You are on page 1of 10

KLIPPING

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PERAN LEMBAGA LEMBAGA PENEGAK
HUKUM

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK 3
1. ALFIANI HERLIN
2. ASLIRA SRI RAMADANI
3. ANDI AGUNG SYAM
4. ALFATURAHMAN
5. ASHAR RISALDI

SMA NEGERI 23 BONE


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
LEMBAGA PENEGAK HUKUM PENGADILAN MILITER

Pengadilan militer pecat 17 prajurit TNI pembakar Polsek Ciracas

Majelis Hakim Pengadilan Militer Jakarta memecat 17 dari 67 prajurit TNI terdakwa kasus tindak kekerasan dan
perusakan Polsek Ciracas, Jakarta Timur pada Senin.

Kepala Pengadilan Militer Utama Mayjen TNI Abdul Rasyid mengatakan selain dipecat dari dinas militer, 17
prajurit tersebut juga dijatuhi hukuman pokok pidana penjara selama 1 tahun.

Sementara 50 terdakwa lainnya yakni 3 terdakwa dijatuhi hukuman pidana penjara selama 1 tahun dan 1
bulan, 13 terdakwa dijatuhi hukuman pidana penjara selama 1 tahun, 19 orang terdakwa dijatuhi hukuman
pidana penjara selama 11 bulan dan 15 terdakwa lainnya dihukum pidana penjara 10 bulan.

Dalam keterangan resmi TNI, setelah melalui serangkaian sidang secara maraton, Abdul Rasyid mengatakan
dari 67 orang terdakwa yang sudah diputus perkaranya, 48 orang terdakwa menyatakan menerima, 15 orang
terdakwa mengajukan upaya hukum banding dan 4 orang terdakwa menyatakan pikir-pikir.

Sebelumnya, peristiwa penyerangan Polsek Ciracas terjadi pada akhir Agustus 2020 lalu.

Penyerangan itu menyebabkan sejumlah kendaraan dan bangunan polsek dirusak hingga dibakar.

Perusakan itu diduga disebabkan oknum anggota TNI yakni Prada MI.

Prada MI, yang mengalami kecelakaan tunggal, mengaku dikeroyok sehingga memicu perusakan itu.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menegaskan Prada MI telah menyebar informasi hoaks hingga
menyebabkan perusakan Polsek Ciracas.

Sumber : www.aa.com.tr
LEMBAGA PENEGAK HUKUM MAHKAMAH KONSTITUSI

Penjelasan Hakim MK soal UU Penanganan Pandemi Hanya Berlaku hingga Akhir 2022

JAKARTA, KOMPAS.com - Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
berlaku sampai dengan akhir tahun 2022. UU tersebut merupakan penetapan atas Perppu Nomor 1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang.

"Terkait dengan hal tersebut dalam Pasal 2 Undang-Undang (2/2020) lampiran telah ditentukan kebijakan
keuangan dengan menetapkan batasan defisit anggaran paling lama sampai dengan 2022," kata Hakim
Konstitusi Enny Nurbaningsih kepada Kompas.com, Senin (1/11/2021).

"Oleh karena undang-undang tidak menentukan batasan waktunya maka untuk memberikan jaminan
kepastian MK mengamarkan paling lambat tahun ke-2 yaitu 2022," ujar dia.

Enny menjelaskan bahwa UU Nomor 2 Tahun 2020 itu digunakan sebagai dasar hukum dalam penanganan
pandemi Covid -19.

UU tersebut juga cepat berlaku dalam proses pengesahannya karena Presiden Joko Widodo mengumumkan
pandemi ini sebagai bencana nasional non alam sehingga perlu diambil langkah cepat dan tepat untuk
mengatasinya.

Ia melanjutkan, dalam UU tersebut, tepatnya Pasal 2 lampiran Ayat 1 sudah menetapkan batasan defisit
anggaran paling lama sampai 2022. Namun, UU 2/2020 belum mengatur sampai kapan masa berlakunya
sebagai UU.

Dengan demikian, MK mencoba memberikan kepastian hukum dengan memutuskan masa berlakunya UU
tersebut sampai akhir tahun 2022.

"Jika secara faktual ternyata setelah tahun 2022 pandemi belum berakhir maka ketentuan kebijakan anggaran
dalam UU masih bisa digunakan pada tahun berikutnya namun harus mendapatkan persetujuan DPR dan
pertimbangan DPD, sesuai konstitusi," ucapnya. Selain itu, Enny juga menegaskan bahwa berdasarkan putusan
MK, Presiden Jokowi wajib mengumumkan apakah pandemi Covid-19 sudah berakhir atau belum pada akhir
tahun 2022. Hal itu dikarenakan pandemi Covid-19 diumumkan sebagai bencana nasional oleh Presiden, maka
untuk berakhirnya pun juga harus diumumkan presiden. "Ya (harus diumumkan pada akhir tahun 2022)," ucap
dia. Sebagai informasi keputusan soal masa berlakunya UU Nomor 2 Tahun 2020 itu dibacakan oleh Ketua
Mahkamah Konstitusi Anwar Usman pada Kamis (28/10/2021).

Keputusan itu tertuang dalam Pasal 29 pada lampiran UU Nomor 2 Tahun 2020 yang sudah direvisi oleh MK.
Adapun Pasal 29 sebelumnya menyatakan: "Peraturan pemerintah pengganti undang-undang ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan."

MK menyatakan, ketentuan itu bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai: "Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini
mulai berlaku pada tanggal diundangan dan harus dinyatakan tidak berlaku lagi sejak presiden mengumumkan
secara resmi bahwa status pandemi covid-19 telah berakhir di Indonesia dan status tersebut harus dinyatakan
paling lambat tahun akhir tahun kedua.

Dalam hal secara faktual pandemi Covid-19 belum berakhir sebelum memasuki tahun ketiga Undang-Undang a
quo masih dapat diberlakukan. Namun, pengalokasian anggaran dan penentuan batas defisit anggaran untuk
penanganan pandemi Covid-19 harus mendapatkan persetujuan DPR dan pertimbangan DPD."

Undang-undang ini digugat ke MK oleh Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat
Indonesia (Yappika).

Sumber: Kompas.com
LEMBAGA PENEGAK HUKUM MAHKAMAH AGUNG

Mahkamah Agung Tolak PK Bekas Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq Mahkamah Agung Sunat Hukuman
Rizieq Shihab Jadi Dua Tahun Penjara

Vonis juga dicatat oleh panitera pengganti, Agustina Dyah. Vonis tersebut diputus majelis Senin (15/11)
siang.

Andi menyebut majelis kasasi memperbaiki pidana penjaranya. "Perbaikan pidana penjara menjadi 2
tahun," kata Andi Samsan saat dikonfirmasi.

Sementara terkait kasusnya, Habib Rizieq tetap dijerat menggunakan Pasal 14 ayat 1 UU RI Nomor 1 Tahun
1946 tentang Peraturan Hukum Pidana juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Sementara itu, beredar sebuah video pria yang diduga Haikal Hassan menyatakan eks Imam Besar Front
Pembela Islam (FPI) yang juga tersangka kasus UU Kekarantinaan Rizieq Shihab ditahan di ruang bawah
tanah di Rutan Bareskrim Polri, Jakarta Selatan.

Mahkamah Agung (MA) kurangi masa hukuman bekas pimpinan Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab
menjadi 2 tahun penjara terkait kasus penyebaran kabar bohong tes swab Covid-19 di RS Ummi Bogor, Jawa
Barat.

Sebelumnya, Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta menguatkan vonis Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur yang
memvonis 4 tahun penjara terhadap Rizieq atas kasus tersebut.

Juru bicara MA, Andi Samsan Nganro, mengatakan kasasi tersebut diputus oleh ketua majelis kasasi, Suhadi
serta anggota majelis, Suharto dan Soesilo.

Ketika itu, dia pun menyinggung Rizieq Shihab yang kini tengah ditahan di bawah tanah tanpa sinar matahari.

Menanggapi hal itu, Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan membantah informasi yang
disampaikan video yang beredar tersebut.

Pihaknya memastikan tahanan yang ditempatkan Rizieq dalam kondisi yang layak.

"Jadi pada prinsipnya bahwa Polri menghargai HAM. Tentu walau statusnya tersangka, tentu tidak ada
perlakuan seperti itu. Ini saya luruskan. Jadi kalau penjelasan di bawah tanah, nanti orang punya persepsi di
bawah tanah," kata Ramadhan.
Ramadhan memastikan tahanan Rizieq berada di gedung yang layak.

Bahkan, tim Rutan Bareskrim juga menyiapkan pendingin ruangan yang beroperasi 24 jam non stop.

"Itu gedungnya layak. Tetap menggunakan AC ya dan AC-nya 24 jam. Jadi perlakuannya sama. Jadi prinsipnya
tidak ada perbedaan, tidak ada diskriminasi satu tahanan dengan tahanan lain. Tidak ada perbedaan," ujarnya.

Lebih lanjut, Ramadhan memastikan seluruh tahanan di Rutan Bareskrim mendapatkan hak yang sama.
Termasuk, Rizieq Shihab yang kini ditahan atas pelanggaran UU Kekarantinaan.

Sumber : Tribunnews.com
LEMBAGA PENEGAK HUKUM PENGADILAN MILITER

Pengadilan Militer III-15 Kupang, Gelar Sidang Penganiayaan Oknum TNI Terhadap Dua Orang Anak di TTU

Pengadilan Militer III-15 Kupang, menggelar Sidang Kekerasan Terhadap Anak yang di lakukan oleh Anggota
TNI Kodim 1618 TTU, Elias Punef atas Anak Korban Yakobus Naisau (17 Tahun) dan Mikhael Juventus Ukat, (14
tahun) Selasa 15 November 2021.

Sidang di Pimpin oleh Ketua Majelis Hakim, Ketua Majelis Hakim Mayor CHK Abduk Geni ,S.Si,SH dan Hakim
Anggota Mayor. CHK Arif Rahman,SH dan Mayor CHk Samsul Arifin,SH, ini setelah Pembacaan Dakwaan
sedangkan, terdakwa-Kopral Kepala Elias Punef yang yang di damping Penasehat hukumnya Mayor. CHK…..ini
tidak melakukan Eksepsi, atau sanggahan Atas Dakwaan Oditur Militer, dilanjuktan dengan Agenda sidang
Pembuktian, berupa Pemeriksaan saksi, Pemeriksaan Terdakaw dan Pemeriksaan Barang Bukti.

Dalam dakwaanya Oditur Oditur-Mayor CHK. Heru Eko Supryanti ,SH, mendakwa terdakwa telah melakukan
Kekerasan terhadap anak sebagaimana diatur dalam pasal 70 Jo pasal 86 Undang-undang Perlindungan anak,
atau terdakwa telah melakukan Penganiayaan yang melanggar pasal 351 KUHP.

Diuraikan oleh Oditor Militer bahwa pada tanggal 30 Juli 2021, terdakwa yang melintas di Desa Supun ke Desa
Tainsala melihat ada orang yang bermain bilyard. Ketika itu, ia berhenti dan turun dari motornya lalu
menggunakan hanphone memotret mereka dan menegur mereka dan menanyakan bahwa mengapa malam –
malam masih bermain Bilyar. Setelah terdakwa menanyakan identitas dan nama orang tua dua saksi korban,
terdakwa menggiring mereka dengan motornya ke rumah orang tua salah satu anak koban, Yakobus Naisau,
yakni marselinus Naicea.

Disana Terdakwa mengatakan mengapa mereka sebagai orang tua anak – anaknya masih main bilyar dan
melanggar protokol kesehatan. Lalu Kedua orang tua Yakobus meminta maaf atas sikap adik mereka Yakobus
Naisau.
Terdakwa lalu dengan Hanphone menelpon seseorang yang dipanggilnya Komandan, melaporkan bahwa
terdakwa telah mengamankan 2 orang anak yang sementara bermain biyar dan melanggar protokol kesehatan,
Dan minta petunjuk untuk diamankan.

Pembicaraan telepon dengan orang yang dipanggil komandan itu, menggunakan speker , dan orang yang
dipanggil komandan itu mengatakan kepada terdakwa, kalau mereka melawan di bawa saja ke polisi dan
jangan memukul.

Selanjutnya ,menurut oditur, setelah berbicara dengan Komandannya, Terdawka lalu menendang satu kali
motor Yakobus Naisau, dan berjalan kearah Yakobus Naisau dan memukul dengan kuat pada bagian bawah
perutnya membuat Yakobus Naisau jatuh berlutut dan meminta maaf.

Terdakwa lalu ke Mikhael Juventus Ukat, memukulnya satu kali di bibir dan dua kali di kepala bagian belakang.
Kemudian Yakobus Naisau yang dalam posisi berlutut meminta maaf, dan ditendang dengan kuat oleh
Terdakwa hingga ia terjatuh terlentang, terdakwa juga ikut menginjaknya pada muka dan perutnya hingga
pingsan.

Selanjutnya menurut oditur dalam dakwaanya, terdakwa lalu menuju ke motornya dan mengatakan, “silahkan
mau lapor kemana saja silahkan saya akan ikut,”. Lalu terdakwa mengambil motornya dan pergi meninggalkan
para korban.

Setelah terdakwa pergi Marselinus Naisasu dan Veronika Alupan serta beberapa orang tetangga membawa
yakobus Naisau dan Mikhael Juventus Alupan ke Polsek Manufui untuk melapor.

Selanjutnya pihak Polsek Biboki Selatan mengantar mereka ke Puskesma Manufui dan dirujuk ke RUmah Sakit
Umum Leona. Dan disana Yakobus Naisau dirawat selama 5 hari dirumah sakit Leona.

Atas Dakwaan Oditour, Penasehat Hukum Tedakwa, Mayor CHK R.Yusak Andri SH., MH dan terdakwa Elias
Punef tidak melakukan Eksepsi dan sidang di lanjutkan dengan Pembuktian.

Dengan Pemeriksaan Saksi, Pemeriksaan Terdakwa dan Pemeriksaan barang Bukti.

Dalam persidangan ini, Oditur telah mengajukan 4 orang Saksi, yakni, Saksi Korban Yakobus Naisau, Mikhael
Juventus Alupan, Marselinus Naicea, dan veronika Alupan.

Saksi Korban Mikhael Juventus Alupan dan Yakobus Naicea, tidak tahu mengapa terdakwa menganiyaa
mereka. Karena mereka tidak pernah membantah atau melawan terdakwa, waktu ditegur.

Menurut Saksi Korban Yakobus Naicea mereka sat itu ada tiga orang namun salah seorang temanya lari karena
ketakutan.

Ketua Majelis Hakim, ketika tanya Yakobus Naisau mengpa tidak lari,” Kita tidak salah jadi tidak perlu kita lari”
Saksi Mikhael Juventus Ukat menjawab dia dipukul dengan kuat pada mulutnya satu kali dan dipukul pada
bagian belakang kepalanya dua kali.

Sementara Saksi Korban Yakobus Naicea mengatakan , dia dipukul 4 kali, dua kali pada perutnya dan dua kali di
tendang dan ditinju pada wajahnya hingga pingsan dan dirawat selama 5 hari di rumah sakit Leona.

Saksi Veronika Alupan juga menerangkan, bahwa dia melihat perlakuan yang sudah luarbisa itu makanya dia
teriak minta tolong sehingga berdatangan tetangga, dan terdakwa pergi meninggal kedua anak korban.

Saksi Marselinus Naicea, memberikan keterangan tertulis dan dibacakan oleh Oditur, karena tidak bisa hadir.
Marselinus sedang menjaga anak – anaknya yang masih kecil.

Atas Keterangan pada saksi, terdakwa mebenarkan semuanya.

Anggota Majelis Hakim bertanya kepada ketiga saksi, apakah saat itu terdakwa mabuk, ketiga saksi katakan ia,
tedakwa mabuk, karena saat bicara tercium aroma minuman keras.
Saksi Veronika Alupan saat ditanya Hakimi Ketua setelah terdakwa pergi apa yang mereka lakukan , saksi
Veronika mengatakan karena tindakan terdakwa sudah berlebihan sampi korban pingsan. Sehingga mereka
langsung melaporkan kejadian ini kepolsek Biboki Selatan lalu di bawa ke Puskesmas Manufui untuk di obati
dan di visum.

karena di Puskesmas Manufui tidak ada dokter karena sementara diduga kena covid dan hanya bidan saja.
Maka Bidan menyarankan kalau mau visum harus ke puskesma Oelolok atau ke rumah sakit di Kefa. Dengan di
hantar oleh Polisi dari Polsek Biboki Selatan dibawa ke Puskesmas Oelolok dan melakukan visum di sana
dengan membayar 300 ribu rupiah.

Ditanya Majelis Hakim, siapa yang bayar biaya rumah sakit di kefa, menurut saksi Veronika Alupan, mendengar
dari kedua orang tua Yakobus naisau, bahwa pihak Kodim yang membayar seluruh biaya rumah sakit.

Oditor juga menghadirkan bukti berupa surat pernyataan damai antara saksi korban dengan terdakwa Elias
Punef.

Atas ketrangan para saksi, terdakwa tidak memabantahnya.

Ketua Mejksi Hakim Ketua Majelis Hakim Mayor CHK Abduk Geni, SSI.,SH, kepada terdawka menanyakan, apa
motivasinya sehingga terdakwa melakukan tindakan penganiayaan itu?

Dalam keteranganya terdakwa mengatakan, bahwa sudah empat kali dia menemukan anak-anak di Desa
Supun sering bermain di tempat biliyard dan dia telah menegur mereka. Namun mereka tetap saja masih
bermain disana. Dan kebetulan saat itu didapatnya kedua anak korban itu, karena marah, dia melampiaskanya
kepada dua anak korban itu.

Ketua mejlis hakim bertnya kepada terdakwa kenapa bukan pemilik bilyarnya yang ditegur? Apakah kamu
takut, terdakwa tidak menjawab.

Terdakwa mengatakan menyesal atas tindakanya yang telah merugikan anak anak korban. Dan berjanji tidak
akan mengulangi lagi. Terdakwa membenarkan seluruh tindakan penganiaayan atas kedua anak itu. Dan
menyatakan menyesal dan meminta maaf.

Sidang yang dimulai pukul 14.00 witta ini berkahir pukul 16.40. Di hadiri langsung oleh Hakim ketua mayor chk
Abdul Gani.SH..Hakim anggota 1 Mayor chk..Arief Rachman.S.E.SH. Hakim Anggota II..Mayor chk Samsul
Arifin.SH. Oditur Militer.Mayor chk .Heru Eko Saputro,SH. PH..Mayor chk Raden Yusak andrian.SH.MH.
Panitera..Lettu chk.Andre Jaguar.SH. (*)

Sumber : beritanasional.id


LEMBAGA PENEGAK HUKUM PENGADILAN MILITER

6 TNI AL yang Aniaya Warga Purwakarta hingga Tewas Dituntut 10 Tahun Bui

Enam oknum Polisi Militer Angkatan Laut (POM AL) yang menganiaya warga Purwakarta FM (40) hingga tewas
dituntut 10 tahun penjara. Hasil tuntutan tersebut membuat keluarga korban kecewa.

Tuntutan dibacakan oleh Oditurat Militer Bandung dalam sidang lanjutan yang digelar di Pengadilan Militer
(Dilmil) Bandung pada Kamis (21/10) malam. Oditurat menyatakan enam terdakwa oknum TNI AL itu bersalah
sesuai Pasal 338 KUHPidana. Selain hukuman penjara 10 tahun, para oknum TNI AL itupun dihukum
pemecatan."Setelah Oditur menuntut 10 tahun penjara dan dipecat dari dinas kesatuan TNI Angkatan Laut,
jujur saya katakan, saya pribadi sebagai orang tua dari almarhum maupun keluarga langsung berontak karena
tuntutan tersebut menurut kami kurang berkeadilan," ucap Jonisah Pandapotan Manalu kepada wartawan di
Jalan Bekatonik, Kota Bandung, Jumat (22/10/2021).

Joni menyoroti pasal yang digunakan Oditur Militer saat menuntut enam terdakwa. Menurut Joni, pasal
seharusnya para terdakwa dikenakan Pasal 340 KUHPidana tentang pembunuhan berencana bukan Pasal 338
KUHPidana."Karena primer dakwaannya di (Pasal) 340 Jo (Pasal) 338 dan yang kami tahu, kalau di (Pasal) 338
berarti terjadi penganiayaan spontan, atau di salah satu tempat. Sementara anak kami dijemput dari tempat
usahanya menggunakan mobil. Jadi menurut kami sangat terpenuhi di (Pasal) 340-nya. Nah sementara
dituntut kemarin pasal pokok 338 dituntut hanya 10 tahun penjara," tutur dia.

Pihaknya berharap agar majelis hakim dalam agenda putusan nanti yang rencananya dibacakan pada 1
November 2021, membuat putusan yang adil. Dia meminta agar majelis hakim menjatuhkan putusan di atas
tuntutan.

"Kami berharap kepada majelis hakim yang mengadili perkara ini agar memberikan putusan lebih berkeadilan
atau di atas hukuman yang dituntut oleh oditur militer. Mudah-mudahan majelis hakim dapat mengabulkan
keinginan kami," ujarnya.

"Kami berharap majelis hakim yang menangani perkara ini di Pengadilan Militer dapat memberikan putusan
dibatas tuntutan jaksa 10 tahun harapan kami di putusan maksimal," kata dia menambahkan.

Diketahui, enam oknum anggota Polisi Militer (POM) Angkatan Laut (AL) melakukan penganiayaan terhadap
warga sipil diduga pelaku pencurian mobil di Purwakarta, Jawa Barat. Akibatnya, satu orang berinisial FM (40)
tewas.Keenam oknum anggota POM AL itu berinisial MFH, WI, YMA, BS, SMDR, dan MDS. Mereka memang
bertugas di POM AL Purwakarta dan sedang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan aktivitas atlet dayung.

You might also like