You are on page 1of 133

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA

DENGAN FOKUS STUDI PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI


HALUSINASI PENDENGARAN
DI RSJ PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Program D III Keperawatan Magelang
LEMBAR JUDUL

Adila Amalita Hersandi


NIM. P1337420519028

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DENGAN FOKUS STUDI PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI
HALUSINASI PENDENGARAN
DI RSJ PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Program D III Keperawatan Magelang
LEMBAR JUDUL

Adila Amalita Hersandi


NIM. P1337420519028

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya, yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Adila Amalita Hersandi
NIM : P1337420519028
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan
atau pikiran saya sendiri dan dibawah arahan dosen pembimbing yang belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi serta bebas dari
tindakan plagiarism.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan
pengelolaan kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi
atas perbuatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Magelang, 23 Mei 2022


Yang membuat pernyataan,

Adila Amalita Hersandi


NIM.P1337420519028

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah oleh Adila Amalita Hersandi NIM. P1337420519028


dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia dengan Fokus
Studi Perubahan Persepsi Halusinasi Pendengaran di RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Magelang, 23 Mei 2022

Pembimbing

Angga Sugiarto, S.ST., Ns., M.Kes


NIP. 198608142008121003

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Adila Amalita Hersandi NIM. P1337420519028


dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia dengan Fokus
Studi Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran di RSJ Prof. Dr.
Soerojo Magelang ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada, Mei
2022
Dewan Penguji
Erna Erawati, S.Kep., Ns., M.Kep Ketua Penguji (……………………..)
NIP. 19790113200212001

Suyanta, S.Pd., S.Kep., Ns., MA Penguji 1 (……………………...)


NIP. 197204271991031001

Angga Sugiarto, S.ST., Ns., M.Kes Penguji 2 (……………………)


NIP. 198608142008121003

Mengetahui,
Perwakilan Jurusan Keperawatan Magelang

Hermani Triredjeki, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 19690222 198803 2 001

v
DEKLARASI ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Adila Amalita Hersandi
NIM : P1337420519028
PRODI : DIII Keperawatan
Email : adilamalita@gmail.com
Alamat lengkap : Kaliangkrik Rt/Rw 02/01, Kaliangktik, Kab. Magelang
Dengan ini menyatakan bahwa:
a. Karya tulis saya adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik, baik di Poltekkes Kemenkes Semarang maupun di perguruan
tinggi lain.
b. Karya Tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan orang lain, kecuali tim pembimbing dan para narasumber.
c. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan judul buku aslinya serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
d. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh, dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di Poltekkes
Kemenkes Semarang.
Magelang, 23 Mei 2022

Yang membuat pernyataan,

Adila Amalita Hersandi

vi
NIM. P1337420519028

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala


yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Pasien Skizofrenia dengan Fokus Studi Perubahan Persepsi Sensori
Halusinasi di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang”, sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi D III Jurusan Keperawatan. Penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, banyak menghadapi masalah dan
hambatan, namun berkat bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak
akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih setulus-tulusnya keapada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan bimbingan, pengarahan, serta semangat kepada
penulis, antara lain:
1. Dr. Marsum, BE., S.Pd., MPH Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Semarang
2. Suharto, M.N., Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Semarang
3. Hermani Triredjeki, S.Kep., Ns., M.Kes., Ketua Program Studi D III
Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Semarang
4. Angga Sugiarto, S.ST.,Ns., M.Kes., selaku pembimbing utama Karya
Tulis Ilmiah
5. Erna Erawati, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku ketua penguji Karya Tulis
Ilmiah
6. Suyanta, S.Pd., S.Kep., Ns., MA., selaku penguji 2 Karya Tulis Ilmiah
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta para staff karyawan Program Studi D
III Keperawatan Magelang Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Semarang

vii
8. Ayah dan ibu yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan
doa.
9. Teman-teman angkatan Wisanggeni yang telah memberikan semangat
dan doa.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap semoga hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan
manfaat khususnya untuk pengelolaan pada pasien dengan masalah keperawatan
halusinasi pada skizofrenia. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih
jauh dari sempurna, maka dari itu saran dan kritikan untuk perbaikan penulis
Karya Tulis Ilmiah pada masa mendatang sangat penulis harapkan.

Magelang, 23 Mei 2022

Penulis

viii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN
FOKUS STUDI PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN DI RSJ PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG
Adila Amalita Hersandi1, Angga Sugiarto2, Erna Erawati3, Suyanta4
1
Mahasiswa Progran Studi D III Keperawatan Magelang
2,3,4
Dosen Jurusan Keperawatan Magelang
Korespondensi : adilamalita@gmail.com

ABSTRAK

Manusia tidak akan terlepas dari segala jenis masalah salah satunya masalah
kesehatan jiwa. Masalah kesehatan jiwa yang sering muncul adalah Skizofrenia
dan halusinasi dimana salah satu terapi asuhan keperawatan dengan Tindakan
Aktivitas Bercakap-cakap. Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan hasil
asuhan keperawatan pada Pasien Skizofrenia dengan Perubahan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran dengan Tindakan Aktivitas Bercakap-cakap. Jenis
Penelitian ini adalah studi kasus dengan metode deskriptif. Populasi dan sample
pada penelitian ini memiliki kriteria Pasien dengan diagnosis medis Skizofrenia,
Pasien dengan diagnosis keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi, serta
pasien dengan rentang skor PSYRAT antara 11-44. Penelitian ini dilakukan di
RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang pada bulan Mei 2022. Instrumen penelitian ini
menggunakan format pengkajian jiwa dan didukung kuisioner PSYRATS. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini dengan cara Wawancara, Observasi
langsung dan pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan kuesioner. Analisis data
dilakukan dengan cara diskriptif secara naratif. Etika penelitian yang digunakan
adalah autonomy (otonomi), Beneficience (Berbuat baik), Informed Consendt
(Lembar Persetujuan), Anonimty (tanpa nama) dan Confidentiality (Kerahasiaan).
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terjadi perbaikan kondisi pada pasien,
tetapi pada Tn. D kurang maksimal karena memiliki diagnosis lain yaitu isolasi
sosial, selain itu pada hasil kuesioner PSYRATS menyatakan bercakap-cakap
berpengaruh baik terhadap cara mengontrol halusinasi. Sehingga disarakan untuk
Perawat dapat menerapkan tindakan bercakap-cakap pada pasien halusinasi
pendengaran secara lebih maksimal
Kata Kunci: Asuhan keperawatan, Skizofrenia, Halusinasi, Aktivitas Bercakap –
cakap.

ix
NURSING CARE IN SCHHIZOPRENIA PATIENTS WITH THE STUDY
FOCUS OF CHANGES IN HEARING HALLUCINATION SENSORY
PERCEPTION IN RSJ PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG
Adila Amalita Hersandi1, Angga Sugiarto2, Erna Erawati3, Suyanta4
1
Student of D III Magelang Nursing Study Program
2,3,4
Lecturer of Magelang Nursing Dapartment of Poltekkes Kemenkes Semarang
Correaponding author : adilamalita@gmail.com
ABSTRACT

Humans will not be separated from all kinds of problems, one of is mental health
problems. Mental health problems that often arise are Schizophrenia and
hallucinations, one of the treatment therapies is enhanced by Conversational
Actions. The purpose of this study was to describe the results of care for
Schizophrenic Patients with Changes in Sensory Perception Hearing
Hallucinations with Conversational Actions. Type of research is case study with a
descriptive method. The population and sample criteria for patients with a
medical diagnosis of schizophrenia, patients with a diagnosis of 1000 sensory
perception disorders: hallucinations, and patients with a PSYRAT score range
between 11-44. This research was conducted at RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
in May 2022. This research instrument uses the Nursing mental assessment format
and is supported by the PSYRATS questionnaire. Data collection techniques in
this study means of interviews, direct observation and physical examination, study
documentation and questionnaires. Data analysis was carried out in a narrative
descriptive way. The research ethics used are autonomy, Benevolence, Inform
Consent, Anonymity and Confidentiality. The results of this study that there was
an improvement in the patient's condition, but in Mr. D is not optimal because it
has another diagnosis, namely social isolation, and the results of the PSYRATS
questionnaire. It is stated that speaking has a good effect on how to control
hallucinations. So it is recommended for nurses to apply the act of conversing on
auditory hallucinations more optimally
Keywords: Nursing Care, Schizophrenia, Hallucinations, Conversation Activities.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR JUDUL DALAM...................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................v
LEMBAR DEKLARASI ORISINALITAS............................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
ABSTRAK..............................................................................................................ix
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................3
1. Tujuan Umum..........................................................................................3
2. Tujuan Khusus.........................................................................................4
D. Manfaat Penulisan........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Konsep Skizofrenia......................................................................................6
1. Definisi Skizofrenia.................................................................................6
2. Etiologi Skizofrenia.................................................................................7
3. Manifestasi Klinis....................................................................................8
4. Jenis-jenis Skizofrenia.............................................................................9
5. Fase-Fase Skizofrenia............................................................................10
6. Rentan Respon Neurobiologis...............................................................12
7. Penatalaksanaan Skizofrenia.................................................................13
B. Konsep Halusinasi......................................................................................15

xi
1. Definisi Halusinasi................................................................................15
2. Faktor Presipitasi dan Presdiposisi Halusinasi......................................16
3. Manifestasi Klinis..................................................................................20
4. Rentan Respon Halusinasi.....................................................................21
5. Tanda Dan Gejala Halusinasi................................................................21
6. Jenis Jenis Halusinasi............................................................................22
7. Fase Halusinasi......................................................................................23
8. Sumber dan Mekanisme Koping Halusinasi.........................................24
C. Asuhan Keperawatan.................................................................................25
1. Pengkajian.............................................................................................25
2. Diagnosis Keperawatan.........................................................................25
3. Intervensi Keperawatan.........................................................................26
4. Implementasi.........................................................................................29
5. Evaluasi.................................................................................................29
6. Tindakan Bercakap-cakap.....................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................33
A. Rancangan Penelitian.................................................................................33
B. Subjek Penelitian........................................................................................33
C. Definisi Operasional...................................................................................33
D. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................34
E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................34
F. Teknik Analisis Data..................................................................................34
G. Etika Penelitian..........................................................................................35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................37
A. Hasil Penelitian..........................................................................................37
1. Pengkajian.............................................................................................37
2. Diagnosis Keperawatan.........................................................................46
3. Rencana Keperawatan...........................................................................46
4. Implementasi.........................................................................................47
5. Evaluasi.................................................................................................50
B. Pembahasan................................................................................................54

xii
C. Keterbatasan...............................................................................................58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................59
A. Kesimpulan................................................................................................59
B. Saran...........................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Obat Psikofarmaka Golongan Generasi Pertama...................................14


Tabel 2.2 Obat Psikofarmaka Golongan Generasi Kedua.....................................14
Tabel 2.3 Fase-fase Halusinasi...............................................................................23
Tabel 2.4 Pengkajian Pasien..................................................................................25
Tabel 2.5 Standar Operasional Prosedur Mengontrol Halusinasi dengan Bercakap-
cakap......................................................................................................................26

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 . Rentang Respon Neurobiologis.......................................................12

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup


Lampiran 2 Lembar Bimbingan Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 3 Instrumen Penelitian Kuesioner Pengkaijan PSYRATS
Lampiran 4 Informed Consent
Lampiran 5 Formulir Pengkajian Keperawatan Kesehatan Jiwa di Unit Rawat Inap
Rumah Sakit Jiwa
Lampiran 6 Surat Pengambilan Kasus
Lampiran 7 Surat Balasan Pengambilan Kasus
Lampiran 8 Komunikasi Personal

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seberjalannya waktu dengan perkembangan masyarakat saat ini,
tidak dapat terlepas dengan masalah dalam segala aspek kehidupan sehari-
hari. Besar kecilnya suatu masalah dalam kehidupan memang harus
dihadapi, tetapi tidak sedikit pula orang yang tidak mampu mengatasi
masalah-masalah yang ada. Hal tersebut dapat memengaruhi gangguan
kesehatan jiwa seseorang. Individu yang tidak mampu menghadapi stresor
atau tekanan hidup yang ada maka kesehatan jiwanya dapat terganggu
(Febrianto, Liviana, & Indrayati, 2019).
Dari data yang didapat memperkirakan bahwa jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia adalah sekitar 450 juta jiwa (WHO, 2019). Orang
dengan gangguan jiwa dapat terjadi dari berbagai usia. Hasil Riskesdas
2018 menunjukkan bahwa orang dengan gangguan jiwa mulai terjadi pada
usia remaja (15-24 tahun), dan angka prevalensinya sebesar 6,2%.
Prevalensi orang dengan gangguan jiwa meningkat seiring bertambahnya
usia, dengan angka tertinggi 8,9% di atas 75 tahun, 8,0% tahun pada 65-74
tahun, dan 6,5% pada 55-64 tahun. Prevalensi keluarga dengan ODGJ di
Indonesia mengalami peningkatan. Insiden ini sesuai dengan peningkatan
sekitar 5,3 kasus per mil pada tahun 2018. Jumlah ini meningkat menjadi
7,0 kasus per mil. Urutan pertama dengan pertumbuhan terkuat di
Indonesia adalah Bali 11,0 per mil, disusul Yogyakarta 10,0 per mil, dan
Jawa Tengah 9,8 per mil dengan gangguan jiwa. Penyakit gangguan jiwa
yang sering kali dijumpai adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan
gangguan jiwa yang memengaruhi 24 juta orang di seluruh dunia ditandai
dengan distorsi dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa, harga diri, dan
perilaku (WHO, 2022). Dari beberapa provinsi di Indonesia Jawa Tengah
menjadi wilayah ke-5 dengan pasien skizofrenia terbanyak (Riset
Kesehatan Dasar, 2019).
2

Dari data yang didapatkan dari Rekam Medis RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang, pasien rawat inap dengan diagnosis Skizofrenia tahun 2021
sebanyak 1700 pasien. Masalah Keperawatan yang sering muncul adalah
Halusinasi dengan jumlah pasien 4769.
Pasien dengan gangguan persepsi sensorik halusinasi pendengaran
akan merasa cemas, cerewet dan mendengar suara/bisikan yang akan
mempersepsikan atau mengomentari lingkungan tanpa objek atau
rangsangan nyata (Apriliani & Widiani, 2020). Dari penjelasan yang ada
maka dibutuhkan manajemen halusinasi yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran antara rangsangan persepsi yang dialami pasien
dan kehidupan nyata (Keliat dan Pasaribu, 2016).
Selain penggunaan psikofarmaka pasien membutuhkan terapi lain
untuk halusinasinya. Salah satu cara mengontrol halusinasi adalah
aktivitas bercakap-cakap. Dengan bercakap-cakap dengan orang lain akan
menjadi distraksi untuk pasien, fokus pasien akan beralih dari halusinasi
ke perbincangan yang dilakukan (Andri et al., 2019).
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas bercakap-cakap berpengaruh
terhadap gejala halusinasi pendengaran karena dengan aktivitas ini dapat
meminimalisir interaksi pasien dengan dunianya sendiri, mengeluarkan
pikiran, perasaan atau emosi yang selama ini memengaruhi perilaku yang
tidak disadari (Larasaty & Hargiana, 2019). Penelitian yang dilakukan
Patimah (2021) aktivitas bercakap-cakap berhasil untuk mendistraksi
halusinasi pasien. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan
Wulandari, Hastuti dan Wijayanti (2019) terapi bercakap-cakap cukup
menunjang kebutuhan pasien dalam mengontrol halusinasinya. Menurut
penelitian Sulahyuningsih, Pratiwi dan Teguh (2016) tentang pengalaman
perawat dalam memberikan teknik bercakap-cakap pada pasien halusinasi,
pasien memberikan respon baik untuk mengontrol halusinasinya.
Rekomendasi penelitian tersebut yaitu supaya pasien mampu
3

meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi dengan aktivitas


bercakap-cakap.
Maruti (2022) menyebutkan bahwa pasien dengan masalah
keperawatan gangguan presepsi halusinasi telah diajarkan cara mengontrol
halusinasi melalui strategi pelaksanaan dan setiap pasien berbeda-beda
sesuai fase halusinasinya. Namun, untuk intervensi bercakap-cakap hanya
dilakukan secara umum saja, mengenai cara bercakap-cakap untuk
mendistraksi halusinasi pasien di tempat umum belum diajarkan. Menurut
penelitian Fresa & Rochmawati (2015) menyatakan bahwa metode
bercakap cakap memberikan hasil perbedaan mengontrol halusinasi dari
kelompok yang di berikan intervensi dan tidak, dimana intervensi yang
diberikan adalah aktivitas bercakap cakap.
Berdasarkan uraian diatas, penulis terdorong untuk melakukan
tindakan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan halusinasi
pendengaran dengan judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia
dengan Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran dengan
Tindakan Aktivitas Bercakap-cakap. Harapan penulis dengan cara
tersebut, pasien dapat mengontrol halusinasinya dan membantu
mengurangi gejala halusinasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka perumusan
masalah yang ada adalah “Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan
jiwa pada Pasien skizofrenia dengan fokus studi gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Halusinasi pendengaran di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
4

2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian pada pasien dengan gangguan
presepsi sensori halusinasi pendengaran.
b. Menggambarkan diagnosis keperawatan jiwa pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
c. Menggambarkan perencanaan untuk mengatasi pasien dengan
gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran dan latihan
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
d. Menggambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi pada pasien dengan gangguan presepsi sensori
halusinasi pendengaran dan latihan mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
e. Menggambarkan evaluasi masalah keperawatan jiwa pada pasien
dengan gangguan presepsi sensori halusinasi pendengaran dan
latihan mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
b. Menggambarkan hasil asuhan keperawatan sejak pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan, dan evaluasi,
melalui proses komparasi 2 kasus berdasarkan sumber-sumber
primer yang relevan.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai cara
mengontrol halusinasi dan meningkatkan insight atau membedakan
kenyataan atau tidak pada pasien dalam keperawatan jiwa khususnya
mengenai asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
5

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat memahami penggelolaan asuhan keperawatan pada
pasien skizofrenia dengan gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran.
b. Bagi Institusi
a) Institusi Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai sebagai bahan informasi
tambahan untuk asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
b) Institusi Pendidikan
Sebagai gambaran dari kasus perubahan persepsi
sensori halusinasi pendengaran pada skizofrenia sehinngga
dapat digunakan untuk informasi dan illmu keperawatan.
c. Bagi Pembaca
Digunakan sebagai informasi gambaran keperawatan pasien
dengan perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran pada
skizofrenia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Skizofrenia
1. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizein berarti terpisah
atau rusak dan phren berarti jiwa. Terdapat
pembagian/ketidaksesuaian antara afektif, kognitif, dan behavioral
(Hendarsyah, 2016). Skizofrenia menurut World Health Organization
(2022) adalah gangguan jiwa yang memengaruhi 24 juta orang di
seluruh dunia ditandai dengan distorsi dalam berpikir, persepsi, emosi,
bahasa, harga diri, dan perilaku. Skizofrenia merupakan gangguan
jiwa yang sering ditandai dengan perilaku sosial yang tidak normal
dan kegagalan pemahaman yang nyata. Gejala umum ditandai dengan
pikiran tidak jelas atau bingung, halusinasi pendengaran, penurunan
keterlibatan sosial dan ekspresi emosional, dan kurangnya motivasi.
Diagnosis didasarkan pada pengamatan perilaku dan pengalaman
seseorang. Skizofrenia merupakan masalah kesehatan global yang
memerlukan perhatian terutama dalam kehidupan sehari-hari (Andari,
2017). Menurut Stuart (2013), skizofrenia adalah gangguan otak atau
saraf yang serius yang dapat menyebabkan perilaku psikotik,
pemikiran konkret dan kesulitan dalam memproses informasi yang
diterima, hubungan interpersonal, dan pemecahan masalah.
Skizofrenia adalah kepribadian yang terbagi antara pikiran, perasaan,
dan perilaku. Dalam hal ini, tidak sama dengan apa yang dilihat orang
lain (Prabowo, 2014).
Orang dengan skizofrenia dapat mendengar suara-suara atau
melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Mereka mungkin percaya
bahwa orang lain membaca pikiran mereka, mengendalikan pikiran
mereka, atau merencanakan untuk menyakiti mereka. Ini bisa sangat
menakutkan dan menjengkelkan bagi orang yang terkena dampak dan
7

menyebabkan mereka menarik diri dari interaksi sosial atau mudah


terangsang oleh emosi. Inilah yang membuat orang-orang di sekitar
mereka takut dan juga marah. Pada pasien skizofrenia ditemukan
mengalami penurunan kadar transthyretin atau prealbumin, yang
merupakan pembawa hormon tiroksin, yang menyebabkan masalah
pada cairan serebrospinal. Skizofrenia bisa menyerang siapa saja
(Samsara, 2020).
2. Etiologi Skizofrenia
Ada beberapa penyebab skizofrenia pada pasien. Menurut
Prabowo (2014), penyebab skizofrenia adalah sebagai berikut:
a. Faktor biologis
1) Komplikasi kelahiran
Bayi-bayi yang mengalami komplikasi saat lahir sering
mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal meningkatkan
kerentanan seseorang terhadap skizofrenia.
2) Infeksi
Perubahan anatomi pada susunan saraf pusat telah terjadi
akibat infeksi virus pada pasien skizofrenia. Penulisan
tersebut menyatakan bahwa paparan infeksi virus selama
trimester kedua kehamilan memengaruhi seseorang
mengalami skizofrenia.
3) Hipotesis dopamin
Dopamin adalah neurotransmitter pertama yang berkontribusi
pada gejala skizofrenia. Oleh karena itu, gejala skizofrenia
disebabkan oleh hiperaktivitas system dopamin.
4) Hipotesis serotonin
Gaddum, Wooley and Show pada tahun 1954 mengamati
efek lysergic acid diethylamide (LSD), yang merupakan
campuran agonis/antagonis reseptor 5HT. Zat ini dapat
memicu psikosis berat pada orang normal.
8

5) Struktur otak
Area yang otak yang terkena dampak adalah ganglia limbik
dan ganglia baslis. Otak pasien skizofrenia terlihat sedikit
berbeda dari orang normal dan ada penurunan masa abu-abu
dan beberapa area terjadi peningkatan ataupun penurunan
aktivitas metabolisme.
b. Faktor Genetika
Para ilmuan sudah lama mengetahui perihal skizofrenia
diturunkan 1 dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat
yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua,
kakak laki-laki, maupun perempuan dengan skizofrenia.
Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat kedua seperti
paman, bibi, kakek, nenek, dan sepupu dikatakan lebih sering
dibandingkan dengan populasi umum. Dapat dikatakan bahwa
faktor keturunan mempunyai pengaruh yang dapat mempercepat
faktor pencetus seperti penyakit badan/stres psikologis (Prabowo,
2014).
3. Manifestasi Klinis
Terjadinya halusinasi menurut Yosep dan Sutini (2016) dengan
pendekatan Collaizi mengungkapkan lima proses penting yaitu,
adanya rangkaian masalah yang dipikirkan, adanya kondisi sebagai
pemicu, halusinasi muncul secara bertahap, pendekatan spiritual, dan
penggunaan koping konstruktif sebagai upaya untuk mencegah
halusinasi. Tahapan tersebut kemudian diikuti dengan manifestasi
klinis yang terjadi. Gejala skizofrenia terdiri dari gejala positif dan
gejala negatif (Hawari, 2014) berikut penjelasannya:
a. Gejala-gejala positif skizofrenia
1) Delusi atau waham, keyakinan yang tidak rasional. Meskipun
telah dibuktikan sevara objektif bahwa keyakinan itu tidak
rasional, penderita tetap meyakini kebenarannya.
9

2) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa adanya


rangsangan (stimulus), misalnya penderita mendengar suara,
bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber suara.
3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi
pembicaraannya misalnya bicara kacau.
4) Gaduh gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif,
bicara dengan semangat gembira berlebihan.
5) Merasa dirinya orang besar, serba mampu dan hebat.
6) Pikiran penuh dengan kecurigaan.
7) Menyimpan rasa permusuhan.
b. Gejala negatif skizofrenia
1) Alam perasaan tumpul dan mendatar. Gambaran alam
perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak
menunjukkan ekspresi.
2) Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau
kontak dengan orang lain, suka melamun.
3) Kontak emosional sangat miskin, sukar diajak bicara,
pendiam.
4) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan social.
5) Sulit dalam berpikir abstrak.
6) Pola pikir stereotip.
7) Tidak ada atau kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan
tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada
spontanitas, monoton serta tidak ingin apa-apa dan serba
malas.
4. Jenis-jenis Skizofrenia
Jenis-jenis skizofrenia menurut Arifputera et al., (2016) ada 7
yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik, skizofrenia
katatonik, skizofrenia tak tergolongkan, skizofrenia residual,
skizofrenia simplex dan skizofrenia psikoafektif, berikut
penjelasannya:
10

a. Skizofrenia paranoid adalah gangguan skizofrenia dengan gejala


utama kecurigaan yang ekstrim, disertai paranoid atau kebesaran.
b. Skizofrenia hebefrenik adalah bentuk skizofrenia dengan gejala
utama gangguan pikiran, gangguan kemauan dan gejala
depersonalisasi. Banyak pasien dengan jenis skizofrenia memiliki
delusi dan halusinasi.
c. Skizofrenia katatonik adalah penyakit skizofrenia yang gejala
utamanya muncul pada sistem psikomotorik, seperti stupor,
gelisah katatonik.
d. Skizofrenia tak tergolongkan adalah suatu bentuk skizofrenia
dimana gejala yang muncul sulit untuk diklasifikasikan sebagai
skizofrenia yang gejalanya memenuhi kriteria A, tetapi tidak
memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik,
dan residual.
e. Skizofrenia residual adalah gangguan skizofrenia dengan gejala
primer yang bersifat primer dan terjadi setelah kejang berulang.
f. Skizofrenia simplex adalah skizofrenia yang gejala utamanya
monoton dan menahan emosi.
g. Skizofrenia psikoafektif adalah penyakit skizofrenia dengan
gejala utama yang khas, disertai gejala depresi atau mania.
Secara umum gangguan skizofrenia pada lansia adalah
skizofrenia paranoid, simple dan laten. Dalam pelayanan keluarga
terdapat beberapa kesulitan yaitu, lansia dengan gangguan jiwa akibat
perilaku yang membuat kurang nyaman, seperti ketidakpercayaan
yang berlebihan, permusuhan, perilaku kekerasan, terkadang baik laki-
laki maupun perempuan, perilaku seksual sangat menonjol meskipun
dalam bentuk kata-kata ke arah konotasi kotor atau pornografi
(walaupun tidak selalu) (Samsara, 2020).
5. Fase-Fase Skizofrenia
Pada skizofrenia memiliki tahapan-tahapan yang jelas. Pada
skizofrenia memiliki tahapan-tahapan yang jelas. Ada 3 fase yang
11

terjadi yaitu fase prodromal, fase akut atau aktif dan fase residual
(Sabrina, 2016). Selain itu, menurut Prabowo (2014) riwayat klinis
skizofrenia sering kali rumit dan cenderung terjadi dalam tiga fase
yaitu fase prodromal, fase aktif, fase residual. Berikut penjelasan
dalam setiap fasenya:
a. Fase prodromal
1) Kemunduruan dalam waktu yang lama (6-12 bulan) dalam
tingkat fungsi perawatan diri, social, waktu luang, pekerjaan,
dan akademik
2) Timbulnya gejala positif dan negative
3) Periode kebingungan pada pasien dan keluarga
b. Fase aktif
1) Permulaan intervensi asuhan keperawatan, khususnya
hospitalisasi
2) Pengenalan pemberian obat dan modalitas terapeutik lainnya
3) Perawatan difokuskan pada rehabilitasi psikiatrik sehingga
pasien belajar untuk hidup dengan penyakit yang
memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku.
c. Fase residual
1) Pengalaman sehari-hari dengan penanganan gejala
2) Pengurangan dan penguatan gejala
3) Adaptasi
12

6. Rentan Respon Neurobiologis


Rentang Respon Neurobiologis menurut Stuart (2013):

Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang-kadang 1. Waham


2. Persepsi akurat proses pikir 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten terganggu 3. Kerusakan proses
dengan pengalaman 2. Ilusi emosi
4. Perilaku cocok 3. Emosi berlebih 4. Perilaku tidak
5. Hubungan sosial 4. Perilaku yang tidak terorganisasi
harmonis biasa 5. Isolasi sosial

Gambar 2.1 . Rentang Respon Neurobiologis


Keterangan gambar:
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-
norma social budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah
akan dapat memecahkan masalah tersebut.
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli.
4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran.
b. Respon psikososial meliputi:
1) Proses piker terganggu adalah proses piker yang
menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah
tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata)
karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
13

4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang


melebihi batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma
social budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptive
meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan social.
2) Halusinasi merupakan definisian pesepsi sensori yang
salah satu persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak
stabil
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu yang tidak
teratur.
5) Isolasi social adalah kondisi kesendirian yang dialami
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain
dan sebagai suatu kecelakaan ayang negative mengancam.
7. Penatalaksanaan Skizofrenia
Menurut Hawari (2014), ada beberapa pilihan pengobatan untuk
pasien skizofrenia diantaranya:
a. Psikofarmaka
Kebanyakan orang menganggap bahwa seseorang yang memiliki
gangguan jiwa bahkan tidak dapat disembuhkan sebagai penyakit
sampai mati. Persepsi ini sangat keliru, karena gangguan jiwa
dapat disembuhkan dengan beberapa cara, salah satunya dengan
terapi medis. Namun, selain efek samping, masing-masing jenis
14

obat juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Obat yang tepat


hanya dapat diperoleh dengan resep dokter dan dibagi menjadi
dua kelompok, generasi pertama dan generasi kedua.
Tabel 2.1 Obat Psikofarmaka Golongan Generasi Pertama
Nama Generik Nama Dagang
1. Chloropromazine HCL 1. Largactil, Promactil
2. Trifluroperazine HCL 2. Stelazine
3. Thrioridazine HCL 3. Melleril
4. Haloperidol 4. Haldol, Govotil
Sumber: Hawari (2014)
Tabel 2.2 Obat Psikofarmaka Golongan Generasi Kedua
Nama Generik Nama Dagang
1. Risperidone 1. Risperidal, rizodal
2. Paliperidone 2. Invega
3. Clozapine 3. Clozaril
4. Quetiapin 4. Seroquel
5. Olanzapine 5. Olandoz
6. Aripiprazole 6. Abilify
Sumber: Hawari (2014).
b. Psikoterapi
Psikoterapi hanya dapat dilakukan jika pasien dengan terapi
psikofarmasi telah mencapai tahap di mana kemampuan untuk
menilai realitas kembali dan citra diri yang baik. Ada banyak
jenis psikoterapi tergantung pada kebutuhan dan anteseden pasien
sebelum sakit, misalnya:
1) Psikoterapi suportif
Untuk dorongan, semangat dan motivasi agar orang tersebut
tidak menyerah.
2) Psikoterapi pendidikan ulang
Memberikan pendidikan ulang, yaitu memperbaiki kesalahan
masa lalu.
3) Psikoterapi rekonstruktif
Untuk memperbaiki kepribadian yang rusak menjadi
kepribadian yang utuh.
15

4) Psikoterapi kognitif
Untuk mengembalikan fungsi kognitif rasional.
5) Psikoterapi perilaku
Untuk mengubah perilaku terganggu menjadi perilaku
adaptif.
c. Terapi Psikososial
Terapi ini bertujuan agar pasien dapat beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan menjaga dirinya sendiri serta tidak
bergantung pada orang lain. Walaupun pasien sedang
mendapatkan terapi psikososial, pasien harus tetap mengkonsumsi
obat psikotropika.

B. Konsep Halusinasi
1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia untuk
membedakan antara rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Pasien memberikan persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa objek atau rangsangan nyata. Misalnya,
pasien mengatakan bahwa mereka mendengar suara ketika tidak ada
yang berbicara. Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering
dijumpai pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi sering disamakan
dengan skizofrenia. Dari pasien skizofrenia, 70% mengalami
halusinasi (Riyanti, 2018). Gangguan jiwa lain yang sering disertai
halusinasi adalah gangguan manik-depresif dan delirium. Halusinasi
adalah salah satu respons maladaptif yang dialami individu yang
berada dalam rentang respons neurobiologi. Ini adalah respons
persepsi yang paling tidak sesuai. Ketika pasien yang sehat memiliki
persepsi yang tepat dan mampu mengenali dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera,
pasien yang berhalusinasi merasakan stimulus sensorik meskipun
stimulus tersebut sebenarnya tidak ada (Damaiyanti, 2014).
16

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bisikan,


terutama suara manusia. Suara berkisar dari suara yang tidak jelas
hingga kata-kata yang jelas berbicara tentang pasien dalam
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang dapat didengar di mana pasien mendengar kata bahwa
ada sesuatu yang dikatakan kadang-kadang bisa berbahaya (Mislika,
2020). Halusinasi pendengaran adalah mendengarkan suara orang,
hewan atau mesin, objek, fenomena alam dan musik dalam keadaan
kesadaran tanpa stimulus apapun. Halusinasi auditori adalah
mendengar suara-suara atau bunyi, mulai dari suara-suara sederhana
sampai suara-suara yang berbicara tentang pasien sehingga pasien
merespon suara atau kebisingan tersebut (Dalami dan Ermawati,
2019).
2. Faktor Presipitasi dan Presdiposisi Halusinasi
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013) mencoba memecahkan
masalah halusinasi berdasarkan atas hakikat keberadaan seorang
individu sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual. Sehingga
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur
dalam waktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Perasan cemas yang berlebihan atasdasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
Pasien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut dengan
kondisi tersebut pasien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut.
17

c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian pasien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku pasien.
d. Dimensi sosial
Pasien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awak dan
comforting, pasien menganggap bahwa hidup bersosialisasi
dialam nyata sangat membahayakan. Pasien asyik dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan
kotrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
keperawatan pasien dengan mengupayakan suatu proses interkasi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan,
serta mengusahakan pasien tidak menyendiri sehingga pasien
selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritual pasien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya spiritual untuk menyucikan diri, iramanya sirkardiannya
terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat
siang.
Sedangkan faktor halusinasi ada 2 faktor menurut Oktiviani
(2020) yaitu:
18

a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya halusinasi
adalah:
1) Faktor perkembangan tugas perkembangan pasien berubah,
misalnya kurangnya kontrol dan kehangatan keluarga
membuat pasien tidak dapat mandiri sejak masa kecil, mudah
frustasi, kehilangan kepercayaan diri, dan lebih mudah stres.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang sejak kecil tidak merasa diterima oleh
lingkungannya, merasa dikucilkan, sendirian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Memengaruhi munculnya gangguan mental. Adanya stres
berlebihan yang dialami seseorang di dalam tubuh akan
menghasilkan zat yang dapat bersifat halusinogen secara
neurokimia. Karena stres berkepanjangan, memicu aktivasi
neurotransmiter di otak. Gangguan perkembangan sistem
saraf dalam kaitannya dengan reaksi neurobiologis
maladaptif baru mulai dipahami. Hal ini dibuktikan dengan
studi berikut:
a) Studi pencitraan otak telah menunjukkan bahwa otak
lebih terlibat dalam perkembangan skizofrenia. Lesi di
daerah frontal, temporal, dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b) Berbagai bahan kimia di otak, seperti kelebihan
neurotransmitter dopamin dan masalah dengan sistem
reseptor dopamin, telah dikaitkan dengan skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak pasien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi
19

korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum).


Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus ke dalam penyalahgunaan zat. Hal ini
memengaruhi ketidak mampuan pasien untuk membuat
keputusan yang tepat tentang masa depan mereka. Pasien
lebih memilih kesenangan sementara dan melarikan diri dari
dunia nyata ke dunia imajiner.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak sehat yang
dibesarkan oleh orang tua penderita skizofrenia lebih
mungkin untuk mengembangkan skizofrenia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh dengan penyakit ini.
b. Faktor Prespitasi
Pemicu munculnya gangguan halusinasi adalah:
1) Gangguan Biologis
Komunikasi dan otak yang mengatur pemrosesan informasi
serta kelainan mekanisme input di otak, yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan yang diterima otak untuk menafsirkannya.
2) Stres Lingkungan
Ambang toleransi stres yang berinteraksi dengan stresor
lingkungan untuk menentukan munculnya gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping memengaruhi respon individu terhadap
stresor.
20

3. Manifestasi Klinis
Menurut Dalami dan Emawati (2019) manifestasi klinik pada
gangguan persepsi sensori halusinasi, adapun perilaku yang dapat
teramati adalah sebagai berikut:
a. Halusinasi Penglihatan
Adapun perilaku yang dapat teramati adalah:
1) Melirikkan mata kekiri dan kekanan seperti mencari siapa
atau apa yang sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang
sedang tidak berbicara atau benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan
seseorang yang tidak tampak.
4) Menggerakkan-gerakkan mulut seperti sedang berbicara atau
sedang menjawab suara.
b. Halusinasi Pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati adalah:
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakuti oleh orang
lain, benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari ke ruang lain.
c. Halusinasi Penciuman
Perilaku yang dapat diamati pada pasien gangguan halusinasi
penciuman adalah:
1) Hidung yang dikerutkan seperti, mencium bau tidak enak.
2) Mencium bau tubuh.
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan kearah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau
api atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan
sedang memadamkan api.
21

d. Halusinasi Pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada pasien yang mengalami
gangguan halusinasi peraba adalah:
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum atau minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
4. Rentan Respon Halusinasi
Menurut Nursalam (2019), halusinasi merupakan salah satu
respon maladaptif individu yang berada pada kisaran respon
neurobiologis. Ini adalah respons persepsi yang paling tidak sesuai.
Jika pasien sehat, persepsinya akan akurat dan mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui indera (pendengaran, penglihatan,
penciuman, rasa, sentuhan) pasien dengan halusinasi mempersepsikan
suatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut
tidak ada.
5. Tanda Dan Gejala Halusinasi
Menurut Keliat dan Pasaribu (2016) tanda dan gejala halusinasi
penting bagi tenaga keperawatan untuk menentukan masalah
halusinasi, adalah:
a. Berbicara, tertawa dan tersenyum sendiri.
b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu.
d. Disorientasi.
e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi.
f. Cepat berubah pikiran.
g. Alur pikir kacau.
h. Respon yang tidak sesuai.
i. Menarik diri.
22

j. Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerang orang lain tanpa


sebab.
k. Sering melamun.
6. Jenis Jenis Halusinasi
Jenis halusinasi menurut Prabowo (2014) ada 7 jenis yaitu
pendengaran, penglihatan, pembauan, pengecapan, perabaan,
chanestetic dan kinestetik berikut penjelasannya:
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang pasien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.
b. Penglihatan
Rangsangan visual berupa kilatan cahaya, figur geometris,
kartun, bayangan bersifat kompleks atau rumit. Bayangan
menyenangkan atau menakutkan seperti menonton monster.
c. Pembauan
Membaui seperti darah, urin, dan feses umumnya berbau
tidak sedap. Halusinasi bau seringkali merupakan akibat dari
stroke, tumor, kejang, atau demensia.
d. Pengecapan
Sensasi pengecapan rasa seperti darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Merasakan nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Sensasi tersetrum listrik dari tanah, benda mati, atau orang
lain.
f. Chenesthetic
Sensasi fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urin.
g. Kinistetik
Merasakan pergerakan padahal hanya berdiri tanpa bergerak.
23

7. Fase Halusinasi
Fase Halusinasi terbagi menjadi 4 fase yaitu comforting,
comdemninng, controlling, dan conquering, berikut adalah uraiannya
Tabel 2.3 Fase-fase halusinasi
Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Pasien
Fase I: Comforting Pasien mengalami  Tersenyum, tertawa
Ansietas sedang ansietas, kesepian, rasa yang tidak sesuai
Halusinasi- bersalah, rasa bersalah  Menggerakkan bibir
Menyenangkan dan takut, mencoba tanpa suara
“Menyenangkan” untuk berfokus pada  Pergerakan mata yang
pikiran yang cepat
menyenangkan untuk  Respon verbal yang
meredakan Ansietas. lambat
Individu mengenali  Diam, dipenuhi rasa
bahwa pikiran dan yang mengasyikkan
pengalaman sensori
dalam kendali
kesadaran jika ansietas
dapat ditangani (non
psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori  Meningkatkan tanda-
Condemning menjijikan dan tanda sistem saraf
Ansietas berat menakutkan pasien otonom akibat
Halusinasi menjadi lepas kendali dan ansietas (Nadi, RR,
menjijikan mungkin mencoba TD) meningkat
“Menyalahkan” untuk mengambil jarak  Penyempitan
dirinya dengan sumber kemampuan untuk
yang dipersepsikan. konsentrasi
Pasien mungkin  Asyik dengan
mengalami pengalaman sensori
dipermalukan oleh dan kehilangan
pengalaman sensori kemampuan
dan menarik diri dari membedakan
orang lain. halusinasi dan realita
Psikotik Ringan.
Fase III: Pasien berhenti atau  Lebih cenderung
Controlling menghentikan mengikuti petunjuk
Ansietas berat perlawanan terhadap halusinasinya
Pengalaman halusinasi dan  Kesulitan
sensori menjadi menyerah pada berhubungan dengan
berkuasa halusinasi tersebut. orang lain
“mengendalikan” Isi halusinasi menjadi  Rentang perhatian
menarik, pasien hanya dalam beberapa
mungkin mengalami menit atau detik
24

pengalaman kesepian  Gejala fisik ansietas


jika sensori halusinasi berat, berkeringat,
berhenti. tremor, tidak mampu
Psikotik. mengikuti petunjuk
Fase IV: Pengalaman sensori  Perilaku teror akibat
Conquering panik menjadi mengancam panik
umumnya menjadi jika pasien mengikuti  Potensial suicide atau
melebur dalam perintah halusinasi. homicide
halusinasinya Halusinasi berakhir  Aktivitas fisik
dari beberapa jam atau merefleksikan isi
hari jika tidak ada halusinasi seperti
intervensi terapiutik. kekerasan, agitasi,
Psikotik Berat. menarik diri, katatonia
 Tidak mampu
merespon terhadap
perintah yang
kompleks
 Tidak mampu
merespon > 1 orang
Sumber: Nurhalimah (2016)
8. Sumber dan Mekanisme Koping Halusinasi
Mekanisme koping adalah upaya untuk pengendalian stres,
menyelesaikan masalah secara langsung dan upaya untuk melindungi
diri. Menurut Dalami dan Ermawati (2019) perilaku yang
mencerminkan upaya untuk melindungi diri sendiri dari hal-hal yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi adalah:
a. Regresi, menghindari stres, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali seperti pada perilaku perkembangan anak atau
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan
emosi pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri
sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan ketidaksamaan
persepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik
maupun psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari
menghindar sumber stresor, misalnya menjauhi polusi, sumber
25

infeksi, gas beracun dan lain-lain, sedangkan reaksi psikologis


individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak
berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.

C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang didapatkan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Pengkajian pasien
Subjektif Objektif
1) Mendengar 1) Distorsi sensori.
suara bisikan. 2) Respon tidak sesuai.
2) Merasakan 3) Bersikap seolah-olah mendengar.
sesuatu melalui 4) Menyendiri dan melamun.
indera 5) Konsentrasi buruk.
pendengaran. 6) Disorientasi waktu, tempat, orang,
3) Menyatakan atau situasi.
kesal. 7) Curiga.
8) Melihat ke satu arah.
9) Mondar-mandir.
10) Bicara sendiri.
Sumber: SDKI
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan untuk masalah pasien menurut Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia adalah: Gangguan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran (D0085)
a. Definisi
Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun
eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan
atau terdistorsi.
b. Batasan karakteristik
1) Gejala dan tanda mayor subjektif
a) Mendengar suara bisikan
b) Merasakan sesuatu melalui pendengaran.
26

2) Gejala dan tanda mayor objektif


a) Distorsi sensori
b) Respon tidak sesuai
c) Bersikap seolah mendengar
3) Gejala dan tanda minor subjektif
a) Menyatakan kesal
4) Gejala dan tanda minor objektif
a) Menyendiri
b) Konsentrasi buruk
c) Melamun
d) Curiga
e) Disorientasi satu arah
f) Melihat kesatu arah
g) Mondar-mandiri
h) Bicara sendiri
3. Intervensi Keperawatan
Perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada
pasien untuk mengatasi masalahnya, perencanaan disusun berdasarkan
diagnosis keperawatan diagnosis satu atau masalah utamanya adalah
gangguan persepsi sensori halusinasi.
Tabel 2.5 Standar Operasional Prosedur Mengontrol Halusinasi
dengan Bercakap-cakap
Poin Langkah
Topik Penerapan bercakap-cakap pada pasien halusinasi
pendengaran
Pengertian Menurut Dermawan & Rusdi (2013), bercakap-cakap
merupakan salah satu yang efektif untuk mengontrol
halusinasi, yaitu dengan menganjurkan pasien untuk
bercakap-cakap dengan orang lain
Tujuan 1. Untuk mencegah halusinasi timbul. Ketika pasien
bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
ditraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan orang
lain tersebut.
2. Mengurangi faktor pemicu munculnya halusinasi
27

3. Meningkatkan insight atau membedakan


kenyataan atau tidak
4. Menimbulkan perasaan lebih tenang
5. Mengurangi gelisah
Waktu Setelah makan siang/ketika pasien tidak beraktivitas
Pelaksanaan
Prosedur Mahasiswa
Penerapan A. Persiapan Lingkungan
Bercakap- 1. Lingkungan yang hening sehingga dapat
cakap berkonsentrasi secara penuh
B. Langkah-langkah
1. Tahap prainteraksi
a. Melihat data pasien
b. Mengkaji riwayat pasien
c. Mengkaji dengan instrumen psyrats
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam dan menyapa nama
pasien
b. Menanyakan cara mengontrol halusinasi
yang sudah dipelajari
c. Menanyakan pengalaman pasien
menerapkan cara bercakap-cakap dalam
mengontrol halusinasi
d. Menjelaskan pengertian bercakap-cakap
e. Menjelaskan tujuan dan prosedur
f. Menyiapkan instrumen psyrats dan alat
tulis
g. Menjelaskan aturan kegiatan meliputi
jika ada pasien yang ingin meninggalkan
tempat, harus meminta izin ke
mahasiswa. Lama kegiatan 20 menit.
Pasien mengikuti kegiatan dari awal
sampai selesai
h. Menanyakan persetujuan dan kesiapan
pasien
3. Tahap kerja
a. Menjaga privasi pasien
b. Mempersiapkan alat
c. Mengatur posisi yang nyaman menurut
pasien sesuai dengan kondisi pasien
d. Mengatur lingkungan yang tenang dan
nyaman
e. Mencontohkan cara memperkenalkan
diri terlebih dahulu kepada orang lain
f. Kemudian biarkan dan berikan dorongan
verbal agar pasien mau memperagakan
28

seperti yang dicontohkan


g. Ajarkan pasien untuk memulai
percakapan dengan orang lain sesuai
tema yang sudah ditentukan (dengan
orang ketika di RS, rumah dan kendaraan
umum)
h. Apabila pasien mendengarkan sesuatu,
ajarkan pasien untuk menanyakan kepada
orang lain apakah orang tersebut
mendengarkan yang sama atau tidak,
apabila tidak berarti suara tersebut tidak
nyata
i. Kemudian biarkan pasien untuk mencoba
memulai percakapan seperti yang
dicontohkan
j. Menuliskan kegiatan latihan bercakap-
cakap untuk diberikan kepada pasien
k. Jika sudah selesai, meminta pasien untuk
mendemonstrasikan cara bercakap-cakap
yang telah dipelajari dari awal sampai
akhir
l. Memberikan pujian kepada pasien atas
apa yang telah dilakukan pasien
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan berupa
menanyakan perasaan pasien setelah
bercakap-cakap dengan orang lain
b. Menganjurkan pasien untuk
melaksanakan kegiatan tersebut ketika
halusinasi muncul
c. Memasukkan jadwal kegiatan bercakap-
cakap pada jadwal kegiatan pasien
d. Menyepakati waktu dan tempat
pertemuan berikutnya
e. Melanjutkan melakukan observasi
f. Setelah pertemuan ke 5, melakukan
evaluasi dengan instrumen psyrats
Sedangkan Intervensi keperawatan pada klien menurut
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia adalah sebagai
berikut: Manajemen Halusinasi (I.09288). Definisi:
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan keamanan,
kenyamanan dan orientasi realita.
29

1) Observasi
a) Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi.
b) Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi
lingkungan.
c) Monitor isi halusinasi.
2) Terapeutik
a) Pertahankan lingkungan yang aman.
b) Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat
mengontrol perilaku.
c) Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi.
d) Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi.
3) Edukasi
a) Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi.
b) Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk
memberi dukungan dan umpan balik korektif terhadap
halusinasi.
c) Anjurkan melakukan distraksi.
d) Anjurkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas,
jika perlu.
4. Implementasi
Menurut Keliat dalam Amrulloh (2017) bahwa tindakan
keperawatan atau implementasi dilakukan berdasarkan rencana yang
telah dibuat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien saat ini. Perawat bekerja sama dengan
pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses akhir yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari Tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus
menerus pada respon pasien terhadap tindakan yang telah
30

dilaksanakan (Dermawan dan Rusdi, 2013). Evaluasi dapat dilakukan


dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir, yang
dimana memiliki uraian masing-masing sebagai berikut:
S: respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O: respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A: analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah
masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang
ada.
P: perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.
Standar luaran yang diharapkan pada proses akhir ini adalah
persepsi sensori membaik (SLKI L.09083) dengan kriteria hasil:
a) Verbalisasi mendengar bisikan menurun
b) Distorsi sensori menurun
c) Perilaku halusinasi menurunkonsentrasi meningkat
Untuk mengukur perkembangan kemampuan pada pasien
halusinasi, skala yang digunakan menggunakan Psychotic Symtom
Rating Scales (PSYRATS). Format Psychotic Symptom Rating Scale
(PSYRATS) mempunyai 11 item untuk mengukur tanda dan gejala
halusinasi. Penilaian PSYRATS menggunakan skala likert (0-4), skala
likert (0=tidak ada, 1=ringan, 2=sedang, 3=berat, 4=sangat berat), dan
skor rentang halusinasi subskala adalah 0-44. Jika skor lebih kecil,
maka akan ada penurunan gejalanya. Skala tersebut biasa dilakukan
dengan pendekatan langsung terhadap pasien, sehingga perawat dapat
mengevaluasi pada pasien dalam mengenali halusinasi yang dialami,
sejauh mana dapat mengontrol halusinasinya dan peran aktif pasien
dalam mengikuti program pengobatan secara optimal (Erawati, Keliat
dan Daulima, 2014).
31

6. Tindakan Bercakap-cakap
Menurut Wulandari ( 2019 ) tindakan bercakap-cakap efektif
untuk mengontrol halusini, dalam penelitiannya terbukti bahwa
tindakan ini menunjang kesembuhan pasien, intensitas halusinasinya
berkurang. Manfaat aktivitas ini adalah untuk mencegah halusinasi
timbul, ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
distraksi, fokus perhatian pasien beralih dari halusinasi ke percakapan
yang dilakukan.
Penelitian lain menurut Andri et al., (2019) menyebutkan bahwa
7 dari 10 orang memilih untuk melakukan terapi bercakap-cakap dari
pada terapi yang lain, hal ini menunjukan bahwa terapi bercakap-
cakap efektif dalam mengontrol halusinasi, pasien lebih nyaman untuk
berbicara dengan orang lain untuk mendistraksi halusinasinya. Hasil
uji statistik didapatkan p value= 0,000 berarti p value <α= 0,05 yang
artinya ada pengaruh implementasi keperawatan dengan pengendalian
diri pasien halusinasi pada pasien skizofrenia. Dukungan timbal balik
termasuk berbagi pengalaman ataupun sekedar bercakap-cakap akan
memberikan dampak baik untuk proses pemulihan pasien. Pasien
melibatkan orang lain untuk proses penyembuhannya yang akan
memberikan rasa memiliki dan hubungan saling menudukung.
Komunikasi yang baik akan meninngkatkan pemahaman dan
membantu terbentuknya hubungan yang positif antara pasien dan
perawat, selain itu komunikasi juga bersifat resiprokal dan
berkelanjutan. Hal inilah yang pada akhirnya membentuk hubungan
yang saling menerima satu sama lain (Prabowo, 2014). Dari bercakap-
cakap dapat menimbulkan kepercayaan pasien pada perawat, hal
tersebut akan sangat membantu dalam proses asuhan keperawatan
yang berlangsung, pasien juga akan lebih mudah untuk menuangkan
perasaannya terhadap orang yang sudah dipercayainya. Selain itu,
terapi ini juga meningkatkan kemampuan pasien untuk bersosialisasi,
32

pasien dapat melakukan bercakap-cakap dengan orang lain untuk


proses peningkatan penyembuhan halusinasinya.
Tindakan bercakap- cakap ini akan dilakukan selama 5 hari,
berikut uraian tindakan yang akan dilakukan:
a) Hari pertama, mengajarkan pasien untuk bercakap-cakap dengan
orang lain di RS.
b) Hari kedua, mengajarkan pasien untuk berkenalan dengan orang
lain di Pasar.
c) Hari ketiga, mengajarkan pasien bercakap-cakap saat berada di
kendaraan umum.
d) Hari keempat, mengajarkan pasien bercakap-cakap saat berada di
Rumah.
e) Hari kelima, cara bercakap-cakap dengan orang lain ketika
melakukan kegiatan di masyarakat dan melakukan evaluasi
dengan instrumen PSYRATS.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus dengan metode
deskriptif. Metode tersebut digunakan untuk menggambarkan,
menjelaskan dan memahami pendekatan terhadap pasien secara langsung.

B. Subjek Penelitian
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah responden yang telah memenuhi kriteria yang
telah ditentukan dan memenuhi target.Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah:
a. Pasien dengan diagnosis medis Skizofrenia
b. Pasien dengan diagnosis keperawatan gangguan persepsi
sensori :halusinasi
c. Rentang skor PSYRAT antara 11-44
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengecualikan
responden yang memenuhi kriteria insklusi penelitian karena beberapa
alasan, antara lain:
a. Pasien mengalami gangguan dalam mendengar (tuna rungu) atau
gangguan dalam berbicara (tuna wicara).

C. Definisi Operasional
Yang dimaksud dengan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia
Dengan Fokus Studi Perubahan Sensori Halusinasi Pendengaran Di RSJ
Prof. dr. Soerojo Magelang” dalam penelitian ini adalah serangkaian
tindakan atau proses keperawatan yang diberikan pada Pasien meliputi
pengkajian sampai evaluasi untuk mengatasi masalah perubahan persepsi
sensori halusinasi dengan melakukan tindakan bercakap-cakap.
34

D. Tempat dan Waktu Penelitian


Pelaksanaan studi kasus di RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang dilakukan pada
bulan Mei 2022.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang gunakan untuk memperoleh hasil adalah dengan
beberapa cara antara lain:
1. Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara digunakan untuk mendapatkan data
subyektif secara langsung dengan memberikan pertanyaan kepada
pasien.
2. Observasi Langsung dan Pemeriksaan fisik
Melakukan pengamatan secara langsung terhadap kondisi pasien dan
mencatatnya di lembar observasi.
3. Studi dokumentasi
Melakukakn pengumpulan data tentang keadaan pasien dapat dilihat
dari catatan medis beruba identitas, anamnesis, pemeriksaan fiisk,
laboratorium, diagnosis, tindakan medik yang diberikan kepada pasien
dan pengobatan rawat inap.
4. Instrumen
Instrumen yang digunakan adalah format pengkajian jiwa Community
Mental Health Nursing dan didukung kuisioner PSYRATS untuk
mengukur tingkat keparahan halusinasi.

F. Teknik Analisis Data


Penyajian data dilakukan dengan cara diskriptif secara naratif.
Menggambarkan respon pasien sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
bercakap-cakap dengan pendekatan proses keperawatan. Hal tersebut
berisikan gambaran proses asuhan keperawatan.
35

G. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah penentuan tindakan yang baik, yang dilakukan
dalam sebuah penelitian atau pemberian asuhan keperawatan baik pada
individu, kelompok ataupun masyarakat. Pada penelitian ini dicantumkan
etika yang menjadi dasar penyusunan studi kasus menurut Andhini (2017)
antara lain:
1. Autonomy (otonomi)
Otonomi berarti komitmen bagi pasien untuk membuat keputusan
tentang semua aspek layanan. Otonomi adalah hak seseorang untuk
mengatur dan mengambil keputusannya sendiri, meskipun masih
terdapat beberapa batasan, terutama yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi, anteseden individu, intervensi hukum dan profesional
kesehatan yang menentukannya.
2. Beneficience (Berbuat baik)
Benefience adalah tindakan positif untuk membantu orang lain
melakukan niat baik mendorong keinginan untuk melakukan kebaikan
bagi orang lain, dalam melaksanakan tugasnya harus menggunakan
prinsip ini karena pasien harus kita perlakukan dengan baik.
3. Informed Consent (lembar persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetuujuan antara peneliti
dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan kepada
responden sebagai subyek penelitian, jika responden bersedia maka
harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.
4. Anonimty (tanpa nama)
Dalam penulisan penelitian, nama pasien ditulis dengan nama inisial
dan alamat tidak ditulis secara lengkap untuk menjaga privasi pasien.
5. Confidentiality (Kerahasiaan)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Dalam hal ini,
pasien berhak atas apa yang ingin disampaikan dan yang tidak ingin
disampaikan. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan
36

informasi mengenai kerahasiaan identitas pasien. Hal-hal ini


mencakup nama, alamat dan yang dapat mengetahui tentang
perkembangan penyakit pasien hanya pasien, keluarga inti dan tim
kesehatan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan kasus pada Tn. P dan Tn. D dilakukan selama lima hari
yakni pada tanggal 10 Mei sampai dengan 14 Mei 2022 di bangsal Puntadewa
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Pengelolaan keperawatan dilakukan dengan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan. Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2022. Data diperoleh
berdasarkan observasi, interaksi langsung dengan pasien dan perawat ruangan,
serta didapatkan dari catatan keperawatan pasien.

A. Hasil Penelitian
A. Pengkajian
a. Biodata Pasian
Tn. P berumur 37 tahun, pasien berjenis kelamin laki-laki,
beragama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir SMK dan sempat
bekerja sebagai petani. Pasien bertempat tinggal di Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Pasien masuk RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang pada tanggal 7 Mei 2022 diantar oleh kakaknya dengan
diagnosis medis skizofrenia (F20.0) dan nomor register 0009xxxx.
Penanggung jawab Tn. P adalah Tn. S umur 47 tahun, hubungan
dengan pasien yaitu kakak kandungnya, beragama Islam, beralamat di
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bekerja sebagai buruh tani.
Tn. D berumur 38 tahun, pasien berjenis kelamin laki-laki,
beragama Katholik, suku Jawa, pendidikan terakhir SMP. Pasien
bertempat tinggal di Kota Magelang, Jawa Tengah. Pasien masuk RSJ
pada tanggal dibawa oleh pamannya dengan diagnosis medis
skizofrenia (F20.0) dan nomer registrasi 00001xxx. Penanggung jawab
Tn. D adalah Tn. J umur 55 tahun, hubungan dengan pasien yaitu
pamannya, beragama katholik, beralamat di Kota Magelang.

37
38

b. Riwayat Keperawatan
1) Alasan Masuk
Tn. P dibawa ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang oleh
keluarganya dikarenakan pasien mendengar suara-suara tanpa
wujud, bicara sendiri, dan mondar-mandir. Sedangkan Tn. D
dibawa ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang oleh keluarganya
dikarenakan pasien sering mondar-mandir, suka menyendiri,
bingung, melamun, bicara sendiri dan mendengar suara-suara
tanpa wujud.
2) Faktor predisposisi
a) Biologi
Tn. P merupakan anak keempat dari lima bersaudara,
semua sudah menikah, kecuali pasien. Saat ini Tn. P tinggal
satu rumah dengan ayah dan ibunya. Sedangkan, Tn. D
merupakan anak tunggal. Pasien tinggal serumah dengan
neneknya.
b) Psikologi
Tn. P pernah dirawat 5x dengan masalah yang sama,
terakhir dirawat yaitu bulan maret 2022 karena sempat putus
minum obat dan tidak beraktivitas sehingga halusinasinya
kambuh. Pasien memiliki riwayat penganiayaan fisik saat
duduk di bangku SMP, pasien pernah di pukul oleh temannya.
Di keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Sementara, Tn. D pernah dirawat di RSJ 2x dengan masalah
yang sama, terakhir dirawat pada tahun 2012. Di keluarga
pasien tidak ada yang memiliki gangguan jiwa, pasien
memiliki riwayat penganiyayaan fisik, ia sering dipukuli oleh
tetangganya, karena dirasa menganggu.
c) Sosiokultural
Tn. sudah hampir 2 tahun tidak bekerja. Pasien merasa
minder karena tidak bekerja dan tidak mempunyai teman.
39

Tn. D beragama katolik dan belum menikah, tamat


SMP. Pasien merasa minder dan tidak puas karena hanya
tamat SMP sehingga susah mencari pekerjaan.
3) Faktor presipitasi
a) Sifat
Faktor presipitasi halusinasi pada Tn. P yaitu ketika
pasien sendirian, tidak melakukan aktivitas, dan sempat putus
minum obat. Pasien dibawa ke RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang oleh kakaknya dikarenakan pasien mendengar
suara-suara tanpa wujud, bicara sendiri, dan mondar-mandir.
Faktor presipitasi halusinasi pada Tn. D yaitu karena
putus minum obat dan sering menyendiri, pasien dibawa ke
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang oleh pamannya dikarenakan
pasien sering mondar-mandir, suka menyendiri, bingung,
melamun, bicara sendiri dan mendengar suara-suara tanpa
wujud.
b) Sumber
Tn. P mengalami halusinasi karena pasien berhenti
bekerja dan tidak ada aktivitas. Tn. D mengalami halusinasi
karena putus minum obat dan suka menyendiri.
c) Waktu
Tn. P sempat tidak rutin minum obat kurang lebih 2
bulan, pasien mengalami perubahan perilaku kurang lebih
selama 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Tn. D sempat tidak rutin minum obat selama 2 bulan
dan pasien mengalami perubahan perilaku selama 2 minggu
sebelum masuk rumah sakit.
d) Jumlah
Tn. P pernah dirawat pada tahun 2011, 2016, 2022 pada
bulan maret sebanyak 2 kali dan ini merupakan kali kelima
pasien dirawat di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
40

Awal Tn. D mulai menunjukkan gejala gangguan jiwa


sekitar tahun 2012 dan ini merupakan kali kedua pasien
dirawat di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
c. Pemeriksaan Fisik
Pada tanggal 10 Mei 2022, didapatkan data pemeriksaan fisik
pada Tn. P sebagai berikut: tekanan darah 110/80 mmHg, suhu
36,2°C, nadi 80x/menit dan frekuensi pernafasan 22x/menit, berat
badan 62 kg, tinggi badan 165 cm. Pasien tidak memiliki keluhan
fisik. Pemeriksaan fisik pada Tn. D sebagai berikut: tekanan darah
115/90 mmHg, suhu 36,3ºC, nadi 80x/menit dan frekuensi
pernafasan 20x/menit, berat badan 60 kg dan tinggi badan 160 cm.
Pasien tidak memiliki keluhan fisik.
d. Penilaian Terhadap Stresor
1) Kognitif
Dari segi status mental halusinasi pada Tn. P ketika diukur
menggunakan kuesioner intensitas halusinasi (PSYRATS),
menghasilkan skor 28 yang berarti masuk ke dalam halusinasi
berat. Selain itu didapatkan data persepsi halusinasi yaitu dari
data subjektif (DS) pasien mengatakan sering mendengar suara
tanpa ada wujudnya, terakhir mendengar suara yaitu pagi hari
sebelum dikaji (tanggal 10 Mei pada pukul 05.00), isi suara
tersebut adalah kadang menyuruhnya untuk mabuk tapi lebih
sering tidak jelas karena lebih dari 1 orang yang berbicara .
Pasien mendengar suara tersebut terus-menerus sekitar 3 menit,
suara lebih sering terdengar pada saat pukul 16.00-18.00, di
tempat ramai maupun sepi pasien tetap mendengar bisikan
tersebut, suara tersebut muncul tidak menentu tetapi bisa sampai
5x dalam sehari. Ketika suara bisikan muncul pasien hanya
mendiamkan, terkadang cemas dan emosi karena suara tersebut
mengganggunya.
Sedangkan Data Objektif (DO) Tn. P sering kali tampak
41

melamun dan menyendiri. Pasien cenderung menanggapi dan


menikmati suara yang muncul dengan menyendiri, mondar-
mandir, dan sering melamun. Perhatian pasien dengan
lingkungan kurang, tampak berkonsentrasi dengan mengerutkan
kening sambil mengarahkan telinga pada titik tertentu seperti
sedang berusaha mendengarkan suara.
Sedangkan Tn. D ketika diukur menggunakan kuesioner
intensitas halusinasi (PSYRATS), menghasilkan skor 26 yang
berarti masuk ke dalam halusinasi berat kemudian didapatkan
data persepsi halusinasi dari Data Subjektif (DS), Tn. D
mengatakan sering mendengar suara tanpa ada wujudnya,
terakhir mendengar suara bisikan yaitu pada tanggal 10 Mei
2022 pada pukul 08.00, isi suara tersebut memberitahu jika
kekuatannya hilang dan menyuruhnya untuk cepat pulang.
Pasien mendengar suara tersebut terus-menerus selama kurang
lebih 2 menit saat sepi maupun ramai, sehari 2x (tidak menentu),
suara muncul seringnya pada malam dan sore hari, pasien hanya
mendiamkan suara tersebut, terkadang pasien cemas saat suara
itu muncul karena mengganggunya. Sedangkan Data Objektif
(DO) Tn. D sering kali tampak melamun, menyendiri dan
mondar-mandir. Perhatian pasien dengan lingkungan kurang,
pasien cenderung menanggapi dan menikmati suara yang
muncul dengan menyendiri dan sering melamun.
2) Afektif
Tn. P merasa sedih karena kangen keluarga terutama ibu
dan keponakannya di rumah, pasien terlihat lesu namun dari segi
afek emosi sesuai saat diajak bercanda bisa menanggapi dan ikut
tertawa. Penampilannya rapi baju terkancing dengan benar,
penggunaan pakaian sesuai dengan seragam pada hari tersebut.
Dari segi persepsi pasien mengalami halusinasi pendengaran,
42

pasien mengatakan mendengar bisikan yang isinya seperti banyak


orang berbicara dan kadang menyuruhnya untuk mabuk.
Pada Tn. D merasa sedih karena kangen keluarga, terlihat
lesu, dari segi afek emosi datar, dan susah diajak bercanda.
Penampilan rapi baju terkancing, tetapi rambut sedikit gondrong,
penggunaan pakaian sesuai dengan seragam pada hari tersebut.
Dari segi persepsi mengalami halusinasi pendengaran, pasien
mengatakan mendengar bisikan yang berisi tentang ia memiliki
kekuatan tetapi karena dirawat di RS kekuatannya hilang dan
menyuruhnya cepat pulang.
3) Perilaku
Pada Tn. P peneliti menemukan data pembicaraan pasien
jelas, nada bicara keras dan cepat, dapat mempertahankan kontak
mata dengan lawan bicara. Sedangkan, pada Tn. D peneliti
menemukan data yang abnormal yaitu dari pembicaraan lambat
dan pelan, sulit untuk berkonsentrasi, tidak dapat
mempertahankan kontak mata dengan lawan bicara.
4) Sosial
Tn. P mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan di
lingkungan masyarakat, tetapi saat dirawat pasien mampu
mengikuti kegiatan dengan baik. Sedangkan Tn. D mengatakan
hal yang sama yaitu tidak pernah mengikuti kegiatan di
lingkungan masyarakat, saat di RS pun tampak membatasi
interaksi dengan orang lain.
e. Kebutuhan Persiapan Pulang
Pengkajian kebutuhan persiapan pulang pada Tn. P, secara
umum pasien dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri.
Pasien makan tiga kali sehari, dapat membantu menyiapkan
makanan, dan membersihkannya setelah makan. Pasien dapat
melakukan personal hygien mulai dari mandi, toileting, dan
berpakaian secara mandiri. Istirahat atau tidur pada malam hari
43

pasien biasanya mulai tidur pukul 20.30 sampai dengan 04.30 WIB
dengan nyenyak tanpa terbangun ditengah malam. Pasien mampu
minum obat teratur dan tidak pernah menolak, mengikuti
pemeliharaan kesehatan di bangsal dan bersedia diperiksa oleh
dokter. Pasien mampu mengikuti kegiatan yang ada di bangsal
seperti menyapu, mengepel, membersihkan alat makan, dan
aktivitas yang lain. Kegiatan diluar ruangan pasien mampu
membersihkan lingkungan atau halaman dan membuang sampah
pada tempatnya, mengikuti senam pagi dan jalan- jalan.
Pengkajian kebutuhan persiapan pulang pada Tn. D, secara
umum hampir sama dengan Tn. P yaitu dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara mandiri. Pasien makan tiga kali sehari, dapat
membantu menyiapkan makanan, dan membersihkannya setelah
makan. Pasien dapat melakukan personal hygien mulai dari mandi,
toileting, dan berpakaian secara mandiri. Istirahat atau tidur pada
siang hari mulai pukul 13.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB dan
malam harinya biasanya mulai tidur pukul 21.30 sampai dengan
05.00 WIB kadang terbangun pada tengah malam. Pasien mampu
minum obat teratur dan tidak pernah menolak, mengikuti
pemeliharaan kesehatan di bangsal dan bersedia diperiksa oleh
dokter. Pasien mampu mengikuti kegiatan yang ada di bangsal
seperti menyapu, mengepel, membersihkan alat makan, dan
aktivitas yang lain. Kegiatan diluar ruangan pasien mampu
membersihkan lingkungan atau halaman dan membuang sampah
pada tempatnya, mengikuti senam pagi dan jalan- jalan.
f. Mekanisme Koping
Berdasarkan pengkajian Tn. P ketika mempunyai masalah
bercerita kepada ibunya sebagai orang terdekat pasien. Sedangkan,
Tn. D yang dilakukan apabila pasien mempunyai permasalahan
yaitu tidak mau bercerita dengan orang lain, dipendam sendiri, dan
diselesaikan sendiri. Pasien menggunakan mekanisme koping
44

menarik diri.
g. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Tn. P ketika di rumah tidak pernah mengikuti kegiatan
masyarakat dilingkungannya karena merasa malu dan minder.
Selama dirawat di rumah sakit keluarga belum ada yang
menjenguk, dan ingin segera pulang dan bekerja kembali.
Sedangkan Tn. D juga sama dengan Tn. P tidak pernah mengikuti
kegiatan di lingkungannya karena merasa ditolak oleh tetangganya.
h. Status Memori
Tn. P dapat menceritakan pengalaman pribadi, orientasi
orang, tempat, waktu dengan baik, mampu menjawab ketika diberi
pertanyaan pilihan ibadah dulu atau mandi dulu, dan ketika diajak
untuk berhitung 100:20, 50:25 dapat menjawab dengan baik. Pasien
menyadari bahwa dia mengalami gangguan jiwa dan mengetahui
dimana sekarang dirawat.
Pada Tn. D juga dapat menceritakan pengalaman pribadi,
orientasi orang, tempat, waktu dengan baik, mampu menjawab
ketika diberi pertanyaan pilihan makan dulu atau mandi dulu, tetapi
ketika diajak untuk berhitung 100:20, 50+30 tidak dapat menjawab
dengan baik. Pasien belum menyadari bahwa dia mengalami
gangguan jiwa dan mengetahui dimana sekarang pasien dirawat.
i. Konsep Diri
Tn. P berharap saat ini ingin segera pulang karena ingin
segera bertemu keluarga dan bekerja kembali. Berdasarkan
pengkajian hubungan sosial pasien, orang yang paling berarti bagi
pasien yaitu ibunya, sebagai anak merasa belum dapat
membahagiakan orangtuanya. Pasien beragama Islam dan
berkeyakinan bahwa sakit yang dideritanya merupakan cobaan dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tn. P melakukan sholat 5 waktu, juga
berdoa sebelum dan sesudah makan. Tidak ada bagian tubuh yang
tidak disukai kecuali jenggotnya.
45

Sedangkatn Tn. D juga sama dengan Tn. P yang berharap


segera pulang karena ingin bertemu dengan nenek dan saudaranya,
Tn. D juga ingin bekerja. Pasien beragama Katholik dan
berkeyakinan bahwa semuua yang terjadi padanya kehendak Tuhan
Yang Maha Esa. Tidak ada bagian tubuh yang tidak disenangi dan
selalu bernyukur dengan apa yang diberikan Tuhan.
j. Pengetahuan
Tn. P dan Tn. D mengatakan tidak tahu mengenai fungsi
obat yang diminumnya selama di rumah sakit.
k. Aspek Medis
1) Pada Tn. P:
Diagnosis Medis : Schizophrenia Paranoid (F 20.0)
Terapi : tanggal 10 Mei 2022
Risperidon (RPD) 1x2 mg tablet, trihexypenidyl (THP) 1x2 mg
tablet, Haloperidol tab 5 mg 1x1.
2) Pada Tn. D:
Diagnosis Medis : Schizophrenia Paranoid (F 20.0)
Terapi : tanggal 10 Mei 2022
Lodomer tab 2 mg/12 jam, trihexypenidyl (THP) 1x2 mg tablet
dan DPH 100 mg 1x2.
l. Analisa Data
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 10 Mei 2022 pukul
09.00 WIB, didapatkan data pada Tn. P sebagai berikut: data
subjektif pada Tn. P mengatakan sering mendengar suara, isi suara
tersebut seperti suara orang lebih dari 1 dan kadang ada yang
menyuruhnya untuk mabuk, biasanya muncul pada pagi, siang, sore
atau malam ketika pasien sedang di tempat ramai maupun sepi,
dalam satu hari muncul 5x berlangsung selama 3 menit secara terus
menerus. Saat mendengar suara tersebut Tn. P merasa cemas dan
emosi, tetapi hanya dapat mendiamkan suara tersebut. Data
Objektif (DO) sering kali tampak senyum sendiri dan terlihat
46

bingung. Pasien cenderung menanggapi suara yang muncul dengan


menyendiri dan sering melamun. Perhatian pasien pada lingkungan
kurang dan tampak berkonsentrasi sambil mengarahkan telinga
pada arah tertentu seperti sedang berusaha mendengarkan suara.
Pada pengkajian pada tanggal 10 Mei 2022 pukul 09.00 WIB
data pada Tn. D sebagai berikut: Data Subjektif (DS) pada Tn .D
mengatakan sering mendengar suara tanpa ada wujudnya, terakhir
mendengar suara bisikan yaitu pada tanggal 10 Mei 2022 pada
pukul 08.00, isi suara tersebut mengatakan jika kekuatannya hilang
dan menyuruhnya cepat pulang, Tn. D mendengar suara tersebut
terus-menerus selama lebih kurang 2 menit saat sepi maupun ramai,
sehari 2x (tidak menentu), suara muncul seringnya pada malam
hari, pasien hanya mendiamkan suara tersebut, terkadang Tn. D
cemas saat suara itu muncul karena mengganggunya. Data Objektif
(DO) Tn. D tampak bingung, sering menyendiri dan tampak masih
nyaman dengan halusinasinya, pandangan mata sering kosong.
Maka diagnosis keperawatan yang didapat berdasarkan pengkajian
yang telah dilakukan kepada Tn. P dan Tn. D yaitu Perubahan
Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran.
B. Diagnosis Keperawatan
a. Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran.
b. Isolasi Sosial
C. Rencana Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan tanggal 10 Mei
2022, peneliti membuat tujuan tindakan dan rencana tindakan
keperawatan sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan umum pasien mampu membedakan dan menganalisis
realitas, mengurangi kejadian halusinasi, dan mampu
mengidentifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi serta respon
terhadap halusinasinya. Tujuan khususnya yaitu pasien mampu
47

mengontrol halusinasi yang dialami dengan bercakap-cakap dengan


orang lain, dan pasien mampu mengikuti program pengobatan
dengan optimal serta pasien dapat memasukkan cara mengontrol
halusinasi tersebut dalam jadwal kegiatan harian.
b. Rencana Tindakan Keperawatan
Dari masalah yang telah ditemukan, peneliti membuat
beberapa rencana tindakan keperawatan antara lain bangun
hubungan saling percaya (menyapa pasien, memperkenalkan diri,
menanyakan nama lengkap dan nama panggilan kesukaan
menanyakan perasaan pasien), menjelaskan tujuan, kontrak waktu,
dan tempat pertemuan, observasi perilaku verbal dan non verbal
terkait halusinasi, identifikasi kembali isi, jenis, waktu, frekuensi
serta respons pasien terhadap halusinasi, validasi kontrol halusinasi
yang sudah dilakukan pasien, libatkan dalam aktivitas terjadwal
yang dapat mengalihkan perhatian dan halusinasinya, evaluasi
nonverbal mengenai upaya yang telah dilakukan pasien. Bimbing
pasien memasukkan cara kontrol halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian, dan evaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi yang lebih difokuskan untuk bercakap-cakap dengan
orang lain.
D. Implementasi
a. Implementasi tanggal 10 Mei 2022
Implementasi dimulai pukul 09.00 WIB, peneliti memulai
dengan membina hubungan saling percaya (menyapa pasien,
memperkenalkan diri, menanyakan nama lengkap dan nama
panggilan kesukaan menanyakan perasaan pasien), menjelaskan
tujuan, kontrak waktu, dan tempat pertemuan meminta Tn. P dan
Tn. D untuk mengisi kuisioner PSYRATS untuk mengetahui skor
sebelum dilakukan tindakan bercakap-cakap, observasi perilaku
verbal dan non verbal terkait halusinasi, identifikasi kembali isi,
jenis, waktu, frekuensi serta respons pasien terhadap halusinasi,
48

melatih mengontrol halusinasi dengan menghardik, prinsip 5 benar


obat, bercakap-cakap (melatih cara bercakap-cakap dengan orang
lain ketika di RS), dan melakukan aktivitas, berikan reinforcement
yang sesuai setelah pasien melakukan suatu hal yang positif,
membuat rencana tindak lanjut untuk pertemuan selanjutnya yaitu
membimbing dan melatih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap (latih bercakap-cakap dengan orang lain ketika di
RS), membuat kontrak waktu, tempat, dan topik serta mengakhiri
interaksi di hari pertama.
b. Implementasi tanggal 11 Mei 2022
Penulis memulai implementasi pada Tn. P dan Tn. D pukul
08.00 diawali dengan menyapa, menanyakan perasaan hari ini,
menanyakan kegiatan apa saja yang telah dilakukan hari ini,
menjelaskan tujuan, kontrak waktu, tempat dan topik yang telah
disetujui sebelumnya dengan membimbing dan melatih cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap (bercakap- cakap
dengan orang lain ketika di pasar), meminta pasien untuk
mengulang apa yang telah diajarkan, berikan reinforcement yang
sesuai setelah pasien melakukan suatu hal yang positif,
memvalidasi perasaan, kemudian membuat rencana tindak lanjut
untuk pertemuan selanjutnya, membuat kontrak waktu, tempat, dan
topik serta mengakhiri interaksi di hari kedua.
c. Implementasi tanggal 12 Mei 2022
Peneliti memulai implementasi pada Tn. P dan Tn.D pukul
08.00 yaitu diawali dengan menyapa , menanyakan perasaan pasien
hari ini, menanyakan kegiatan apa saja yang telah dilakukan hari
ini, menjelaskan tujuan, kontrak waktu, tempat dan topik yang telah
disetujui sebelumnya dengan membimbing dan melatih cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap (cara bercakap-
cakap dengan orang lain ketika di kendaraan umum), meminta
pasien untuk mengulang apa yang telah diajarkan, berikan
49

reinforcement yang sesuai setelah pasien melakukan suatu hal yang


positif, memvalidasi perasaan, kemudian membuat rencana tindak
lanjut untuk pertemuan selanjutnya, membuat kontrak waktu,
tempat, dan topik serta mengakhiri interaksi di hari ketiga.
d. Implementasi tanggal 13 Mei 2022
Peneliti memulai implementasi pada Tn. P dan Tn. D pukul
08.00 diawali dengan menyapa, menanyakan perasaan hari ini,
menanyakan kegiatan apa saja yang telah dilakukan hari ini,
menjelaskan tujuan, kontrak waktu, tempat dan topik yang telah
disetujui sebelumnya dengan membimbing dan melatih cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap (cara bercakap-
cakap dengan orang lain ketika di rumah), meminta pasien untuk
mengulang apa yang telah diajarkan, berikan reinforcement yang
sesuai setelah pasien melakukan suatu hal yang positif,
memvalidasi perasaan, kemudian membuat rencana tindak lanjut
untuk pertemuan selanjutnya, membuat kontrak waktu, tempat, dan
topic serta mengakhiri interaksi di hari keempat.
e. Implementasi tanggal 14 Mei 2022
Implementasi hari terakhir ini dilakukan pada pukul 08.00
WIB, diawali dengan menyapa pasien, menanyakan perasaan hari
ini, menanyakan kegiatan apa saja yang telah dilakukan hari ini,
menjelaskan tujuan, kontrak waktu, tempat dan topik yang telah
disetujui sebelumnya dengan membimbing dan melatih cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap (cara bercakap-
cakap dengan orang lain ketika melakukan kegiatan di masyarakat),
meminta pasien untuk mengulang apa yang telah diajarkan, berikan
reinforcement yang sesuai setelah melakukan suatu hal yang positif,
memvalidasi perasaan. Setelah melakukan tindakan bercakap-cakap
pasien diminta untuk mengisi kuisioner PSYRAT untuk
mengetahui skor pasien setelah dilakukan tindakan aktivitas
bercakap-cakap.
50

E. Evaluasi
a. Evaluasi tanggal 10 Mei 2022
Peneliti melakukan evaluasi pada tanggal 10 Mei 2022 jam
14.00 WIB, pada Tn. P didapatkan hasil skor kuisioner 28
sedangkan Tn.D didapatkan hasil skor kuisioner 26. Dari Tn. P
diperoleh Data Subjektif: Pasien mengatakan saat ini tidak
mendengar suara-suara. Ia mengatakan mendengar suara tadi pagi
ketika bangun tidur. Pasien mengatakan suaranya seperti ada
keramaian dan menyuruh untuk mabuk-mabukan, suara itu muncul
5x kurang lebih 3 menit. Pasien mengatakan suara itu sangat
mengganggu, Tn. P hanya mendiamkan suara tersebut. Data
Objektif: Pasien kooperatif, verbal koheren, kontak mata bagus,
sering melamun dan menyendiri. Pasien tampak cemas, terlihat
seperti berusaha mendengarkan suara dengan mengarahkan telinga
pada suatu arah tertentu. Analisis: Pasien mau menceritakan
halusinasi yang dialami, halusinasi masih muncul, Pasien belum
dapat mempraktikkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap secara baik. Perencanaan: Latih Pasien mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap
Tn. D didapatkan Data Subjektif sebagai berikut: Pasien
mengatakan saat ini tidak mendengar suara, Ia mendengar suara
tadi pagi ketika ia sendirian. Pasien mengatakan mendengar suara
seseorang yang mengatakan kekuatannya hilang dan menyuruhnya
cepat pulang, suara muncul terus-menerus selama 2 menit, pasien
merasa terganggu dengan suara tersebut. Respon pasien ketika
suara muncul hanya mendiamkan. Data Objektif: Pasien kooperatif,
verbal inkoheren, kontak mata mudah beralih, sering melamun dan
menyendiri. Pasien tampak cemas, terlihat seperti berusaha
mendengarkan suara dengan mengarahkan telinga pada suatu arah
tertentu. Analisis: Pasien mau menceritakan halusinasi yang
dialami, halusinasi masih muncul, dan belum dapat mempraktikkan
51

cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap secara baik.


Perencanaan: latih mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
b. Evaluasi tanggal 11 Mei 2022
Peneliti melakukan evaluasi pada pukul 14.10 WIB, Tn. P
diperoleh Data Subjektif: Tn. P mengatakan saat ini tidak
mendengarkan suara, terakhir mendengar suara kemarin sore ketika
di kamar, pasien mengatakan suara muncul kurang lebih 3 menit.
Data Objektif: Pasien kooperatif selama interaksi, kontak mata
bagus, sering melamun dan menyendiri, pasien masih tampak
cemas. Analisis: Halusinasi tidak muncul saat evaluasi, pasien
belum mampu menerapkan mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap secara maksimal. Perencanaan: evaluasi dan
validasi cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain.
Tn. D diperoleh Data Subjektif: Pasien mengatakan saat ini
tidak mendengarkan suara, terakhir mendengar suara kemarin sore
ketika mandi, pasien mengatakan suara muncul kurang lebih 2
menit. Data Objektif: Pasien kooperatif selama interaksi, kontak
mata mudah beralih, sering melamun dan menyendiri, serta masih
tampak mondar-mandir. Analisis: Halusinasi tidak muncul saat
evaluasi, pasien belum mampu menerapkan mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap secara maksimal, pasien lebih sering
menyendiri dan belum dapat memulai bercakap-cakap dengan
orang lain. Perencanaan: evaluasi dan validasi cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
c. Evaluasi tanggal 12 Mei 2022
Peneliti melakukan evaluasi pada pukul 15.00 WIB, Tn. P
diperoleh Data Subjektif: pasien mengatakan saat ini tidak
mendengarkan suara, terakhir mendengar suara tadi ketika selesai
mencuci piring, pasien mengatakan durasi suara muncul sudah
berkurang yaitu kurang lebih 2 menit. Data Objektif: Pasien
52

kooperatif selama interaksi, kontak mata bagus, sering melamun


dan menyendiri. Analisa: pasien belum dapat menerapkan
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap secara baik dan
benar, pasien lebih memilih terdiam daripada memulai mengobrol
dengan orang lain, tetapi jika ada orang yang mengajak pasien
mengobrol selalu menjawab dan kooperatif. Perencanaan: evaluasi
dan validasi cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
Tn. D diperoleh Data Subjektif: Tn. D mengatakan saat ini
tidak mendengarkan suara, terakhir mendengar suara tadi setelah
makan siang, pasien mengatakan durasi suara muncul sudah
berkurang yaitu kurang lebih 1 menit. Data Objektif: Pasien
kooperatif selama interaksi, kontak mata mudah beralih, sering
melamun dan menyendiri. Analisa: Pasien belum dapat menerapkan
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap secara baik dan
benar, pasien lebih memilih terdiam daripada memulai mengobrol
dengan orang lain, tetapi jika ada orang yang mengajak pasien
mengobrol selalu menjawab dan kooperatif. Perencanaan: evaluasi
dan validasi cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
d. Evaluasi tanggal 13 Mei 2022
Peneliti melakukan evaluasi pada pukul 15.00 WIB, Tn. P
diperoleh Data Subjektif: Tn. P mengatakan saat ini tidak
mendengarkan suara, terakhir mendengar suara tadi malam sebelum
tidur, pasien mengatakan durasi suara muncul sudah berkurang
yaitu kurang lebih 1 menit. Data Objektif: Pasien kooperatif selama
interaksi, dapat mempertahankan kontak mata, jarang melamun dan
sudah berani memulai obrolan dengan orang lain. Analisa: Pasien
dapat menerapkan mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
tetapi belum maksimal, pasien sudah berani memulai obrolan
53

dengan orang lain. Perencanaan: evaluasi dan validasi cara


mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Tn. D diperoleh Data Subjektif: Tn. D mengatakan
mendengarkan suara tadi malam, hanya beberapa detik. Data
Objektif: Pasien kooperatif selama interaksi, kontak mata mudah
beralih, masih sering melamun tetapi sudah berani memulai obrolan
dengan orang lain. Analisa: Pasien sudah dapat menerapkan
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap tetapi belum
maksimal, sudah berani memulai obrolan dengan orang lain.
Perencanaan: evaluasi dan validasi cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
e. Evaluasi tanggal 14 Mei 2022
Evaluasi hari terakhir dilakukan pukul 13.30 WIB dan pada
Tn. P dipeproleh data subjektif: Tn. P mengatakan suara muncul
hanya tadi malam, dan hanya beberapa detik. Pasien mengatakan
senang dengan kegiatan yang dilakukan hari ini. Data Objektif:
Pasien lebih kooperatif, tampak lebih aktif dalam mengikuti
kegiatan ruangan. Analisa: halusinasi tidak muncul saat evaluasi,
frekuensi dan durasi waktu munculnya halusinasi berkurang.
Perencanaan: melaporkan kondisi pasien dan mengembalikannya
ke perawat bangsal untuk melanjutkan intervensi. Hasil skor
PSYRATS 12.
Tn. D diperoleh Data Subjektif: Pasien mengatakan terakhir
dengar suara- suara tadi malam, hanya beberapa detik, pasien
mengatakan senang karena sudah tidak diganggu oleh suara tanpa
wujud. Data Objektif: Pasien kooperatif, tampak aktif dalam
mengikuti kegiatan ruangan. Analisa: halusinasi tidak muncul
ketika evaluasi. Perencanaan: melaporkan kondisi pasien dan
mengembalikan pasien ke perawat bangsal untuk melanjutkan
intervensi. Hasil skor PSYRATS 14.
54

B. Pembahasan
Berikut akan dibahas mengenai sejumlah gagasan serta
membandingkan temuan pada pasien I dan II dengan masalah keperawatan
perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran. Pengelolaan asuhan
keperawatan pada Tn. P dan Tn. D dilaksanakan selama lima hari yaitu
pada tanggal 10 Mei sampai dengan 14 Mei 2022.
Pengkajian yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data subjektif
dan objektif dari pasien yaitu melalui observasi, wawancara langsung, dan
catatan keperawatan. Format pengkajian jiwa yang digunakan adalah
pengkajian jiwa Yusuf dan Nihayati (2015) dan ditambahkan dengan
model adaptasi stress Stuart (2009) sebagai pelengkap data pengkajian
faktor presdiposisi dan presipitasi, penilaian terhadap stresor, dan
mekanisme koping. Menurut Haddock et al. (1999) instrumen yang
digunakan untuk mengukur tingkat halusinasi adalah Psychotic Symptom
Rating Scales (PSYRATS).
Penggunaan Kuisioner PSYRATS merupakan hal yang baru, karena
sebelumnya pasien di Wisma Puntadewa tidak pernah diberikan kuisioner
ini pada saat dilakukan pengkajian ataupun evaluasi oleh perawat ruangan.
PSYRATS sendiri bermanfaat untuk memudahkan perawat dalam
melakukan pengkajian guna mengetahui seberapa berat halusinasi yang
dialami pasien, sedangkan manfaat bagi pasien sendiri yaitu pasien
mendapatkan tindakan keperawatan yang lebih tepat dan sesuai dengan
tingkat halusinasinya. Menurut Erawati, Keliat dan Daulima (2014)
PSYRATS merupakan instrumen yang valid dan dapat diandalkan untuk
menilai tingkat keparahan halusinasi.
Pada saat peneliti melakukan pengkajian, terdapat perbedaan
mekanisme koping antara Tn. P dan Tn. D. Tn. P ketika mempunyai
masalah mau bercerita dengan peneliti atau perawat yang sedang bertugas,
berbeda dengan Tn. D ketika mempunyai masalah pasien sering
memendam sendiri daripada bercerita dengan oraing lain, tidak
mengekspresikan perasaannya, dan perilaku yang sering ditunjukkan yakni
55

dengan menyendiri. Faktor predisposisi dan presipitasi akan memengaruhi


terhadap koping individu tersebut dalam berfikir, bertindak, dan bersikap
yang semakin lama akan menyebabkan stres apabila tidak disampaikan
atau dilakukan intervensi (Yosep, 2016).
Berdasarkan data yang didapat dari pengkajian, peneliti menegakkan
diagnosis perubahan persepsi sensori halusinasi. Peneliti memprioritaskan
satu masalah keperawatan maka disini peneliti akan fokus mengatasi
masalah keperawatan tersebut dengan intervensi yang telah ditentukan
yaitu bercakap-cakap dengan orang lain. Hal itu sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Larasaty & Hargiana (2019) hasil penelitian
menunjukkan aktivitas bercakap-cakap berpengaruh terhadap gejala
halusinasi pendengaran karena dengan aktivitas ini dapat meminimalisir
interaksi pasien dengan dunianya sendiri, mengeluarkan pikiran, perasaan
atau emosi yang selama ini memengaruhi perilaku yang tidak disadari.
Peneliti menemukan temuan pada Tn. D tidak hanya mempunyai
diagnosis halusinasi pendengaran tetapi juga memiliki diagnosis lain, yaitu
isolasi sosial sehingga dalam melakukan implementasi peneliti
menemukan temuan dari respon yang ditunjukkan Tn. P berbeda dengan
Tn. D. Respon yang ditunjukkan Tn. D selama melakukan tindakan
bercakap-cakap pasien tampak menghindar, kurang konsentrasi, menjawab
seperlunya, bicara secara singkat, nada bicara pelan dan terkadang
melamun. Berbeda dengan Tn. P yang memiliki konsentrasi lebih baik,
kooperatif, dan senang ketika diajak bercakap-cakap. Hal itu sejalan
dengan pendapat Fitriani, Sundari, dan Apriliyani (2021) yang menyatakan
bahwa seseorang dapat dikatakan mengalami gangguan isolasi sosial jika
individu tersebut menarik diri, tidak komunikatif, menyendiri, asyik
dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak ada kontak mata, kesulitan
membina hubungan di lingkungannya, dan menghindari orang lain.
Sehingga dalam melakukan tindakan bercakap-cakap pada Tn. D
mengalami kesulitan.
Dari masalah tersebut maka peneliti memilih untuk selalu
56

mengobservasi respon nonverbal pasien secara aktif pada pasien yang


memiliki hambatan dalam berkomunikasi, sedangkan pasien yang satu
diobservasi respon verbalnya. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
Videbeck dalam Andalusia, Suyanta, Erawati, dan Sugiarto (2017) bahwa
komunikasi non verbal sama pentingnya dengan komunikasi verbal.
Diperkirakan bahwa 45% maksud disampaikan dengan kata- kata dan
isyarat paralinguistik, seperti nada suara dan 55% oleh isyarat tubuh,
sehingga hal itu menjadi berpengaruh pada hasil setelah diberi tindakan
cara mengontrol halusinasi dengan becakap-cakap.
Peneliti menemukan kendala dalam melakukan tindakan keperawatan
dengan aktivitas bercakap-cakap pada kedua pasien yang mengeluh
mengantuk, tidak mau diajak bicara dan ingin tidur. Mengantuk merupakan
efek sekunder dari obat yang diminum, hal ini sesuai dengan pendapat dari
Novitayani (2016) menyatakan bahwa pasien skizofrenia yang
mendapatkan terapi obat memiliki efek sekunder seperti mengantuk
(52,5%), hipersomnia (37,5%), mulut kering (17,5%), pusing (17,5%),
kurang konsentrasi (2,5%), dan sesak napas (5%). Dalam mengatasi hal
tersebut peneliti melakukan tindakan aktivitas bercakap-cakap ketika
pasien tidak mengantuk dan dilakukan setelah pasien tidur atau setelah
mandi sehingga pasien tampak lebih segar.
Evaluasi terakhir dari tindakan yang telah diberikan, pasien
mengatakan memahami cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap. Dari observasi yang didapatkan dari Tn. P yaitu menunjukkan
bahwa setelah dilakukan tindakan bercakap-cakap, pasien mengatakan
perasaannya lebih baik, dapat berkomunikasi dengan orang lain secara
baik, sedangkan pada Tn. D mengatakan perasaannya lebih baik, lebih
kooperatif, tampak lebih aktif dalam mengikuti kegiatan ruangan dan
mulai berani memulai percakapan dengan orang lain.
Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang diperoleh dari
kuesioner Psychotic Simptom Rating Scales (PSYRATS) untuk
mengetahui skor yang didapatkan setelah dilakukan implementasi
57

keperawatan selama 5 hari. Hasil dari kuesioner PSYRATS pada pasien


Tn. P dan Tn. D menunjukkan penurunan skor halusinasi yaitu Tn. P dari
skor 28 menjadi 12 sedangkan Tn. D dari skor 26 menjadi 14. Temuan
hasil yang berbeda dikarenakan adanya masalah lain pada Tn. D, yang
dimana merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saswati dan Sutinah (2018)
bahwa pasien dengan isolasi sosial merasa takut untuk berhubungan
dengan orang lain.
Kedua pasien sama-sama mengalami penurunan dalam frekuensi,
durasi, keyakinan asal suara, isi, intensitas, dan ketidakmampuan
mengandalikan suara. Hal itu menunjukkan bahwa dengan dilakukannya
tindakan keperawatan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
terjadi penurunan dari halusinasi berat menjadi halusinasi sedang,
perhatian pasien terhadap realita meningkat dan intensitas halusinasi
menurun. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Yosep (2016)
bercakap-cakap adalah salah satu upaya yang dapat digunakan untuk
mengatasi dan mengendalikan diri pada pasien halusinasi pendengaran
sehingga frekuensi dan intensitas terjadinya halusinasi berkurang. Hasil
penelitian Fresa (2017) menyatakan bahwa dengan bercakap-cakap dapat
meningkatkan kemampuan pasien dalam mengendalikan suara, penelitian
Apriliani dan Widiani (2020) juga menyatakan bahwa aktivitas bercakap-
cakap dapat meningkatkan keyakinan asal suara yang pasien alami tidak
nyata.
Keberhasilan penelitian ini tidak semata-mata hanya karena aktivitas
bercakap-cakap, tentu ada dukungan dari terapi-terapi lainnya yang sudah
dilakukan oleh pasien. Menurut Moorhead, Johnson, Maas dan Swanson
(2015), keberhasilan perawatan pasien halusinasi memiliki beberapa
faktor, antara lain menahan diri dari mengumpulkan niat untuk melawan
halusinasi, menggunakan strategi koping yang efektif, menggunakan
pengobatan yang diresepkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas yang
meningkatkan kesehatan.
58

C. Keterbatasan
Selama dilakukan asuhan keperawatan peneliti mengalami
keterbatasan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
diantaranya adalah wisma tempat pasien dirawat memiliki banyak aktivitas
terjadwal sehingga peneliti kurang maksimal dalam melakukan tindakan.
Maka dari itu, aktivitas bercakap-cakap dilaksanakan setelah kegiatan dari
wisma selesai. Kendala lain yang ditemui yaitu pasien yang lain kadang
ingin ikut dalam kegiatan sehingga membuat pasien tidak bisa konsentrasi
dengan baik, serta kendala yang ditemui dari pasien sendiri yaitu beralasan
mengantuk atau mau ke kamar mandi untuk menghindari kegiatan ini,
peneliti mengambil jalan pintas dengan melakukan kegiatan aktivitas
bercakap-cakap setelah pasien selesai mandi agar pasien merasa segar dan
tidak beralasan ke kamar mandi lagi.
Dalam proses pengambilan data, format pengkajian yang digunakan
belum mencakup data-data yang dibutuhkan sehingga peneliti
menambahkan model adaptasi stress Stuart (2009) sebagai pelengkap
pengkajian. Selain itu, pengambilan data yang diberikan responden melalui
kuisioner PSYRATS terkadang tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya,
hal ini terjadi karena adanya perbedaan pemikiran, anggapan dan
pemahaman yang berbeda oleh responden, juga faktor lain seperti
kejujuran dalam pengisian kuisioner oleh responden.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pengelolaan pada pasien skizofrenia dengan fokus studi perubahan
persepsi sensori halusinasi pendengaran yang dikelola menggunakan 2
responden. Data yang diperolah saat pengkajian pada pasien terdiri atas
alasan masuk, faktor predisposisi, faktor presipitasi, mekanisme koping,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, pemeriksaan fisik, psikososial,
status mental dan persepsi, status memori, pengetahuan, dan aspek medis
pasien. Peneliti menggunakan format pengkajian jiwa yang dilengkapi
model stres adaptasi Stuart (2009) dan didukung dengan kuesioner
Psychotic Symptom Rating Scale (PSYRATS) yang berfungsi untuk
mengukur tingkat halusinasi pada klien sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan perawatan (Haddock et al., 1999) .
Peneliti menemukan temuan pada Tn. D tidak hanya mempunyai
diagnosis halusinasi pendengaran tetapi juga memiliki diagnosis lain, yaitu
isolasi sosial. Namun, peneliti hanya fokus pada satu masalah keperawatan
saja yaitu perubahan persepsi sensori halusinasi pendengaran. Intervensi
yang dilakukan berupa mendiskusikan dengan klien mengenai masalah yang
sedang dialaminya, penyebab munculnya halusinasi, dan cara mengontrol
halusinasi dengan aktivitas bercakap-cakap yang dilakukan selama 5 hari.
Sebelum dilakukan tindakan dengan aktivitas bercakap-cakap Tn. P terlihat
sering bicara sendiri dan mondar-mandir sedangkan Tn. D lebih sering
diam, tidak mampu memulai pembicaraan, respon verbal lambat, dan sulit
berkonsentrasi.
Setelah dilakukan tindakan cara mengontrol halusinasi dengan
aktivitas bercakap-cakap secara teratur dan pasien melakukan tindakan
tersebut dengan baik, dapat memberikan efek yang positif di antaranya
pasien terlihat lebih tenang dan dapat mengontrol halusinasinya. Evaluasi
tindakan keperawatan terhadap pasien menggunakan alat Psychotic

59
60

Symptom Rating Scale (PSYRATS) didapatkan hasil tingkat halusinasi


mengalami penurunan. Pada Tn. P skor awal dengan jumlah 28 berkurang
menjadi 14 frekuensi isi suara tidak ada isi suara yang negatif, munculnya
suara berasal dari dalam kepala, yakin bahwa suara tersebut berasal dari
luar, intensitas kenyamanan isi suara dirasa sedikit mengganggu, gangguan
dalam fungsi kehidupan sifatnya manual (masih dapat melakukan aktivitas),
dan pasien kadang-kadang dapat mengendalikan suara sesuai keinginan.
Pada Tn. D skor awal dengan jumlah 26 berkurang menjadi 14 frekuensi isi
suara tidak ada isi suara yang negatif, munculnya suara di luar kepala tapi
sangat dekat dengan telinga, yakin bahwa suara tersebut berasal dari luar,
intensitas kenyamanan isi suara dirasa sedikit mengganggu, gangguan dalam
fungsi kehidupan sifatnya cukup menganggu, dan pasien kadang-kadang
dapat mengendalikan suara sesuai keinginan.

B. Saran
Saran yang peneliti tujukan untuk perawat dan rumah sakit adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Perawat
Perawat dapat menerapkan tindakan bercakap-cakap pada pasien
halusinasi pendengaran secara lebih maksimal, dan menggunakan
format kuesioner PSYRATS untuk memperkuat dalam menentukan
tingkat halusinasinya.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat mempertimbangkan dalam melakukan
tindakan mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap terhadap
pasien yang memiliki diagnosis lain yaitu isolasi sosial.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar memilih tempat yang lebih
tenang pada saat melakukan intervensi cara mengontrol halusinasi
dengan aktivitas bercakap-cakap agar pasien bisa lebih fokus dan
mendapatkan hasil yang maksimal.
Daftar Pustaka

Aldam, S. F. S., & Wardani, I. Y. (2019). Efektifitas penerapan standar asuhan


keperawatan jiwa generalis pada pasien skizofrenia dalam menurunkan
gejala halusinasi. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(2), 165.

Andalusiaa, N. Suyanta. Erawati, E. Sugiarto, A. (2017). Asuhan Keperawatan


Pada Pasien Skizofrenia Dengan Fokus Studi Perubahan Persepsi Sensori
Halusinasi Pendengaran Studi Kasus Di RSJ Prof. DR. Soerojo Magelang.

Andari, S. (2017). Pelayanan Sosial Panti Berbasis Agama dalam Merehabilitasi


Penderita Skizofrenia Religious Based Social Services on Rehabilitation of
Schizophrenic Patients. Jurnal PKS, 16(2), 195–208.

Andhini, N. F. (2017). Metode Penulisan Prinsip Etik. Journal of Chemical


Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Andri, J., Febriawati, H., Panzilion, P., Sari, S. N., & Utama, D. A. (2019).
Implementasi Keperawatan dengan Pengendalian Diri Pasien Halusinasi
pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(2), 146–155.

Amrulloh, E. A. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan


Sensori Persepsi Halusinasi Pendengaran Di Ruang Nakula Rumah Sakit
Umum Daerah Banyumas.(online). 6-22.

Aprilis, N. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan Pasien


Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2016.
Menara Ilmu, 11(77)

Apriliani, Y., & Widiani, E. (2020). Pemberian Komunikasi Terapeutik Pada


Pasien Skizofrenia Dalam Mengontrol Halusinasi Di RS Jiwa Menur
Surabaya. NERS Jurnal Keperawatan, 16(2), 61.

Arifputera, A., Calistania, C., Klarisa, C., Priantono, D., Wardhani, D. P.,
Wibisono, E., & Lilihata, G. (2016). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius.

Bayu, S. (2018). Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka. Convention Center Di Kota


Tegal, 4(80), 4.

Dalami, Ermawati. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Jiwa.


Jakarta: Trans Info Media.

Damaiyanti & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT


Refika Aditama.
Dermawan, D & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa ( Konsep Dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa ). Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dwi Oktiviani, P. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan masalah
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang Rokan
Rumah Sakit Jiwa Tampan (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Riau).

Erawati, E., Keliat, B. A., & Daulima, N. H. (2014). The validation of the
Indonesian version of psychotic symptoms ratings scale (PSYRATS), the
Indonesian version of cognitive bias questionnaire for psychosis (CBQP)
and metacognitive ability questionnaire (MAQ). International Journal of
Advanced Nursing Studies, 3(2), 97.

Fitriani, A., Sundari, R. I., & Apriliyani, I. (2021, November). Studi Kasus Pasien
Skizofrenia Tn. I dengan Gangguan Sosialisasi: Isolasi Sosial di RSJ Prof.
Dr. Soerojo Magelang. In Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat (pp. 1351-1356).

Fresa, O., Rochmawati, D. H., & SN, M. S. A. (2017). Efektifitas Terapi Individu
Bercakap-cakap Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Pendengaran di rsj dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Haddock, G., McCarron, J., Tarrier, N., & Faragher, E. B. (1999). Scales to
measure dimensions of hallucinations and delusions: the psychotic
symptom rating scales (PSYRATS). Psychological medicine, 29(4), 879-
889.

Hawari, D. (2014). Skizofrenia Pendekatan Holistik (BP55) Bio Psiko Sosial


Spiritual. Jakarta : Fakultas Kedokteran Univrsitas Indonesia

Hendarsyah, F. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid dengan


Gejala-Gejala Positif dan Negatif. J Medula Unila, 4(3), 57;60.

Keliat, B.A dan Pasaribu. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan
Jiwa Stuart. Singapura. Elsevier. (Online).

Keliat, Budi Ana, dkk. (2014). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC.

Larasaty, L., & Hargiana, G. (2019). Jurnal Kesehatan, vol. 8, 2019, ISSN: 2301-
783X Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo. Jurnal Kesehatan Akademi
Keperawatan Ngesti Waluyo, 8, 2–8.

Maruti, Shara. 2022. “Strategi Pelaksanaan Halusinasi Pendengaran Melalui


Aktivitas Bercakap-cakap”. Hasil Wawancara Personal: 10 Mei 2022,
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Mislika, M. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. N Dengan
Halusinasi Pendengaran.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC) Measurement of Helath Outcomes. St.
Louis: Elseiver.

Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa : Pusdik SDM Kesehatan

Nursalam. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Skizofrenia Paranoid


Dengan Masalah Gangguan Persepsi Sensori “Halusinasi Pendenagran” Di
Ruang 23 E Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Journal Of Chemical
Information And Modeling, (online) 53(9), 1689–1699.

Patimah, S. (2021). Aplikasi Terapi Bercakap-Cakap Pada Tn. N dengan


Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Jampang Kulon.
Lentera: Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Keperawatan, 4(1), 6-10.

Pujiastuti,S.D. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K Dan Tn. R Dengan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Dan Latihan
Bercakap-Cakap Dengan Orang Lain Di RSJ Prof.Dr Soerojo Magelang.

Prabowo,E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta


: Nuha Medika.

Riskesdas. (2018). Badan Pelaksana Kesehatan Riset Kesehatan Dasar. (online).

Riset Kesehatan Dasar. (2019). Situasi Kesehatan Jiwa DI Indonesia. In


InfoDATIN (p. 12). (online)

Riyanti, f. A. (2018). Penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi


pada asuhan keperawatan pasien halusinasi pendengaran di rsj grhasia
(Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta).

Sabrina, R. (2017). Konseling Eksitensial untuk Meningkatkan Kebermaknaan


Hidup pada Penderita Skizofrenia: Studi Kasus. In Seminar ASEAN (2nd
Psychology & Humanistic) (pp. 19-20).

Samsara, A. (2020). Mengenal Skizofrenia. National Institute of Mental Health,


0–31.

Sari, A. D. (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia Dengan Fokus


Studi Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran di RSJ Prof.
Dr. Soerojo Magelang. Diploma Thesis. Magelang : Program Studi D III
Keperawatan Magelang, Poltekkes Kemenkes Semarang.
Setiyowati, S. (2019). Pengelolaan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran Pada Tn. T Dengan Skizofrenia Di Ruang Wisma
Puntadewa Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang (Doctoral
dissertation, Universitas Ngudi Waluyo).

Sulahyuningsih, E., Pratiwi, A., & Teguh, S. (2016). Pengalaman Perawat Dalam
Mengimplementasikan Strategi Pelaksanaan (Sp) Tindakan Keperawatan
Pada Pasien Halusinasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed 5. Jakarta : EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(I). Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Victoryna, F., Wardani, I. Y., & Fauziah, F. (2020). Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan Jiwa Ners untuk Menurunkan Intensitas Waham Pasien
Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(1), 45.

Wibisono, E., & Lilihata, G. (2016). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.

Wulandari, A. Y. U., Hastuti, W., & Wijayanti. (2019). Upaya Mengontrol


Halusinasi Dengan Bercakap-Cakap Pada Pasien Dengan Gangguan
Persepsi Sensori. 10.

WHO.(2022). Schizophrenia. http://www.who.int/Schizophrenia.

Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Kesehatan Jiwa.

Yosep, I. H., & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: PT refika Aditama.
LAMPIRAN Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Adila Amalita Hersandi
2. NIM : P1337420519028
3. Tanggal Lahir : 3 Agustus 2000
4. Tempat Lahir : Magelang
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah:
a. Jalan : Jalan Lettu Wakidi
b. Kelurahan : Kaliangkrik
c. Kecamatan : Kaliangkrik
d. Kabupaten : Magelang
e. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telepon:
a. Hp : 085694444630
b. E-mail : adilamalita@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan SD di SDN 3 Magelang lulus tahun 2013
2. Pendidikan SMP di SMPN 6 Magelang lulus tahun 2016
3. Pendidikan SMA di SMAN 1 Bandongan lulus tahun 2019
4. Pendidikan Diploma III Keperawatan Magelang

Magelang, 2 Februari 2022

Adila Amalita Hersandi


P1337420519028
Lampiran 2
LEMBAR BIMBINGAN
PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN MAGELANG
JURUSAN KEPERAWATAN – POLTEKES KEMENKES SEMARANG

Nama Mahasiswa : Adila Amalita Hersandi


NIM : P1337420519028
Nama Pembimbing : Angga Sugiarto,S.ST.,Ns.,M.Kes
Judul KTI : Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia dengan
Fokus Studi Perubahan Persepsi Sensori Halusinasi
Pendengaran di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

NO HARI/ MATERI SARAN TTD MONITOR


TANGGAL BIMBINGAN PEMBIMBING KAPRODI
1. Senin, 13 Konsultasi 1. Gunakan judul
September judul Karya sesuai SDKI
2021 Ilmiah
2. Senin, 20 Konsultasi Bab 1. Ditambahkan
September 1 penelitian-
2021 penelitian
lainnya
2. Tidak boleh
ada pengertian
3. Senin, 4 Konsultasi Bab 1. Penambahan
Oktober 2021 1 Prolog
2. Di urutkan
dari gangguan
jiwa sampai
skizofrenia
3. Lanjut Bab 2
4. Jum’at, 14 Konsultasi Bab 1. Bab 2 bagian
Oktober 2021 1 dan Bab 2 D
ditambahkan
literasi dari
Artikel Jurnal
5. Sabtu, 15 Konsultasi Bab 1. Tidak perlu
Oktober 2021 2 ada pathway
6 Selasa, 24 Konsultasi Bab 1. Tidak perlu
Desember 3 ada kriteria
2021 inklusi dan
eksklusi

7. Senin, 3 Konsultasi Bab 1. Perbaikan


Januari 2022 1,2,3 pemilihan
kata
8. Rabu, 19 Konsultasi Bab 1. Bab 1 perlu di
Januari 2022 1,2,3 peringkas
2. Bab 3
disesuaikan
tamplate KTI
buku panduan
3. Penulisan
kutipan
diperbaiki
9. Senin, 31 Konsultasi Bab 1. Bab 3 hanya 1
Januari 2022 3 Variable
10. Sabtu, 7 Mei Konsultasi 1. Menggunaka
2022 mengenai n 2 pasien
jumlah pasien
11. Kamis, 12 Konsultasi 1. Memperdala
Mei 2022 hasil pengajian m pengkajian
pasien
12. Sabtu, 14 Konsultasi 1. Melanjutkan
Mei 2022 pengkajian menyusun
hari ke 1-5 bab 4 dan 5
13. Selasa, 17 Konsultasi bab 1. Merapikan
Mei 2022 IV tata letak
memasukkan
data.
2. Memperbany
ak literatur
14. Rabu , 18 Konsultasi Bab 1. Perbaikan
Mei 2022 IV-V tata bahasa
15. Kamis , 19 Konsultasi Bab 1. Perbaikan
Mei 2022 IV-V tulisan typo
16. Jum’at, 20 Konsultasi Bab 1. ACC
Mei 2022 IV-V
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
KUESIONER PENGKAJIAN PSYRATS

Nomor : 00096xxx
Nama : Tn. P /10-05-2022
Petunjuk :
Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda centang (v) di sebelah
kiri pernyataan yang sesuai dengan pikiran, perasaan, dan perilaku yang
ditunjukkan Pasien.
1. Frekuensi
0. Suara tidak ada atau muncul kurang dari satu kali dalam seminggu

1. Suara muncul minimal sekali dalam seminggu

V 2. Suara muncul minimal sekali dalam sehari

3. Suara muncul minimal sekali dalam satu jam

4. Suara muncul terus menerus

2. Durasi
0. Suara tidak muncul

1. Suara muncul berlangsung dalam beberapa detik

V 2. Suara muncul berlangsung dalam beberapa menit


3. Suara muncul berlangsung dalam beberapa jam

4. Suara muncul berlangsung dalam berjam-jam

3. Lokasi
0. Suara tidak muncul

1. Suara itu muncul seperti suara itu berasal dari dalam kepala

V 2. Suara itu muncul seperti suara itu di luar kepala tapi sangat dekat
dengan telinga

3. Suara itu muncul seperti suara itu di luar kepala tapi jauh dari
telinga

4. Suara itu muncul seperti suara itu berasal dari luar kepala

4. Kerasnya Suara
0. Suara tidak muncul

1. Suara berbisik lebih pelan dari suara kita sendiri

V 2. Sama kerasnya suara kita

3. Lebih keras suara kita


4. Suara sangat keras seperti berteriak

5. Keyakinan Asal Suara


0. Suara tidak muncul

1. Yakin suara itu dalam diri sendiri dan berhubungan dengan dirinya

2. Yakin bahwa suara itu berasal dari luar (<50%)

V 3. Sangat yakin bahwa suara itu berasal dari luar (50-90%)

4. Sangat yakin sekali bahwa suara itu berasal dari luar (100%)

6. Frekuensi
0. Tidak ada isi suara yang sifatnya negatif

1. Jarang sekali isi suara sifatnya negatif

V 2. Terkadang isi suara sifatnya negatif

3. Sering isi suara sifatnya negatif

4. Selalu isi suara sifatnya negative

7. Isi
0. Tidak ada isi suara yang sifatnya jelek

1. Suara yang sifatnya negatif tidak berhubungan dengan diri sendiri


tapi berhubungan dengan orang lain, misalnya tukang sus itu jelek

2. Isinya melecehkan diri sendiri, misalnya seharusnya saya tidak


melecehkannya atau mengatakannya

V 3. Isinya melecehkan diri sendiri yang berhubugan dengan konsep


diri, misalnya saya

4. Isi suara sifatnya mengancam untuk melukai diri, keluarga, orang


lain atau perintah keras untuk melukai diri sendiri atau orang lain

8. Ketidaknyamanan
0. Tidak ada isi suara dirasa tidak nyaman

1. Jarang sekali isi suara dirasa tidak nyaman (<10%)

V 2. Terkadang isi suara dirasa tidak nyaman (<50%)

3. Seringnya isi suara dirasa tidak nyaman (50-90%)

4. Selalu isi suara dirasa tidak nyaman (100%)

9. Intensitas Ketidaknyamanan
0. Tidak ada isi suara dirasa mengganggu

1. Isi suara dirasa sedikit mengganggu (<10%)

2. Isi suara dirasa cukup mengganggu (<50%)

V 3. Isi suara dirasa mengganggu (50-90%)

4. Isi suara dirasa sangat mengganggu (100%)

10. Gangguan dalam Fungsi Kehidupan


0. Tidak ada isi suara yang mengganggu fungsi kehidupan, masih
dapat berinteraksi dengan orang lain (jika kembali)

1. Gangguan dalam fungsi kehidupan sifatnya manual, misalnya


mengganggu konsentrasi meskipun masih dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, berinteraksi dengan orang lain

2. Isi suara cukup mengganggu fungsi kehidupan, interaksi dengan


orang lain kadang terganggu. Pasien tidak dihospitalisasi dan
melakukan aktivitas sehari-hari dengan sedikit bantuan

V 3. Isi suara mengganggu fungsi kehidupan sehingga perlu untuk


dihospitalisasi. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari di
rumah sakit, perawatan diri, dan berinteraksi

4. Isi suara mengganggu fungsi kehidupan sehingga harus


dihospitalisasi. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
di rumah sakit, perawatan diri, dan berinteraksi

11. Ketidakmampuan Mengendalikan Suara


0. Pasien selalu dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

1. Pasien sering dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

2. Pasien kadang-kadang dapat mengendalikan suara sesuai


keinginan

3. Pasien jarang dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

V 4. Pasien tidak dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

Keterangan :
1. Untuk skala 2. Kisaran rentang skor halusinasi
0 = Tidak Ada 0-11 = Ringan
1 = Ringan 12-22 = Sedang
2 = Sedang 23-33 = Berat
3 = Berat 34-44 = Sangat Berat
4 = Sangat Berat

Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
KUESIONER PENGKAJIAN PSYRATS

Nomor : 00096xxx
Nama : Tn. P /14-05-2022
Petunjuk :
Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda centang (v) di sebelah
kiri pernyataan yang sesuai dengan pikiran, perasaan, dan perilaku yang
ditunjukkan Pasien.
1. Frekuensi
0. Suara tidak ada atau muncul kurang dari satu kali dalam seminggu

V 1. Suara muncul minimal sekali dalam seminggu

2. Suara muncul minimal sekali dalam sehari

3. Suara muncul minimal sekali dalam satu jam

4. Suara muncul terus menerus

2. Durasi
0. Suara tidak muncul

V 1. Suara muncul berlangsung dalam beberapa detik

2. Suara muncul berlangsung dalam beberapa menit


3. Suara muncul berlangsung dalam beberapa jam

4. Suara muncul berlangsung dalam berjam-jam

3. Lokasi
0. Suara tidak muncul

V 1. Suara itu muncul seperti suara itu berasal dari dalam kepala

2. Suara itu muncul seperti suara itu di luar kepala tapi sangat dekat
dengan telinga

3. Suara itu muncul seperti suara itu di luar kepala tapi jauh dari
telinga

4. Suara itu muncul seperti suara itu berasal dari luar kepala

4. Kerasnya Suara
0. Suara tidak muncul

1. Suara berbisik lebih pelan dari suara kita sendiri

V 2. Sama kerasnya suara kita

3. Lebih keras suara kita


4. Suara sangat keras seperti berteriak

5. Keyakinan Asal Suara


0. Suara tidak muncul

1. Yakin suara itu dalam diri sendiri dan berhubungan dengan dirinya

V 2. Yakin bahwa suara itu berasal dari luar (<50%)

3. Sangat yakin bahwa suara itu berasal dari luar (50-90%)

4. Sangat yakin sekali bahwa suara itu berasal dari luar (100%)

6. Frekuensi
V 0. Tidak ada isi suara yang sifatnya negatif

1. Jarang sekali isi suara sifatnya negatif

2. Terkadang isi suara sifatnya negatif

3. Sering isi suara sifatnya negatif

4. Selalu isi suara sifatnya negative

7. Isi
V 0. Tidak ada isi suara yang sifatnya jelek
1. Suara yang sifatnya negatif tidak berhubungan dengan diri sendiri
tapi berhubungan dengan orang lain, misalnya tukang sus itu jelek

2. Isinya melecehkan diri sendiri, misalnya seharusnya saya tidak


melecehkannya atau mengatakannya

3. Isinya melecehkan diri sendiri yang berhubugan dengan konsep


diri, misalnya saya

4. Isi suara sifatnya mengancam untuk melukai diri, keluarga, orang


lain atau perintah keras untuk melukai diri sendiri atau orang lain

8. Ketidaknyamanan
0. Tidak ada isi suara dirasa tidak nyaman

1. Jarang sekali isi suara dirasa tidak nyaman (<10%)

V 2. Terkadang isi suara dirasa tidak nyaman (<50%)

3. Seringnya isi suara dirasa tidak nyaman (50-90%)

4. Selalu isi suara dirasa tidak nyaman (100%)

9. Intensitas Ketidaknyamanan
0. Tidak ada isi suara dirasa mengganggu
V 1. Isi suara dirasa sedikit mengganggu (<10%)

2. Isi suara dirasa cukup mengganggu (<50%)

3. Isi suara dirasa mengganggu (50-90%)

4. Isi suara dirasa sangat mengganggu (100%)

10. Gangguan dalam Fungsi Kehidupan


0. Tidak ada isi suara yang mengganggu fungsi kehidupan, masih
dapat berinteraksi dengan orang lain (jika kembali)

V 1. Gangguan dalam fungsi kehidupan sifatnya manual, misalnya


mengganggu konsentrasi meskipun masih dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, berinteraksi dengan orang lain

2. Isi suara cukup mengganggu fungsi kehidupan, interaksi dengan


orang lain kadang terganggu. Pasien tidak dihospitalisasi dan
melakukan aktivitas sehari-hari dengan sedikit bantuan

3. Isi suara mengganggu fungsi kehidupan sehingga perlu untuk


dihospitalisasi. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari di
rumah sakit, perawatan diri, dan berinteraksi

4. Isi suara mengganggu fungsi kehidupan sehingga harus


dihospitalisasi. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
di rumah sakit, perawatan diri, dan berinteraksi
11. Ketidakmampuan Mengendalikan Suara
0. Pasien selalu dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

1. Pasien sering dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

V 2. Pasien kadang-kadang dapat mengendalikan suara sesuai


keinginan

3. Pasien jarang dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

4. Pasien tidak dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

Keterangan :
3. Untuk skala 4. Kisaran rentang skor halusinasi
0 = Tidak Ada 0-11 = Ringan
1 = Ringan 12-22 = Sedang
2 = Sedang 23-33 = Berat
3 = Berat 34-44 = Sangat Berat
4 = Sangat Berat

Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
KUESIONER PENGKAJIAN PSYRATS
Nomor : 0001xxx
Nama : Tn. D /10-05-2022
Petunjuk :
Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda centang (v) di sebelah
kiri pernyataan yang sesuai dengan pikiran, perasaan, dan perilaku yang
ditunjukkan Pasien.
1. Frekuensi
0. Suara tidak ada atau muncul kurang dari satu kali dalam seminggu

1. Suara muncul minimal sekali dalam seminggu

V 2. Suara muncul minimal sekali dalam sehari

3. Suara muncul minimal sekali dalam satu jam

4. Suara muncul terus menerus

2. Durasi
0. Suara tidak muncul

1. Suara muncul berlangsung dalam beberapa detik

V 2. Suara muncul berlangsung dalam beberapa menit

3. Suara muncul berlangsung dalam beberapa jam


4. Suara muncul berlangsung dalam berjam-jam

3. Lokasi
0. Suara tidak muncul

V 1. Suara itu muncul seperti suara itu berasal dari dalam kepala

2. Suara itu muncul seperti suara itu di luar kepala tapi sangat dekat
dengan telinga

3. Suara itu muncul seperti suara itu di luar kepala tapi jauh dari
telinga

4. Suara itu muncul seperti suara itu berasal dari luar kepala

4. Kerasnya Suara
0. Suara tidak muncul

1. Suara berbisik lebih pelan dari suara kita sendiri

V 2. Sama kerasnya suara kita

3. Lebih keras suara kita

4. Suara sangat keras seperti berteriak


5. Keyakinan Asal Suara
0. Suara tidak muncul

1. Yakin suara itu dalam diri sendiri dan berhubungan dengan dirinya

2. Yakin bahwa suara itu berasal dari luar (<50%)

V 3. Sangat yakin bahwa suara itu berasal dari luar (50-90%)

4. Sangat yakin sekali bahwa suara itu berasal dari luar (100%)

6. Frekuensi
0. Tidak ada isi suara yang sifatnya negatif

V 1. Jarang sekali isi suara sifatnya negatif

2. Terkadang isi suara sifatnya negatif

3. Sering isi suara sifatnya negatif

4. Selalu isi suara sifatnya negative

7. Isi
0. Tidak ada isi suara yang sifatnya jelek
1. Suara yang sifatnya negatif tidak berhubungan dengan diri sendiri
tapi berhubungan dengan orang lain, misalnya tukang sus itu jelek

2. Isinya melecehkan diri sendiri, misalnya seharusnya saya tidak


melecehkannya atau mengatakannya

V 3. Isinya melecehkan diri sendiri yang berhubugan dengan konsep


diri, misalnya saya

4. Isi suara sifatnya mengancam untuk melukai diri, keluarga, orang


lain atau perintah keras untuk melukai diri sendiri atau orang lain

8. Ketidaknyamanan
0. Tidak ada isi suara dirasa tidak nyaman

1. Jarang sekali isi suara dirasa tidak nyaman (<10%)

2. Terkadang isi suara dirasa tidak nyaman (<50%)

V 3. Seringnya isi suara dirasa tidak nyaman (50-90%)

4. Selalu isi suara dirasa tidak nyaman (100%)

9. Intensitas Ketidaknyamanan
0. Tidak ada isi suara dirasa mengganggu
1. Isi suara dirasa sedikit mengganggu (<10%)

2. Isi suara dirasa cukup mengganggu (<50%)

V 3. Isi suara dirasa mengganggu (50-90%)

4. Isi suara dirasa sangat mengganggu (100%)

10. Gangguan dalam Fungsi Kehidupan


0. Tidak ada isi suara yang mengganggu fungsi kehidupan, masih
dapat berinteraksi dengan orang lain (jika kembali)

1. Gangguan dalam fungsi kehidupan sifatnya manual, misalnya


mengganggu konsentrasi meskipun masih dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, berinteraksi dengan orang lain

V 2. Isi suara cukup mengganggu fungsi kehidupan, interaksi dengan


orang lain kadang terganggu. Pasien tidak dihospitalisasi dan
melakukan aktivitas sehari-hari dengan sedikit bantuan

3. Isi suara mengganggu fungsi kehidupan sehingga perlu untuk


dihospitalisasi. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari di
rumah sakit, perawatan diri, dan berinteraksi

4. Isi suara mengganggu fungsi kehidupan sehingga harus


dihospitalisasi. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
di rumah sakit, perawatan diri, dan berinteraksi

11. Ketidakmampuan Mengendalikan Suara


0. Pasien selalu dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

1. Pasien sering dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

2. Pasien kadang-kadang dapat mengendalikan suara sesuai


keinginan

3. Pasien jarang dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

V 4. Pasien tidak dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

Keterangan :
1. Untuk skala 2. Kisaran rentang skor halusinasi
0 = Tidak Ada 0-11 = Ringan
1 = Ringan 12-22 = Sedang
2 = Sedang 23-33 = Berat
3 = Berat 34-44 = Sangat Berat
4 = Sangat Berat
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
KUESIONER PENGKAJIAN PSYRATS

Nomor : 0001xxx
Nama : Tn. D /14-05-2022
Petunjuk :
Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dan berilah tanda centang (v) di sebelah
kiri pernyataan yang sesuai dengan pikiran, perasaan, dan perilaku yang
ditunjukkan Pasien.
1. Frekuensi
0. Suara tidak ada atau muncul kurang dari satu kali dalam seminggu

V 1. Suara muncul minimal sekali dalam seminggu

2. Suara muncul minimal sekali dalam sehari

3. Suara muncul minimal sekali dalam satu jam

4. Suara muncul terus menerus

2. Durasi
0. Suara tidak muncul

V 1. Suara muncul berlangsung dalam beberapa detik

2. Suara muncul berlangsung dalam beberapa menit


3. Suara muncul berlangsung dalam beberapa jam

4. Suara muncul berlangsung dalam berjam-jam

3. Lokasi
0. Suara tidak muncul

1. Suara itu muncul seperti suara itu berasal dari dalam kepala

V 2. Suara itu muncul seperti suara itu di luar kepala tapi sangat dekat
dengan telinga

3. Suara itu muncul seperti suara itu di luar kepala tapi jauh dari
telinga

4. Suara itu muncul seperti suara itu berasal dari luar kepala

4. Kerasnya Suara
0. Suara tidak muncul

1. Suara berbisik lebih pelan dari suara kita sendiri

V 2. Sama kerasnya suara kita

3. Lebih keras suara kita


4. Suara sangat keras seperti berteriak

5. Keyakinan Asal Suara


0. Suara tidak muncul

1. Yakin suara itu dalam diri sendiri dan berhubungan dengan dirinya

V 2. Yakin bahwa suara itu berasal dari luar (<50%)

3. Sangat yakin bahwa suara itu berasal dari luar (50-90%)

4. Sangat yakin sekali bahwa suara itu berasal dari luar (100%)

6. Frekuensi
V 0. Tidak ada isi suara yang sifatnya negatif

1. Jarang sekali isi suara sifatnya negatif

2. Terkadang isi suara sifatnya negatif

3. Sering isi suara sifatnya negatif

4. Selalu isi suara sifatnya negative

7. Isi
V 0. Tidak ada isi suara yang sifatnya jelek

1. Suara yang sifatnya negatif tidak berhubungan dengan diri sendiri


tapi berhubungan dengan orang lain, misalnya tukang sus itu jelek

2. Isinya melecehkan diri sendiri, misalnya seharusnya saya tidak


melecehkannya atau mengatakannya

3. Isinya melecehkan diri sendiri yang berhubugan dengan konsep


diri, misalnya saya

4. Isi suara sifatnya mengancam untuk melukai diri, keluarga, orang


lain atau perintah keras untuk melukai diri sendiri atau orang lain

8. Ketidaknyamanan
0. Tidak ada isi suara dirasa tidak nyaman

1. Jarang sekali isi suara dirasa tidak nyaman (<10%)

V 2. Terkadang isi suara dirasa tidak nyaman (<50%)

3. Seringnya isi suara dirasa tidak nyaman (50-90%)

4. Selalu isi suara dirasa tidak nyaman (100%)

9. Intensitas Ketidaknyamanan
0. Tidak ada isi suara dirasa mengganggu

V 1. Isi suara dirasa sedikit mengganggu (<10%)

2. Isi suara dirasa cukup mengganggu (<50%)

3. Isi suara dirasa mengganggu (50-90%)

4. Isi suara dirasa sangat mengganggu (100%)

10. Gangguan dalam Fungsi Kehidupan


0. Tidak ada isi suara yang mengganggu fungsi kehidupan, masih
dapat berinteraksi dengan orang lain (jika kembali)

1. Gangguan dalam fungsi kehidupan sifatnya manual, misalnya


mengganggu konsentrasi meskipun masih dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa bantuan, berinteraksi dengan orang lain

V 2. Isi suara cukup mengganggu fungsi kehidupan, interaksi dengan


orang lain kadang terganggu. Pasien tidak dihospitalisasi dan
melakukan aktivitas sehari-hari dengan sedikit bantuan

3. Isi suara mengganggu fungsi kehidupan sehingga perlu untuk


dihospitalisasi. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari di
rumah sakit, perawatan diri, dan berinteraksi

4. Isi suara mengganggu fungsi kehidupan sehingga harus


dihospitalisasi. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
di rumah sakit, perawatan diri, dan berinteraksi

11. Ketidakmampuan Mengendalikan Suara


0. Pasien selalu dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

1. Pasien sering dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

V 2. Pasien kadang-kadang dapat mengendalikan suara sesuai


keinginan

3. Pasien jarang dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

4. Pasien tidak dapat mengendalikan suara sesuai keinginan

Keterangan :
3. Untuk skala 4. Kisaran rentang skor halusinasi
0 = Tidak Ada 0-11 = Ringan
1 = Ringan 12-22 = Sedang
2 = Sedang 23-33 = Berat
3 = Berat 34-44 = Sangat Berat
4 = Sangat Berat
Lampiran
Lampiran4 4
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Tn. P
Tempat, tanggal lahir : Magelang, 02-09-1985
Alamat : Ngluwar, Kab. Magelang
Telp :-
Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan tindakan
keperawatan berupa tindakan bercakap-cakap.
Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang
berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan
dan kemampuan pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang
diberikan

Magelang, 10 Mei 2022


Yang membuat pernyataan

(..........................................)
Lampiran 4
INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Tn. D
Tempat, tanggal lahir : Magelang, 31-12-1984
Alamat : Gelangan, Kota Magelang
Telp :-
Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan tindakan
keperawatan berupa tindakan bercakap-cakap.
Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang
berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan
dan kemampuan pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang
diberikan

Magelang, 10 Mei 2022


Yang membuat pernyataan

(..........................................)
Lampiran 5 Lampiran 5
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA

Ruang Rawat: Bangsal Puntadewa Tanggal Dirawat: 07-05-2022


I. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Tn. P Tgl. Pengk. : 10-05-2022
Umur : 37 th No. RM : 00096xxx
Alamat : Ngluwar, Kab. Magelang Pendidikan : SMK
Agama : Islam Pekerjaan :-
Status : Belum menikah Sumber data : Rekam medik
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. S Pekerjaan : Petani
Umur : 47 th Pendidikan :-
Alamat : Ngluwar, Kab. Magelang Hub dg : Kakak kandung
Pasien

II. ALASAN MASUK


Tn. P dibawa ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang oleh keluarganya
dikarenakan Pasien mendengar suara-suara tanpa wujud, bicara sendiri, dan
mondar-mandir.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Tn. P pertama kali dirawat di RSJ pada tahun 2011, ini adalah kali ke 5
Pasien dirawat.
2. Pengobatan sebelumya:
[ ] Berhasil [V] Kurang berhasil [ ] Tidak Berhasil
3. Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik th th 15 th
Aniaya seksual th th Th
Penolakan th th Th
Kekerasan th th Th
dalam keluarga
Tindakan th th Th
kriminal
Jelaskan no. 1, 2, 3: ketika Tn. P umur 15 tahun dikroyok teman beda
dusun.
1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
[ ] Ya [V] Tidak
Hubungan keluarga :
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan :
1. Adakah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? (perceraian/
perpisahan/ konflik dsb?)
Tn. P mengatakan pernah dikroyok teman beda dusunnya.

IV. PERSEPSI DAN HARAPAN PASIEN


1. Persepsi Pasien atas masalahnya
Tn. P meyakini bahwa sakit yang dialami saat ini adalah ujian dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
2. Harapan Pasien sehubungan dengan pemecahan masalah
Tn. P berharap dapat segera sembuh, cepat pulang dan bisa bekerja
kembali.

V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,30C
RR : 20 x/menit
2. Ukur
TB : 165 cm
BB : 62 kg
3. Keluhan fisik [ ] Ya [V] Tidak

VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Berdasarkan pengkajian, genogram keluarga Tn. P sebagai berikut:
Ayah Ibu

Keterangan
:
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Pasien
: Hubungan darah
: Tinggal satu rumah
: Keturunan

Penjelasan Gambar
Genogram :
Tn. P adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara, ia tinggal bersama ayah dan
ibunya.
a. Sistem komunikasi
Pola komunikasi antar keluarganya cukup baik, jika ada masalah Tn.
P selalu bercerita kepada Ibunya.
b. Pola asuh keluarga
Pasien mengatakan pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh yang
baik atau demokratis.
c. Pola pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan keluarga dalam rumah yang
memutuskan adalah semua anggota keluarga secara musyawarah
mufakat.
2. Konsep diri
a. Citra tubuh: Tn. P menyukai seluruh bagian tubuhnya kecuali
jenggotnya dan bersyukur denga napa yang diberikan Tuhan.
b. Identitas: Pasien berinisial Tn. P umur 37 tahun beragama islam
dengan status belum menikah, berjenis kelamin laki-laki, tamat
SMK, sempat bekerja sebagai petani.
c. Peran diri: Tn. P sebagai anak merasa belum dapat
membahagiakan orang tuanya dan belum dapat membantu
perekonomian dengan baik.
d. Ideal diri: Pasien ingin tidak punya jenggot, sebagai anak Pasien
ingin selalu membahagiakan ayahnya, ingin membantu
mencukupi kebutuhan keluarganya. Tn. P berharap dapat pekerjaan
yang lebih baik dari petani.
e. Harga diri: Tn P merasa malu dan minder sama teman dan
tetangganya karena di cap sebagai orang dengan gangguan jiwa.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti: Orang yang berarti bagi Pasien adalah ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Ketika Pasien di
rumah tidak pernah mengikuti kegiatan dilingkungan masyarakat
misalnya gotong royong, Pasien merasa malu. Ketika Pasien di
rumah sakit jarang ngobrol dengan temannya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Pasien
mengatakan malu ketika bertemu tetangga dan orang yang belum
dikenal.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Tn. P mengatakan bahwa penyakit yang ada pada dirinya sekarang
adalah sebuah ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pasien
menerima dan menjalaninya dengan ikhlas.
b. Kegiatan Ibadah
Selama di rumah sakit Pasien menjalankan sholat 5 waktu.

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
[ ] Tidak rapi [ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasa
Jelaskan: Pasien rapi, menggunakan pakaian yang sesuai dengan yang
sudah ditentukan.
2. Pembicaraan
[ ] Cepat [V] Keras [ ] Gagap [ ] Inkoheren
[ ] Apatis [ ] Lambat [ ] Membisu [ ] Tidak mampu
memulai pembicaraan
Jelaskan : Pasien menjawab pertanyaan dengan tepat dengan suara keras.
3. Aktivitas Motorik
[V] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
Jelaskan : Pasien terlihat lesu dan sering melamun. Tidak terdapat
agitasi, tik, grimasen, tremor maupun kompulsif.
4. Alam Perasaan
[V] Sedih [ ] Ketakutan [ ] Putus asa
[ ] Khawatir [ ] Gembira
berlebihan
Jelaskan: Pasien merasa sedih karena tidak bekerja dan lama tidak
bertemu keluarganya.
5. Afek
[ ] Datar [ ] Tumpul [ ] Labil [ ] Tidak sesuai
Jelaskan : Pasien memiliki afek yang sesuai, ketika senang tersenyum
dan ketika sedih Pasien menangis. Tidak terdapat afek datar, tumpul,
labil, maupun tidak sesuai.
6. Interaksi Selama Wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung
[ ] Kontak mata [ ] Defensif [ ] Curiga
kurang
Jelaskan: Ketika wawancara Tn. P dapat mempertahankan kontak mata.
7. Persepsi Halusinasi
[V] Pendengaran [ ] Penglihatan [ ] Perabaan
[ ] Pengecapan [ ] Penghirupan
Jelaskan : Tn. P mengatakan mendengar suara bisikan yang isinya seperti
banyak orang yang berbicara. Pasien mendengar suara ketika ramai
maupun sepi, sehari 5x/ tidak menentu, suara muncul terus-menerus
ketika siang maupun malam hari.Terakhir mendengar suara yaitu pagi
hari pukul 05.00 sebelum dikaji. Tn. P hanya mendiamkan suara.
8. Proses Pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
[ ] Flight of ideas [ ] Blocking [ ] Perseverasi
Jelaskan : Tidak terdapat gangguan sirkumstansial, tangensial,
kehilangan asosiasi, fight of ideas, blocking, maupun perverasi.
9. Isi Pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [ ] Hipokondria
[ ] Depersonalisasi [ ] Ide Terkait [ ] Pikiran magis
Waham
[ ] Agama [ ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip pikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir
Jelaskan: Pasien tidak memiliki gangguan isi pikir.
10. Tingkat Kesadaran
[ ] Bingung [ ] Sedasi [ ] Stupor
[ ] Disorientasi tmpt [ ] Disorientasi wkt [ ] Disorientasi org
Jelaskan: Tn. P tidak memiliki gangguan tingkat kesadaran.
11. Memori
[ ] Gangguan daya ingat jangka [ ] Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
[ ] Gangguan daya ingat saat ini [ ] Konfabulasi
Jelaskan: Pasien tidak memiliki gangguan memori, Pasien dapat
mengingat kejadian ketika Pasien kecil.
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
[ ] Mudah beralih [ ] Tidak mampu [ ] Tidak mampu
berkonsentrasi berhitung sederhana
Jelaskan: Pasien mampu berhitung dengan baik ketika diberi
pertanyaan perhitungan.
13. Kemampuan Penilaian
[ ] Gangguan ringan [ ] Gangguan bermakna
Jelaskan: Pasien tidak memiliki gangguan kemampuan penilaian. Pasien
dapat menjawab ketika diberi pertanyaan akan mandi dulu atau ibadah
dulu. Pasien memilih untuk mandi terlebih dahulu.
14. Daya Tilik Diri
[ ] Mengingkari penyakit yang [ ] Menyalahkan hal-hal diluar
diderita dirinya
Jelaskan: Pasien menyadari bahwa dirinya mempunyai gangguan jiwa
dan menyadari dimana sekarang Pasien dirawat.

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Pasien makan 3 kali dalam sehari dengan porsi normal. Sarapan pukul
07.30, makan siang pukul 12.30, sore pukul 17.00 dan pasien makan
secara mandiri.
2. BAB/BAK
BAB 1X sehari, BAK 5-6X sehari. Pasien mampu BAB/BAK secara
mandiri dan membersihkan wc setelah digunakan.
3. Mandi
Pasien mandi 2X sehari, gosok gigi, keramas 2 hari sekali, pasien mampu
mandi dengan mandiri.
4. Berpakaian/berhias
Pasien tampak rapi, pakaian yang digunakan sesuai.
5. Istirahat Tidur
Pasien membaca doa sebelum tidur. Pasien tidur 6-7 jam perhari,
terkadang pasien tidak dapat tidur apabila halusinasinya muncul pada
malam hari atau ketika mau tidur.
6. Penggunaan Obat
Pasien minum obat rutin yang diresepkan oleh dokter dan tidak pernah
menolak untuk minum obat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien akan minum obat secara rutin dan mempraktikan apa yang telah
diajarkan agar tidak kambuh.
8. Aktivitas di Dalam Rumah
Pasien mampu melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci
baju, mencuci piring, merapikan rumah, dan lain-lain.
9. Aktivitas di Luar Rumah
Pasien mengatakan jarang keluar rumah, jika keluar hanya saat ada
keperluan saja.

IX. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
[ ] Bicara dengan orang lain [ ] Minum alkohol
[ ] Mampu menyelesaikan masalah [ ] Reaksi lambat/berlebih
[ ] Teknik relokasi [ ] Bekerja berlebihan
[ ] Aktivitas konstruktif [ ] Menghindar
[ ] Olah raga [ ] Mencederai diri
[ ] Lainnya [ ] Lainnya
Jelaskan: Pasien saat ada masalah selalu cerita ke ibunya.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok
Pasien merasa malu dan tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan
rumah.
2. Masalah dengan lingkungan
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan rumah, tidak
pernah ikut gotong-royong karena malu.
3. Masalah dengan pendidikan
Pasien tamat SMK, pasien tidak merasa malu dengan latar belakang
pendidikannya.
4. Masalah dengan pekerjaan
Pasien ingin bekerja lagi, dan ingin bekerja lebih baik dari petani.
5. Masalah dengan perumahan
Pasien mengatakan tidak ada masalah, terkadang melakukan pekerjaan
rumah seperti menyapu, mencuci baju, memasak, dan lain-lain.
6. Masalah dengan ekonomi
Pasien tidak mengalami masalah dalam hal ekonomi.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien tidak memiliki masalah dalam hal pelayanan kesehatan.

XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


[ ] Penyakit jiwa [ ] Sitem Pendukung
[ ] Faktor Presipitasi [ ] Penyakit fisik
[ ] Koping [ ] Obat-obatan
[ ] Lainnya: _____________________________________________
Jelaskan: Pasien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit jiwa,
penyakit fisik, koping, fungsi, dan efek samping obat selama di rumah sakit.
XII. ASPEK MEDIK
1. Diagnosis
Medis F.20.0
2. Terapi Medik
Risperidon 2 (RPD 2) 1x2 mg tablet,
trihexypenidyl (THP) 1x2 mg tablet,
Haloperidol tab 5 mg 1x1.
Lampiran 5
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA

Ruang Rawat: Bangsal Puntadewa Tanggal Dirawat: 07-05-2022


I. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Tn. D Tgl. Pengk. : 10-05-2022
Umur : 38 th No. RM : 0001xxx
Alamat : Gelangan, Magelang Pendidikan : SMP
Tengah
Agama : Katholik Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Belum menikah Sumber data : Rekam medik
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. Y Pekerjaan : Tukang sapu jalan
Umur : 55 th Pendidikan :-
Alamat : Gelangan, Magelang Hub dg : Paman
Tengah Pasien

II. ALASAN MASUK


Pasien dibawa ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang oleh pamannya
dikarenakan sering mondar-mandir, suka menyendiri, bingung, melamun,
bicara sendiri dan mendengar suara-suara tanpa wujud.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Pasien pertama kali masuk RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang tahun 2012.
2. Pengobatan sebelumya:
[ ] Berhasil [V] Kurang berhasil [ ] Tidak Berhasil
3. Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik th th 11 th
Aniaya seksual th th Th
Penolakan th th Th
Kekerasan th th Th
dalam keluarga
Tindakan th th Th
kriminal
Jelaskan no. 1, 2, 3: Ketika Pasien umur 11 tahun Pasien dipukul oleh
tetangganya.
2. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
[ ] Ya [V] Tidak
Hubungan keluarga :
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan :
2. Adakah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? (perceraian/
perpisahan/ konflik dsb?)
Pasien mengatakan kedua orang tuanya sudah meninggal.

IV. PERSEPSI DAN HARAPAN PASIEN


1. Persepsi Pasien atas masalahnya
Pasien meyakini bahwa sakit yang dialami saat ini adalah ujian dari
Tuhan.
2. Harapan Pasien sehubungan dengan pemecahan masalah
Pasien berharap dapat segera sembuh, cepat pulang dan bisa bekerja
kembali.

V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital
TD : 115/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,30C
RR : 20 x/menit
2. Ukur
TB : 160 cm
BB : 60 kg
3. Keluhan fisik [ ] Ya [V] Tidak

VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Berdasarkan pengkajian, genogram keluarga Tn. P sebagai berikut:
Ayah Ibu

Keterangan
:
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Pasien
: Hubungan darah
: Tinggal satu rumah
: Keturunan

Penjelasan Gambar Genogram :


Pasien merupakan anak tunggal, ia hanya tinggal bersama neneknya,
kedua orang tuanya sudah meninggal.
a. Sistem komunikasi
Pola komunikasi antar keluarga kurang baik, tidak pernah bercerita
tentang masalahnya kepada orang-orang terdekatnya.

b. Pola asuh keluarga


Pasien mengatakan pola asuh yang diterapkan adalah pola asuh yang
baik atau demokratis.
c. Pola pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan keluarga dalam rumah yang
memutuskan adalah semua anggota keluarga secara musyawarah
mufakat.
2. Konsep diri
a. Citra tubuh: Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya dan
bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan.
b. Identitas: Pasien berinisial Tn. D umur 38 tahun beragama Katholik
dengan status belum menikah, berjenis kelamin laki-laki, tamat
SMP, pekerjaan buruh bangunan dan Pasien tidak puas karena hanya
lulus SMP sehingga susah mencari pekerjaan.
c. Peran diri: Pasien sebagai anak merasa belum dapat
membahagiakan orangtuanya dan belum dapat membantu
perekonomian dengan baik.
d. Ideal diri: Sebagai cucu pasien ingin selalu membahagiakan
neneknya, ingin membantu mencukupi kebutuhan keluarganya.
Pasien berharap dapat pekerjaan dan ingin cepat pulang karena
ingin mecari pekerjaan lagi.
e. Harga diri: Pasien merasa malu dan minder sama teman dan
tetangganya karena hanya lulus SMP dan merasa belum puas.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti: Orang yang berarti bagi Pasien adalah neneknya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Ketika Pasien di
rumah tidak pernah mengikuti kegiatan dilingkungan masyarakat
misalnya gotong royong, pasien merasa malu. Ketika di rumah sakit
jarang ngobrol dengan temannya, jarang memulai obrolan, sering
menyendiri.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Pasien
mengatakan malu ketika bertemu tetangga dan orang yang belum
dikenal.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa penyakit yang ada pada dirinya sekarang
adalah sebuah ujian dari Tuhan.
b. Kegiatan Ibadah
Selama di rumah sakit pasien menjalankan ibadah.

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
[ ] Tidak rapi [ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasa
Jelaskan: Pasien rapi, menggunakan pakaian yang sesuai dengan yang
sudah ditentukan.
2. Pembicaraan
[ ] Cepat [ ] Keras [ ] Gagap [V] Inkoheren
[ ] Apatis [V] Lambat [ ] Membisu [ ] Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan: Pasien menjawab pertanyaan kadang kurang tepat, menjawab
seperlunya, lambat, dan nada bicara pelan.
3. Aktivitas Motorik
[ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
Jelaskan: Pasien terlihat sering mondar-mandir, bicara sendiri dan
melamun. Tidak terdapat agitasi, tik, grimasen, tremor maupun
kompulsif.
4. Alam Perasaan
[V] Sedih [ ] Ketakutan [ ] Putus asa
[ ] Khawatir [ ] Gembira berlebihan
Jelaskan: Pasien merasa sedih karena tidak bekerja dan lama tidak
bertemu keluarganya.
5. Afek
[ ] Datar [ ] Tumpul [ ] Labil [ ] Tidak sesuai
Jelaskan: Pasien memiliki afek yang sesuai, ketika senang Pasien
tersenyum dan ketika sedih menangis. Tidak terdapat afek datar, tumpul,
labil, maupun tidak sesuai.
6. Interaksi Selama Wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung
[V] Kontak mata [ ] Defensif [ ] Curiga
kurang
Jelaskan: Ketika wawancara kontak mata pasien mudah beralih.
7. Persepsi Halusinasi
[V] Pendengaran [ ] Penglihatan [ ] Perabaan
[ ] Pengecapan [ ] Penghirupan
Jelaskan: Pasien mengatakan mendengar suara bisikan yang isinya
memberitahu bahwa kekuatannya hilang karena di rawat di RS. Pasien
mendengar suara ketika ramai maupun sepi, sehari 2x/ tidak menentu,
suara muncul terus-menerus ketika siang maupun malam hari. Pasien
terakhir mendengar suara yaitu pagi pukul 08.00 sebelum dikaji. Pasien
hanya mendiamkan suara.
8. Proses Pikir
[ ] Sirkumstansial [ ] Tangensial [ ] Kehilangan asosiasi
[ ] Flight of ideas [ ] Blocking [ ] Perseverasi
Jelaskan : Tidak terdapat gangguan sirkumstansial, tangensial,
kehilangan asosiasi, fight of ideas, blocking, maupun perverasi.
9. Isi Pikir
[ ] Obsesi [ ] Fobia [ ] Hipokondria
[ ] Depersonalisasi [ ] Ide Terkait [ ] Pikiran magis
Waham
[V] Agama [ ] Somatik [ ] Kebesaran [ ] Curiga
[ ] Nihilistik [ ] Sisip pikir [ ] Siar pikir [ ] Kontrol pikir
Jelaskan: Pasien merasa jika Tuhan memberinya kekuatan untuk
kesejahteraan umat.
10. Tingkat Kesadaran
[ ] Bingung [ ] Sedasi [ ] Stupor
[ ] Disorientasi tmpt [ ] Disorientasi wkt [V] Disorientasi org
Jelaskan: Pasien kadang susah mengingat nama orang.
11. Memori
[ ] Gangguan daya ingat jangka [ ] Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
[ ] Gangguan daya ingat saat ini [ ] Konfabulasi
Jelaskan: Pasien tidak memiliki gangguan memori, Pasien dapat
mengingat kejadian ketika masa kecil.
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
[V] Mudah beralih [ ] Tidak mampu [ ] Tidak mampu
berkonsentrasi berhitung sederhana
Jelaskan: Pasien tidak mampu berhitung dengan baik ketika diberi
pertanyaan perhitungan.
13. Kemampuan Penilaian
[ ] Gangguan ringan [ ] Gangguan bermakna
Jelaskan: Pasien tidak memiliki gangguan kemampuan penilaian. Pasien
dapat menjawab ketika diberi pertanyaan akan mandi dulu atau makan
dulu. Pasien memilih untuk makan terlebih dahulu.
14. Daya Tilik Diri
[ ] Mengingkari penyakit yang [V] Menyalahkan hal-hal diluar
diderita dirinya
Jelaskan: Pasien tidak menyadari bahwa dirinya mempunyai gangguan
jiwa dan menyadari dimana sekarang dirawat.

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Pasien makan 3 kali dalam sehari dengan porsi normal. Sarapan pukul
07.30, makan siang pukul 12.30, sore pukul 17.00 dan Pasien makan secara
mandiri.
2. BAB/BAK
BAB 1X sehari, BAK 5-6X sehari. Pasien mampu BAB/BAK secara
mandiri dan membersihkan wc setelah digunakan.
3. Mandi
Pasien mandi 2X sehari, gosok gigi, keramas 3 hari sekali, Pasien mampu
mandi dengan mandiri.
4. Berpakaian/berhias
Pasien tampak rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan seragam yang
dijadwalkan.
5. Istirahat Tidur
Pasien membaca doa sebelum tidur. Pasien tidur 6-7 jam perhari,
terkadang Pasien tidak dapat tidur apabila halusinasinya muncul pada
malam hari atau ketika mau tidur. Pasien selalu tidur siang.
6. Penggunaan Obat
Pasien minum obat rutin yang diresepkan oleh dokter dan tidak pernah
menolak untuk minum obat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien akan minum obat secara rutin dan mempraktikan apa yang telah
diajarkan agar tidak kambuh.
8. Aktivitas di Dalam Rumah
Pasien mampu melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci
baju, mencuci piring, merapikan rumah, dan lain-lain.
9. Aktivitas di Luar Rumah
Pasien mengatakan jarang keluar rumah, jika keluar hanya saat ada
keperluan saja.

IX. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
[ ] Bicara dengan orang lain [ ] Minum alkohol
[ ] Mampu menyelesaikan masalah [ ] Reaksi lambat/berlebih
[ ] Teknik relokasi [ ] Bekerja berlebihan
[ ] Aktivitas konstruktif [ ] Menghindar
[ ] Olah raga [ ] Mencederai diri
[ ] Lainnya [ ] Lainnya
Jelaskan: Pasien saat ada masalah lebih memilih diam dan memendamnya
sendiri, Pasien tidak menceritakan masalahya kepada orang lain.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok
Pasien merasa malu dan tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan
rumah.
2. Masalah dengan lingkungan
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan rumah, tidak
pernah ikut gotong-royong karena malu.
3. Masalah dengan pendidikan
Pasien tamat SMP, Pasien merasa malu dengan latar belakang
pendidikannya.
4. Masalah dengan pekerjaan
Pasien ingin bekerja selayaknya orang normal pada umumnya.
5. Masalah dengan perumahan
Pasien mengatakan tidak ada masalah, terkadang melakukan pekerjaan
rumah seperti menyapu, mencuci baju, memasak, dan lain-lain.
6. Masalah dengan ekonomi
Pasien mengatakan mengalami masalah dalam hal ekonomi, ekonomi
keluarganya cendurung menengah kebawah.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Pasien tidak memiliki masalah dalam hal pelayanan kesehatan.

XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


[ ] Penyakit jiwa [ ] Sitem Pendukung
[ ] Faktor Presipitasi [ ] Penyakit fisik
[ ] Koping [ ] Obat-obatan
[ ] Lainnya: _____________________________________________
Jelaskan: Pasien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit jiwa,
penyakit fisik, koping, fungsi, dan efek samping obat selama di rumah sakit.

XII. ASPEK MEDIK


1. Diagnosis
Medis F.20.0
2. Terapi Medik
Lodomer tab 2 mg/12 jam,
trihexypenidyl (THP) 1x2 mg tablet dan
DPH 100 mg 1x2.
Lampiran 6 Lampiran 6
SURAT PENGAMBILAN KASUS
Lampiran 7 Lampiran 7
SURAT BALASAN
PENGAMBILAN KASUS
Lampiran 8
KOMUNIKASI PERSONAL

You might also like