Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Darussalam Aceh Besar.

14
Lampiran

Sampel Darah A Sampel Darah B

15
16

You might also like