You are on page 1of 12

Rabu, 7 Februari 2018

Nama : Asti Dian Arini


PPG Teknik Kimia UNNES
JAWABAN LATIHAN UJIAN MATERI PERANCANGAN PENJAMINAN MUTU
LABORATORIUM
1. Sumber-sumber bahaya di laboratorium meliputi:
a. Bahan Kimia
Meliputi bahan mudah terbakar, bersifat racun, korosif, tidak stabil, sangat reaktif,
dan gas yang berbahaya. Penggunaan senyawa yang bersifat karsinogenik dalam
industri maupun laboratorium merupakan problem yang signifikan, baik karena
sifatnya yang berbahaya maupun cara yang ditempuh dalam penanganannya.
b. Aliran Listrik
Penggunaan peralatan dengan daya yang besar akan memberikan kemungkinan-
kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan kerja.
c. Radiasi
Radiasi dapat dikeluarkan dari peralatan semacam X-ray difraksi atau radiasi
internal yang digunakan oleh material radioaktif yang dapat masuk ke dalam
badan manusia melalui pernafasan, atau serapan melalui kulit. Non-ionisasi
radiasi seperti ultraviolet, infra merah, frekuensi radio, laser, dan radiasi
elektromagnetik dan medan magnet juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan
sebagai sumber kecelakaan kerja.
d. Api
Sumber api bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah dari hasil reaksi
kimia, dari burner/spirtus, dari senyawa yang mudah meledak, dari gas bertekanan
tinggi, atau dari konsleting arus listrik di laboratorium.
e. Suara (Kebisingan)
Sumber kecelakaan kerja yang satu ini pada umumnya terjadi pada hampir semua
industri, baik industri kecil, menengah, maupun industri besar. Generator
pembangkit listrik, instalasi pendingin, atau mesin pembuat vakum, merupakan
sekian contoh dari peralatan yang diperlukan dalam industri. Peralatan-peralatan
tersebut berpotensi mengeluarkan suara yang dapat menimbulkan kecelakaan
kerja dan gangguan kesehatan kerja.
f. Pelanggaran Keamanan
Pelanggaran keamanan secara sengaja atau tidak, bisa dilakukan oleh petugas,
pegawai atau orang luar. Pelanggaran tersebut meliputi pencurian atau
penyalahgunaan peralatan bernilai tinggi, pencurian atau penyalah gunaan bahan
kimia untuk kegiatan ilegal,  pelepasan bahan kimia berbahaya secara sengaja atau
tidak, eksperimentasi laboratorium secara tidak sah.
2. Perlengkapan laboratorium:
a. Jas Laboratorium
Jas laboratorium digunakan untu melindungi badan praktikan dari bahan kimia
berbahaya.
b. Masker
Masker digunakan untuk melindungi mulut dan hidung dari uap/udara/gas
berbahaya yang dimungkinkan dapat terhirup oleh praktikan.
c. Kacamata (Google)
Kacamata digunakan untuk ,elindungi mata praktikan dari cipratan/tumbahan
bahan kimia berbahaya atau dari uap yang timbul dari reaksi kimia.
d. Sarung Tangan (Glove)
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan praktkan dari
tumpahan/tetetasan bahan kimia yang berbahaya.
e. Sepatu Tertutup (karet)
Sepatu digunakan untuk melindungi kaki praktikan dari tumpahan bahan kimia
yang berbahaya dan agar praktikan tidak terpeleset leh lantai lab yang licin.
f. Identitas
Identitas yang tertera pada jas lab digunakan sebagai tanda pengenal sesama
praktikan.
3. Prinsip terjadinya api di laboratorium:
a. Timbul dari bahan kimia yag mudah terbakar/meledak/tidka stabil.
b. Panas ( Suhu )- Pada lingkungannya memiliki suhu yang demikian tingginya,
(sumber panas dari Sinar Matahari, Listrik (kortsluiting, panas energimekanik
(gesekan), Reaksi Kimia, Kompresi Udara)
c. Oksigen ( O2 )- Adanya Zat Asam ( O2 ) yang cukup.Kandungan (kadar)
O2ditentukan dengan persentasi (%), makin besar kadar oksigenmaka api akan
menyala makin hebat, sedangkan pada kadaroksigen kurang dari 12 % tidak akan
terjadi pembakaran api.
4. Penanganan kecelakaan di laboratorium jika ada murid yang kulit tangannya terbakar
asam:
a. Asam yang mengenai kulit hendaknya segera dihapus dengan kapas atau lap
halus
b. kemudian dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya
c. cuci dengan larutan 1% Na2CO, kemudian cuci lagi dengan air.
d. Keringkan dan olesi dengan salep levertran.
5. Cara penyimpanan bahan kimia di laboratorium:
a. Penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium di dasarkan pada wujud dari zat
tersebut (padat, cair dan gas), sifat-sifat zat (Asam dan basa), sifat bahaya zat
(korosif, mudah terbakar, racun dll), seberapa sering zat tersebut digunakan.
b. Sistem penyimpanan bahan-bahan kimia didasarkan pada bahan yang sering
dipakai, bahan yang boleh diambil sendiri oleh pemakai laboratorium, bahan yang
berbahaya/racun, dan jumlah bahan yang dsimpan.
c. Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan menyimpan alat-alat
laboratorium, sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum melakukan
penyimpanan, seperti:
 Bahan yang dapat bereaksi dengan plastic sebaiknya disimpan dalam botol
kaca.
 Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol
plastik.
 Bahan yang dapat berubah apabila terkena matahari langsung harus disimpan
daam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup.
 Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dapat
disimpan dalam botol berwarna bening.
 Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan
lainnya.
 Bahan disimpan dalam botol yang diberi symbol karakteristik masing-masing
bahan.
 Sebaiknya bahan disimpan dalam botol induk yang berukuran besar.
Pengambilan bahan kimia dari botol secukupnya saja sesuai kebutuhan, dan
sisa bahan praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan dikembalikan ke
dalam botol induk, bertujuan untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol
induk.
6. Berikut adalah beberapa istilah dalam pengolahan limbah cair:
a. Koagulasi
Penambahan suatu bahan kimia (koagulan) ke dalam limbah yang berupa koloid
(partikel halus yang menyebar), sehingga terjadi destabilisasi
b. Flokulasi
Yaitu suatu mekanisme dimana flok kecil yang sudah terbentuk dalam proses
koagulasi tadi melalui suatu media flokulan digabungkan menjadi flok yang lebih
besar sehingga cukup berat untuk bisa mengendap.
c. Sedimentasi
 Agregat atau flok yang besar akan tersedimentasi/settling ke bawah.
 Sistem menjadi jernih.
 Flokulan dapat dipisahkan dengan mudah secara filtrasi
d. Filtrasi
Hasil dari proses sedimentasi kemudian dilakukan penyaringan/filtrasi.
7. Perbedaan utama dari pengolahan secara aerob dan anaerob terletak pada kondisi
lingkungannya. Pada pengolahan secara aerob, kehadiran oksigen mutlak diperlukan
untuk metabolisme bakteri, sementara pada kondisi anaerob sebaliknya. Berikut ini
adalah beberapa perbedaan utama antara pengolahan secara aerob dan anaerob
menurut Eckenfelder, et.al (1988) :

Parameter Aerob Anaerob

Kebutuhan energi Tinggi Rendah

Tingkat pengolahan 60-90% 95%

Produksi lumpur Tinggi Rendah

Stabilitas proses Sedang sampai tinggi Rendah sampai sedang


terhadap toksik dan
perubahan beban

Tinggi untuk beberapa


Kebutuhan nutrien limbah industri Rendah

Tidak terlalu berpotensi Berpotensi menimbulkan


Bau menimbulkan bau bau

Tinggi untuk beberapa


Kebutuhan alkalinitas Rendah limbah industri

Ada (dapat dimanfaatkan


Produksi biogas Tidak ada sebagai sumber energi)

Start-up time 2 – 4 minggu 2 – 4 bulan


8. Fungsi dari:
a. Trickling Filter
Trickling Filter merupakan salah satu aplikasi pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan teknologi Biofilm. Kegunaannya adalah untuk mengolah air
limbah dengan dengan mekanisme air yang jatuh mengalir perlahan-lahan melalui
melalui lapisan batu untuk kemudian tersaring.
b. Rotating biological contractor
Suatu proses pengolahan limbah cair dengan menggunakan metode dimana unit
pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as yang
digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive system) dari
difusser yang dibenam dalam air limbah, di bawah media. Berbahan plastik, media
tempat pelekatan mikroba dipasang sedemikian rupa sehingga terjadi kontak yang
seluas-luasnya dengan air limbah dan oksigen yang terjadi silih berganti. RBC
seperti kumpulan piringan-piringan dimana pada permukaannya ada media disk
berfungsi sebagai tempat mikroorganisme untuk memakan kandungan bahan
organik dalam limbah diusahakan media disk bisa disediakan seluas-luasnya agar
mikroorganisme dapat mudah mengambil polutan pada limbah yang dialirkan.
9. 1.      Pengolahan Primer (Primary Treatment)
A.     Penyaringan (Screening)
Metode penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan-bahan padat berukuran besar dari air limbah.
B.      Pengolahan Awal  (Pretreatment)
Kedua, limbah yang telah disaring kemudian disalurkan kesuatu tangki atau bak
yang berfungsi untuk memisahkan pasir dan partikel padat teruspensi lain yang
berukuran relatif besar. Tangki ini dalam bahasa inggris disebut grit chamber dan cara
kerjanya adalah dengan memperlambat aliran limbah sehingga partikel – partikel pasir
jatuh ke dasar tangki sementara air limbah terus dialirkan untuk proses selanjutnya.
C.     Pengendapan
Metode pengendapan adalah metode pengolahan utama dan yang paling banyak
digunakan pada proses pengolahan primer limbah cair. Di tangki pengendapan,
limbah cair didiamkan agar partikel – partikel padat yang tersuspensi dalam air
limbah dapat mengendap ke dasar tangki. Enadapn partikel tersebut akan membentuk
lumpur yang kemudian akan dipisahkan dari air limbah ke saluran lain untuk diolah
lebih lanjut. Selain metode pengendapan, dikenal juga metode pengapungan
(Floation)
D.     Pengapungan (Floation)
Metode ini efektif digunakan untuk menyingkirkan polutan berupa minyak atau
lemak. Proses pengapungan dilakukan dengan menggunakan alat yang dapat
menghasilkan gelembung- gelembung udara berukuran kecil (± 30 – 120 mikron).
Gelembung udara tersebut akan membawa partikel –partikel minyak dan lemak ke
permukaan air limbah sehingga kemudian dapat disingkirkan.  
2.      Pengolahan Sekunder (Secondary  Treatment)
Tahap pengolahan sekunder merupakan proses pengolahan secara biologis,
yaitu dengan melibatkan mikroorganisme yang dapat mengurai/ mendegradasi bahan
organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.
A.     Metode Trickling Filter
Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan
organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar, biasanya berupa
serpihan batu atau plastik, dengan dengan ketebalan  ± 1 – 3 m. limbah cair kemudian
disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam limbah akan
didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media,
limbah akan menetes ke suatu wadah penampung dan kemudian disalurkan ke tangki
pengendapan.
B.      Metode Activated Sludge
Pada metode activated sludge atau lumpur aktif, limbah cair disalurkan ke
sebuah tangki dan didalamnya limbah dicampur dengan lumpur yang kaya akan
bakteri aerob. Proses degradasi berlangsung didalam tangki tersebut selama beberapa
jam, dibantu dengan pemberian gelembung udara aerasi (pemberian oksigen).
C.     Metode Treatment ponds/ LagoonsMetode
Ttreatment ponds/lagoons atau kolam perlakuan merupakan metode yang murah
namun prosesnya berlangsung relatif lambat. Pada metode ini, limbah cair
ditempatkan dalam kolam-kolam terbuka. Algae yang tumbuh dipermukaan kolam
akan berfotosintesis menghasilkan oksigen.
3.      Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced
treatment). Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika.
Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan
pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan
dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik. Metode
pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal ini
disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier
cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.  
10. Fungsi kalibrasi adalah menjaga kendali mutu dengan memastikan kinerja dan akurasi
berbagai instrument yang digunakan melalui penentuan penyimpangan nilai standar
dengan nilai yang ditunjukkan alat ukur, atau dengan kata lain untuk dapat
memastikan akurasi dari alat ukur tersebut sehingga instrument yang digunakan dapat
menghasilkan pengukuran yang akurat.
Peralatan yang harus dikalbrasi ada nbanyak jenisnya, diantaranya adalah:
 pHmeter
 oven
 neraca
 termometer
 glassware(piknometer, labu ukur, pipet volume, d.l.l)
 instrumen (AAS, UV-Vis, XRD, d.l.l)

Peralatan di ataa perlu dikalbrasi karena hasil dari pengukuran alat tersebut sangat
mempengaruhi produk analisis yang dihasilkan, sehingga hasil pengukuran yang
dihasilkan harus benar-benar akurat.
11. Soal tentang AAS.
a. Pemeliharaan instrumen AAS secara umum meliputi:
 Sumber arus yang digunakan dalam pemakaian AAS ialah 220 volt sehingga
arus listrik yang disediakan harus 220 volt dan jangan sampai kurang dari 220
volt.
 Meja yang digunakan untuk meletakkan AAS harus datar, kuat dan permanen.
 Sumber cahaya harus polikromatis yang nantinya akan diubah menjadi
monokromatis.
 Lampu katoda dijaga jagan sampai pecah.
 Intensitas pemakaian alat jangan melebihi aturan yang telah ditentukan.
 Setelah alat digunakan, cuci dengan air deionisasi selama 10 menit.
 Setelah digunakan, burner dibersihkan dan dikeringkan dengan lap bersih
untuk menghilangkan karbonnya.
 Alat harus disimpan dalam ruangan yang kelembaban dan suhunya terjaga
seperti pada ruanga berAC.
 Stabilizer digunakan untuk menstabilkan apabila terjadi fluktuasi.
b. Masalah yang dapat terjadi pada instrumen AAS
Masalah yang biasa timbul pada hasil analisis instrumen AAS adalah tentang
sensitivitas, akurasi dan presisi dari alat tersebut dan dapat diketahui dari hasil
kalibrasi dan validsi instrumen AAS. Masalah tersebut kemungkinan besar timbul
karena:
 Burner kotor (tidak dibersihkan setelah melakukan analisis sebelumnya)
 Penggunaan tipe burner yang salah
 Kesalahan dalam langkah preparasi sampel
 Tekanan gas asetilen terlalu rendah.
 Kemurnian gas.
c. Bagian-bagian AAS dan pemeliharaan pada setiap bagiannya:
 Lampu Katoda
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka
lampu dilepas dari soket pada main unit AAS dan lampu diletakkan pada
tempat busanya di dalam kotaknya, serta di penyimpanannya ditutup
kembali. Sebaiknya setelah penggunaan, lamanya waktu pemakaian dicatat.
 Burner
Jangan gunakan benda tajam dalam membersihkan burner seperti misalnya
pisau. Burner dapat dibersihkan dengan cara melepaskan burner dari
rangkaian alat, dan kemudian rendam dalam air sabun hangat. Sikat burner
dengan sebuah scrub yang halus dan lembut. Perendaman juga bisa dilakukan
dengan asam encer (0,5% HNO3). Setelah membersihkan, benar-benar
membilas pembakar dengan air suling dan kering sebelum memasang di
instrumen.
 Tabung Gas
Tanda-tanda terjadi kebocoran pada tabung gas ada 3 yaitu: Timbul baugas,
pressure gas mudah turun dengan cepat, muncul suara “zzz”. Maka dari itu,
ruangan penyimpanan AAS harus dilengkapi dengan ducting dan ventilasi
yang cukup.
 Ducting
Cara pemeliharaan ducting yaitu dengan menutup bagian ducting secara
horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak aka nada
serangga atau binatang lain yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila
ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke dalam ducting, maka
dapat menyebabkan ducting tersumbat.
12. Soal tentang UV/Vis:
a. Perlu dilakukan pemeliharaan rutin terhadap spektrofotometer UV/Vis karena
dapat:
 Memperpanjang usia pakai UV/Vis
 Menjamin UV/Vis selalu siap dengan optimal untuk mendukung kegiatan
kerja, sehingga diharapkan akan diperoleh hasil yang optimal pula
 Menjamin kesiapan operasional UV/Vis yang diperlukan
 Menjamin keselamatan orang yang menngunakan UV/Vis tersebut
b. Bagian-bagian UV/Vis yang perlu pemeliharaan:
 Kuvet
Kuvet setiap setelah dilakukan analisis, cuci kuvet beberapa kali dengan air
yang murni lalu bilas dengan methanol dan aseton dan usap menggunakan
kertas tisu, keringkan dan simpan di dalam kotak penyimpanan.
 Lampu Deuterium (Tungsen)
Lampu deuterium/tungsen dapat diganti jika kinerjanya sudah tidak maksimal
dengan prosedur tertentu. Saat melakukan penggantian lampu, usdahakan
menyentuh sampul kaca lampu dengan tangan karena akan meninggalakan
sidik jari, jika tidak sengaja terjadi maka gunkaan isopropil untuk
menghapusnya.
c. Penyimpanan UV/Vis yang baik:
 Simpan spektrofotometer di dalam ruangan yang suhunya stabil dan diatas
meja yang permanen.
 Pastikan kompartemen sampel bersih dari bekas sampel.
 Saat memasukkan kuvet, pastikan kuvet kering.
 Suhu penyimpanan stabil
 Selama dalam penyimpanan, pastikan alat dalam kondisi mati/ “off”dan
Power dalam kondisi dilepas
 Letakkan penghalang debu diatas instrumen
13. Soal tentang GC-MS:
a. Perlu dilakukan perawatan rutin pada GC-MS agar:
 GC-MS yang ada akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,
 Dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya kerusakan-kerusakan berat dari
GC-MS,
 Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari GC-MS.
(Pinen, 2010).
b. Pemeliharaan bagian-bagian tiap GC-MS:
 Semprit
Septum yang telah digunakan harus dibersihkan dengan larutan
pembersihnya yaitu etanol selama 1 hari.
 Kolom
Pembersihan kolom dapat dilakukan dengan perendaman mengunakan
akuadest.
 Filter
Pembersihan filter cukup di lap dengan kain basah hingga bersih.
 Tempat Injeksi
Harus diperhatikan alat GC-MS sangat sensitif terhadap sampel yang masuk.
GC-MS hanya dapat digunakan untuk analisis senyawa organik.
 Detektor
Pemeliharan detektor dapat dilakukan dengan membersihkan debu yang
terdapat di detektor dengan menggunakan kuas halus.
 Oven GC
Suhu dalam oven juga disesuaikan dengan titik didih dari sampel. Suhu oven
harus dibawah titik didih dari larutan sampel karena jika suhu diset melebihi
titik didih sampel maka sampel akan mengalami penguapan dan ini akan
mempengaruhi peroses analisis.
14. Verifikasi adalah proses dimana ditentukan persesuaian antara suatu peralatan
laboratorium dengan spesifikasi yang tertera untuk peralatan tersebut, termasuk
penentuan kesalahan (error) pada suatu titik atau lebih.
Di dalam verifikasi metode, kinerja yang akan diuji adalah keselektifan, seperti uji
akurasi (ketepatan) dan presisi (kecermatan), karena dua hal ini merupakan hal yang
paling minimal harus dilakukan dalam verifikasi sebuah metode. Suatu metode yang
presisi (cermat) belum menjadi jaminan bahwa metode tersebut dikatakan tepat
(akurat). Begitu juga sebaliknya, suatu metode yang tepat (akurat) belum tentu presisi.

15. Metode verifikasi timbangan:


Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan hasil penimbangan benda
dengan menggunakan neraca terkalibrasi dan terverifikasi. Data verifikasi disusun
dalam bentuk tabel, kemudian hasil penimbangan nerca standar dibandingkan dengan
neraca yang telah diverifikasi. Setelah itu dihitung selisih hasil penimbangan dengan
mengurangkan hasil penimbnagan neraca yang diverifikasi dengan neraca yang sudah
dikalibrasi. Jika selisih penimbangan lebih kecil dari setengah skalaterkecil, berarti
neraca yang diverifikasi tidak memerlukanrekondisi dan rekalibrasi.
16. Langkah-langkah kalibrasi pH meter:
a. Elektroda direndam dalam aquades, dibilas berkali-kali dengan menggunkaan
botol semprot.
b. Elektroda dikeringkan dengan menggunakan kertas tissue sampai elektroda benar-
benar kering.
c. Elektroda direndam dalam larutan buffer pH 7 (dalam gelas kimia 100 ml atau
langsung dalam botol kecil) beberapa saat (untuk mencapai keseimbangaan). “On”
kan pHmeter sampai beberapa saat.
d. Membaca skala pH. Bila pH terbaca tidak sama dengan 7, putarlah tombol
penyesuai pH agar pH menajdi terbaca 7.
e. Elektroda dicuci dengan akuades berulang-ulang, lalu keringkan.
f. Elektroda dicelupkan ke dalam larutan buffer pH 4, dibiarkan beberapa saat.
Membaca pH pada skala pH alat. Pembacaan harus menunjukan pH 4 + 0,02.
g. Apabila hasil pembacaan di luar range yang telah ditetapkan artinya pH meter
tidak terkalibrasi.
17. Maksud dari macam-macam parameter dalam analisis di bawah ini adalah:
a. Parameter linieritas
Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional
terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan
batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan
dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.
b. Parameter ripitabilitas
Ripitabilitas adalah kesamaan antara pengukuran yang diulang dari contoh dengan
analis, peralatan dan laboratorium yang sama pada waktu yang berdekatan.
Penetapan ripitabilitas dapat dilakukan dengan analisis berulang suatu contoh oleh
seorang analis, kemudian ditentukan nilai standar deviasi dan koefisien variasi
contoh.
c. Parameter presisis antara
Precision adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen. Presicion diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif
(koefisien variasi). Precision dapat dinyatakan sebagai repeatability (keterulangan)
atau reproducibility (ketertiruan).

d. Parameter akurasi
Accuracy adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan
kadar analit yang sebenarnya. Accuracy dinyatakan sebagai persen perolehan
kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Accuracy dapat ditentukan melalui
dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode
penambahan baku (standard addition method).
18. Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases) adalah penyakit yang
disebabkan oleh  pekerjaan atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per.
01/Men/1981) yang akan berakibat cacat sebagian maupun cacat total.
Faktor-Fakor Penyebab Penyakit Akibat Kerja:
1. Faktor Fisik
 Suara tinggi/bising : menyebabkan ketulian,
 Temperatur/suhu tinggi : menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat Cramp,
Heat Exhaustion, Heat Stroke.
 Radiasi sinar elektromagnetik : infra merah menyebabkan katarak, ultraviolet
menyebabkan konjungtivitis, radioaktrif/alfa/beta/gama/X menyebabkan
gangguan terhadap sel tubuh manusia.
 Tekanan udara tinggi : menyebabkan Coison Disease
 Getaran :menyebabkan Reynaud’s Disease, Gangguan proses metabolisme,
Polineurutis.
2. Golongan Kimia
 Asal : bahan baku,  bahan tambahan, hasil antara, hasil samping, hasil
(produk), sisa produksi atau bahan buangan.
 Bentuk : zat padat, cair, gas, uap maupun partikel.
 Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan,
kulit dan mukosa
 Masuknya dapat secara akut dan secara kronis
 Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi, korosif, Asphyxia, keracunan sistemik,
kanker, kerusakan/kelainan janin, pneumoconiosis, efek bius (narkose),
Pengaruh genetik.
3. Golongan Biologi
 Berasal dari : virus, bakteri, parasit, jamur, serangga, binatang buas, dll
 Golongan Ergonomi/fisiologi
 Akibat : cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah,
Kontruksi salah.
 Efek terhadap tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang,
perubahan bentuk, dislokasi.
4. Golongan mental Psikologi
 Akibat : suasana kerja monoton dan tidak nyaman, hubungan kerja kurang
baik, upah kerja kurang, terpencil, tak sesuai bakat.
 Manifestasinya berupa stress.
19. Kecelakan kerja di laboratorium dapat ditimbulkan oleh 3 faktor, yaotu faktor
manusia, faktor lingkungan dan faktor peralatan. Secara lebih rinci, berikut adalah
jabaran dari ketiga faktor penyebab terjadinya kecelakan kerja tersebut:
 Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan kimia dan proses-proses
serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan
 Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya
pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan labolatorium.
 Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan
kegiatan labolatorium.
 Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
perlindungan kegiatan labolatorium.
 Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus
ditaati.
 Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
 Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.

20. Beberapa contoh logam berat yang beracun bagi manusia adalah: arsen (As),
kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni), dan seng dari
(Zn). Penyakit yang ditimbulkan dari masing-masing logam akan berbeda,
diantaranya adalah:
a. Logam Arsen
Arsen dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker.
Arsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang sangat kuat. 
b. Logam Merkuri
Merkuri dapat menimbulkan keracunan dengan gejala sakit kepala, sukar
menelan, penglihatan menjadi kabur dan daya dengar menurun. Selain itu orang
yang keracunan merkuri merasa tebal di bagian kaki dan tangannya, mulut terasa
tersumbat logam, gusi membengkak disertai pula dengan diare. Selanjutnya
kematian dapat terjadi karena kondisi tubuh yang semakin lemah. Wanita yang
mengandung akan melahirkan bayi yang cacat apabila keracunan merkuri. 
c. Logam Kadmium
Mengakibatkan gangguan kesehatan berupa : (1) gangguan pernafasan, (2)
gangguan pada ginjal dan hati. Hampir semua organ tubuh dapat mengabsorbsi
kadmium, dan konsentrasi yang paling tinggi biasanya terjadi di dalam hati dan
ginjal. Racun kadmium  menimbulkan penyakit sebagai berikut : kehamilan,
lactasi, ketidakseimbangan dalam internal sekresi, penuaan, kekurangan kalsium,
indra penciuman, mulut kering, kerusakan sumsum tulang, paru-paru basah, dan
lain lain
d. Logam Timbal.
 Kelambanan dalam pengembangan neurologis saraf dan fisik pada anak ;
 Keguguran kandungan, dan kerusakan sistem reproduksi pria
 Penyakit saraf, perubahan daya pikir dan perilaku ;
 Tekanan darah tinggi, dan anemia.

You might also like