You are on page 1of 18

MAKALAH KONSEP AKUNTANSI DAN

HIPOTESIS KEPERILAKUAN
Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keprilakuan
Dosen Pengampu: Wiwik Tiswiyanti, S.E., M.M., Ak., CA.

Disusun oleh:
Kelompok 5

Jenita Sinaga C1C020072


Lia Atthahira Rusadi C1C020080
Tiara Risonia Somad C1C020084

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... i


BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................. 3
2.1 Munculnya Perbedaan Persepsi Tentang Perusahaan .......................... 3
2.2 Dampak Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan ............ 5
2.3 Pengaruh Teori Ekonomi Perusahaan ................................................. 7
2.4 Beberapa Hipotesis Keperilakuan Yang Berbeda ................................ 7
2.5 Usaha Merekonsilisasi Konsep Dasar .................................................. 10
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Disiplin ilmu akuntansi memiliki banyak cara untuk menggunakan,
menyimpulkan, atau membangun suatu teori umum yang didasarkan pada
banyak teori sederhana mengenai kejadian-kejadiaan spesifik yang berkaitan
dengan operasi, organisasi, dan sebagainya. Sampai teori umum ini dihasilkan,
kita terus beroperasi dengan berbagai teori yang tidak dapat dihubungkan atau
disesuaikan terhadap beberapa kerangka kerja akuntansi secara logis. Tidak
banyak yang mengetahui bahwa banyak perdebatan tentang teori-teori, praktik,
dan prosedur akuntansi yang muncul dari perbedaan dalam asumsi dasar
akuntansi.
Penjelasan ini adalah sebuah usaha untuk membuka pintu guna menyoroti
masalah tersebut dengan harapan agar kita dapat melangkah lebih lanjut menuju
teori akuntansi umum. Setelah mengkaji apa yang tampaknya menjadi konsep
akuntansi utama dan sikap serta konsekuensi berbeda yang terlibat, berikutnya
kita akan menganalisis beberapa faktor perilaku yang mendasari, yang
menyebabkan terdapatnya perbedaan persepsi. Faktor-faktor perilaku yang
mendasari tersebut meniadakan usaha untuk memberikan solusi terhadap dilema
itu dan alasan yang tidak dapat direkonsiliasikan dengan bermacam-macam
konsep dasar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep akuntansi keperilakuan?
2. Apa saja perbedaan persepsi tentang perusahaan?
3. Bagaimana dampak struktur kepemilikan terhadap kinerja perusahaan?
4. Apakah hipotesis keperilakuan untuk konsep akuntansi?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan konsep akuntansi keperilakuan.
2. Menjelaskan perbedaan persepsi tentang perusahaan.
3. Menjelaskan dampak struktur kepemilikan terhadap kinerja
perusahaan.
4. Menjelaskan beberapa hipotesis keperilakuan untuk konsep akuntansi.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Munculnya Persepsi Berbeda Tentang Perusahaan


Perusahaan adalah organisasi yang mempunyai berbagai sistem yang saling
terkait. Sistem tersebut dibuat oleh sejumlah orang guna mempermudah proses
operasi perusahaan serta pengendalian aktivitas perusahaan secara keseluruhan.
Salah satu faktor terpenting dalam organisasi melibatkan proses akuntansi
perusahaan. Akan tetapi, subjek ‘konsep dasar akuntansi’ merupakan suatu hal yang
sering diabaikan. Subjek tersebut terkadang semata-mata didasarkan pada
akademisi lain dan ditarik dari pojok ‘pengetahuan’ lain sebelum diabaikan lagi.
Dengan sejumlah pengecualian, buku teks dasar telah mengabaikan masalah ini,
dan jarang membahasnya di luar lingkaran akademik.
Dua konsep utama yaitu konsep kepemilikan dan konsep entitas, telah berulang
kali dimuat dalam literatur dan terkadang mengalami perbaikan, modifikasi, dan
refleksi sudut pandang alternatif sebagai usaha rekonsiliasi.(Lubis, n.d.)

Konsep Pemilikan
Pemilik (proprietor) ialah pusat dari semua kepentingan di setiap saat, dan
sudut pandang mereka tercermin dalam catatan akuntansi. Total aset dikurangi
dengan total kewajiban sama dengan kekayaan bersih yang dimasukkan ke
perusahaan. Item pendapatan dan biaya akan meningkatkan atau mengurangi
kekayaan bersih.
Dalan pendistribusikan dividen, perusahaan dipandang benar-benar
memberikan sesuatu yang menjadi bagian dari kekayaan pribadi mereka selama
beberapa waktu kepada tangan pemilik. Bunga dan pajak yang dibayarkan oleh
perusahaan adalah biaya dari pemilik dan mengurangi kekayaan bersih mereka
dengan cara yang sama seperti biaya operasi perusahaan lainnya.

3
Namun demikian, terdapat bayangan konsep kepemilikan berbeda yang
bergantung pada siapa yang dipahami sebagai bagian dari kelompok pemilik.
Menurut teori ini, fungsi kepemilikan merupakan bagian dari mereka yang
benar-benar wirausahawan (entrepreneur). Pemegang saham biasa memiliki
posisi wirausaha (entrepreneurship) dalam perusahaan. sementara pemegang
saham preferen dan obligasi mewakili penggunaan pelayanan modal. Konsisten
dengan hal tersebut, dividen saham preferen diperlakukan sebagai biaya. Ini
merupakan versi paling sempit dari konsep kepemilikan dan tampaknya identik
dengan konsep ekuitas residual. Hal ini sesuai dengan pendapat Staubus yang
mengidentifikasikan pemilik perusahaan sebagai pemegang saham biasa.
Namun, Lorig memiliki persepsi yang lebih luas tentang perusahaan dengan
memperluas kelompok kepemilikan sehingga mencakup pemegang saham
preferen. Selain itu, ada kelompok minoritas yang memandang seluruh investor
jangka panjang sebagai pemilik perusahaan, di mana pemegang surat hutang
dianggap memiliki posisi yang sama dengan pemegang saham.

Konsep Entitas
Menurut konsep ini, entitas dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dan
berbeda dari pihak-pihak yang memberikan kontribusi modal kepada entitas
tersebut. Mereka memandang asset dan kewajiban sebagai milik dari entitas itu
sendiri dan bukan milik dari pemegang saham atau pemilik perusaahaan. Dalam
pandangan para penganut konsep ini, keuntungan yang tidak dibagi tetap milik
entitas dan membentuk bagian dari ekuitas entitas sendiri. Pada tahap ini, harus
ditekankan bahwa mereka yang menganut sudut pandang entitas benar-benar
melihat aset bersih sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan pemilik
saham.

Konsep Tanggung Jawab Sosial


Konsep tanggung jawab sosial adalah bagaimana entitas bertindak dan
melakukan aktivitasnya, seperti halnya dengan etika dalam hal tujuan, sasaran
dan cara mendapatkan atau mencapai tujuan serta bukan dengan usaha untuk

4
mengubah persepsi perusahaan sebagai entitas yang memiliki aset bersih.
Beberapa orang memahami perusahaan sebagai lembaga sosial yang beroperasi
untuk memajukan seluruh anggota dan kelompok dalam masyarakat. Mereka
melihat perusahaan bertanggung jawab kepada pemegang saham, manajemen,
pegawai, pemasok, konsumen, pemerintah dan anggota public lainnya.

2.2 Dampak Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan


Meningkatnya kinerja perusahaan memiliki arti tercapainya tujuan
perusahaan, yaitu memaksimalkan nilai pemegang saham. Untuk menentukan
perusahaan yang menguntungkan, investor mempertimbangkan pada dua hal, laba
yang akan dihasilkan saat ini, dan peluang perusahaan dalam meningkatkan laba
dimasa depan, oleh karena itu perusahaan diharuskan selalu berkinerja baik.
Perusahaan dengan corporate governance yang baik akan menarik minat
investor untuk menginvestasikan dananya, karena melihat jaminan dari
kepemilikan institusional yang akan turut membantu mengamankan dana investasi
mereka. Sebagaimana Edmans (2009) menemukan bahwa kepemilikan dalam
jumlah besar cenderung lebih mudah memonitor kinerja perusahaan karena jika
perusahaan cenderung berkinerja jelek, pemilik blok akan melakukan penjualan
saham dan hal ini memengaruhi kinerja pasar modal perusahaan.
Terdapat berbagai macam tipe struktur kepemilikan pada perusahaan, setiap
identitas yang berbeda memiliki cara yang berbeda pula dalam mempengaruhi
kinerja perusahaan. Dari berbagai macam identitas struktur kepemilikan yang ada,
diantaranya yaitu, kepemilikan keluarga, kepemilikan asing, dan kepemilikan
institusional. Setiap identitas struktur kepemilkan memiliki strategi yang berbeda
dalam menjalankan perusahaan.(Maulana et al., 2021)
Berdasarkan pendapat Brealey, et al., maka digunakan alat ukur kinerja
yang dapat menjelaskan, apa yang sudah dicapai oleh perusahaan dan apa yang akan
dicapai perusahaan. Untuk mengetahui perolehan laba yang dicapai perusahaan dari
pemanfaatan seluruh aktiva yang dimiliki, maka digunakan rasio profitabilitas yang
diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Sedangkan untuk mengetahui potensi

5
perusahaan di masa mendatang, diukur menggunakan rasio pasar yang diproksikan
dengan Tobin’s Q. D.
1. Semakin besar kepemilikan keluarga menyebabkan menurunnya kinerja
perusahaan yang diukur menggunakan ROA. Hal ini dikarenakan adanya efek
nepotisme pada perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh keluarga. Penentuan
manajer yang berasal dari pihak keluarga tanpa memperhatikan kemampuan
atau kompetensi yang dimiliki, serta pengawasan terhadap manajer pihak
keluarga yang cenderung lemah. Manajer pada akhirnya dapat memanfaatkan
sumberdaya perusahaan untuk kepentingan keluarga, sehingga dapat merugikan
perusahaan.
2. Semakin besar kepemilikan keluarga menyebabkan menurunnya kinerja
perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q. Namun, kepemilikan
keluarga bukan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi Tobin’s Q.
Karena investor dalam menanamkan sahamnya lebih memperhatikan peluang
investasi perusahaan di masa mendatang, dengan memperhatikan strategi bisnis
perusahaan.
3. Semakin besar kepemilikan asing menyebabkan menurunnya kinerja
perusahaan yang diukur menggunakan ROA. Namun, kepemilikan asing bukan
merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi ROA. Karena beberapa
perusahaan dimiliki pihak asing, yang secara sengaja didirikan perusahaan
tersebut untuk menghindari pajak.
4. Semakin besar kepemilikan asing menyebabkan menurunnya kinerja
perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q. Namun, kepemilikan asing
bukan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi Tobin’s Q. Hal
tersebut lebih disebabkan karena penerapan sistem tata kelola perusahaan di
Indonesia yang belum optimal, sehingga pemantauan investor asing terhadap
perusahaan investee tidak maksimal.
5. Semakin besar kepemilikan institusional meningkatkan kinerja perusahaan
yang diukur menggunakan ROA. Namun, kepemilikan institusional bukan
merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi Tobin’s Q. Karena adanya
campur tangan pemegang saham keluarga sebagai pemilik mayoritas,

6
menyebabkan pemantauan yang dilakukan investor institusional tidak dapat
dilakukan secara maksimal. Selain itu, investor institusional lebih berorientasi
pada keuntungan jangka pendek, dan tidak memiliki motivasi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
6. Semakin besar kepemilikan institusional meningkatkan kinerja perusahaan
yang diukur menggunakan Tobin’s Q. Investor institusional secara aktif
melakukan pengawasan terhadap manajemen perusahaan, sehingga dapat
mengurangi konflik kepentingan dan masalah agensi. Investor institusional juga
dapat membantu perusahaan investee memperoleh pembiayaan dana untuk
ekspansi perusahaan.(Setya Darmawan, n.d.)

2.3 Pengaruh Teori Ekonomi Perusahaan


Timbulnya pemahaman yang berbeda mengenai konsep kepemilikan dan
konsep entitas dapat dilihat dari perbedaan cara dalam memahami dan memandang
keuntungan perusahaan. Seorang ilmuwan yang bernama Lorid (1964)
menyebutkan perbedaan akuntansi dan pelaporan disebabkan oleh eksistensi dari
dua sudut pandang utama. Meskipun demikian, terdapat beberapa gradasi atau
bahkan bayangan dalam konsep kepemilikan dan konsep entitas. Oleh karena
alasan ini, mungkin akan sulit menemukan item-item dari daftar yang
digunakannya ketika menyampaikan persepsi tentang sudut pandang ini yang
sesuai dengan perbedaan spesifik. Lorig menunjukkan semua pendukung konsep
entitas tidak tertarik pada penilaian kembali aset ketika terjadi perubahan tingkat
harga. Hal ini merupakan kebalikan dari para pendukung sudut pandang
kepemilikan yang mempraktikkan penilaian kembali aset ketika terjadi perubahan
tingkat harga. Orang-orang yang menganut sudut pandang entitas biasanya lebih
peduli pada kehidupan dan pertumbuhan entitas, dan segala sesuatu yang berkaitan
guna memastikan bahwa seluruh aset digunakan secara menguntungkan di
berbagai divisi organisasi.

2.4 Beberapa Hipotesis Keperilakuan untuk Konsep yang Berbeda Alasan


Terjadinya Perbedaan Persepsi

7
Secara jelas, persepsi, sikap, kerangka referensi, nilai, kelompok referensi,
norma kelompok, lingkungan, budaya, sistem kepribadian berhubungan dengan
pola interaksi secara tumpang tindih. Persepsi umumnya bergantung pada besarnya
asumsi yang dibawa oleh seorang individu pada kesempatan khusus. Makna dan
signifikansi yang kita tentukan pada sesuatu, seseorang, dan suatu kejadian
bergantung pada makna dan signifikansi yang kita bangun menjadi kerangka
referensi melalui pengalaman masa lalu. Kerangka ini mungkin saja menggunakan
sistem nilai kita, yang terkadang dicetak selama bertahun-tahun ketika kita
membentuk sikap terhadap bermacam-macam situasi, orang, kelompok, dan
sebagainya. Katz mengatakan bahwa ketika sikap khusus diorganisasikan ke dalam
struktur hierarkis, maka sikap khusus tersebut mencakup sistem nilai.
Sikap ini adalah pembentukan psikologis yang kita pelajari sejalan dengan
perkembangan kita; ketika dipelajari, sikap tersebut menuntut kita bertindak
menurut karakteristik tertentu. Ini menunjukkan dampak keluarga terhadap
perkembangan sikap dari setiap individu. Banyak orang menganggap faktor
keluarga adalah pengaruh langsung utama karena keluarga merupakan filter biasa
di mana budaya, kelas, agama dan sumber-sumber lainnya mengalir ke seorang
individu di awal usia perkembangannya. Bukti ini disampaikan oleh Lipset dari
temuan penelitiannya melaporkan bahwa terdapat kongreunsi yang relatif tinggi
antara suara ayah dengan suara pemilih (voter) pertama. Namun terdapat pengaruh
penting lain terhadap pengembangan sikap selain keluarga, Budaya adalah
pengaruh paling penting yang sangat berbeda antara satu masyarakat dengan
masyarakat lain. Ahli antropologi telah menunjukkan bagaimana perbedaan
budaya bertanggung jawab atas bermacam-maca perbedaan sikap terhadap banyak
hal. Namun, dalam pembahasan ini, budaya total tidak menjadi faktor penting
karena terdapat perbedaan persepsi dalam satu budaya.
Setiap individu dalam masyarakat yang kompleks dipengaruhi oleh banyak
kelompok dimana ia menjadi anggotanya. Geografi, agama, pendidikan, teman
sebaya, dan keanggotaan kelompok sosio ekonomi memberikan pengaruh dalam
hal norma kelompok dan standar sikap yang harus dipelajari, dan banyak dari silap
ini yang berhubungan dengan situasi kerja dan masyarakat industrial. Tidak

8
dikatakan bahwa setiap individu akan mengambil dan menginternalisasikan
seluruh nilai kelompok sosial di mana dia berada, tetapi nilai-nilai tersebut akan
terus berpengaruh terhadap orang tersebut jika ia terlibat secara psikologis. Dalam
beberapa kasus, sikap seseorang telah terbentuk, bukan oleh keanggotaan di dalam
kelompok referensi, melainkan karena mereka bercita-cita menjadi anggota
kelompok tersebut sehingga mengailepsi sudut pandangnya.
Dapat dilihat bahwa kesulitan untuk memvalidasi apakah suatu argumen itu
harus atar tidak harus digunakan menimbulkan persepsi dan konsep tertentu
terhadap perusahaan. Mengapa? Karena persepsi dan konsep ini merupakan
derivatif dari sikap (melalui kerangka referensi nilai), dan sikap ini pada gilirannya
merupakan fungsi dari banyak hal, termasuk lingkungan sosial dan sejarah sosial
Selanjutnya, harus dinyatakan bahwa manusia tidak sepenuhnya menyadari
seluruh aspek dari straktur nilai mereka atau bermacam macam sikap yang masuk
ke struktur tersebut, Oleh karena itu, mereka tidak sepenuhnya menyalari persepal
mereka terhadap lingkungan tertentu. Banyak dari nilai-nilai ini terekam di alam
bawah sadar mereka. menunggu kemungkinan untuk tampil jika terdapat motivasi
yang sesuai
Hipotesis berikut didasarkan pada observasi informasi yang dilakukan
terhadap beberapa praktik akuntan publik, akuntan dalam perdagangan dan
industri, pemenang saham, para pelaku bisnis dalam segala ukuran, mahasiswa,
dan seterusnya. Sebagian besar dari mereka tidak menyadari contoh pertama dari
istilah konsep kepemilikan dan konsep entitas karena pembahasan dalam judul ini
kelihatannya hanya ada dalam bentuk tulisan akademis. Bagi mereka hal ini
merupakan pembahasan masalah seperti kepemilikan dalam aset bersih dan
keuntungan, bunga, dividen, dan pajak penghasilan yang kemungkinan
mengklasifikasikan persepsi perusahaan dalam sebagian besar kasus. Lebih lanjut
lagi. ditemukan bahwa sebagian besar dari mereka bahkan tidak menyadari bahwa
terdapat dua konsep utama yang mungkin muncul, dan bahwa mereka merasa harus
memandang perusahaan dengan cara yang sama. Apakah salah atau tidak, susut
pandang ini tetap tidak disadari oleh mereka sampai masalah tersebut dibahas.

9
Beberapa hipotesis mengenai konsep kepemilikan
Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pemegang saham yang memiliki
saham dari perusahaan dalam jumlah yang substansial menganut pandangan
kepemilikan. Secara khusus, hal ini terjadi pada pemegang saham yang
memiliki saham biasa dalam kuantitas yang substansial.

Beberapa hipotesis berkaitan dengan konsep entitas


Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pegawai perusahaan yang
tanggung jawabnya didelegasikan menganut konsep entitas; semakin tinggi
skala hierarkis dari pegawai ini, semakin kuat mereka menganut konsep ini.
Mayoritas dari pegawai semacam ini, baik secara sada rmaupun tidak,
memandang entitas sebagai pemilik dari keuntungan ketika mereka
mendapatkan aset bersih. Mereka cenderung memandang pemegang saham
sebagai bagian yang penting bagi perusahaan, tetapi bukan bagi pemiliknya.
Namun, mayoritas dari mereka sepertinya dikondisikan oleh cara di mana
perusahaan membuat struktur dan cara di mana peranan signifikan perusahaan
dalam masyarakat dilakukan.

2.5 Usaha Merekonsiliasikan Konsep Dasar


Bagian ini akan menjelaskan dua usaha untuk merekonsiliasi konsep
kepemilikan dengan konsep entitas dalam teori akuntansi. Hampir dua puluh tahun
lalu, Vatter menunjukkan pemaham yang mendalam tentang perlu dilakukannya
rekonsiliasi tersebut ketika dia melakukan penilitan tentang teori komando
(commander theory). Dia mengatakan, “Bukan merusak ide entitas atau teori
kepemilikan, tetapi ini dapat digunakan untuk merekonsiliasi keduanya”.

Teori Akuntansi Dana


Teori akuntansi dana dari Vatter dirancang menjadi sebuah ekspresi dari
cara seseorang memahami perusahaan walaupun schagian besar menganggap teori
dana sebagai pengembangan dari teori entitas yang dirancang untuk menggunakan

10
gagasan personalistik, yang merupakan usaha yang semakin banyak dilakukan dari
sudut pandang statistik guna menangani masalah akuntansi
Akuntansi dana yang dicetuskan oleh Vatter dapat diterapkan pada usaha
swasta, badan pemerintah, lembaga sosial, dan institusi lainnya. Akuntansi dana
merupakan cara memandang aset, bersama-sama dengan ekuitas dan hutang, di
mana dana yang diperoleh dari ekuitas dan hutang penggunaannya dibatasi semata-
mata pada aset. Akuntansi dana melaporkan penggunaan dari dana ini dan cara
memandang dana tersebut ketika aliran masuknya meningkat setelah dikurangi
dengan pembelanjaan. Hal ini konsisten dengan cara di mana konsep entitas
dipahami dalam perusahaan. Meskipun demikian, Vatter memandang teori dana
yang dicetuskannya sebagai impersonal dan netral.

Penghapusan Faktor-faktor
Gagasan teori dana didasarkan pada asumsi bahwa baik teori entitas maupun
teori kepemilikan setuju terhadap penggunaan berbagai item dalam pernyataan
keuangan, dan keduanya akan setuju dengan cara perhitungan setiap item. Lebih
lanjut lagi, dapat diklaim bahwa persetujuan tersebut tidak mungkin ada pada item-
item tertentu. Karena alasan ini, persiapan pernyataan keuangan netral tidak
mungkin dipraktikkan.
Jadi, pelaporan menurut ide teori dana tidak dapat menangani perhitungan
keuntungan dan kerugian dari item-item moneter ketika harga naik atau turun.
Tidak hanya orang orang yang menganut konsep entitas dan yang menganut konsep
kepemilikan mempunyai persepsi yang berbeda tentang apa yang membentuk
keuntungan dan kerugian, mereka juga mempunyai persepsi yang berbeda dalam
peringkat kepemilikan.
Sebuah masalah yang penting adalah kepentingan yang timbul. Mereka
yang benar benar menunjukkan kepentingan sebagai wirausawan dalam catatan
akuntansi mempunyai pandangan kepemilikan yang kuat. Mereka yang mempunyai
sudut pandang entitas tidak mampu melihat hal ini. Dengan demikian, dalam hal
ini, tidak dapat dipersiapkan satu pernyataan netral guna melukiskan posisi

11
keuangan dan hasilnya dalam cara yang dipahami, baik oleh teoretikus entitas
maupun teoretikus kepemilikan.

Teori Komando
Menurut Goldberg “tidak ada teori entitas atau teori kepemilikan” semua
teori didasarkan pada ide kepemilikan tetapi kepemilikan adalahkonsep yang sangat
sulit didefinisikan dan dianalisis secara memadai untuk digunakan ide dasar
akuntansi. Meskipun begitu sulit menghindari persepsitetang kepemilikan karena
ide kepemilikan properti dalam budaya sudahsangat meresap dan sebagian besar
orang melihat asset bersih dankeuntungan perusahaan sebagai milik pemegang
saham atau pemilik padasatu sisi ataupun perusahaan itu sendiri pada sisi lain.
Proses pengorganisasian koordinasi membawa ke arah pembentukan struktur
organisasiyang menjelaskan bagaimana tugas-tugas dibagi dan sumber daya
dimanfaatkan. Struktur koordinasi organisasi didefinisikan sebagai:
1. Sekumpulan tugas formal yang dimandatkan kepada individu dan
departemen.
2. Hubungan pelaporan formal, termasuk garis wewenang, tanggung jawab
keputusan, jumlah tingkat hierarki, dan rentang pengawasan manajer.
3. Desain sistem untuk menjamin koordinasi yang efektif dari karyawan di
berbagaidepartemen.
Rantai komando merupakan garis wewenang tidak terputus yang
menghubungkan semuaorang dalam koordinasi organisasi dan menunjukkan
posisi orang yang bertanggung jawab. Rantai komando mengilustrasikan struktur
wewenang dari organisasi. Wewenang merupakanhak formal dan sah dari seorang
manajer untuk mengambil keputusan, mengeluarkan perintah, dan
mengalolasikan sumber daya agar tercapai hasil yang diharapkan organisasi.
Wewenang ditentukan dengan tiga kategori:
1. Wewenang berada pada posisi organisasi, bukan kepada orang.
2. Wewenang diterima oleh bawahan.
3. Wewenang mengalir ke bawah pada koordinasi hierarki vaertikal.

12
Tanggung jawab merupakan sisi lain dari koin wewenang. Tanggung jawab
merupakankewajiban seorang karyawan untuk melakukan tugas atau aktivitas
yang diberikan kepadanya. Akuntabilitas merupakan mekanisme yang digunakan
agar wewenang dan tanggung jawab berjalan selaras. Akuntabilitas berarti bahwa
orang-orang yang memiliki wewenang dan tanggung jawab harus melakukan
pelaporan dan penjelasan mengenai tugas yang diberikankepada atasan mereka di
rantai komando.

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diakui bahwa disiplin akuntansi menghadapi kurangnya teori akuntansi
umum dan kekurangan ini berhubungan dengan kurangnya kesepakatan mengenai
konsep dasar akuntansi. Fakta bahwa hasil akuntansi yang berbeda dapat terjadi
membuat rekonsiliasi antara konsep entitas dengan konsep kepemilikan menjadi
tidak mungkin. Kedua konsep ini muncul dari kerangka nilai referensi yang dimiliki
oleh orang-orang dalam masyarakat kita, dan hal ini jarang bisa diubah dengan
argumen teoretis atau rumit.
Oleh karena itu, jika kita menginginkan teori akuntansi umum, bersama-
sama dengan tingkat keseragaman dan komparabilitas lebih tinggi dalam akuntansi
dan pelaporan yang disediakan, pengendalian manajemen perusahaan harus
membuat keputusan arbitrasi seperti apa yang menjadi dasar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, A. I. (n.d.). Akuntansi Keprilakuan (Edisi 2). Penerbit Salemba Empat.


Maulana, I., Wildan, M. A., & Andriani, N. (2021). Pengaruh Struktur
Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Dimoderasi Oleh Karakteristik
Dewan Komisaris. Jurnal Akuntansi, Program Studi Akuntansi, Fakultas
Bisnis, Universitas Kristen Maranatha. ISSN 2085-8698 |, Volume 13,
Nomor 1.
Setya Darmawan, A. (n.d.). PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Subsektor
Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-
2015).

15

You might also like