You are on page 1of 7

Seleksi Individu, seleksi silsilah dan seleksi visual domba

Seleksi adalah suatu proses memilih ternak yang disukai yang akan dijadikan sebagai tetua untu
generasi berikutnya. Selain dari proses seleksi untuk meningkatkan produktivitas ternak juga
dibutuhkan pakan dan manajemen yang baik. Peningkatan produktivitas ternak dalam pemuliaan
dapat diupayakan melalui persilangan dan seleksi. Persilangan mempunyai tujuan utama untuk
menggabungkan dua sifat atau lebih yang berbeda yang semula terdapat dalam dua bangsa ternak
ke dalam satu bangsa silangan. Seleksi terhadap suatu sifat produksi dapat dilakukan secara
langsung yaitu dengan menseleksi sifat yang diinginkan, namun juga dapat dilakukan secara
tidak langsung dengan menseleksi sifat lain yang memiliki korelasi genetik positif.  
Pemilihan indukan ternak yang akan dilakukan adalah hal yang paling penting dilakukan oleh
peternak ternak. Seleksi dilakukan secara cermat untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi
seperti: kurang maksimalnya produktivitas susu ternak yang dihasilkan, penyakit mastitis sampai
cacat pada ternak. Semua resiko ini dapat membawa kerugian pada peternak.
Seleksi pada ternak adalah suatu proses memilih ternak-ternak yang disukai yang akan dijadikan
sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Tujuan umum dari seleksi adalah untuk meningkatkan
produktivitas ternak melalui perbaikan mutu bibit. Dengan adanya seleksi pada ternak, maka
ternak ternak yang mempunyai sifat yang diinginkan akan dipelihara, sedangkan ternak yang
mempunyai sifat yang tidak diinginkan akan diafkir.
Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan seleksi, yaitu tujuan seleksi harus
jelas, misalnya pada ternak apakah tujuannya untuk meningkatkan produksi susu atau produksi
daging, atau keduanya
Metode Seleksi
1. Seleksi untuk satu sifat
Seleksi dapat menggunakan catatan fenotip yang berasal dari ternak itu sendiri, berdasarkan
informasi fenotip dari saudara-saudaranya, atau gabungan keduanya. Secara garis besar seleksi
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Seleksi Individu
Seleksi individu adalah metode seleksi yang paling sederhana dan sangat baik diterapkan jika
nilai heritabilitas tinggi dan sifat/fenotip dapat diukur baik pada ternak jantan ataupun betina.
Dengan seleksi individu, ternak-ternak dievaluasi berdasarkan catatan fenotip ternak itu sendiri.
b. Seleksi Keluarga
Seleksi keluarga dapat digunakan jika nilai heritabilitas rendah, hewan ternak betina banyak
menghasilkan keturunan, dan fenotip dapat diukur pada salah satu jenis kelamin. Contohnya
produksi susu pada ternak   atau produksi telur pada ayam petelur. Tapi kita perlu juga
menyeleksi ternak-ternak jantan sebagai tetua. Apabila keadaan ini terjadi, kita bisa memakai
catatan fenotip dari saudara-saudaanya, baik saudara sekandung atau saudara tiri.
c. Seleksi silsilah (pedigree)
Pada seleksi silsilah ini pertimbangan diberikan pada nilai pemuliaan tetua. Seleksi silsilah ini
berguna untuk sifat-sifat yang ditunjukkan oleh satu jenis kelamin saja (misalnya jumlah anak
sekelahiran), untuk sifat-sifat yang ditunjukkan sampai akhir hidupnya (misalnya longevity), atau
sifat yang ditunjukkan setelah ternak tersebut dipotong (komposisi karkas). Nilai dari seleksi
silsilah tergantung kedekatan hubungan antara tetua dengan individu yang diseleksi, jumlah
catatan dari yang dimiliki tetua, kecermatan nilai pemuliaan untuk tetua serta nilai heritabilitas
dari sifat yang diseleksi.
d. Uji Zuriat
Uji zuriat adalah bentuk dari seleksi silsilah dan merupakan metoda untuk menghitung nilai
pemuliaan dari keturunannya. Agar uji zuriat mempunyai kecermatan yang tinggi, uji zuriat
terhadap pejantan ternak ternak harus dikawinkan dengan sejumlah besar ternak betina.
Kecermatan perkiraan nilai pemuliaan seekor pejantan akan meningkat bila jumlah anak yang
mempunyai informasi performanya meningkat. Uji zuriat ini merupakan metoda yang ideal
karena nilai pemuliaan rata-rata dari keturunannya secara individu relatif terhadap
pembandingnya diestimasi secara langsung, dengan nilai setengah dari nilai pemuliaan. Akan
tetapi uji zuriat sangat mahal dan selang generasinya sangat panjang, karena seleksi terhadap
tetua tidak dapat dilakukan sampai keturunannya dapat diukur sifat yang diuji.
2. Seleksi untuk beberapa sifat
Keputusan untuk melakukan seleksi jarang dilakukan terhadap satu sifat saja. Hal ini
dikarenakan keuntungan dalam beternak ternak tidak hanya tergantung dari satu sifat saja
melainkan dari beberapa sifat, misalnya pertumbuhan anak, fertilitas induk, dan kemampuan
menyusui induk. Oleh sebab itu dalam praktek biasanya dilakukan seleksi beberapa sifat secara
bersamaan. Makin meningkat jumlah sifat yang diseleksi, tekanan seleksi terhadap semua sifat
akan menjadi berkurang. Oleh karena itu metoda seleksi untuk beberapa sifat harus dilakukan
untuk memperoleh peningkatan mutu genetik yang maksimum. Beberapa metoda seleksi
terhadap beberapa sifat antara lain adalah :
a. Seleksi tandem
Dalam hal ini kita menyeleksi/ memperbaiki sifat yang pertama terlebih dahulu, kemudian
setelah sifat yang pertama mencapai tingkat yang diinginkan, sifat kedua baru dimulai diperbaiki.
Seleksi ini baik jika sifat-sifat yang menjadi tujuan perbaikan tidak saling terikat. Jika saling
terikat keadaan ideal akan sulit dicapai.
b. Seleksi Batasan Sisihan
Dengan cara ini seluruh sifat yang akan dipertimbangkan secra bersamaan dengan diberi
tingkat/batas ideal yang didinginkan.
c. Seleksi Indeks
Seleksi ini mungkin lebih baik dibandingkan dengan kedua cara terdahulu, tetapi perhitungannya
lebih sulit karena perlu diketahui parameter-parameter genetik, seperti nilai heritabilitas, korelasi
genetik, korelasi fenotipik, dan pembobotan ekonomi untuk masing-masing sifat. Apabila
semuanya telah diketahui, suatu indeks dibentuk. Nilai pemuliaan akhirnya diduga berdasarkan
indeks tersebut.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Seleksi
1. Seleksi diferensial
Seleksi diferensial adalah keunggulan ternak-ternak yang terseleksi terhadap rata-rata populasi
(keseluruhan ternak). Kalau sifat tersebut dapat diukur pada ternak jantan dan betina, maka
seleksi biasanya dilakukan secara terpisah. Seleksi diferensial adalah rata-rata dari keduanya.
2. Heritabilitas
Kata heritabilitas berasal dari bahasa inggris “Heritability” yang berarti kekuatan/kemampuan
penurunan suatu sifat. Kata ini digunakan untuk mengungkapkan kekuatan suatu sifat diturunkan
pada generasi berikutnya. Dalam pemuliabiakan ternak nilai ini perlu diketahui sebelum
melakukan perbaikan mutu bibit/genetik ternak. Kegunaan diketahuinya nilai heritabilitas adalah
sebagai berikut:
1. mengetahui kekuatan suatu sifat akan diturunkan oleh tetua pada anaknya
2. merupakan suatu petunjuk tentang keberhasilan program pemuliabiakan
3. semakin tinggi nilai heritabilitas, semakin baik program perbaikan mutu bibit yang
diharapkan. 
Nilai heritabilitas dalam arti sempit lebih banyak digunakan karena lebih mudah diduga. Nilai
heritabilitas berkisar antara 0 sampai 1, tetapi secara garis besar dapat dikelompokan menjadi
tiga kelas, yaitu:
1. Nilai heritabilitas rendah berkisar antara antara 0 dan 0,1
2. Nilai heritabilitas sedang berkisar antara 0,1 dan 0,3
3. Nilai heritabilitas tinggi lebih besar dari 0,3

3. Interval generasi
Interval generasi dapat diartikan sebagai rata-rata umur tetua/induk ketika anaknya dilahirkan.
Setiap jenis ternak mungkin mempunyai interval generasi yang berbeda. Interval generasi
dipengaruhi oleh umur pertama kali ternak tersebut dikawinkan dan lama bunting, dengan
demikian interval generasi oleh faktor lingkungan seperti pakan dan tatalaksana. Pemberian
pakan yang jelek dapat memperpanjang interval generasi. Semakin cepat interval generasi,
semakin cepat perbaikan mutu bibit yang diharapkan.

Bibit merupakan faktor  dasar yang tidak bisa diabaikan, bila bibit itu jelek, walaupun
tatalaksana dan makanan termasuk baik, produktivitas ternak tetap tidak maksimal. Pemilihan
bibit pada pemeliharaan ternak bertujuan untuk menyediakan bibit ternak yang baik dan
bermutu, baik untuk induk maupun pejantan. Pemilihan bibit ternak ternak harus disesuaikan
dengan tujuan pemeliharaan dan bangsa ternak yang ada, contohnya untuk penghasil susu
sebaiknya dipilih dari ternak Etawah/ternak Saanen. Bibit yang akan dipilih umurnya diatas 3
bulan atau lepas sapih.
Memilih ternak untuk dijadikan bibit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu berdasarkan :
Silsilah danVisual.
Seleksi berdasarkan Silsilah
Seleksi menggunakan silsilah keturunan didasarkan pada catatan prestasi tetua dari individu.
Biasanya dilaksanakan pada seleksi galur murni, dimana hasilnya tidak perlu tampak. Dalam
“garis keturunan” yang sama tidak semua sifat yang dituju dapat diturunkan.  Biasanya cara ini
diaplikasikan pada seleksi hewan-hewan muda yang belum berproduksi; atau terhadap sifat yang
terkait seks. Misalnya memilih pemacak pada ternak, padahal seekor jantan tidak pernah
menghasilkan susu, maka yang dilihat adalah produksi susu induknya.
Selain untuk menduga sifat unggul calon bibit yang dipilih, silsilah juga berguna untuk
menghindari kemungkinan sifat kurang baik yang akan diturunkan, misalnya sifat keibuan yang
tidak baik, kesulitan melahirkan dan lain-lain.
Seleksi calon bibit berdasarkan silsilah tidak dapat dilakukan jika tidak ada pencatatan
(recording) yang baik dari peternak. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi pertenak melakukan
recording, selain sebagai bahan evaluasi usaha juga sangat berguna untuk seleksi calon bibit.
Seleksi berdasarkan Visual (eksterior)
Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak berdasarkan sifat-sifat yang
tampak. Memilih bibit dengan cara ini hampir sama saja dengan seleksi untuk tujuan produksi.
Ternak untuk bibit sebaiknya dipilih pada waktu masih muda, paling tidak seumur pasca sapih,
sehingga masih ada waktu untuk pemeliharaan yang ditujukan sebagai bibit.
Seleksi bibit jantan biasanya lebih diutamakan karena jantan mempunyai keturunan lebih banyak
daripada ternak betina (seekor pejantan yang baik dan sehat akan mampu melayani 20 - 30 ekor
betina). Selain sifat-sifat produksi, faktor kesehatan harus diperhatikan, faktor ini erat kaitannya
dengan kemampuan reproduksi. Secara umum ternak calon bibit tidak cacat, kaki lurus dan
tegak, lincah, dan tidak pernah terserang penyakit yang berbahaya. Pertumbuhan kelamin harus
normal, kondisi tubuh tidak terlalu gemuk atau kurus.
Cara ini biasa dilakukan oleh petani ternak ketika memilih ternak di pasar hewan, dimana asal
usul ternak pada umumnya tidak diketahui, dalam keadaan seperti itu biasanya dipilih ternak
yang penampakan fisiknya paling bagus dibanding ternak yang lain. Berikut ini ciri-ciri visual
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bibit ternak:
a)        Sifat Umum
1)        Umur pubertas/dewasa kelamin.
2)        Kesuburan dan jumlah anak sampai sapih.
3)        Bobot lahir, bobot sapih dan bobot badan dewasa.
4)        Sifat keindukan.
b)    Sifat Khusus
Yang harus diperhatikan adalah:
1)      Bentuk tubuh
2)      Tidak ada cacat
Untuk Betina Calon Bibit:

c)    Bentuk Tubuh


1)   Bentuk tubuh kompak/padat.
2)   Dada dalam dan lebar.
3)   Garis punggung lurus.
4)   Bulu bersih dan mengkilat.
5)   Badan sehat dan tidak cacat.

d)    Bentuk Kaki


1)   Bentuk kaki normal.
2)   Kaki lurus dan kuat.
3)   Tumit tinggi.

e)    Bentuk Ambing


1)   Bentuk ambing normal dan simetris (kiri dan kanan sama besar).
2)   Tidak terlalu menggantung.
3)   Jumlah putting dua buah.
4)   Bila diraba halus dan kenyal.
5)   Tidak ada infeksi atau pembengkakan

f)     Kesuburan
1)   Asal dari keturunan kembar/lebih dari dua.
2)   Alat kelamin normal.

g)    Keadaan Gigi


1)  Jumlah gigi lengkap.
2)   Rahang atas dan bawah rata.

h)    Sifat Keindukan


1)Mempunyai sifat mengasuh anak yang baik.
2)Penampilan jinak dan sorot matanya bersifat ramah.

i)     Umur
1)   Betina muda siap dikawinkan pertama kali pada umur lebih kurang 10-12 bulan, walaupun
pada umur 8 bulan sudah menunjukan birahi sebaiknya jangan dikawinkan dahulu karena belum
dewasa tubuh.
2)   Induk masih produktif sampai umur 5-6 tahun.

Pejantan Calon Bibit:


j)     Bentuk Tubuh
1)   Tubuh besar, relatif panjang.
2)   Pilih yang besar diantara jantan yang umurnya sama.
3)   Dada dalam dan lebar.
4)   Bagian tubuh belakang lebih besar dan tinggi.
5)   Badan sehat dan tidak cacat.
6)   Bulu bersih dan mengkilat.

k)    Bentuk Kaki


1)   Bentuk kaki normal.
2)   Kaki lurus dan kuat.
3)   Tumit tinggi.

l)     Kesuburan
1)   Calon pejantan berasal dari keturunan kembar.
2)   Alat kelamin kenyal dan dapat ereksi.
3)   Buah zakar normal (ada buah, sama besar dan kenyal).

m)   Penampilan
1)   Penampilan gagah.
2)   Aktif, besar tenaga dan nafsu kawinnya.

n)    Umur
1)   Untuk dikawinkan sebaiknya dipilih pejantan yang berumur antara 1,5 sampai 3 tahun.
o)    Cacat Tubuh

Ternak yang mempunyai cacat tubuh jangan dipilih untuk bibit. Cacat tubuh tersebut
antara lain:
1)      Rahang atas dan bawah tidak rata.
2)      Mata buta atau rabun. Untuk mengetahui ternak buta atau tidak, dapat diketahui dengan
menunjuk-nunjukkan jari telunjuk di depan matanya, apabila ada reaksi dengan mengedipkan
mata maka ternak tersebut tidak buta.
3)      Kaki berbentuk hurup X.
4)      Tanduk yang tumbuh melingkar menusuk leher.
5)      Buah zakar hanya satu atau mempunyai dua buah tetapi besarnya tidak sama.
6)      Adanya infeksi atau pembengkakan pada ambing/buah susu (untuk betina).
7)      Tumit rendah.
8)      Ternak majir atau mandul.

You might also like