You are on page 1of 39

HUKUM ACARA ARBITRASE

DAN ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA
PENDIDIKAN KHUSUS PROVESI ADVOKAT
PERADI – FH UNIKA ATMA JAYA @ 2021
Pengantar
PENGANTAR

1. Sengketa adalah bagian dari kehidupan manusia


2. Sengketa dapat diantisipasi namun tidak dapat
dihindari ketika terjadi
3. Sengketa dari perspektif positif dapat
memperkaya pengalama bekerjasama dan
meningkatkan kreatifitas
4. Sengketa tidak hanya dapat diselesaikan melalui
PERADILAN
Hidup adalah pilihan
Beberapa catatan terkait lembaga peradilan
1. Institusi yang dibentuk oleh negara dan memiliki
daya paksa serta mengikat;
2. Menjamin proses beracara yang pasti dan
terjangkau oleh semua orang (tersedia
mekanisme bantuan hukum bagi yang tidak
mampu)
3. Menghasilkan suatu putusan (yang berkekuatan
hukum tetap)
4. Putusan Peradilan (pada umumnya) tidak dapat
memuaskan Para Pihak yang bersengketa
ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

1. Kebutuhan yang berkembang dalam


masyarakat
2. Telah dilaksanakan dalam berbagai komunitas
adat Indonesia
3. Sesuai dengan Sila Ke IV Pancasila
4. PARA PIHAK yang bersengketa secara normatif
memiliki kewenangan penuh atas MEKANISME
penyelesaian atas sengketa yang dialaminya
Dasar Hukum
Sebelum 1999 :
1. pasal 615 sampai dengan 651 R.v.
2. pasal 377 HIR atau pasal 705 RBg (Rechtsreglement
Buitengewesten) yang berbunyi :
“Jika orang Indonesia dan orang Timur asing menghendaki
perselisihan mereka diputuskan oleh juru pisah, maka mereka wajib
menuruti peraturan pengadilan perkara yang berlaku bagi bangsa
Eropa”.
3. Pasal 1338 KUH Perdata

Setelah 1999 à UU No. 30 tahun 1999


Secara Internasional à Konvensi New York 1958; Konvensi Washington
1965
Penyelesaian Sengketa

Litigasi

Non Litigasi
(Alternative Penyelesaian Sengketa)
PENYELESAIAN SENGKETA

SENGKETA

PENYELESAIAN

DISELESAIKAN DISELESAIKAN
(DIPUTUS) LEMBAGA PARA PIHAK SENDIRI
(ADJUDIKASI) (NON ADJUDIKASI)

PENGADILAN, ATAU
ARBITRASE MEDIASI NEGOSIASI
UNDANG-UNDANG NO. 30/1999
Pasal 1 butir 10: PENYELESAIAN SENGKETA
Alternatif Penyelesaian
ARBITRASE APS / ADR
Sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau
KONSULTASI
beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati NEGOSIASI
para pihak, yakni
penyelesaian di luar MEDIASI
pengadilan dengan cara : KONSILIASI
konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi atau PENILAIAN AHLI
penilaian ahli
LAIN-LAIN
PROSES AJUDIKASI
• Penentu Putusan : Pihak Ketiga yang
PUTUSAN
Netral
• Prosedur : Berlawanan/ Berhadapan

HAKIM/
Masing-masing pihak berusaha
ARBITER mengemukakan bukti dan pendapat
yang berlawanan dengan cara
meyakinkan pengambil keputusan
untuk berpihak kepadanya
BERDASAR
HAK • Fokus : Hak Legal dan Kejadian-
kejadian yang mendahuluinya
PIHAK A PIHAK B
(sebelumnya)
PROSES NON-AJUDIKASI
• Penentu Hasil Ahir
(Kesepakatan) : Para Pihak
MEDIATOR/
KONSILIATOR Mediator tidak berwenang
membuat keputusan
• Prosedur : Tidak Konfrontatif
BERDASAR
KEPENTINGAN Para Pihak berkomunikasi dan
bekerja sama untuk mencapai
PIHAK A PIHAK B konsensus
• Fokus : Memecahkan Masalah
Dengan mempertimbangkan
KESEPAKATAN kepentingan para pihak (keinginan
dan keberatan)
COURT-ANNEXED MEDIATION - Perma 1 tahun 2016

KESEPAKATAN PERDAMAIAN
(a.l. klausula pencabutan perkara)

SEPAKAT

SENGKETA GUGATAN
MEDIASI
PENGADILAN

TIDAK SEPAKAT

SIDANG
DILANJUTKAN
ACARA & PROSES PEMERIKSAAN
Para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri acara
dan proses pemeriksaan arbitrase yang mereka kehendaki untuk
dilaksanakan oleh arbiter.
Pasal 31 ayat (1) UU No. 30/1999:
“Para pihak dalam suatu perjanjian yang tegas dan tertulis, bebas untuk
menentukan acara arbitrase yang digunakan dalam pemeriksaan sengketa
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UU ini.”
Tahap Pemeriksaan:
a. Awal pemeriksaan peristiwanya;
b. Penelitian atas bukti-bukti dan pembehasannya;
c. Dimungkinkan adanya mediasi; dan
d. Pengambilan putusan oleh Majelis Arbitrase
ARBITRASE (PRA PEMERIKSAAN)
1. Adanya Perjanjian/Kesepakatan diantara Para PIHAK untuk
menyelesaiakan sengketa melalui Arbitrase
2. Ruang Lingkup Sengketa termasuk dalam lingkup yang dapat
diselesaikan secara Arbitrase (Korporasi, Asuransi, Lembaga
Keuangan, Fabrikasi, Hak Kekayaan Intelektual, Lisensi, Franchise,
Konstruksi, Pelayaran/maritim, Lingkungan Hidup, Penginderaan Jarak
Jauh,dsb)
3. Forum Arbitrase ditentukan dengan jelas oleh Para Pihak
4. Kesepakatan pemilihan lembaga arbitrase dapat disertai dengan
penunjukkan nama-nama arbiter yang diusulkan oleh Para Pihak
5. Pihak yang dirugikan mengajukan pendaftaran PERMOHONAN
ARBITRASE pada lembaga arbitrase yang telah disepakati dengan
kedudukan sebagai PEMOHON
ARBITRASE (PRA PEMERIKSAAN)

6. Permohonan dengan memuat para pihak, klausula


arbitrase, fakta dan dasar permohonan, rincian
permasalahan dan statement of claim serta
melampirkan dokumen yang terkait;
7. Menyampaikan permohonan arbiter yang ditunjuk,
atau ditunjuk oleh lembaga arbitrase yang
bersangkutan;
8. Membayar biaya arbitrase
9. Pemeriksaan berkas oleh sekretariat lembaga
arbitrase
Beberapa catatan

Perjanjian Arbitrase tidak akan batal/berakhir karena :


1. Meninggalnya salah satu pihak,
2. Bangkrutnya salah satu pihak,
3. Novasi (pembaharuan utang),
4. Insolvensi (keadaan tidak mampu membayar) salah satu pihak,
5. Pewarisan,
6. Berlakunya syarat-syarat hapusnya perikatan pokok,
7. Bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut dialihtugaskan pada
pihak ketiga dengan persetujuan pihak yang melakukan perjanjian
arbitrase tersebut, atau
8. Berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.
Beberapa catatan
a. Masing-masing pihak menunjuk seorang arbiter dan kedua
Arbiter memilih arbiter ketiga (kalau gagal mencapai
kesepakatan dapat meminta Ketua Pengadilan Negeri (atau
Ketua Lembaga Arbitrase).
b. Arbiter ketiga diangkat sebagai Ketua Majelis Arbitrase.
c. Penerimaan pengangkatan bersifat irrevocable (Pasal 19 UU
30/1990) dan menimbulkan perjanjian perdata antara arbiter
dengan yang menunjuk dalam arti arbiter akan memberi
putusan yang jujur, adil dan sesuai dengan hukum dan pihak
yang menunjuk akan menerima putusan secara final dan
mengikat (Pasal 17).
d. Tanggung jawab perdata (Pasal 20 dan 21): jika tanpa alasan
yang sah lalai menjatuhkan putusan dalam jangka waktu yang
ditentukan atau dalam hal adanya itikad tidak baik.
Beberapa catatan
Persyaratan Arbiter
a. Cakap melakukan tindakan hukum
b. Berumur paling rendah 35 tahun
c. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda
sampai dengan derajat kedua dengan salah satu pihak yang
bersengketa;
d. Tidak mempunyai kepentingan finansial/lain atas putusan
arbitrase;
e. Memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif di
bidangnya paling sedikit 15 tahun.

à Hakim, Jaksa, Panitera dan Pejabat peradilan lainnya tidak


dapat ditunjuk/diangkat sebagai arbiter (Pasal 12 UU No. 30)
Beberapa catatan

Proses Arbitrase tetap dapat dilangsungkan tanpa


kehadiran termohon (jika telah dipanggil secara patut),
namun jika pemohon yang tidak hadir maka secara
otomatis permohonan menjadi gugur

Para Pihak memiliki hak ingkar atas arbiter yang


memeriksa perkara (adanya hub keluarga,
keuangan/pekerjaan)
ARBITRASE (PEMERIKSAAN)
a. Dengan telah dimulainya proses pemeriksaan setelah
dibentuknya Majelis Arbiter maka semua komunikasi antara
para pihak dengan arbiter harus dihentikan.
b. Semua informasi baik dalam bentuk surat menyurat maupun
dokumen atau alat bukti aslinya harus diserahkan kepada
panitera sidang disertai 5 salinan masing-masing untuk
para arbiter dan para pihak.
c. Semua informasi yang akan disampaikan secara lisan hanya
dapat diterima apabila didengar oleh para arbiter dan para
pihak dalam sidang, harus terdapat keterbukaan diantara
semua pihak.
ARBITRASE (PEMERIKSAAN)
1. Prinsip Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan tertutup
b. Menggunankan bahasa Indonesia atau bahasa lain atas persetujuan
arbiter
c. Para pihak mempunyai hak dan kesempatan yang sama (Audi Alteram
Partem - Pasal 29)
d. Pemberian kuasa dalam bentuk surat kuasa khusus.
2. Bebas Menentukan Cara Arbitrase:
a. Kebebasan memilih rule
b. Rule juga berisi jangka waktu penyelesaian dan tempat (bila tidak ada
arbiter yang menentukan)
3. Batas waktu penyelesaian:
a. Paling lama 180 sejak terbentuknya Majelis Arbitrase (Pasal 48)
b. Arbiter berwenang memperpanjang jangka waktu (Pasal 33)
ARBITRASE (PEMERIKSAAN)
4. Hak & kewajiban Termohon:
a. Bila Termohon tdk memberi jawaban dlm tempo 14 hari,
maka dia dipanggil untuk menghadap persidangan (Ps 41);
b. Termohon dpt mengajukan tuntutan balasan (Ps 42).
c. Termohon tdk hadir, dijatuhkan putusan verstek.
5. Para pihak datang menghadap:
a. Arbiter terlebih dahulu mengusahakan perdamaian;
b. Bila tercapai perdamaian, arbiter membuat Akta Perdamaian
yang sifatnya final dan mengikat;
c. Bila tidak dilaksanakan dengan sukarela dapat diminta
eksekusi ke Pengadilan Negeri .
ARBITRASE (PEMERIKSAAN)
Saksi dan Ahli

1. Atas perintah arbiter atau majelis arbitrase atau atas


permintaan para pihak dapat dipanggil seorang saksi
atau lebih atau seorang saksi ahli atau lebih, untuk
didengar keterangannya (Pasal 49)
2. Arbiter atau majelis arbitrase dapat meminta bantuan
seorang atau lebih saksi ahli untuk memberikan
keterangan (Pasal 50)
ARBITRASE (PEMERIKSAAN)

Dasar putusan arbitrase


1. Arbiter atau majelis mengambil putusan
berdasarkan hukum atau berdasarkan keadilan
dan kepatutan. (Ps 56 ayat 1)
2. Para pihak berhak menentukan pilihan hukum
yang akan berlaku terhadap penyelesaian
sengketa yang mungkin atau telah timbul antara
para pihak. (Pasal 56 ayat 2)
Beberapa catatan (pemeriksaan)
Proses Arbitrase dapat ditunda karena adanya pergantian
Arbiter
Apabila Ketua Arbiter yang diganti maka semua
pemeriksaan WAJIB diulang kembali (khusus pada proses
mendengarkan keterangan saksi/ahli)
Apabila dilakukan setelah pemeriksaan ditutup maka
proses arbitrase dapat dilakukan tanpa penggantian
arbiter sepanjang jumlah yang diganti merupakan
minoritas dan tidak ada keberatan dari para pihak
PUTUSAN ARBITRASE
Wajib memuat :
a. kepala putusan yang berbunyi "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA";
b. nama lengkap dan alamat para pihak;
c. uraian singkat sengketa;
d. pendirian para pihak;
e. nama lengkap dan alamat arbiter;
f. pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase mengenai keseluruhan
sengketa;
g. pendapat tiap-tiap arbiter dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam majelis
arbitrase;
h. amar putusan;
i. tempat dan tanggal putusan; dan
j. tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase
Pembatalan Putusan Arbitrase
Hal ini dimungkinkan karena beberapa hal, antara lain :
1. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan,
setelah putusan dijatuhkan diakui palsu atau dinyatakan
palsu;
2. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat
menentukan yang sengaja disembunyikan pihak lawan; atau
3. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh
salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.
PROSES ARBITRASE DI BANI
P T

PERSIDANGAN
£ 180 HARI

PUTUSAN MAJELIS ARBITRASE

KOREKSI REDAKSIONAL
PUTUSAN OLEH PEMOHON/TERMOHON

PENDAFTARAN/PENYIMPANAN
PUTUSAN ARBITRASE DI PENGADILAN
NEGERI OLEH BANI

SELESAI
Panggilan Sidang

Intervensi Pencabutan/Perubahan

Jawab/menjawab

Rekonpensi

Pembuktian

Kesimpulan PERDAMAIAN??

PUTUSAN
BIAYA ARBITRASE BANI
PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE
1. Putusan Arbitrase selayaknya diterima oleh kedua pihak yang
menyerahkan penyelesaian sengketa kepada para arbiter yang
mereka sendiri tunjuk dan percayai akan memberikan putusan
yang adil atas permasalahan dalam perjanjian yang mereka
sendiri setujui untuk bekerjasama.
2. Terhadap Putusan Arbitrase para pihak dapat mengajukan
permohonan pembatalan sebagaimana diatur dalam Pasal 70
UU No. 30/1999, namun hendaknya para pihak selalu harus
kembali kepada maksud dibuatnya perjanjian bahwa segala
persengketaan akan diselesaikan untuk mencapai sesuatu
penyelesaian yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE
1. Putusan Arbitrase selayaknya diterima oleh kedua pihak yang
menyerahkan penyelesaian sengketa kepada para arbiter yang
mereka sendiri tunjuk dan percayai akan memberikan putusan
yang adil atas permasalahan dalam perjanjian yang mereka
sendiri setujui untuk bekerjasama.
2. Terhadap Putusan Arbitrase para pihak dapat mengajukan
permohonan pembatalan sebagaimana diatur dalam Pasal 70
UU No. 30/1999, namun hendaknya para pihak selalu harus
kembali kepada maksud dibuatnya perjanjian bahwa segala
persengketaan akan diselesaikan untuk mencapai sesuatu
penyelesaian yang menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Pembatalan Putusan Arbitrase
3. Dengan didaftarkannya Putusan Arbitrase
pada Panitera Pengadilan Negeri maka
putusan tersebut mempunyai kekuatan
eksekuatorial.
4. Pelaksanaan Putusan Arbitrase tidaklah perlu
menunggu eksekusi Pengadilan Negeri namun
dapat dilakukan secara sukarela oleh pihak
yang bersangkutan.
ARBITRASE INTERNASIONAL

ICSID (khusus terkait dengan penanaman modal)


ICC Rules

Ada 3 sistem
1. Domestic awards
2. Foreign-related awards
3. Foreign awards
ARBITRASE INTERNASIONAL

Berlaku konvensi New York 1958

Memerlukan persetujuan pengadilan setempat untuk


dilaksanakan di wilayah yurisdiksi negara ybs (eksekuator)
à Lingkup bid perdag; ada hub k.s. dg Indonesia; Mengakui
Konvensi New York 1958

Terdapat mekanisme penolakan (bukan pembatalan) dengan


alasan
à Bertentangan dengan ketertiban umum di Indonesia
APS NON ADJUDIKASI

NEGOSIASI
MEDIASI (IN COURT dan OUT OF COURT)
KONSILIASI

à Perkembangan mekanisme build in


mediation and arbitration (hybrid)
Terima Kasih

You might also like