Professional Documents
Culture Documents
Karya Tulis 1
Karya Tulis 1
TULIS ILMIAH
(KTI)
MANFAAT NGEREH BAGI UMAT HINDU DI BALI
OLEH:
NI KADEK NOVI SURYANI
9892
1
1
Judul karya tulis
Karya ini Diajukan kepada SMA Negeri 3 Denpasar untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Nomor Peserta Ujian Berbasis Komputer (UNBK)
Disusun oleh:
Ni Kadek Novi Suryani
27/9892
SMA Negeri 3 Denpasar
LEMBAR PERSETUJUAN
2
Laporan ini telah disetujui dan disahkan pada:
Hari : …………………………………………………….
Tanggal : …………………………………………………….
ABSTRAK
3
Judul : Manfaat Ngereh Bagi Masyarakat Bali
Bali merupakan pulau yang dikenal dengan sebutan pulau dewata dan salah satu
pulau yang merupakan surga wisata yang memiliki daya tarik berwisata baik untuk
wisatawan asing maupun wisatawan lokal, karena daerahnya memiliki keindahan
yang sangat menarik bagi para wisatawan. Keindahan pulau Bali tidak hanya pada
daerahnya saja namun juga keaneka ragaman kesenian serta kebudayaan yang ada di
Bali pun menarik untuk dikenal lebih jauh oleh para wisatawan.
Kebudayaan yang ada di Bali telah membawa pulau ini sebagai Pulau Seribu Pura
ataupun Pulau Surga di mata dunia. Kebudayaan adalah segala hal yang dimiliki oleh
manusia, yang hanya diperolehnya dengan belajar dan menggunakan akalnya.
Kebudayaan memiliki tujuh kerangka yaitu Bahasa, organisasi sosial, sitem
pengetahuan dan ilmu gaib, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata
pencaharian hidup, sistem religi, serta kesenian. Salah satu kesenian Pengerehan.
Jadi dengan pembuatan karya ini bertujuan agar masyarakat Bali bisa lebih
memahami bagaimana prosesi dari ritual pengerehan serta menambah pengetahuan
lebih dalam tentang ritual pengerehan.
ABSTRACT
4
Title: Benefits Of Ngereh For Balinese
5
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
6
Kata Pengantar
7
Daftar Isi
8
BAB I
PENDAHULUAN
9
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa makna dari prosesi ngereh?
2. Ada berapa macam tahapan di dalam prosesi ngereh?
1.3 TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan karya tulis ini adalah ini adalah sebagai berikut:
Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk menambah wawasan masyarakat Bali tentang
prosesi ngereh. Agar masyarakat Bali lebih mengenal bagaimana jalannya suatu
proses pengerehan tersebut. Karena masyarakat bali belum mengenal pasti apa
manfaat dari prosesi ngereh tersebut.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun beberapa manfaat yang dapat diambil dari karya tulis antara lain :
1. Untuk menambah wawasan masyarakat Bali mengenai bagaimana prosesi
ngereh tersebut.
2. Mendapatkan pengetahuan yang praktis yang dijadikan sebagai landasan un
tuk bisa melestarikan tradisi tersebut.
3. Dapat melestarikan kesenian ngereh di Bali.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
11
diambil oleh kasta lainnya. Selain itu juga berlaku dalam upacara keagamaan
sesuai kedudukan kasta mereka, terkait besar upacara dan jumlah sesajen yang
diwajibkan kepada mereka. Dalam praktiknya diberlakukan pula pembatasan
tidak boleh saling mengawini antar kasta secara bebas. Anak laki-laki dari
kalangan berkasta boleh mengawini anak perempuan dari kasta di bawahnya
ataupun anak dari kalangan Sudra. Kepada istri mereka ini diberikan hak naik
Kasta dengan upacara adat pada kasata suaminya. Wanita yang telah naik
kasta karena perkawinan ini kemudian disebut Jero. Seluruh keturunan
mereka berhak menyandang kasta yang sama dengan ayahnya sesuai aturan
Paternalistik.
Aturan tersebut tidak berlaku kepada anak perempuan. Untuk anak
perempuan dari kalangan berkasta, secara adat tidak boleh mengawini laki-
laki dari kalangan kasta di bawahnya apalagi dari kaum Sudra (Jaba). Bila hal
ini terjadi, maka anak perempuan itu harus meninggalkan kastanya dan jatuh
selamanya ke dalam kasta suaminya.
Sistem Kasta ini masih kuat dipertahankan dalam Sistem penamaan
masyarakat Bali. Mereka memberikan awalan nama yang menunjukkan Kasta
keluarga mereka. (wikipedea)
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3 RANCANGAN PENELITIAN
1. Metode Wawancara
Disini penulis mengumpulkan data primer melalui wawancara langsung dengan
narasumber yaitu dengan I Made Toker. Beliau adalah seorang yang ahli di bidang
spiritual, hasil wawancara tersebut untuk mendapatkan data-data dari prosesi
pengerehan.
2. Metode Observasi / Pengamatan
Metode pengamatan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung
di Setra Badung.
3. Metode Kajian Pustaka
Penulis juga memanfaatkan buku-buku sastra Bali yang memuat tentang prosesi
ngereh.
13
b Wawancara
Pengambilan data melalui wawancara atau secara langsung lisan dengan
pemangku yg ada di setra Badung
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 PEMBAHASAN
15
sebagai personifikasi dari roh atau kekuatan gaib yang diharapkan oleh
penyungsungnya (Pemujanya).
16
penanganan kematian sudah professional, seperti dapat dilihat di setra
Gandamayu Dalem Kerobokan Desa Adat Kerobokan Kabupaten Badung. Kalau
ritual atau prosesi ngereh dilaksanakan disana, maka tentunya saja kalau dilihat
secara sepintas, maka suasananya tidak akan seram atau berbau magis, karena
memang suasana kesehariannya bagaikan taman kota. Tembok panyengker yang
indah, tata tetamanan yang asri, rerumputan menghijau rapi, pohon-pohon besar
ditanam teratur, patung-patung artistik dan lampu penerangan yang bercahaya
terang.( http://cakepane.blogspot.com
SIAPA YANG BISA MELALKUKAN PROSESI NGEREH
Sebenarnya siapa saja bisa melakukan prosesi ngereh karena didalam
tubuh manusia terdapat tujuh cakra yang harus dihidupkan menjadi kundalini
yang menjadi rah atau ngereh. Dengan kata lain kita harus menyatukan ongkara
ngadeg dan ongkara sungsang dalam tubuh. Ini berfungsi untuk mengaktifkan
kekuatan diri sendiri untuk mencapai kesadaran diri dan dapat menyatu dengan
sifat-sifat beliau ( ketuhanan ). Dengan sifat-sifat ketuhanan yang lebih mantap
akan memudahkan kita berbuat baik dalam menjalani hidup. Di masyarakat
dikenal dengan membangkitkan aura (taksu) yang berdasarkan kekuatan batin.
Jadi tidak selalu ngerehang itu bersifat menyeramkan.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
Jadi masyarakat Bali paham akan manfaat dan tujuan dari prosesi ngereh seperti
peristiwa kesurupan atau pemasupati yang sengaja dibuat untuk membuktikan bahwa
“sesuunan” yang di upacarai sudah memiliki kekuatan gaib untuk keselamatan
masyarakat penyungsungnya. Kedua untuk memsucikan sesuunan yang baru dibuat
karena sesuunan ini masih bersifat nista (noda) yang bisa saja ditimbulkan oleh
sanging (seni ukir) ataupun bahan itu sendiri, jadi sesuunan ini harus diperlukan tiga
tingkatan upakara seperti: prayacitta dan melaspas, ngatep dan pasupati, mesuci dan
ngereh.
5.2 SARAN
Karya tulis ini saya sadari masih banyak kekurangan jadi, untuk kedepannya
saya harapkan agar pengembangan-pengembangan selanjutnya bisa lebih lengkap
dari karya tulis ini.
18
19
20