You are on page 1of 14

sumber:www.oseanografi.lipi.go.

id

Oseana. Volume IX, Nomor 4 : 102-115, 1984 ISSN 0216 - 1877

EKOSISTEM MANGROVE

oleh

Sukristijono Sukardjo 1)

ABSTRACT

THE MANGROVE ECOSYSTEM. Mangrove represent as primary feature in the


coastal habitat. In Indonesia, the mangrove ecosystem extend approximately to be
about 4.25 million hectare and constitute a part of an important natural resources. As
a fragile ecosystem, the mangrove forest serves many tangible and intangible benefit
for the human being. The mangrove species have been particularly highly acknowledge
as edible plants by coastal villagers. But, economically little has been done to expand
their useful product. Mostly they used in the traditional level.
Floristically, 89 species along with their trees (35 species), shrubs (5 species),
herbs (9 species), lianas (9 species), epiphytes (29 species) and 2 parasitic plants are
found in the mangrove forest ecosystem. Physiognomically, the structure and species
composition of the mangrove forest of Indonesia can be recognized and determined as: 1.
Mangrove shrub community ; 2. Young mangrove community; 3. Old mangrove
community; 4. Nipa community.
However, not all species of mangrove are found in every community types.
Different forest occupied by different community type and its floristic composition.
This is all the more reason to develop insights on which to base good judgment now
and in the future. This valuable forest resource should not be taken for granted. Nor
should we allow it to be whittled away to our cost by simple neglect or through
uncontrolled exploitation.

PENDAHULUAN Perkiraan luas ini belum mencakup mangro-


ve yang terdapat di pulau-pulau kecil yang
Indonesia merupakan negara maritim belum disurvai.
yang mempunyai panjang garis pantai ± Fungsi dan peranan ekosistem mangrove
81.000 Km. Di kawasan pantai tersebut ter- sangat rumit, begitu pula dalam kaitannya
dapat berbagai tipe vegetasi, diantaranya dengan ekosistem lain di sekitarnya terutama
mangrove atau hutan bakau. Mangrove tum- ekosistem perairan lepas pantai. Untuk men-
buh lebat di pantai yang berlumpur, delta, jaga keseimbangan wilayah pantai dan mem-
muara sungai besar, laguna dan teluk yang pertahankan manfaat gandanya maka mang-
terlindung. Luas hutan mangrove di seluruh rove perlu dilestarikan. Tulisan ini menyaji-
Indonesia diperkirakan sekitar 4,25 juta hek- kan pertelaan beberapa aspek ekologi dan
tar atau 3,98% dari seluruh luas hutan pemanfaatan beberapa jenis tumbuhan mang-
Indonesia, dan 75% masih merupakan hutan rove.
mangrove asli yang belum banyak terganggu.

1) Laboratorium Botani Laut, Pusat Penelitian Biologi Laut, Lembaga Oseanologi Nasional — LIPI, Jakarta.

102

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

PENYEBARAN EKOSISTEM MANGROVE 1. Struktur fisiografi tempat


Kondisi fisiografi pantai Indonesia sangat
Indonesia terdiri atas 13.667 pulau, beranekaragam hingga hutan mangrovenya
tetapi tidak semua pantai pulau-pulaunya berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya.
ditumbuhi oleh mangrove atau cocok untuk Mangorove tumbuh pada pantai-pantai yang
per-tumbuhan dan perkembangan mangrove. terlindung atau pantai-pantai yang datar dan
Penyebaran dan luas ekosistem mangrove di sejajar' dengan arah angin. Mangrove tidak
seluruh Indonesia dicantumkan pada Tabel 1 tumbuh di pantai yang terjal dan berombak
dan Gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat kuat dengan arus pasangsurut kuat, karena
bahwa pantai Irian Jaya bagian selatan hal ini tidak memungkinkan terjadinya
sampai barat, bagian timur Sumatera dari pengendapan lumpur dan pasir. Mangrove
Aceh sampai Lampung, muara serta delta tumbuh lebat di sepanjang pantai berlumpur
sungai-sungai di Kalimantan merupakan yang berombak lemah. Biasanya di tempat
tempat terluas yang ditumbuhi mangrove. yang tidak ada muara sungai, mangrove ter-
Pada pulau yang padat penduduknya, dapat agak tipis, namun pada tempat yang
misalnya Jawa, sebagian besar wilayah mang- mempunyai muara sungai besar dan delta
rove telah diubah menjadi pertambakan, yang aliran airnya banyak mengandung
lahan pertanian, permukiman, kawasan in- sedimen lumpur dan pasir, mangrove tum-
dustri, rekreasi dan lain-lain. Oleh karena itu buh dan luas. Mangrove seperti ini dapat di-
luas hutan mangrove di pulau Jawa telah jumpai di Sumatera, Kalimantan dan Irian
berkurang dengan drastis. Sisa hutan mang- Jaya.
rove yang terluas hanya terdapat di Segara
Anakan, Cilacap dan inipun sudah banyak 2. Penambahan lahan
yang rusak. Dalam Seminar II Ekosistem
Penambahan lahan diartikan sebagai
Mangrove yang diselenggarakan di Baturaden
akumulasi tanah dan pelebaran lahan di pan-
tahun 1982 disimpulkan bahwa ekosistem
tai, yang merupakan salah satu faktor penting
mangrove di Indonesia belum semuanya
yang mempengaruhi eksistensi mangrove.
terekam sehingga survai dan inventarisasi
Penambahan lahan dikendalikan oleh angin,
harus lebih digalakkan lagi.
pasangsurut, arus laut, bentuk muka pantai
(relief) dan jumlah sedimen yang diendapkan
di laut oleh aliran sungai. Tidak terpenuhinya
faktor tersebut dapat menghambat
KONDISI LINGKUNGAN YANG
perkembangan mangrove.
MEMPENGARHUI MANGROVE
Mangrove tumbuh selaras dengan penam-
bahan lahan. Tetapi ada dua pendapat yang
Mangrove merupakan ekosistem khas
saling berlawanan mengenai peranan mang-
pesisir yang dipengaruhi oleh pasangsurut.
rove dan proses penambahan lahan. Van
Floranya terdiri dari perdu seperti perepat
STEENIS (1958) berpendapat bahwa per-
kecil (Aegiceras) sampai pohon yang besar
akaran mangrove yang khas tidak berfungsi
dan tinggi (hingga 40 m) seperti bakau-
sebagai penahan lumpur dan faktor utama
bakau (Rhizophora) dan tanjang
penambahan lahan, tetapi sistem perakaran
(Bruguiera). Setiap tipe mangrove yang
berkembang mengikuti penimbunan lumpur.
terbentuk berkaitan erat dengan faktor
Sebaliknya DAVIS (1940) dan BOWMAN
habitatnya, di antaranya tanah, genangan air
(dalam van STEENIS 1958) mengatakan
pasang, salinitas, erosi, penambahan lahan
bahwa perakaran mangrove berperan sebagai
pesisir, fisiografi, kondisi sungai dan
penahan lumpur, sehingga sistem perakaran
aktivitas manusia.
mangrove berperan dalam perluasan lahan.

103

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

104

Gambar 1. Penyebaran hutan mangrove di Indonesia.

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Tabel 1. Luas ekosistem mangrove di Indonesia.

Propinsi Luas (Ha) Propinsi Luas (Ha)

Sumatera: Nusa Tenggara :

Aceh 54.335 Nusa Tenggara Barat 3.678


Sumatera Utara 60.000 Nusa Tenggara Timur 1.830
Jambi 65.000
Riau 276.000
Sumatera Selatan 195.000 Sulawesi:
Lampung 17.000 Sulawesi Selatan 66.000
Sulawesi Tenggara 29.000
Kalimantan : Sulawesi Utara 4.833
Kalimantan Barat 40.000
Kalimantan Tengah 10.000
Kalimantan Timur 266.800 Maluku : 100.000
Kalimantan Selatan 66.650
Jawa dan Bali: Irian Jaya : 2.943.000
DKI Jakarta 95
Jawa Barat 28.513,16
Jawa Tengah 13.576,87
Jawa Timur 7.750
Bali 1.950 Indonesia : 4.251.011,03

(Sumber: Direktorat Bina Program 1982).

Kedua pendapat itu sebenarnya berlaku, Pada hutan mangrove yang tumbuh di
bergantung pada tingkat perkembangan pantai yang relatif stabil perluasan lahannya
mangrove. Sekali mangrove terbentuk per- tidak intensif, dan umumnya ditumbuhi oleh
akarannya dapat membantu penambahan la- pohon-pohon mangrove yang besar, tinggi
han lebih lanjut, dan mengurangi atau mem- dan dewasa. Apabila kondisi habitat ber-
perlambat erosi. Sebaliknya pada endapan- ubah, seperti bila erosi atau pengendapan
endapan lumpur baru yang terbentuk di lumpur baru terjadi, rawa mangrove juga
muka mangrove, rawa mangrove dengan akan berubah. Pada tepi-tepi laut yang air-
cepat meluas maju ke arah laut. Proses ini nya relatif tenang, umumnya ditumbuhi
dapat dilihat misalnya di daerah Kuala lebat oleh jenis api-api (Avicennia spp.) dan
Sekampung, Lampung, Sumatera Selatan, bakau (Rhizophora spp.) yang perakarannya
dan di daerah Palembang yang dilaporkan membantu kestabilan wilayah pantai.
oleh MacNAE (1974) kecepatan perluasan Dengan demikian mangrove berfungsi seba-
hutan mangrove ke arah laut mencapai gai pembangun, stabilisator dan pelindung
120 m per tahun. lahan.

105

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

3. Salinitas dan genangan pasangsurut 4. Tanah


Umumnya tanah mangrove di Indonesia
Salinitas harian, bulanan dan tahunan
merupakan tanah muda. Bahan-bahan pem-
tanah sangat bervariasi dan bergantung
bentuk tanah telah mengalami berbagai
pada frekuensi, tinggi dan lama genangan
pen-cucian dan pelumatan sebelum
air pasangsurut. Pada musim kemarau
diendapkan, sehingga partikel-partikel
umumnya nilai salinitas lebih tinggi jika
tanah sangat halus. Tanah mangrove
dibandingkan dengan nilai pada musim
mempunyai kandungan garam dan kadar air
hujan.
yang tinggi, asam sulfida yang melimpah,
Ada dua macam kelas pembagian genang-
kandungan oksigen yang rendah serta bahan
an yang berdasarkan sifat-sifat pasang di
kasar lainnya yang berasal dari hancuran
suatu tempat (WATSON 1928). Pembagian
organisme laut. Tanah hutan mangrove di
ini dipakai untuk menentukan mintakat
Indonesia umumnya bertekstur liat, liat
(zone) mangrove dimana terdapat korelasi
berlempung, liat berdebu dan lempung yang
antara penyebaran jenis-jenis tumbuhan po-
berupa lumpur yang tebal, dan yang
hon mangrove dengan tinggi pasang dan
terdapat di bagian tepi-tepi sungai, muara,
lamanya digenangi air. Sementara itu de
parit dan hamparan lumpur. Tanah
HAAN (1931) menentukan permintakatan
mangrove umumnya kaya akan bahan
(zonation) berdasarkan toleransi jenis-jenis
organik. Secara umum tanah hutan mang-
pohon mangrove terhadap salinitas. Kedua
rove merupakan tanah aluvial hidromorf,
macam klasifikasi tersebut tercantum dalam
yang disebut juga tanah liat laut. Tanah ini
Tabel 2.
merupakan tanah muda dan tergolong
Pohon mangrove mempunyai daya adap- dalam tanah regosol atau entisol.
tasi yang khas yang sesuai dengan habitat
Mangrove tumbuh di pantai pada berbagai
yang dipengaruhi oleh pasangsurut dan sali-
macam tanah yang berbeda sifat fisika dan
nitas. Adaptasi terhadap genangan air ini di-
kimianya. Beberapa jenis mangrove tumbuh
cerminkan oleh pembentukan akar napas
hanya pada macam tanah tertentu, misalnya
(pneumatofor), akar lutut dan akar tunjang
tanjang (Bruguiera gymnorrhiza), tumbuh
serta perkecambahan biji pada waktu buah
pada tanah berstruktur lempung yang pejal
masih menempel di pohon (vivipar). Kan-
di bagian dalam hutan. Pada tanah bergam-
dungan garam, (antara lain NaCl) sangat
but yang terletak pada daerah perbatasan
menentukan kemampuan tumbuh dan repro-
antara komunitas hutan mangrove dan hutan
duksi mangrove. Hampir semua jenis mang-
gambut atau rawa air tawar, terdapat jenis
rove merupakan jenis yang toleran terhadap
mangrove, Kandelia candel (linggoyong)
garam, tetapi bukan merupakan jenis yang
yang tumbuh baik pada habitat tersebut.
membutuhkan garam untuk hidupnya (salt
Rhizophora stylosa (bakau minyak) merupa-
demanding) (RICHARDS 1964). Lebih lan-
kan jenis mangrove yang menyukai tanah-
jut BARBOUR (1970) menyatakan bahwa
tanah berpasir. Pada tanah berlumpur lunak,
untuk pertumbuhan dan perkembangan
Rhizophora apiculata, R. mucronata, Sonne-
mangrove serta kriteria mengenai toleransi
ratia spp (pedada), Avicennia spp. tumbuh
bagi jenis-jenis mangrove terhadap garam
berlimpah.
perlu diperinci mengingat sifat-sifat fisika
dan kimia habitatnya selalu berubah-ubah
5. Aktivitas manusia
sebagai akibat pengaruh pasangsurut, air
tawar/sungai, pengendapan lumpur dan de- Aktivitas manusia yang berupa kegiatan
komposisi bahan organik hasil guguran penebangan pohon mangrove secara sewe-
daun, ranting, bunga, buah dan lain-lain. nang-wenang dan intensif, baik tebang habis
maupun tebang pilih dapat mengakibatkan

106

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

perubahan komposisi jenis dan habitat mang- SISTEM PERAKARAN MANGROVE


rove secara drastis. Penebangan habis pohon-
pohon mengubah komunitas pohon tinggi Pohon-pohon mangrove beradaptasi secara
menjadi komunitas pohon rendah yang di- fisiologi dan morfologi terhadap keadaan
kuasai oleh api-api (Avicennia spp.) atau tidak habitat yang dipengaruhi oleh genangan air
jarang pula komunitas baru yang terbentuk pasangsurut dengan amplitudo salinitas yang
setelah penebangan habis ini adalah tinggi serta suasana lumpur tebal dan anaero-
komunitas yang dikuasai oleh perdu, terna bik. Adaptasi ini dapat terlihat dalam bentuk
(herba) dan tumbuhan merambat. Komunitas sistem perakaran yang khas tumbuhan
api-api yang rendah kemudian dapat mangrove. Perakaran ini berfungsi antara lain
untuk membantu tumbuhan mangrove ber-
berkembang menjadi komunitas pohon api-api
nafas dan tetap tegak berdiri. Hanya sedikit
tinggi, tetapi pohon api-api nilai niaganya
jenis mangrove yang mempunyai sistem per-
kurang jika dibandingkan dengan pohon-
akaran yang dalam atau mempunyai akar
pohon bakau. Hutan mangrove juga sering
tunggang yang tetap. Bagian perakaran yang
diubah menjadi tambah-tambak ikan. Ini
ada di dalam tanah umumnya horisontal,
mencakup kawasan yang cukup luas, misal-
bercabang banyak dan berakar rambut yang
nya hampir semua kawasan mangrove di
kecil dan lembut. Akar utamanya menembus
pantai utara Jawa telah berubah menjadi
vertikal ke dalam tanah dan mempunyai
tambak. Kerusakan mangrove yang asli ini
banyak akar samping yang panjang dan ber-
dapat menyebabkan terjadinya erosi pantai
fungsi sebagai jangkar. Seringkali akar sam-
yang gawat, bahkan dapat menyebabkan
ping ini mencuat ke permukaan tanah se-
hilangnya sebagian wilayah pantai ataupun
perti tonggak atau melengkung seperti lutut
berubahnya morfologi pantai secara keselu-
yang disebut akar nafas atau pneumatofor.
ruhan.
Ada pula jenis-jenis mangrove yang berakar
gantung atau berakar liar. Bentuk pneumato-
for bermacam-macam, ada yang berkembang
besar dan kuat bagaikan tonggak yang tinggi-
6. Iklim nya mencapai 25 - 30 cm. Akar ini berasal
Di Indonesia sebagian besar mangrove dari akar horisontal dalam tanah. Pneumato-
terdapat di kawasan dengan curah hujan ta- for umum terdapat pada jenis Avicennia dan
hunan dan bulanan yang tinggi. Dengan ke- bentuknya langsing, sedangkan pada Sonne-
adaan iklim demikian ini mangrove tumbuh ratia, pneumatofor berkembang kuat dan
subur dan berkembang dengan baik. Tetapi besar dengan diameter pada pangkalnya sam-
ini tidak berarti bahwa mangrove tidak pai 5 cm.
dapat berkembang di kawasan beriklim Pada jenis-jenis Lumnitzera racemosa,
kering. Mangrove terdapat pula di kawasan Xylocarpus granatum. X. muloccensis ben-
beriklim kering, seperti di Sulawesi Selatan tuk pneumatofornya tidak meruncing, lebih
dan Tenggara, Jawa Timur dan Nusa Teng- pendek dan membulat permukaannya, ka-
gara, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur, dang-kadang pipih. Modifikasi pneumotafor
tetapi dalam areal yang lebih kecil. Ini bukan terdapat pula pada beberapa jenis mangrove,
disebabkan oleh iklim, melainkan oleh ke- misalnya Bruguiera dan Lumnitzera littorea
nyataan bahwa kondisi pantai dan tidak ada- yang berupa akar horisontal yang tersembul
nya sungai besar seperti di Sumatera, Kali- ke permukaan dan melengkung seperti lutut,
mantan dan Irian Jaya yang tidak memung- sehingga akar nafas ini disebut juga akar
kinkan pembentukan hutan mangrove yang lutut. Pada Rhizophora perakaran terutama
sangat luas. terdiri atas akar liar yang tumbuh lateral

107

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

dari hipokotil (batang muda pada semai yang sehingga pembentukan akar ini akan selalu
baru tumbuh) dan kemudian dari batang tua. sejalan dengan proses penimbunan lumpur.
Pertumbuhan akar ini berurutan dari pangkal Struktur perakaran seperti ini secara terpe-
ke arah bagian atas batang. Akar-akar ter- rinci berbeda dari satu jenis ke jenis lain,
sebut mencuat dari batang, mengarah ke tetapi pada dasarnya semua jenis mangrove
tanah dan menggantung (sehingga disebut sama.
pula akar gantung) dan kemudian masuk ke
tanah dan berakar lagi lebih lanjut. Akar
gantung ini tumbuh pula dari cabang-cabang
dan dapat mencapai panjang sampai lebih KOMPOSISI FLORA MANGROVE
dari 10 m. Akar gantung ini sering bercabang
dua secara berulang. Percabangan ini terjadi Mangrove merupakan himpunan khas
sebagai akibat kekeringan yang mematikan berbagai jenis tumbuhan yang tergolong
titik tumbuh pada ujung akar, dan sebagai dalam suku yang berbeda-beda, tetapi
gantinya tumbuh sepasang akar liar di bagian mempunyai persamaan adaptasi terhadap
ujung akar tersebut. Pertumbuhan seperti ini habitat yang dipengaruhi oleh pasangsurut.
terjadi secara berulang sehingga pada akhir- Setiap jenis tumbuhan mangrove mempunyai
nya terbentuk suatu sistem perakaran yang derajat keterdapatan dan kelimpahan yang
bercabang-cabang secara teratur. Akar-akar berbeda pada tempat dan kondisi habitat yang
tersebut sering pula disebut akar tunjang, berbeda. WATSON (1928) mengelompokan
karena selain berfungsi sebagai penyerap jenis-jenis mangrove menjadi dua golongan,
bahan makanan dari tanah dan air tampak yaitu :
berfungsi juga sebagai penunjang. Sistem
1. Kelompok utama yang terdiri atas jenis-
perakaran seperti ini terdapat pula pada
jenis dari suku Rhizophoraceae dan marga
Ceriops.
Sonneratia, Avicennia dan Xylocarpus.
Pada beberapa jenis pohon mangrove se-
2. Kelompok tambahan yang terdiri atas
ring pula terdapat akar-akar kecil yang tum-
Excoecaria agallocha, Aegiceras spp.,
buh dari pangkal batang yang disebut akar
Scyphyphora hydrophyllacea, Lumnitzera
liar, misalnya pada Excoecaria agallocha,
spp., Oncosperma tigillaria, Cerbera
Aegiceras corniculata, Cerbera manghas dan
manghas dan lain-lain.
Rhizophora spp.
Perakaran di bawah tanah semua jenis Nypa fruticans merupakan jenis tumbuhan
mangrove adalah horizontal, bercabang le- palma yang dapat berkembang dan memben-
bat, dan terdapat pada permukaan. Akar- tuk komunitas tersendiri. Jenis ini merupa-
akar horizontal ini disebut juga akar kabel, kan bagian pula dari kelompok tambahan
ini dikokohkan dengan akar jangkar yang komunitas mangrove. Dalam komunitas
tumbuh tegak lurus ke bawah. Selain itu mangrove di Indonesia, tercatat 35 jenis
akar-akar horizontal, ini membantuk juga tumbuhan pohon, 9 jenis terna, 5 jenis per-
akar bulu yang halus dan lebat pada bagian du, 9 jenis liana, 29 jenis epifit, dan 2 jenis
tumbuhan parasit. Tidak semua jenis ini
lapisan paling atas endapan lumpur dan ber-
selalu terdapat di setiap komunitas mang-
fungsi sebagai penyerap hara makanan. Pem-
rove. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa
bentukan akar pada lapisan paling atas ini
jenis tumbuhan "marginal" tumbuh di ko-
sangat menguntungkan lapisan permukaan
munitas mangrove.
mempunyai erasi yang lebih baik daripada
Berdasarkan komposisi flora, struktur dan
lapisan di bawahnya. Bila terjadi pengendap-
kenampakan umum hutan, tipe beberapa
an lumpur baru di permukaan, akar-akar
mangrove di Indonesia dapat dikenal dan
bulu ini akan tumbuh lagi di atas yang lama,
dipertelakan secara singkat sebagai berikut :

108

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

1. Komunitas semak. Komunitas ini terben- komunitas bakau muda terjadi percam-
tuk oleh jenis-jenis pionir dan terdapat di puran antara jenis-jenis Rhizophora dan
tepi-tepi laut atau delta baru yang ber- beberapa jenis mangrove lainnya seperti
lumpur lunak. Floranya dikuasai oleh Bruguiera, Xylocarpus, dan di bagian yang
Avicennia marina, A. alba dan Sonneratia jauh dari tepi laut bercampur dengan
caseolaris. Semai Ceriops tagal mampu Excoecaria agallocha. Tipe komunitas
pula tumbuh di dalam komunitas ini na- mangrove semacam ini sudah mempunyai
mun terdapat pada tempat transisi pasang beberapa pohon yang tinggi, namun
rendah dan tinggi, misalnya di Kuala sebagai layaknya hutan mangrove pionir,
Sekampung, Lampung dan di Ujung Ka- kanopi hutannya masih rapat dan
rawang, Jawa Barat. Pada tipe komunitas sinambung, sehingga karena teduhnya
mangrove ini, kolonisasi Sonneratia spp. di lantai hutan jarang sekali terdapat
umumnya terjadi di dekat mulut-mulut tumbuhan bawah. Dalam hutan mangrove
sungai atau bagian dalam (inland) aliran tua, pohon-pohon yang mempunyai dia-
sungai besar pada perbatasan pengaruh meter lebih besar dari 10 cm melimpah
pasang tinggi, yang tanahnya berupa lum- dan tersebar merata di seluruh areal hu-
pur halus, misalnya di Sungai Kandilo, tan. Hutan mangrove yang sudah lebih
Kalimantan Timur. Kadang-kadang tipe mapan mempunyai kanopi yang sebagian
komunitas ini bercampur dengan bebe- terbuka karena kehadiran rumpang-rum-
rapa jenis tumbuhan bukan mangrove, pang alami. Dengan adanya rumpang-
seperti Phragmites karka, Pandanus spp., rum-pang tersebut cahaya dapat masuk
Glochidion littorale. Kasus seperti ini ter ke lantai hutan sehingga tumbuhan
dapat di kawasan komunitas yang ber- bawah, seperti Acrostichum aureum
batasan dengan lahan darat atau lahan (paku laut) dan Acanthus ilicifolius (jeruju)
rawa, yang karena pengaruh kegiatan dapat dijumpai.
manusia, habitat mangrove berubah men-
jadi lebih bersifat lahan darat. Dalam ko 3. Komunitas mangrove tua. Komunitas
munitas ini pertumbuhan sangat rapat, mangrove yang sudah mencapai puncak
pohon bercabang pendek-pendek, banyak perkembangannya atau sering disebut
bertunas dan membentuk rumpun yang komunitas klimaks sering dikuasai jenis-
rimbun dan pendek. jenis Rhizophora dan Bruguiera yang po-
honnya besar dan tinggi. Rhizophora
2. Komunitas bakau muda. Komunitas ini mucronata dan R. apiculata menguasai
mempunyai satu lapis tajuk hutan yang habitat lumpur lunak, R. stylosa habitat
seragam tingginya dan tersusun terutama pasir dan Bruguiera spp. lumpur padat.
oleh Rhizophora spp. Pada tempat yang Dalam komunitas klimaks keseimbangan
terlindung dari hempasan ombak yang telah tercapai, tetapi tidak stabil; kedina-
kuat, Rhizophora spp. berperan pula se- misan ada dan perubahan yang terjadi
bagai jenis pionir. Jenis-jenis ini akan ber- sifatnya internal, sedangkan perubahan
kembang pula setelah kolonisasi jenis komposisi jenis hanya terjadi dalam
Avicennia dan Sonneratia pada habitat rumpang-rumpang. Secara keseluruhan
yang tidak baik untuk pertumbuhan komposisi jenis relatif konstan. Pohon-
Rhizophora. Beberapa jenis, misalnya pohon mangrove penyusun tipe komuni-
Avicennia alba, mampu bertahan terus tas ini dapat mencapai diameter 50 cm.
dan dapat tumbuh hingga mencapai Di bawah rumpang-rumpang tumbuh pula
tinggi melampaui tajuk Rhizophora. Pada beberapa jenis tumbuhan bawah, seperti
tingkat perkembangan lebih lanjut, pada Acrostichum aureum, Derris spp, dan

109

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Acanthus spp. Pada hutan mangrove de- Biji mudanya digunakan sebagai obat
wasa sudah dapat dikenal adanya pemin- untuk mematangkan bisul. Buah dan
takatan jenis dan komposisi floranya le- bijinya apabila direbus dapat dimakan
bih beranekaragam. Beberapa kelompok (misalnya A. officianalis). Khasiat biji
jenis "marginal" banyak dijumpai ter- A. alba apabila ditumbuk halus dan di-
utama pada tempat yang jauh dari tepi campur dengan salep dapat merupakan
laut atau di bagian yang berbatasan obat luka yang manjur,terutama luka ka-
dengan hutan rawa air tawar, hutan rawa rena terbakar. Daun muda dan pucuk
gambut atau hutan daratan. atau sirung A. marina rasanya sangat
enak sebagai lalap atau dibuat sayur lo-
4. Komunitas nipah. Dalam komunitas ini deh. Abu dari kayu jenis-jenis Avicennia
pohon nipah tumbuh melimpah dan me- dapat digunakan sebagai sabun.
rupakan jenis utama, bahkan sering pula
nipah berkembang menjadi komunitas 2. Acrostichum aureum (Paku Laut)
murni yang luas. Dalam komunitas nipah Jenis ini merupakan tumbuhan paku-
beberapa jenis pohon mangrove tumbuh pakuan dan umum tumbuh di areal hutan
tersebar tidak merata seperti Lumnitzera mangrove yang terbuka atau menerima
spp., Excoecaria agallocha, Heritiera cahaya matahari banyak. Jenis ini mudah
littoralis, Intsia bijuga, Kandelia candel sekali dikenal karena merupakan satu-
dan Cerbera manghas. satunya jenis paku-pakuan yang tumbuh
di hutan mangrove dan tumbuhnya meng-
gerombol membentuk rumpun dan ka-
PEMANFAATAN JENIS-JENIS dang-kadang berdiri terpisah sendiri-sen-
MANGROVE diri, yang tingginya dapat mencapai 2 m.
Bagian tumbuhan yang masih muda da-
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pat dimakan mentah atau disayur. Rim-
dan beberapa informasi yang telah ada dalam pangnya yang telah ditumbuk dapat
berbagai pustaka-pustaka diketahui bahwa digunakan untuk menyembuhkan luka
mangrove secara tradisional telah umum atau bengkak pada tubuh. Daun yang
dimanfaatkan untuk berbagai macam keper- berspora yang dicampur dengan akar tum-
luan manusia. Pemanfaatan tradisional
buhan lain berkhasiat sebagai obat radang
umumnya berupa penggunaan tumbuhan
sifilis.
untuk obat-obatan, makanan, kerajinan
tangan dan lain-lain. Berikut ini disajikan 3. Acanthus (Jeruju)
uraian pendek tentang pemanfaatan jenis Jenis-jenis Acanthus yang bermanfaat
tumbuhan mangrove sebagai pangan dan sebagai obat adalah A. ilicifolius, A.
obat-obatan. embracteatus. Tumbuhan ini merupakan
1. Avicennia (Api-Api) terna yang daunnya meruncing tajam
Avicennia merupakan pohon mangrove bagaikan duri. Jeruju tumbuh mengelom-
pionir, jadi mudah sekali dikenal. Tum- pok pada tempat-tempat becek dan ter-
buhnya selalu di tepi laut ataupun tepi buka, atau di tepi parit alam di hutan
sungai dan merupakan pohon berukuran mangrove. Buah A. ilicifolius yang di-
sedang sampai besar dan tinggi. Avicennia haluskan di dalam air dapat dipakai
dikenal pula dengan nama api-api. Getah untuk menghentikan perdarahan yang ke-
yang keluar dari kulit batangnya dilapor- luar dari luka dan juga untuk mengobati
kan mempunyai khasiat sebagai afrodi- luka karena gigitan ular. Daunnya diguna-
siak, kontraseptif dan obat sakit gigi. kan sebagai obat gosok untuk meng-
hilangkan rasa nyeri dan menyembuhkan

110

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

luka karena panah beracun. Daun yang puran makan sirih. Akar bulu dan buah-
direbus dengan kulit kayu manis (Cinna- nya dapat dimakan walaupun mengan-
momum burmani) dapat diminum untuk dung alkaloid.
menyembuhkan perut kembung. Jenis- 6. Excoecaria agallocha (Buta-buta)
jenis Acanthus lainnya dapat pula diguna- Getah pohon ini sangat beracun, bila
kan sebagai obat, tetapi harus dicampur kena kulit badan, kulit akan melepuh dan
dengan Ceriops agar lebih berkhasiat. kalau kena mata dapat buta, juga dapat
Semua jenis Acanthus tidak dapat di- dimanfaatkan untuk meracun ikan dan
makan, karena beracun. Obat batuk dapat meracuni anak.panah.Biasanya gabungan
dibuat dengan merebus biji A. getah pohon ini dengan biji dan kulit
embracteatus bersama dengan bunga Aegiceras corniculatum atau A. floridum
belimbing, gula dan kayu manis. Bengkak menghasilkan racun yang lebih kuat.
pada tubuh dapat disembuhkan dengan Campuran ini pada dosis yang rendah
bijinya yang ditumbuk kemudian sekali di dalam seduhan air panas dikabar-
digosokan, atau dengan meminum kan berkhasiat sebagai obat kuat lelaki,
tumbuhan biji yang telah disangrai. Air bahkan dapat digunakan pula untuk me-
perasan dari daun berkhasiat pula sebagai masak ikan-ikan segar agar lebih dapat
pengawet rambut. disimpan lama. Dilaporkan bahwa asap
4. Bruguiera (Tanjang) yang keluar dan pembakaran kayu dapat
Bruguiera merupakan pohon besar dan menyembuhkan penyakit lepra. Cairan
tingginya dapat mencapai 30-40 m dan atau minyak yang disuling dari kayu ber-
mempunyai akar lutut. Tempat tumbuh- khasiat sebagai obat penyakit kulit. Kayu-
nya biasanya dalam hutan pada tanah nya yang terkena penyakit mengeluarkan
lumpur yang pejal. Di Indonesia ada 5 aroma yang sedap seperti kayu gaharu,
jenis Bruguiera yang tumbuh di hutan- karenanya disebut juga gaharu laut dan
hutan mangrove. Tidak semua jenis dapat digunakan untuk pembuatan dupa.
dimanfaatkan sebagai obat atau makanan. 7. Rhizophora (Bakau)
Kulit batang yang masih muda dari jenis Ada tiga jenis yang tergolong dalam
B. gymnorrhiza dapat dipakai untuk marga ini, yaitu R. mucronata, R. apicu-
menambah rasa ikan segar dan pengawet lata dan R. stylosa. Jenis-jenis ini dikenal
sementara ikan-ikan yang telah dimasak. dengan nama bakau, dan merupakan jenis
Daun muda, embryo yang tumbuh dari yang umum dan selalu tumbuh di hutan
buah dan akar muda dapat dimakan se- mangrove. Pohon-pohon jenis ini mudah
bagai sayuran. Rebusan daun-daunnya dikenal karena bentuk perakarannya yang
dapat digunakan sebagai obat pencuci menyerupai jangkar, tinggi pohon dewasa
mata. Air rebusan daun B. sexangula yang dapat mencapai 30 — 40 m, batangnya
mengandung alkaloid bermanfaat sebagai besar dan daunnya selalu hijau dan meng-
tonikum untuk ketahanan tubuh. kilap pada muka atasnya.
Semua bagian tumbuhan jenis ini
5. Ceriops (Tengar) dapat dimanfaatkan sebagai obat dan
Ceriops berbentuk pohon berukuran pangan. Daun, buah dan akar yang masih
sedang. Ada dua jenis Ceriops yang tum- muda apabila direbus bersama dan di-
buh di hutan mangrove Indonesia campur dengan kulit muda Kandelia
yaitu C. tagal dan C. decandra. Tanin candel digunakan sebagai obat pencuci
dari kulit atangnya umum dikenal luka-luka yang mujarab dan pengusir
sebagai pewarna batik dan pula nyamuk dari badan. Air rebusan kulit
digunakan sebagai obat bisul dan yang masih muda dan bagian ujung dari
wanita yang baru melahirkan.
Kulitnya dipakai pula sebagai cam-

111

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

akar jangkar yang masih muda dapat Gondok yang membengkak pada muka
dipakai untuk mengobati mencret, dapat disembuhkan dengan biji
disentri dan sakit perut lainnya. pohon ini.
Buahnya yang muda biasanya dapat Kulit kayu pohon ini yang rasanya
dipakai sebagai campuran minuman pahit mengandung alkaloid yang
penyegar. Nektar dari bunganya berkhasiat sebagai obat malaria dan
mengandung madu, apabila nektar ini juga dapat menghasilkan tanin.
dicampur dengan buah dan kulit Untuk lebih mengenal beberapa
batang muda Kandelia candel ber- jenis mangrove dengan ciri-ciri
khasiat untuk obat batuk dan tonikum. khasnya, disajikan pada Tabel 3.
8. Sonneratia (Pedada)
Ketiga jenis Sonneratia merupakan DAFTAR PUSTAKA
jenis pionir, berupa pohon berukuran
sedang hingga besar. Sonneratia atau BARBOUR, M.G. 1970. Is any
lebih dikenal dengan nama daerah angiosperm an obligate halophyte?
pedada atau bogem, adalah jenis American Midland Naturalists 84 (1) :
mangrove yang buahnya bisa dimakan. 105 - 120.
Ada tiga jenis, yaitu S. alba, S.
caseolaris, S. ovata. Kadang-kadang DAVIS Jr. J.H. 1940. The ecology and geo-
daun-daun muda ke tiga jenis tersebut logic role of mangrove in Florida. Carne-
dapat disayur dan atau dimakan gie Inst. Wash Publ. 517 : 303 –
mentah sebagai lalap. Pneumatofornya 412
yang masih muda dikenal pula sebagai de HAAN, J.H. 1931. De Tjilatjapsche
sumber obat dan jamu. Seduhan air vloed bosschen. Tectona 24 : 39 - 76.
buahnya dan pneumatofor dikenal pula
sebagai obat untuk menghaluskan kulit HEYNE, K. 1950. De nuttige planten van
dan menjaga ketahanan kulit terhadap Indonesia, van Hoeve Bandung. 1450 hal.
sengatan panas matahari. Air buah S. MacNAE, W. 1974. Mangrove forest and
caseolaris yang telah difermentasikan fishery. FAO Rome, 7 hal.
digunakan sebagai obat untuk
menghentikan pendarahan, sedangkan RICHARDS, P.W. 1964. The tropical rain
air buah setengah matang bermanfaat forest. Cambridge Univ. Press. London,
sebagai obat batuk. 540 hal.
van STEENIS, C.G.G.J. 1958. Ecology (The
9. Xylocarpus (Nyirih)
introductory part to the monograph of
Jenis pohon mangrove ini ada dua
Rhizophoraceae by Ding Hou). Flora
yaitu, X. granatum dan X. molucoensis
Malesiana I (5) : 431 - 441.
yang berupa pohon berukuran sedang,
umum dijumpai di hutan mangrove WATSON, J.G. 1928. Mangrove forest of
sebagai bagian dari daerah transisi antara the Malay Peninsula. Malayan Forest
habitat berkoral dan berlumpur lunak Records 6 : 1 - 275.
atau bertanah lempung pejal.
Pohon ini mempunyai biji yang me-
ngeluarkan minyak yang bermanfaat
untuk obat-obatan diare disenteri dan
luka terbakar serta berkhasiat sebagai
tonikum. Seduhan buah segar dan kulit
pohon ini dapat membantu menahan
rasa sakit karena kelaparan dan sakit mag.

112

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Tabel 2. Klasifikasi kelas genangan yang berlaku untuk hutan-hutan mangrove di


Indonesia.

Kelas genangan Perincian


(WATSON 1928)

1. Tempat digenangi oleh setiap air pasang (all high tides). Di tempat seperti ini jarang
suatu jenis dapat hidup, kecuali Rhizophora mucronata yang tumbuh di tepi sungai.
2. Tempat digenangi oleh air pasang agak besar (medium high tides). Di tempat ini
tumbuh jenis-jenis Sonneratia dan Avicennia. Berbatasan dengan sungai, R. mucro
nata merajai.
3. Tempat digenangi oleh air pasang rata-rata (normal high tides). Tempat ini men-
cakup sebagian besar hutan mangrove yang ditumbuhi oleh R. mucronata, R. apicu-
lata, Ceriops tagal dan Bruguiera parviflora.
4. Tempat digenangi oleh pasang perbani (spring tides). Di sini Rhizophora diganti
oleh Bruguiera. Pada tempat berlumpur keras B. cylindrica membentuk tegakan
murni dan di tempat yang drainasenya lebih baik tumbuh B. parviflora, kadang-
kadang B. sexangula.
5. Tempat kadang-kadang digenangi oleh pasang tertinggi (exceptional or equinoctial
tides). Di sini B. gymnorrhiza berkembang dengan baik sering bersama-sama
dengan pakis dan kadang-kadang R. apiculata. Ke arah darat sering ditumbuhi oleh
tegakan Oncosperma tigillaria.

Kelas genangan Perincian


(deHAAN1931)

1. Salinitas 10—30‰, tanah digenangi 1—2 kali sehari atau sekurang-kurangnya 20


kali per bulan. Jenis-jenis Avicennia atau Sonneratia pada tanah baru yang lunak
atau Rhizophora pada tanah yang agak lebih keras membentuk mintakat luar.
2. Salinitas 10-30‰, tanah digenangi 10 - 19 kali per bulan. B. gymnorrhiza
tumbuh baik dan tegakannya membentuk mintakat tengah.
3. Salinitas 10—30‰, tanah digenangi 9 hari/ sekurang-kurangnya 4 kali per bulan.
Jenis-jenis Xylocarpus dan Heritiera berkembang disini dan membentuk mintakat
ke tiga.
4. Salinitas 10—30‰, digenangi hanya beberapa hari saja dalam setahun. Jenis-jenis
Bruguiera, Soyphyphora dan Lumnitzera berkembang baik dan membentuk min-
takat dalam.
5. Salinitas 0‰ tanah sedikit dipengaruhi pasang. Jenis-jenis "marginal" tumbuh di
sini.
6. Salinitas 0‰ tanah dipengaruhi oleh permukaan air hanya pada musim basah.
Jenis Oncosperma dan Cerbera tumbuh di sini.

113

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Tabel 3. Beberapa contoh jenis mangrove dengan ciri-cirinya.


114

Oseana, Volume IX No. 4, 1984


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Tabel 3. Beberapa contoh jenis mangrove dengan ciri-cirinya (lanjutan).


115

Oseana, Volume IX No. 4, 1984

You might also like