You are on page 1of 15

MAKALAH

KEBUDAYAAN EROPA DI INDONESIA DAN PENGARUH


KEBUDAYAAN EROPA DI INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Konsep Dasar IPS
Dosen Pengampu : Nunu Nurfirdaus, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 9

1. Aprizan Rizky Nurfadhil (NIM : 216223104)


2. Maharina Pancamurti Lestari (NIM : 216223087)
3. Mirna Nazilatul Falah (NIM : 216223099)
PGSD 1 C

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kebudayaan Eropa dan Pengaruh Kebudayaan Eropa di Indonesia”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Nunu Nurfirdaus, M.Pd.
pada mata kuliah Konsep Dasar IPS di STKIP Muhammadiyah Kuningan. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Nunu
Nurfirdaus, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Proses Masuknya Kebudayaan Eropa di Indonesia......................................3

B. Pengaruh Kebudayaan Eropa di Indonesia...................................................3

C. Dampak Kebudayaan Eropa Terhadap Kebudayaan di Indonesia................7

BAB III PENUTUP................................................................................................9

A. Kesimpulan...................................................................................................9

B. Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Kurnia dan Suryana (2007: 103) timbulnya aktivitas pelayaran


dan perdagangan yang dilakukan bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, dan
Belanda tidak lepas dari peristiwa yang terjadi sebelumnya, yaitu Perang
Salib (1096-1291) dan jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa Turki
Usmani pada tahun 1453. Perang Salib adalah peperangan di antara negara-
negara Eropa dengan bangsa Turki Seljuk yang berlangsung hampir 200
tahun dalam tujuh gelombang. Perang tersebut tidak berlangsung terus
menerus, melainkan ada sela waktu berlangsungnya masa damai. Akhir
Perang Salib memang menyakitkan bagi bangsa-bangsa Eropa karena
kekalahannya. Mereka telah cukup banyak kehilangan korban.

Kendati demikian, ternyata ada hal-hal positif yang diperoleh dari


peristiwa itu. Orang-orang Eropa menjadi bertambah ilmu pengetahuannya
semenjak berhubungan dengan bangsa-bangsa Arab. Mereka banyak
mempelajari buku-buku berbahasa Arab dan kemudian menerjemahkan ke
dalam bahasanya. Seusai perang, mereka banyak mendirikan universitas dan
industri kerajinan yang melahirkan kemajuan baru bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan perekonomian. Akibat negatif dari perang itu, beberapa
bangsa Eropa mengobarkan semangat reconquista untuk menaklukkan
negeri-negeri Islam di mana pun, hal ini terutama dilakukan bangsa Portugis
dan Spanyol.

Pada tahun 1453, Konstantinopel yang menjadi pusat kegiatan


perdagangan di Laut Tengah jatuh ke tangan bangsa Turki Usmani. Jatuhnya
Kota Konstantinopel menimbulkan kesulitan bagi bangsa-bangsa Eropa,
terutama dalam bidang perdagangan. Semula kebutuhan barang-barang
dagang yang berasal dari Asia banyak dipasok melalui Konstantinopel.
Namun, sejak jatuhnya kota tersebut, bangsa Turki mempersulit masuknya
orang-orang Eropa dengan cara mengeluarkan peraturan-peraturan
perdagangan. Hal ini berakibat hubungan perdagangan di antara bangsa-

1
bangsa Eropa dengan Asia Barat, khususnya dengan Turki, mengalami
pemutusan. Selain itu, bangsa-bangsa Eropa tertantang untuk mengadakan
penjelajahan samudra dalam upaya mencari daerah penghasil barang-barang
yang dibutuhkannya, terutama rempah-rempah.

Menurut Kurnia dan Suryana (2007: 104) bangsa Eropa yang memelopori
penjelajahan samudra, yaitu Portugis dan Spanyol. Di antara bangsa-bangsa
lain, kedua bangsa ini menghadapi kesulitan ekonomi paling parah sejak
jatuhnya Konstantinopel. Akhirnya, Portugis dan Spanyol memutuskan untuk
mencari jalan menuju daerah produsen barang-barang. Ada beberapa faktor
yang mendorong terjadinya penjelajahan samudra.

1. Ajaran Copernicus yang menyatakan bahwa bumi itu bulat.


2. Kisah perjalanan Marco Polo ke dunia timur yang diceritakan dalam buku
Imago Mundi (Anggapan tentang Dunia).
3. Timbulnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti penemuan
kompas, navigasi, mesiu, dan peralatan kapal yang mempermudah
pelayaran.
4. Terdorong mewujudkan semangat 3G, yaitu gold, glory, dan gospel
mencari kekayaan, memperoleh kejayaan, dan menyebarkan agama
Kristen).

Hasrat Portugis dan Spanyol untuk mencari jalan ke dunia timur sangatlah
besar. Upaya yang nyata yakni dengan mendirikan lembaga pendidikan
pelayaran. Putra Raja Portugis, Henrique el Navegador, merupakan tokoh
yang berupaya memajukan dunia pelayaran di negerinya. Ia banyak
menyumbang dana bagi perkembangan pendidikan di lembaga tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya,
yaitu:
1. Bagaimana proses masuknya kebudayaan Eropa di Indonesia?
2. Apa pengaruh kebudayaan Eropa terhadap masyarakat Indonesia?
3. Bagaimana dampak kebudayaan Eropa terhadap kebudayaan Indonesia?

2
C. Tujuan Penulisan
Dilihat dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini, yaitu
untuk:
1. Mengetahui proses masuknya kebudayaan Eropa di Indonesia
2. Mengetahui pengaruh kebudayaan Eropa terhadap masyarakat Indonesia
3. Mengetahui dampak kebudayaan Eropa terhadap kebudayaan Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Masuknya Kebudayaan Eropa di Indonesia


1. Masuknya Bangsa Portugis ke Indonesia
Menurut Sudirman (2014: 221) kedatangan Portugis ke Indonesia
diawali pada tahun 1487 ketika Bartolomeus Dias mengitari Tanjung
Harapan dan memasuki perairan Samudra Hindia. Selanjutnya, pada
tahun 1498, Vasco da Gama sampai di India. Namun orang-orang
portugis ini segera mengetahui bahwa barang-barang dagangan yang
hendak mereka jual tidak dapat bersaing di pasaran India yang canggih
dengan barang-barang yang mengalir melalui jaringan perdagangan Asia.
Karena itu, mereka sadar harus melakukan peperangan di laut untuk
mengukuhkan diri.
Menurut Sudirman (2014: 229) tujuan bangsa Eropa, termasuk
Portugis, menjajah Indonesia terlepas dari tiga hal, yakni gold (emas),
gospel (agama), dan glory (rempah-rempah). Indonesia adalah sebuah
negeri yang kaya rempah-rempah. Bahkan, rempah-rempah dibagian
timur Indonesia adalah yang terbaik. Oleh karena itulah, maka Portugis
datang ke Indonesia untuk mengusai rempah-rempah dan mengeksploitasi
semua sumber daya Indonesia, baik sumber daya alam maupun sumber
daya manusianya.
2. Masuknya Bangsa Spanyol ke Indonesia
Menurut Sudirman (2014: 239) pelopor bangsa Spanyol yang mencari
jalan langsung ke Indonesia adalah Christoper Columbus. Ia berjalan ke
arah barat. Setelah dua bulan, ia sampai di sebuah pulau yang kemudian
dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai India. setelah gagal
menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah rempah-
rempah di pelopori oleh Ferinand Magellan. Berbeda dengan armada
Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudra Atlantik.
Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudra Pasifik. Ia

4
tiba di Filipina pada tahun 1521. Sewaktu mencoba mengatasi perang
antarsuku di Cebu, Magellan terbunuh.
Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore.
Sajak itu, terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu
tidak hanya dalam hal perdagangan , tetapi juga diperkuat dengan
dibangunnya benteng Spanyol di Tidore. Kondisi tersebut tentu saja
menyebabkan antara Portugis dan Spanyol saat itu, Portugis membuka
kantor dagangnya di Ternate. Portugis merasa terancam dengan hadirnya
Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa Tidore
dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan alasan tersebut, Portugis
didukung pasukan Tidore. Benteng Spanyol di Tidore dapat direbut
Portugis. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan Spanyol
akhirnya mengadakan perjanjian yang di sebut perjanjian Zaragosa.
Berdasarkan perjanjian itu, Maluku dikuasai Portugis, sedangkan Filipina
dikuasai Spanyol.
Menurut Sudirman (2014: 240) secara umum, kedatangan bangsa
Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk
berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama.
Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa, termasuk Spanyol, ke dunia
Timur adalah sebagai berikut:
a. Mencari kekayaan, termasuk berdagang.
b. Menyalurkan jiwa penjelajah.
c. Meyakini keberadaan Prester John.
d. Menyebarkan agama.
e. Mencari kemuliaan bangsa.
3. Masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia
Menurut Putra (2020: 12) keberhasilan rombongan Van Neck dalam
perdagangan rempah-rempah, mendorong orang-orang Belanda yang lain
untuk datang ke Indonesia. Akibatnya terjadi persaingan di antara
pedagang-pedagang Belanda sendiri. Setiap kongsi bersaing secara ketat.
Di samping itu, mereka juga harus menghadapi persaingan dengan
Portugis, Spanyol, dan Inggris. Melihat gelagat yang demikian, Olden

5
Barneveld menyarankan untuk membentuk perserikatan dagang yang
mengurusi perdagangan di Hindia Timur. Pada tahun 1602 secara resmi
terbentuklah Vereenigde Oost Indiesche Compagnie (VOC) atau
Perserikatan Dagang Hindia Timur. VOC membuka kantor dagangnya
yang pertama di Ambon (1602) di kepalai oleh Francois Wittert. Tujuan
dibentuknya VOC adalah sebagai berikut:
a. Untuk menghindari persaingan yang tidak sehat antara sesama
pedagang Belanda.
b. Untuk memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan,
baik dengan sesama bangsa Eropa, maupun dengan bangsa-bangsa
Asia.
c. Untuk mendapatkan monopoli perdagangan, baik impor maupun
ekspor.
4. Masuknya Bangsa Inggris ke Indonesia
Menurut Putra (2020: 12) karena Inggris terlibat konflik dengan
Portugis sebagai bagian dari Perang 80 Tahun, maka Inggris mulai
mengalami kesulitan untuk mendapatkan rempah-rempah dari pasar
Lisabon. Oleh karena itu, Inggris kemudian berusaha mencari sendiri
negeri penghasil rempah-rempah. Banyak anggota masyarakat, para
pelaut dan pedagang yang tidak melibatkan diri dalam perang justru
mengadakan pelayaran dan penjelajahan samudra untuk menemukan
daerah penghasil rempah-rempah. Dalam pelayarannya ke dunia Timur
untuk mencari daerah penghasil rempah-rempah, Inggris sampai ke India.
Para pelaut dan pedagang Inggris ini masuk ke India pada tahun 1600.
Menurut Putra (2020: 13) Inggris membentuk kongsi dagang yang
diberi nama East India Company (EIC). Dari India inilah para pelaut
pedagang Inggris berlayar ke Kepulauan Nusantara untuk meramaikan
perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu, pada abad ke 18, sudah
banyak para pedagang-pedagang Inggris yang berdagang sampai ke
Indonesia, bahkan sejak Belanda masih berkuasa di Indonesia dengan
sekutunya Perancis. Inggris bahkan sempat mengancam monopoli

6
perdagangan yang dilakukan Belanda dengan perusahaan dagangnya,
yaitu VOC.
Pada tahun 1602, pemerintah Inggris mengirim utusannya ke Banten
guna mengadakan hubungan bilateral antara pedagang Inggris dengan
Banten. Hasil dari pertemuan ini adalah diberikannya izin oleh Sultan
Banten untuk Inggris mendirikan kantor dagang di Banten. Selain di
Banten, Inggris juga membangun kantor dagang di Jayakarta. Hingga
abad ke 16, Inggris telah mendirikan banyak kantor dagang di daerah
Indonesia, seperti Gowa, Makassar, dan Aceh. Tetapi dengan sikapnya
yang sombong dan otoriter, masyarakat Indonesia tidak menyukai
pedagang-pedagang Inggris.

B. Pengaruh Kebudayaan Eropa di Indonesia


1. Politik
Menurut Wulandari (2018: 20) penjajahan Belanda yang bertahan lama
di Indonesia disebabkan karena Belanda menggunakan para pemimpin
pribumi untuk menggerakan rakyat dibawahnya untuk kepentingan
mereka. Belanda memperbaiki sistem birokrasi yang digunakan VOC
untuk mempertahankan negara jajahan. Herman Willem Daendels
membangun fondasi dasarnya dengan melakukan sentralisasi pemerintahan
dan mengontrol bawahan secara ketat. Cara memimpin yang dilakukan
Daendels di Indonesia ini seperti model pemerintahan yang dijalankan
Napoleon di Eropa.
2. Budaya
Menurut Wulandari (2018: 21) penjajahan bangsa Eropa masih
menyisakan berbagai kenangan bagi bangsa Indonesia, antara lain berupa
bangunan dan budaya yang mempengaruhi masyarakat Indonesia.
Beberapa bangunan yang menjadi peninggalan sejarah penjajahan bangsa
Eropa antara lain berupa benteng, gedung perkantoran, museum, sarana
transportasi dengan beragam kondisi. Deretan bangunan Kota Tua di
berbagai daerah kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung,
Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Padang, Makasar serta berbagai

7
tempat lain, merupakan salah satu peninggalan penjajahan Belanda yang
masih dapat kita nikmati sampai saat ini. Contoh bangunan peninggalan
bangsa Eropa antara lain; Gereja Sion atau yang dikenal dengan
Portugeesche Buitenkerk, Gedung Arsip Nasional, Masjid Angke,
Museum Fatahilah di Jakarta, Gedung Bank Indonesia di Yogyakarta,
Gereja Blenduk di Semarang, Gedung Asia Afrika di Bandung, De
Javasche Bank di Surabaya, Gedung PP London Sumatera di Medan, dan
masih banyak yang lainnya.
3. Sosial
Menurut Wulandari (2018: 23) masyarakat Indonesia saat ini masih
mengenal strata atau tingkatan kelas sosial yang diwariskan oleh
Penjajahan Bangsa Eropa (terutama Inggris dan Belanda). Penggolongan
ini dilakukan berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, profesi, dan lainnya.
Penggolongan pada masa penjajahan, kelas sosial terutama berdasarkan
pada Ras, yaitu:
a. Golongan Eropa, terdiri dari orang Belanda, Inggris, Amerika, Belgia,
Swiss, dan Perancis. Kelompok ini merupakan minoritas, namun
mendapatkan status sosial yang sangat tinggi. Mereka diberi hak
khusus yang untuk menanamkan modal dan menjadi pemilik dari
perusahaan yang ada di indonesia.
b. Golongan Asia dan Timur Asing, terdiri dari bangsa Cina, India dan
Arab. Mereka memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi dan
istimewa daripada kaum pribumi. Mereka mendapatkan hak khusus
dalam bidang perdagangan. Mereka menguasai perdagangan eceran,
tekstil, dan mesin elektronik.
c. Golongan pribumi, merupakan kelompok mayoritas dan merupakan
pemilik negeri ini. Tetapi merupakan orang yang tertindas dan
terjajah. Kedudukannya adalah yang paling rendah (lapisan terbawah)
dan dibebankan banyak kewajiban tetapi hanya kurang di perhatikan.
4. Ekonomi
Menurut Wulandari (2018: 25) pemerintah menjalankan perannya
sebagai pengatur kebijakan dalam berbagai aktivitas ekonomi yang terjadi

8
saat ini. Misalnya mengatur agar produk lokal dapat bersaing dengan
produk impor, mengurangi impor untuk jenis barang tertentu, mengatur
mengenai monopoli dan seterusnya. Pada masa lalu pemerintah kolonial
mengatur kebijakan ekonomi agar perusahanan monopoli yang
didirikannya mendapatkan keuntungan yang optimal. Sedangkan saat ini
Pemerintah Indonesia mengatur kebijakan ekonomi agar negara dapat
mengatur sumber daya yang ada dan mempertahankan pertumbuhan
ekonomi agar masyarakat Indonesia meningkat kesejahteraan
ekonominya.
5. Pendidikan
Menurut Wulandari (2018: 26) kedatangan bangsa Eropa memberikan
pengaruh pada pendidikan, terutama sistem persekolahan. Pendidikan
dilakukan secara berjenjang dan mulai dikenalkan aksara latin.
Sebelumnya sistem pendidikan yang dijalankan masyarakat berbentuk
pemondokan dan pesantren yang sangat tergantung pada guru dan belum
terstandarisasi. Belanda dan Portugis juga mengenalkan pendidikan
berbasis agama dalam bentuk seminari untuk mendidik calon pemuka
agama.

C. Dampak Kebudayaan Eropa Terhadap Kebudayaan di Indonesia


Menurut Irmania dkk (2021: 152) dampak kebudayaan asing terhadap
generasi muda di Indonesia ini sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan
sehari-hari. Pengaruh positifnya yaitu kita dapat berkembang menuju kearah
kemajuan, sikap disiplin dan tanggung jawab mulai tertanam dalam setiap
warga Indonesia, mengingat sekarang kita berada di era yang sudah tidak
terdisional lagi, kita sudah tidak memakai cara manual untuk memenuhi
semua kebutuhan. Melainkan kita sudah berada di era Modernisasi yang
seluhruh kinjerjanya menggunakan mesin dan alat-alat pemuas kebutuhan
lainnya.
Menurut Irmania dkk (2021: 153) dampak negatifnya remaja Indonesia
saat ini telah dipengaruhi oleh kebudayaan asing yang akan merusak jati diri
penerus bangsa. Misalnya banyak sekali kasus-kasus penyalah gunaan

9
teknologi dan informasi seperti hecker, penyebaran berita hoax, penyebaran
vidio porno, dan ada juga para pelajar Indonesia yang memanfaatkan internet
saat ujian berlangsung.
Menurut Sulasman dalam Nurfirdaus (2013:280) dampak kebudayaan
barat di Indonesia di cerminkan dalam wujud globalisasi dan modernisasi
yang dapat membawa dampak positif dan dampak negatif bagi Bangsa kita.
Dampak positif dari kebudayaan barat terhadap kebudayaan nasional
Indonesia adalah: (1) Perubahan tata nilai dan sikap; (2) Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan tekniologi; (3) Tingkat kehidupan yang lebih baik.

Adapun dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi terhadap


kebertahanan dan keberlangsungan kebudayaan nasional Indonesia adalah
sebagai berikut: (1) Pola hidup konsumtif; (2) Sikap individualistis (3) Gaya
hidup kebarat-baratan; (4) Kesenjangan sosial.

Menurut Lubis dalam Sulasman (2013:281) dalam kesempatan yang sama


saat temu budaya menyampaikan bahwa kondisi budaya kita ditandai secara
dominan oleh ciri: (1) Kontradiksi gawat antar asumsi dan pretensi moral
budaya pancasila dengan kenyataan; (2) Kemunafikan; (3) Lemahnya
kreatifitas; (4) Etos kerja yang lemah; (5) Neopeodalisme; (6) Budaya malu
telah sirna.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses filtrasi perlu dilakukan supaya kebudayaan barat yang masuk ke


Indonesia tidak  akan merusak identitas kebudayaan nasional bangsa kita.
Semua dampak positif dan dampak negatif masuknya budaya asing di
Indonesia tergantung bagaimana kita menyeleksi budaya asing tersebut.
Pentingnya peran masyarakat dan pemerintah dalam mempertahankan nilai-
nilai budaya Indonesia agar tidak terpengaruh oleh budaya asing yang
sifatnya negatif.

B. Saran
Kita sebagai warga Indonesia harus bisa menyaring budaya asing sesuai
dengan panduan, nilai, norma dan keyakinan agama. Kita juga harus
mencintai kebudayaan dan produk dalam negeri, bisa memahami nilai-nilai
Kebangsaan dan Pancasila dengan baik serta mengenalkan dan melestarikan
budaya dalam negeri agar kebudayaan Indonesia dan kebudayaan asing dapat
berkesinambungan dengan baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

BAHAN AJAR Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI. (2011).


Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan Indonesia di Kalangan
Remaja. (2013). Surabaya: Putu Sadhvi Sita 4212100116 – PTIK 18.
Anggraeni, P. (Juni 2015). Pengaruh Budaya Eropa Terhadap Kuliner Indonesia.
88-95.
Dian Swandayani, I. S. (2010, Agustus). Kebudayaan Eropa dalam Media Massa
Indonesia pada Awal Abad XXXI.
Laksmi Kusuma Wardani, L. T. (n.d.). Pengaruh Budaya Indis Pada Interior
Gereja Protestan Indonesia Barat Imanuel Semarang. Dimensi Interior,
Vol. 9, No. 1, Juni 2011 , 9, 34-45.
Pratikto, A. (Agustus 2012). Pengaruh Budaya Terhadap Kinerja Ekonomi.
BULETIN STUDI EKONOMI, Volume 17, No. 2, Agustus 2012, 17, 98-
115.
Rino Widianto. (2009). 1-12.
Sita, P. S. (2013). Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Kebudayaan di
Indonesia. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Widianto, R. (2009). Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia. 1-12.
Yulitasari, S. B. (2015). Pengaruh Eropa Terhadap Gaya Berpakaian Bumiputra di
Yogyakarta. SKRIPSI Jurusan Sejarah - Fakultas Ilmu Sosial UM.

12

You might also like