You are on page 1of 53

PENGARUH DIGITAL MARKETING TERHADAP PENJUALAN PRODUK SUSU

SEDUNIA (STUDI KASUS PADA CV SUSU SEDUNIA OUTLET TEMBALANG)

Disusun oleh :

INTAN DWI ANGGRAINI

B.131.19.0322

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEMARANG

2022

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha susu di Indonesia sudah lama dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi

masyarakat. Hal ini di dorong oleh meningkatnya permintaan susu dan olahannya yang

seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat

terhadap gizi berimbang serta perbaikan sistem pendidikan nasional. Oleh sebab itu perlu

dilakukan inovasi –inovasi dibidang peternakan seperti pengolahan pada produk susu .

Pemerintah berupaya meningkatkan sektor peternakan dengan pemberdayaan masyarakat dan

penerapan teknologi pada semua sub-sektor peternakan. Sub-sektor peternakan dalam

kaitannya dengan pembangunan nasional diprioritaskan untuk meningkatkan produk

peternakan, melalui pengolahan susu sapi perah.

Penerapan Inovasi amatlah penting untuk meningkatkan produksi dan produktivitas.

Adopsi inovasi merupakan suatu upaya meningkatkan produktivitas usaha, karena dengan

adopsi inovasi diharapkan akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang kemudian

juga akan memberikan efek terhadap pendapatan dan kemajuan usaha. Demikian juga pada

usaha sapi perah, peternak harus dapat melakukan adopsi inovasi yang secara empiris dapat

meningkatkan produktivitas ternak (Mulatmi et al., 2016). Di zaman modern seperti sekarang

ini Produk olahan susu menjadi incaran masyarakat karena memiliki rasa yang lebih. Telah

banyak jenis inovasi yang di berikan oleh pemerintah, akademisi dan pihak swasta. Salah

inovasi yang diberikan yaitu tentang pengolahan susu pasteurisasi menjadi produk yang

memiliki nilai jual lebih.

Salah satu jenis usaha dan inovasi produk olahan susu yang telah ada di semarang,

khususnya di tembalang adalah Susu Sedunia. Susu Sedunia merupakan produk minuman

kekinian yang berasal dari Semarang. Bahan utamanya menggunakan susu sapi dari peternak
lokal sekitar. Menggunakan bahan campuran dari buah asli dan bahan baku yang berkualitas

tinggi, tujuannya agar calon pembeli tertarik untuk membeli Susu Sedunia dan diminum

dalam kemasan yang unik.

Internet pada era digital saat ini dapat dikatakan begitu praktis, mudah dan efisien

ditengah padatnya rutinitas sehari-hari. Dalam sebuah pemasaran produk baik melalui screen

to face maupun pemasaran secara face to face diperlukan adanya strategi komunikasi

pemasaran. Adanya strategi komunikasi pemasaran (marketing communication) yang tepat

dapat menghindarkan perusahan dari kerugian promosi yang tidak efektif dan efisien. Internet

marketing merupakan alat sebagai perantara komunikasi pemasaran yang saat ini banyak

digunakan media sosial dalam memperkenalkan produk atau jasa di dunia modern, salah

satunya dengan memanfaatkan media sebagai alat berpromosi.

Digital marketing adalah salah satu media pemasaran yang saat ini sedang banyak

diminati oleh masyarakat untuk medukung berbagai kegiatan yang dilakukan. Masyarakat

sedikit demi sedikit mulai meninggalkan model pemasaran konvensional/tradisional beralih

ke pemasaran modern yaitu digital marketing. Adanya digital marketing mempermudah

komunikasi dan transaksi dapat dilakukan setiap waktu/real time dan bisa mengglobal atau

mendunia. Digital marketing atau pemasaran digital akhir-akhir ini menjadi salah satu hal

yang banyak dilakukan oleh para pebisnis. Baik bisnis besar maupun kecil mulai

mendapatkan pangsa pasar digital yang lebih luas dan dapat menjangkau pelanggan potensial

dari berbagai bagian di wilayah mana pun. Ditulis oleh Ridwan Sanjaya & Josua Tarigan

(2009: 47), pemasaran digital adalah kegiatan pemasaran yang melibatkan branding dengan

menggunakan berbagai media berbasis web seperti blog, situs web, email, iklan, dan jejaring

sosial. Tentu saja, pemasaran digital bukan hanya tentang pemasaran internet.

Media sosial kini menjadi tren dalam komunikasi pemasaran. Menurut Kaplan dan

Heinlein (2010), media sosial adalah sekelompok aplikasi berbasis Internet yang didasarkan
pada ideologi dan teknologi Web 2.0 dan memungkinkan pengguna Internet untuk berbagi

konten informasi. Web 2.0 adalah dasar dari media sosial (Carlsson, 2010). Menurut We Are

Social, agensi pemasaran digital di Amerika Serikat, platform media sosial terpopuler di

Indonesia per Januari 2017 adalah Youtube (49%) dan Facebook (48%). Instagram (39%),

Twitter (38%), Whatsapp (38%) dan Google (36%) adalah yang berikutnya. Sisanya adalah

FB Messenger, Line, Linkedin, BBM, Pinterest, Wechat (Kemp, 2017).

Persaingan bisnis melalui media sosial semakin meningkat. Hal itu dapat terlihat dengan

meningkatnya jumlah sosial pengguna media. Perkembangan ini dapat dilihat dari munculnya

pengguna media sosial dalam waktu yang relatif singkat waktu, Indonesia mengalami

peningkatan yang signifikan, riset pada April 2014 menunjukan pengguna internet sebanyak

88 Juta dan pada 2016 mengalami peningkatan sebanyak 132,7 Juta meningkat sebanyak 44

juta pelanggan dalam kurun waktu dua tahun. Salah satu media sosial yang juga fokus pada

bisnis adalah Instagram, pertengahan tahun 2016 Instagram secara resmi mengumumkan

pembaharuan dan penambahan fitur bisnis pada Instagram.

Peluncuran fitur baru ini didasarkan dengan beberapa keberhasilan para pebisnis yang

memanfaatkan Instagram sebagai media untuk mempromosikan produknya dan berinteraksi

dengan para konsumen. Komunikasi pemasaran menggunakan media sosial ini merupakan

salah satu perpaduan New Media dan Marketing Communication, Melalui sosial media

perusahaan bisa menjangkau konsumen lebih luas, selain itu komunikasi pemasaran

menggunakan Instagram yang dilakukan oleh pembeli dan penjual sangat membantu didalam

pengambilan keputusan dan dapat memberikan masukan kepada penjual untuk lebih baik

kedepannya.

Selain citra produk hal yang dapat mempengaruhi konsumen sebelum memutuskan

membeli suatu produk yaitu harga, Harga dalam kehidupan bisnis merupakan salah satu

faktor penting yang mempengaruhi pemasaran suatu barang atau jasa. Citra sebuah
perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga yang dimana akan membentuk

persepsi harga bagi konsumen. Menurut Campbell pada Cockril dan Goode (2015:368)

persepsi harga merupakan faktor psikologis dari berbagai segi yang mempunyai pengaruh

yang penting dalam reaksi konsumen kepada harga. Karena itulah persepsi harga menjadi

alasan mengapa seseorang membuat keputusan untuk membeli.

Persepsi harga ialah bagaimana cara konsumen melihat harga sebagai harga yang tinggi,

rendah dan adil. Hal ini mempunyai pengaruh yang kuat baik kepada minat beli dan kepuasan

dalam pembelian. Persepsi harga berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami

seutuhnya dan memberikan makna yang dalam oleh konsumen.

Mengetahui pengaruh reputasi, persepsi harga, kualitas jasa seller, dan kepercayaan

terhadap minat pembelian produk kosmetik juga dapat membantu perusahaan maupun

pebisnis untuk mengetahui strategi branding yang cocok untuk digunakan. Dengan adanya

penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bagaimana reputasi dan persepsi harga

dilihat dari sisi pembeli dan dapat digunakan untuk menentukan strategi pemasaran

citra/image yang baik.

Dari beberapa faktor tersebut, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh reputasi

dan persepsi harga terhadap minat beli produk skincare pada aplikasi shopee khususnya pada

mahasiswa fakultas ekonomi universitas semarang.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah reputasi berpengaruh terhadap minat beli pada produk skincare di Shopee?

2. Apakah persepsi harga berpengaruh terhadap minat beli pada produk skincare di

Shopee?
3. Apakah reputasi dan persepsi berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli pada

produk skincare di Shopee?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh reputasi dan persepsi

harga terhadap minat beli produk skincare pada aplikasi shopee.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberikan kesempatan

bagi penulis untuk menerapkan teori-teori dan literatur dari terkait reputasi, persepsi

harga, khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli

konsumen skincare.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan

referensi dalam melakukan penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama di masa

yang akan datang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Reputasi

Reputasi adalah sebuah konsep dalam public relation (PR) yang sulit didefinisikan secara

tegas. Reputasi dapat didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada

di dalam benak seseorang. Reputasi adalah sebuah aset tidak nyata yang sulit diukur dan

dijelaskan karena reputasi bukanlah suatu produk yang dapat dilihat. Walaupun demikian,

keberadaan reputasi yang kokoh dapat memperkuat posisi perusahaan diantara banyaknya

persaingan. Pada dasarnya, reputasi perusahaan merupakan penghargaan yang didapat oleh

perusahaan karena adanya keunggulan-keunggulan yang dimiliki perusahaan tersebut.

Keunggulan perusahaan yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk

mengembangkan dirinya terus menerus untuk menciptakan hal-hal baru bagi pemenuhan

kebutuhan pembeli.

Sistem reputasi penjual merupakan upaya untuk menggambarkan platform e-commerce

untuk mengatasi permasalahan atau kesulitan yang dialami oleh calon pembeli dalam

memilih akun penjual untuk transaksi di platform e-commerce tersebut. Dharmaadi dan

Supangkat (2014) menyebutkan bahwa sistem reputasi yang digunakan dalam platform C2C

e-commerce umumnya sangat sederhana. Sistem akan menilai reputasi akun penjual

berdasarkan feedback atau kepuasan dari pembeli setelah berhasil melakukan transaksi.

Diberlakukannya sistem reputasi pada platform C2C e-commerce memberikan kesempatan

pada pihak yang terlibat, pihak penjual dan pembeli, untuk memberikan penilaian (rate) satu

sama lain setelah mereka berhasil melakukan transaksi. Sistem akan melakukan perhitungan
atas jumlah penilaian positif dan negatif yang diberikan dan menjadikannya sebagai trust

values yang dapat dimiliki oleh pihak penjual ataupun pembeli (Wu, Li & Kuo, 2010).

Pada aktivitas belanja online melalui platform C2C e-commerce reputasi seorang akun

penjual, salah satunya dapat terbentuk dari online review dan online rating yang diberikan

oleh pembeli sebelumnya. Dalam hal ini, informasi yang ada pada online review dan online

rating dijadikan acuan oleh calon pembeli yang ingin mengetahui reputasi seller. Klein

(2017) menjelaskan bahwa dengan adanya sistem reputasi penjual dalam platform C2C e-

commerce, para pengguna platform sebagai pembeli, bisa mendapatkan gambaran atau

pengetahuan terkait perilaku penjual dari penilaian para pembeli sebelumnya. Sistem reputasi

penjual secara online yang hadir dalam bentuk online review dan online rating memberikan

akses kepada calon pembeli untuk melihat dan membaca hasil penilaian dan ulasan yang

diberikan berdasarkan transaksi yang sebelumnya terjadi.

Menurut Fombrun dalam (Ardianto, 2009), beberapa aspek dalam membentuk reputasi

perusahaan, yaitu credibility (kredibilitas), reliability (keterandalan), dan citra/image. Ketiga

aspek dimensi tersebut merupakan indikator untuk menciptakan dan membangun reputasi

yang baik di mata konsumen. Masing-masing dari setiap aspek harus bisa diterapkan oleh

perusahaan agar dapat terbentuk citra yang positif terhadap publik. Kredibilitas lebih

berfokus kepada pelayanan yang diberikan, kepercayaan dan keterandalan lebih berfokus

kepada kualitas produk atau jasa yang ditawarkan.

Menurut Sari et al (2013), indikator yang dapat digunakan meliputi:

a. Lebih menyukai membeli merek yang sama atau yang lain.

b. Akan memilih tetap membeli walau ada pilihan lain.

c. Keinginan tanpa paksaan


2.1.1 Persepsi Harga

Menurut Shanthi dan Kannaiah (2015:19) harga adalah faktor yang paling berpengaruh

pada setiap keputusan yang diperhatikan oleh konsumen ketika melakukan pembelian secara

daring. Sedangkan menurut (Kotler dan Armstrong, 2012:314) harga merupakan sejumlah

nilai uang yang akan dibebankan atas suatu produk sesuai jumlah dari nilai yang ditukar

konsumen atas manfaat-manfaat yang ingin diperoleh karena memiliki atau menggunakan

produk tersebut. Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pemikiran konsumen

terhadap harga akan membentuk sebuah persepsi. Persepsi harga yang muncul mempengaruhi

minat konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya

dan juga persepsi tersebut akan mendukung konsumen dalam mengaktualisasikan apa yang

ada di dalam benaknya.

Persepsi harga adalah faktor yang secara positif dapat mempengaruhi minat beli seorang

konsumen dimana hal tersebut menunjukkan bahwa harga yang terdapat didalam benak

konsumen dapat diterima dan sesuai sehingga menyebabkan peningkatan minat beli

konsumen terhadap pembelian suatu produk. Persepsi harga dapat mempengaruhi minat

pembelian, karena konsumen akan mempertimbangkan harga pada produk tertentu, dimana

persepsi harga yang dimiliki konsumen akan mempengaruhi minat beli mereka (Ivoni et al.,

2015:900).

Indikator persepsi harga menurut Kotler dan Armstrong (2008:278), terdapat 4 indikator

yaitu sebagai berikut:

a. Keterjangkauan harga

b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk

c. Kesesuaian harga dengan manfaat

d. Daya saing harga


2.1.2 Minat Beli

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau atau

mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat

kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001). Pendapat lain dari Howard

dalam (Durianto, 2004), minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana

konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan

pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli adalah pernyataan mental dari

konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2002), motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri

individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai

motivasi yang tinggi terhadap objek tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku

menguasai produk tersebut. Implikasinya dalam pemasaran adalah kemungkinan pembeli

berminat untuk membeli produk atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak.

Ferdinand (2002) mengidentifikasi minat beli berdasarkan empat indikator, yaitu minat

transaksional, minat referensial, minat preferensial, dan minat eksploratif (perilaku seseorang

yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi

untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut) adalah minat transaksional, minat

referensial, minat preferensial, dan minat eksploratif.

Indikator minat beli menurut Adji dan Semuel (2014) minat beli dapat diidentifikasikan

melalui berbagai macam indikator yaitu sebagai berikut:

a. Minat Transaksional: yaitu kecenderungan seseorang melakukan transaksi pembelian

produk.

b. Minat Referensial: yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan atau

mempengaruhi orang lain mengenai suatu produk.


c. Minat Preferensial: yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang

memiliki preferensi utama pada produk tertentu. Preferensi ini hanya dapat diganti jika

terjadi sesuatu atau terdapat pengganti produk preferensi utamanya.

d. Minat Eksploratif: yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang akan

selalu mencari informasi mengenai produk terlebih dahulu sebelum melakukan

keputusan pembelian. Informasi yang dicari mengenai produk yang diminatinya akan

mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

2.1.2 E-Commerce

Secara umum, e-commerce merupakan aktivitas yang berkaitan dengan pembelian,

penjualan, pemasaran barang ataupun jasa dengan memanfaatkan sistem elektronik, seperti

internet dan jaringan komputer. E-commerce juga melibatkan aktivitas yang berhubungan

dengan proses transaksi secara elektronik, seperti transfer dana elektronik, pertukaran data

elektronik, sistem pengolahan data inventori, dan lain-lain. Menurut Laudon (2015), e-

commerce melibatkan tiga tema utama, yaitu teknologi, bisnis, dan masyarakat.

Menurut Kalakota dan Whiston (1997), e-commerce adalah aktivitas belanja online

dengan menggunakan jaringan internet, serta cara transaksinya melalui transfer uang secara

digital. Mereka meninjau pengertian e-commerce dari empat perspektif, yaitu perspektif

komunikasi, perspektif proses bisnis, perspektif layanan, dan perspektif online. Dari segi

perspektif komunikasi, e-commerce adalah proses pengiriman barang, layanan, dan

informasi, serta pembayaran melalui peralatan elektronik atau jaringan komputer, sedangkan

dilihat dari segi proses bisnis, e-commerce adalah aplikasi dari sebuah teknologi transaksi

bisnis dan aliran kerja. Jika dilihat dari segi layanan, e-commerce adalah alat yang dapat

memenuhi keinginan perusahaan, manajemen, dan konsumen untuk mengurangi biaya

layanan untuk meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan layanan


pengiriman. Yang terakhir, dilihat dari segi online, e-commerce menyediakan kemampuan

untuk membeli dan menjual barang atau jasa melalui internet dan sarana online lainnya.

Komponen e-commerce memiliki alur kegiatan yang tidak lepas dari adanya komponen

yang sangat berpengaruh pada kegiatan e-commerce. Pratama (2015:6) menyatakan bahwa e-

commerce memiliki beberapa kegiatan secara umum yang melibatkan empat komponen yaitu

sebagai berikut:

a. Penjual: dapat berupa pemilik toko daring atau sejumlah perilaku usaha

b. Konsumen: merupakan kunci dari keberhasilan pelaku bisnis e-commerce yang

menginginkan keuntungan dari produk yang dijual belikan.

c. Teknologi: mencakup semua teknologi informasi terkini yang digunakan didalam

jaringan e-commerce.

d. Jaringan Komputer: Internet adalah koneksi yang menghubungkan komunikasi antara

penjual dan pembeli sehingga pelaku bisnis daring mampu melayani seluruh pengguna di

seluruh dunia.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berperan sangat penting sebagai dasar acuan dalam melakukan

penyusunan penelitian ini. Salah satu kegunaannya yaitu dapat digunakan untuk hipotesis

atau jawaban sementara, selain itu penelitian terdahulu dapat dipakai sebagai sumber

perbandingan dengan penelitian yang sedang penulis lakukan. Dibawah ini adalah

penelitian terdahulu dari beberapa peneliti tentang variabel-variabel reputasi, persepsi

harga terhadap minat beli produk skincare agar dapat diketahui persamaan dan

perbedaannya sebagai berikut :

1. Wijayanti (2017) dengan variabel reputasi customer yang mengatakan customers

online review berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk


fesyen di toko daring. Sehingga semakin positif customers’ online review maka,

semakin tinggi minat beli yang dimiliki konsumen

2. Idris (2017) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas e-WOM atau review

berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen.

3. Analisis Kualitas Produk, Harga, Kepuasan Konsumen dan Minat Membeli

Ulang (Studi Kasus pada Industri Kecil di Pelabuhan Batu) oleh: Sumitro (2011).

Berdasarkan uji parsial Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli Ulang

Pada variabel kualitas produk (X1) memiliki nilai t hitung 3,209>nilai t tabel

Sedangkan nilai signifikansi (0,002) di bawah (lebih kecil dari) 0,05 artinya H0

ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kualitas produk

berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ulang. Hasilnya

menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap

minat membeli ulang.

4. Živilė dan Gulevičiūtė (2015) yang menyimpulkan bahwa terdapat empat faktor

yang mempengaruhi pembelian online, dimana dua dari empat faktor tersebut

termasuk dalam variabel reputasi, yaitu faktor consumer-related (rekomendasi

penyedia, customer reviews, dan pegalaman berbelanja sebelumnya) dan faktor

produk/jasa (ketersediaan informasi di website). Kedua faktor tersebut dapat

meningkatkan reputasi baik penjual. Jurnal yang dibuat oleh Katawetawaraks dan

Wang (2011) dengan judul “Online Shopper Behavior: Influences of Online

Shopping Decision” juga memberikan beberapa faktor yang mempengaruhi

keputusan berbelanja online, yaitu kenyamanan (online customer services),

informasi (review dan kualitas informasi produk), ketersediaan produk/ jasa

(variasi produk/jasa), harga dan efektivitas waktu (membandingkan harga dan


waktu menjadi efektif). Keempat faktor di atas dapat membentuk reputasi dari

penjual.

5. Jurnal oleh Ahmad Farki, Imam Baihaqi, dan Berto Mulia (2016) yang berjudul

“Pengaruh Online Customer Review dan Rating Terhadap Kepercayaan dan

Minat Pembelian pada Online Marketplace di Indonesia” juga memberikan

kesimpulan bahwa kepercayaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

minat beli.

2.3 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh antara variabel Reputasi dengan Minat Beli

Sistem reputasi penjual merupakan upaya untuk menggambarkan platform e-

commerce untuk mengatasi permasalahan atau kesulitan yang dialami oleh calon pembeli

dalam memilih akun penjual untuk transaksi di platform e-commerce tersebut. Dharmaadi

dan Supangkat (2014) menyebutkan bahwa sistem reputasi yang digunakan dalam

platform C2C e-commerce umumnya sangat sederhana. Sistem akan menilai reputasi

akun penjual berdasarkan feedback atau kepuasan dari pembeli setelah berhasil

melakukan transaksi.

Živilė dan Gulevičiūtė (2015) yang menyimpulkan bahwa terdapat empat faktor yang

mempengaruhi pembelian online, dimana dua dari empat faktor tersebut termasuk dalam

variabel reputasi, yaitu faktor consumer-related (rekomendasi penyedia, customer

reviews, dan pegalaman berbelanja sebelumnya) dan faktor produk/jasa (ketersediaan

informasi di website). Kedua faktor tersebut dapat meningkatkan reputasi baik penjual.

Dengan demikian, maka hipotesis pertama adalah sebagai berikut:

H1: Reputasi berpengaruh positif terhadap minat beli produk


2.3.1 Pengaruh antara variabel Persepsi Harga dengan Minat Beli

Persepsi harga yang rendah akan berpengaruh terhadap sikap konsumen dalam

pencarian harga dan minat beli pada promosi di toko daring Shopee sehingga

pengorbanan yang dilakukan konsumen atas suatu pembayaran dapat diminimalisir oleh

persepsi penghematan harga yang berasal dari selisih harga referensi dan jumlah

penurunan harga (Khare et al., 2014). Selain itu, adanya flash sale pada jangka waktu

tertentu akan menyebabkan adanya tekanan waktu yang diberikan akan berpengaruh

terhadap hubungan nilai emosional yang dirasakan konsumen terhadap minat pembelian.

Tekanan waktu yang dirasakan oleh konsumen akan mengakibatkan terganggunya

penilaian secara objektif dari harga suatu produk (Peng et al., 2019:317- 328).

Persepsi harga dapat mempengaruhi minat pembelian, karena konsumen akan

mempertimbangkan harga pada produk tertentu, dimana persepsi harga yang dimiliki

konsumen akan mempengaruhi minat beli mereka (Ivoni et al., 2015:900).

Dengan demikian, maka hipotesis kedua adalah sebagai berikut:

H2: Persepsi harga berpengaruh positif terhadap minat beli produk

2.4 Kerangka Pemikiran

Reputasi
X1

H1

Minat Beli
Y
Persepsi Harga
H2
X2
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional


3.1.1 Variabel Penelitian
variabel adalah karakteristik individu atau objek yang dapat mempunyai nilai, skor,
ukuran yang berbeda untuk individu atau objek yang berbeda (M Abdullah, 2015) . Adapun
definisi kedua variabel tersebut yaitu :
1. Variabel Dependen (dependent variable) atau variabel tidak bebas, yaitu variabel yang
nilainya dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen yaitu Minat Beli (Y).
2. Variabel Independen (Independent Variable) atau variabel bebas, yaitu variabel yang
menjadi sebab terjadinya (terpengaruhnya) variabel dependen variabel tidak bebas). Variabel
independen yaitu Reputasi (X1) dan Persepsi Harga (X2)
3.1.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah seperangkat instruksi yang lengkap untuk menetapkan apa
yang diukur dan bagaimana cara mengukur variabel (M Abdullah, 2015). Adapun definisi
operasional dalam penelitian ini yaitu :
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

No Nama Definisi variabel Indikator Sumber


variabel

1 Minat Beli Minat beli merupakan a. Minat Transaksional: yaitu Ferdinand(


kecenderungan seseorang melakukan
kecenderungan 2022)
transaksi pembelian produk.
konsumen untuk b. Minat Referensial: yaitu kecenderungan
seseorang untuk mereferensikan atau
membeli suatu merek
mempengaruhi orang lain mengenai suatu
atau atau mengambil produk.
c. Minat Preferensial: yaitu minat yang
tindakan yang
menggambarkan perilaku seseorang yang
berhubungan dengan memiliki preferensi utama pada produk
tertentu. Preferensi ini hanya dapat diganti
pembelian yang
jika terjadi sesuatu atau terdapat pengganti
diukur dengan tingkat produk preferensi utamanya.
d. Minat Eksploratif: yaitu minat yang
kemungkinan
menggambarkan perilaku seseorang yang
konsumen melakukan akan selalu mencari informasi mengenai
pembelian produk terlebih dahulu sebelum
melakukan keputusan pembelian.
Informasi yang dicari mengenai produk
yang diminatinya akan mendukung sifat-
sifat positif dari produk tersebut.

2 Reputasi Reputasi adalah a. Lebih menyukai membeli merek yang Sari et al


sebuah aset tidak sama atau yang lain. (2013)
nyata yang sulit b. Akan memilih tetap membeli walau ada
diukur dan dijelaskan pilihan lain.
karena reputasi c. Keinginan tanpa paksaan
bukanlah suatu
produk yang dapat
dilihat. Walaupun
demikian, keberadaan
reputasi yang kokoh
dapat memperkuat
posisi perusahaan
diantara banyaknya
persaingan

3 Persepsi Persepsi harga adalah Kotler dan


Harga faktor yang secara 1. Keterjangkauan harga Armstrong
positif dapat 2. Kesesuaian harga dengan kualitas (2008:278
mempengaruhi minat produk )
beli seorang 3. Kesesuaian harga dengan manfaat
konsumen dimana hal 4. Daya saing harga
tersebut menunjukkan
bahwa harga yang
terdapat didalam
benak konsumen
dapat diterima dan
sesuai sehingga
menyebabkan
peningkatan minat
beli konsumen
terhadap pembelian
suatu produk.

3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, Dan Penentuan Sampel


3.2.1 Objek Penelitian Dan Unit Sampel
Penelitian dilakukan di Universitas Semarang dan yang menjadi objek adalah
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.
3.2.2 Populasi Dan Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah kumpulan unit yang akan diteliti ciri-ciri (karakteristik) nya, dan
apabila populasinya terlalu luas, maka peneliti harus mengambil sampel (bagian dari
populasi) itu untuk diteliti (M Abdullah, 2015). Berdasarkan ciri dan karakteristik tersebut,
populasi dapat dipahami sebagai kelompok individu atau proyek pengamatan yang minimal
memiliki satu persamaan karakteristik (Emory, 1995). Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Semarang. Dimana jumlah mahasiswa rata-
rata per tahun berjumlah 5000 mahasiswa..
b. Sampel
Sampel menurut Sugiyono (2001) merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah
dengan non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan penentuan
pengambilan jumlah responden (sampel) dilakukan melalui teknik accidental sampling atau
sampling kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan (accidental) bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2007). Pengambilan data dilakukan pada
saat mahasiswa melakukan aktifitas di kampus .
Penentuan jumlah minimal sampel dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut (Ferdinand,
2006) :
n = {5 sampai 10 × jumlah indikator yang digunakan}
= 5 × 11 indikator
= 55 sampel
Dari hasil perhitungan rumus di atas dapat diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti adalah
sebesar 55 responden.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini diperoleh melalui data primer dan data sekunder yang
masing-masing dijelaskan sebagai berikut.
3.3.1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan
dicatat untuk pertama kalinya. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner
tentang pengaruh reputasi dan persepsi harga terhadap minat beli produk.
1. Wawancara (interview)
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada
responden untuk mendapatkan data yang diperlukan yang berkaitan dengan penelitian.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Semarang yang merupakan pengguna shopee tentang pengaruh reputasi dan persepsi harga
terhadap minat beli produk.

2. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang disusun secara sistematis, dimana daftar pertanyaan tersebut harus dijawab oleh
responden. Kuesioner dalam penelitian ini berhubungan dengan pengaruh reputasi dan
persepsi harga terhadap minat beli produk
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi
yaitu pengumpulan data dari buku, surat kabar, majalah yang relevan dengan penelitian. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Fakultas Ekonomi Universitas Semarang dan
jurnal-jurnal yang berhubungan dengan pengaruh reputasi dan persepsi harga terhadap minat
beli produk.
3.3.2. Sumber Data
Sumber Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner tentang pengaruh
reputasi dan persepsi harga terhadap minat beli produk skincare di Shopee.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu
pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Semarang yang merupakan pengguna shopee:
1) membagikan kuesioner,
2) Responden diminta mengisi kuesioner pada lembar jawaban yang telah
disediakan,
3) kemudian lembar kuesioner dikumpulkan, diseleksi, diolah, dan kemudian
dianalisis.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif adalah analisis yang memberikan informasi hanya mengenai yang
dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis dan kemudian menarik inferensi yang
digeneralisasikan untuk data yang lebih besar dari populasi (Nurgiyantoro, dkk, 2004;8).
Analisis Deskriptif hanya dipergunakan untuk menyajikan dan menganalisis data agar
lebih bermakna dan komunikatif dan disertai perhitungan – perhitungan sederhana yang
bersifat lebih memperjelas keadaan dan atau karakteristik data yang bersangkutan
(Nurgiyantoro, dkk, 2004; 8).
Analisis Deskriptif merupakan pertanyaan skala Likert dari pertanyaan yang diberikan
kepada responden, yaitu (Durianto, dkk, 2001; 42):

a. Untuk jawaban “STS” sangat tidak setuju diberi = 1

b. Untuk jawaban “TS” tidak setuju diberi nilai = 2

c. Untuk jawaban “N” netral diberi nilai = 3

d. Untuk jawaban “S” setuju diberi nilai = 4

e. Untuk jawaban “SS” sangat setuju diberi nilai = 5


Analisis deskriptif tersebut dijabarkan ke dalam rentang skala (RS) sebagai berikut
(Durianto, dkk, 2001; 42):
1, 00 - 1, 80 = Sangat Jelek
1, 81 - 2, 60 = Jelek
2, 61 - 3, 40 = Cukup Jelek
3, 41 - 4, 20 = Baik
4, 21 - 5, 00 = Sangat Baik

3.5.2 Uji Instrumen


3.5.2.1 Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner
(Ghozali, 2009; 49). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi, validitas
adalah mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat betul - betul dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas dapat diketahui dengan melihat r hitung sig
< 0, 05 = valid dan r hitung sig > 0, 05 = tidak valid (Ghozali, 2009; 51)
3.5.2.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau konstruk (Ghozali, 2009; 45). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Jawaban responden terhadap pertanyaan ini dikatakan reliabel jika masing – masing
pertanyaan dijawab secara konsisten atau jawaban tidak boleh acak oleh karena masing –
masing pertanyaan hendak mengukur hal yang sama. Jika jawaban terhadap indikator ini
acak, maka dapat dikatakan bahwa tidak reliabel (Ghozali, 2009; 46).
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan One Shot atau pengukuran sekali saja.
Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan
lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Alat untuk mengukur reliabilitas
adalah Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila (Ghozali, 2009; 49):
1. Hasil α > 0, 60 = reliabel
2. hasil α < 0, 60 = tidak reliabel

3.5.3 Uji Asumsi Klasik


Sebelum dilakukan pengujian terhadap model penelitian, terlebih dahulu dilakukan
pengujian model tersebut apakah memenuhi asumsi klasik regresi, yang terdiri dari:
3.5.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan digunakan dalam
model regresi berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji suatu data berdistribusi normal
atau tidak, dapat diketahui dengan menggunakan grafik, yaitu grafik normal plot (Ghozali,
2009; 147). Pada grafik normal plot, dengan asumsi:
A. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
B. Apabila data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model
regresi tidak memenuhi uji asumsi normalitas.
Uji normalitas juga digunakan uji kolmogrov smirnov. Jika nilai Kolmogrov – smirnov lebih
besar dari α = 0,05, maka data normal (Ghozali, 2009;152)

3.5.3.2 Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2009; 125).
Deteksi ada tidaknya problem Heteroskedastisitas adalah dengan media grafik,
apabila grafik membentuk pola khusus maka model terdapat Heteroskedastisitas (Ghozali,
2009; 126).
Dasar pengambilan keputusan:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik (point – point) yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

3.5.3.3. Uji Multikolinearitas


Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel –
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi
antar sesama variabel bebas sama dengan nol (0). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009; 95):
a. Mempunyai angka Tolerance di atas atau > 0,1
b. Mempunyai nilai VIF di bawah atau < 10

3.5.4 Regresi Linier Berganda


Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan pengaruh dua atau lebih
variabel prediktor (variabel bebas) terhadap satu variabel kriterium (variabel terikat) atau
untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua buah variabel bebas
(X) atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y) (Usman dan Akbar, 2006;241).
Rumus (Usman dan Akbar, 2006; 242) :
Y = ɑ + b₁X₁ + b₂ X₂ + b₃X₃+ e
Dimana:
Y = Keputusan Menginap
a = Konstanta
b₁ - b3 = Koefisien Regresi
X1 = Kualitas Pelayanan
X2 = Fasilitas
X3 = Lokasi
e = error

3.5.5 Pengujian Hipotesis


3.5.5.1 Uji Hipotesis Parsial
Uji t digunakan untuk menunjukkan apakah suatu variabel independen secara
individu mempengaruhi variabel dependen(Ghozali,2001). Hipotesis yang dipakai adalah :
Merumuskan hipotesis
H0 : bi = 0 : Artinya suatu variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen
Ha : bi > 0 : Artinya suatu variabel independen berpengaruh positif
terhadap variabel dependen
Kriteria pengujian dengan tingkat signifikan (ᾳ) = 0,05 ditentukan sebagai berikut:
Apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Apabila t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak
3.5.5.2 Uji Ketepatan Model (Uji F)
Uji goodness of fit dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam
menaksir nilai aktual (Ghozali, 2001). Secara statistik dapat diukur dengan menggunakan :
Uji F (Uji Simultan) bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan ke dalam model secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2001).
a) Membuat hipotesis untuk kasus pengujian F-test di atas, yaitu:
• H0 : b1 = b2 = b3 = 0
Artinya: tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu Reputasi
(X1) dan Persepsi Harga (X2) secara simultan terhadap variabel dependen yaitu Minat
Beli (Y).
• Ha : b1− b3 > 0
Artinya: ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu Reputasi (X 1)
dan Persepsi Harga (X2) secara simultan terhadap variabel dependen yaitu Minat Beli
(Y).

b) Menentukan F tabel dan F hitung dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 % atau


taraf signifikansi sebesar 5 %, maka :
• Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, berarti masing-masing variabel bebas
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
• Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima, berarti masing-masing variabel bebas
secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat.

3.5.6 Koefisien Determinasi (R²)


Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
(Reputasi dan Persepsi harga) dalam menerangkan variasi variabel dependen / tidak bebas
(Minat Beli). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R² yang
kecil berarti kemampuan variabel – variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (cross
section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing – masing pengamatan,
sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien
determinasi yang tinggi (Ghozali, 2009;87).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap
jumlah variabel independen yang dimaksudkan kedalam model. Setiap tambahan satu
variabel independen, maka R² pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² (Adjusted R Square) pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau
turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2009;87).
Dalam kenyataan nilai adjusted R² dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki

harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai

adjusted dianggap bernilai 0. Secara matematis jika nilai R² = 1, maka adjusted R² = R² = 1.

Sedangkan jika nilai R² = 0, maka adjusted R² = (1 – k) / (n – k). Jika k > 1, maka adjusted R²

akan bernilai negatif


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

2.

3.

4.

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Hotel Crown Plaza Semarang berdiri pada Tanggal 1 agustus 2011 adalah

hotel bintang lima yang berlokasi di Jalan pemuda No. 188, Sekayu Semarang

Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah . Pada mulanya Hotel Crown Plaza

Semarang hanya memiliki 34 kamar, kini hotel ini telah berkembang dan menambah

kapasitasnya menjadi 100 kamar. Beberapa kamar juga direnovasi agar menjadi

lebih longgar dengan kapasitas antara 2 hingga 3 orang. Berkembangnya fungsi

hotel sekarang ini dari sekedar tempat menginap menjadi tempat pertemuan kerja

bahkan tempat rekreasi membuat hotel ini merasa perlu untuk menyediakan

beberapa fasilitas pendukung seperti tempat pertemuan, kolam renang, Restaurant,

laundry dan beberapa fasilitas lainnya. Berikut adalah beberapa fasilitas yang

terdapat di hotel ini antara lain:

1. Ballroom

2. Breakfast

3. Swimming Poll

4. Gym

5. Connection To Mall Paragon


Kini Hotel Crown Plaza Semarang memiliki 220 orang karyawan meliputi

manajemen hotel, resepsionis, room boy, engineering, security, laundry, pegawai

restaurant, tukang kebun dan lain- lain. Segala kegiatan yang berkaitan dengan

hotel berada dibawah tanggung jawab Barun Jolly selaku direktur

utama.Sebagaimana perusahaan lain, hotel ini juga mempunyai visi dan misi. Visi

hotel ini adalah untuk menjadi salah satu hotel yang berkualitas di Semarang,

sedangkan misi hotel ini adalah menjadi tempat singgah yang nyaman dengan

pelayanan yang memberikan kesan di hati para tamu. Dengan visi dan misi tersebut

diharapkan dijadikan pedoman bagi para karyawan dalam melayani setiap tamu

yang menginap di hotel ini. Target pasar dari hotel ini adalah untuk kalangan

menengah keatas dengan daftar tarif sebagai berikut:

Tabel 4.1

Tarif Hotel Crown Plaza Semarang

Jenis Kamar Tarif

Superior 2.500,000
Deluxe 2.700,000
Club room 5.555,000
Executive suite 8.000,000
President suite 13.000,000
Sumber: Arsip Hotel Crown Plaza Semarang 2017

Hotel ini juga akan memberikan diskon sebesar 10 % untuk pemesanan

minimal 10 kamar apa saja, selain itu disediakan juga potongan sebesar 10 % untuk

setiap tamu yang menginap minimal selama 5 hari berturut-turut. Strategi ini

penerapan diskon ini adalah salah satu strategi promosi yang diberikan oleh pihak

perusahaan untuk mempertahankan para konsumennya dalam rangka menghadapi

persaingan yang semakin ketat.


4.2. Deskripsi Responden Penelitian

Responden dari penelitian ini adalah tamu yang menginap di hotel crown

plaza semarang. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari dua

bagian, yaitu pertanyaan mengenai identitas responden dan pertanyaan mengenai

ketiga variabel independen yaitu kualitas pelayanan (service quality), fasilitas

(facility), Harga (cosh) dan variabel dependen penelitian yaitu keputusan menginap.

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai identitas responden berdasarkan jenis

kelamin, umur, dan pekerjaan. Penggolongan yang dilakukan terhadap responden

dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai gambaran

responden sebagai objek penelitian. Gambaran umum obyek penelitian tersebut

satu per satu dapat diuraikan sebagai berikut

1.

2.

3.

4.

4.1.

4.2.

4.2.1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data primer yang telah diolah, maka hasil persebaran responden

berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut

ini:

Tabel 4.2

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Jumlah (orang) Persentase (%)


Kelamin
Laki-laki 54 67,5
Perempuan 26 32,5
Total 80 100
Sumber: Data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari penelitian terhadap

80 responden menunjukkan bahwa penggolongan berdasarkan jenis kelamin yang

paling banyak adalah laki-laki yaitu 67,5 % dari total responden, sedangkan

perempuan hanya 32,5 % dari total responden.

4.2.2. Profil Responden Berdasarkan Usia

Dari penelitian 80 orang responden dengan klasifikasi berdasarkan umur

dapat ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3
Responden Berdasarkan Usia
Jumlah Persentase
Kelompok Umur
(orang) (%)
Sumber: Data
Kurang dari 20 Tahun 8 10
20 sampai dengan 30 22 27,5 primer yang
Tahun
30 sampai dengan 40 38 47,5 diolah, 2017
Tahun
Lebih dari 40 Tahun 12 15
Total 80 100

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 80 orang

responden sebagian besar berusia lebih dari 30 - 40 tahun dengan persentase

sebesar 47,5 % dari total responden diikuti dengan golongan umur 20 – 30 tahun

dengan persentase sebesar 27,5 %. Sisanya adalah untuk golongan umur lebih dari

40 tahun yakni sebesar 15 % dan 10 % untuk umur kurang dari 20 tahun.

4.2.3. Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan


Pada penelitian ini, 80 orang yang dipilih sebagai responden adalah hanya

yang berasal dari empat jenis pekerjaan, yaitu mahasiswa, TNI/POLRI, swasta /

wiraswasta dan PNS. Adapun persebaran responden berdasarkan Jenis Pekerjaan

tersaji dalam Tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4

Responden Berdasarkan Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) Sumber:

Mahasiswa/pelajar 8 10 Data
TNI/POLRI 16 20
PNS 19 23,75 primer
Pegawai Swasta/Wiraswasta 29 36,25
Lainya 8 10 yang
Total 80 100
diolah,

2017

Berdasarkan Tabel 4.4 yang tersaji di atas dapat dilihat bahwa responden

terbanyak berasal dari responden dengan pekerjaan sebagai Pegawai swasta/

wiraswasta dengan persentase sebesar 36,25 %. Untuk PNS berada pada posisi

kedua yakni 23,75% diikuti dengan TNI/POLRI dengan jumlah 20% dan untuk

mahasiswa/pelajar dan lainnya memiliki jumlah yang sama yakni 8%.

4.3. Analisis Deskriptif

Analisis ini bertujuan untuk mencari jawaban dari responden terhadap masing-

masing pertanyaan yang menjadi instrument penelitian ini. Dalam hal ini

dikemukakan mengenai deskriptif jawaban responden tehadap variabel yang diteliti,

akan dapat diketahui intensitas kondisi masing-masing variabel. Intensitas ini diisi

masing-masing variabel dapat dibedakan menjadi sangat tinggi, sedang, rendah,

dan sangat rendah untuk mengetahui frekuensi intensitas kondisi masing-masing


variabel data diketahui dengan perkalian antara skor tertinggi dalam setiap variabel

dengan jumlah item pertanyaan yang ada setiap variabel yang kemudian dibagi

menjadi 5 kategori (Sugiono, 2008).

Analisis deskriptif tersebut di jabarkan ke dalam rentang skala (RS) sebagai berikut

(Sugiono, dkk, 2008).

m−n
RS = k

Keterangan :

RS = Rentang Skala

m = Skor Maksimal

n = Skor Minimal

k = Jumlah Kategori

Langkah / Prosesnya yaitu :

5−1
RS = 5

RS = 0,80

Ketegori jawaban responden dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. 1,00-1,80 : sangat rendah atau sangat tidak baik yang menunjukan kondisi variabel yang

masih sangat rendah atau sangat kecil.

2. 1,81-2,60 : rendah atau tidak baik yang menunjukkan kondisi variabel yang masih rendah

atau kecil.

3. 2,61-3,40 : sedang atau cukup yang menunjukan kondisi variabel yang sedang atau

cukup.

4. 3,41-4,20 : tinggi atau baik yang menunjukkan kondisi variabel tinggi dan baik.
5. 4,21-5,00 : sangat tinggi atau sangat baik yang menunjukan kondisi variabel yang sangat

tinggi atau sangat baik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui tanggapan dari masing- masing

indikator dari setiap variabel sebagai berikut:

4.3.

4.3.1. Variabel Kualitas Pelayanan (X1)

Variabel Kualitas Pelayanan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

pertanyaan tentang: Bangunan dan iterior, kebersihan dan kenyamanan hotel,

kelengkapan fasilitas, kebersihan dan kerapian. Adapun hasil jawaban respondent

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Skor
NO Pertanyaan STS TS (2) N S SS (5) Indeks
(1) (3) (4) Jml
Karyawan Hotel Crown
Plaza cepat dan tepat - - 7 31 42 80
1 dalam memberikan 4,44
pelayanan kepada para - - (21) (124) (210) 355
tamu
- - 12 29 39 80
Karyawan Hotel Crown 4,34
2 Plaza ramah dan sopan
saat melayani para tamu - - (36) (116) (195) 347

Karyawan Hotel Crown - - 9 33 38 80


4,36
3 Plaza mengerti akan - - (27) (132) (190) 349
kebutuhan para tamu
Keluhan dari para tamu - - 10 29 41 80
4 selalu direspon dengan 4,38
baik oleh pihak hotel - - (30) (116) (205) 351
Total Rata-rata : 17,52 /4 4,38
Tanggapan Responden Kualitas Pelayanan (X1)
Sumber data primer yang diolah 2017
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa jumlah jawaban

responden untuk variabel Kualitas Pelayanan adalah 4,38 masuk kategori sangat

tinggi (rentang 4,21-5,00) untuk indikator Kualitas Pelayanan.

Penjelasan diatas mengidentifikasikan bahwa sebagian besar responden

merasa Kualitas Pelayanan yang diberikan oleh Hotel Crown Plaza Semarang

adalah sudah sangat baik. Karyawan Hotel cepat dan tepat dalam memberikan

pelayanan kepada para tamu, ramah dan sopan saat melayani para tamu, mengerti

akan kebutuhan para tamu, dan Keluhan dari para tamu selalu direspon dengan baik

oleh pihak Hotel Crown Plaza Semarang.

4.3.2. Variabel Fasilitas (X2)

Variabel Fasilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

pertanyaan tentang: Kamar Hotel Crown Plaza bersih dan nyaman, Tersedia lobi

yang nyaman untuk tempat menunggu, Fasilitas keluarga (kolam renang, restoran,

cafe) yang nyaman, Tersedia fasilitas parkir yang memadai. Adapun hasil jawaban

respondent adalah sebagai berikut:


Tabel 4.6
Tanggapan Responden FASILITAS (X2)

Skor
NO Pertanyaan STS TS N S SS Indeks
(1) (2) (3) (4) (5) Jml

Kamar Hotel Crown - 1 15 24 40 80


1 Plaza bersih dan 4,29
nyaman. - (2) (45) (96) (200) 343
- 1 18 19 42 80
Tersedia lobi yang 4,28
2 nyaman untuk tempat - (2) (54) (76) (210)
menunggu 342

Fasilitas keluarga - 1 22 20 37 80
(kolam renang, 4,16
3 - (2) (66) (80) (185)
restoran, cafe) yang 333
nyaman.
- - 16 26 38 80
Tersedia fasilitas parkir 4,28
4 - - (48) (104 (190)
yang memadai 342
)
Total Rata-rata : 17,01 / 4 4,25
Sumber data primer yang diolah 2017

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa jumlah jawaban

responden untuk variabel Fasilitas adalah 4,25 masuk kategori sangat tinggi

(rentang 4,21-5,00) untuk indikator Fasilitas Parkir yang memadai.

Penjelasan diatas mengidentifikasikan bahwa sebagian besar responden

merasa Fasilitas yang diberikan oleh Hotel Crown Plaza Semarang adalah sangat

tinggi. Kecepatan receptionis dalam melayani tamu, prosedur pendaftaran untuk

tamu yang bermalam serta pelayanan yang memuaskan.

4.3.3. Variabel Harga (X3)

Variabel Harga dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan pertanyaan

tentang: Harga Hotel Crown Plaza Semarang terjangkau, Harga yang ditawarkan

sesuai dengan pelayanan dan fasilitas yang di dapat, Harga dibanding manfaat yang
di peroleh sangat seimbang, Selalu ada pemberian discount atau potongan harga

kamar. Adapun hasil jawaban respondent adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7
Tanggapan Responden HARGA (X3)
Skor
STS TS N S SS Indek
NO Pertanyaan
(1) (2) (3) (4) (5) Jml s
- - 11 31 38 80
Harga Hotel Crown 4,34
1 Plaza semarang - - (33) (124 (190 347
terjangkau ) )
Harga yang ditawarkan - - 13 32 35 80
sesuai dengan 4,28
2 - - (39) (128 (175
pelayanan dan fasilitas 342
yang di dapat ) )
Harga dibanding - - 20 29 31 80
manfaat yang di 4,14
3 - - (60) (116 (155
peroleh sangat 331
seimbang ) )
- - 17 30 33 80
Selalu ada pemberian 4,2
4 discount atau potongan - - (51) (120 (165
harga kamar 336
) )
Total Rata-rata : 16,96 / 4 4,24

Sumber: Data Primer yang diolah 2017

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa jumlah jawaban

responden untuk variabel Harga adalah 4, 24 masuk kategori sangat tinggi (rentang

4,21-5,00) untuk indikator Harga.

Penjelasan diatas mengidentifikasikan bahwa sebagian besar responden

merasa Harga Hotel Crown Plaza semarang terjangkau, harga yang ditawarkan

sesuai dengan pelayanan dan fasilitas yang di dapat, harga dibanding manfaat yang

di peroleh sangat seimbang, selalu ada pemberian discount atau potongan harga

kamar sehingga pelanggan merasa nyaman dan pingin kembali ke Hotel Crown

Plaza Semarang.

4.3.4. Variabel Keputusan Menginap (Y)


Variabel Keputusan Menginap dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan pertanyaan tentang: Prioritas Utama, Kenyamanan, Memberikan

rekomendasi kepada orang lain, Serta Hotel yang sesuai dengan kebutuhan saya.

Adapun hasil jawaban respondent adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8
Tanggapan Responden
Skor
Indek
NO Pertanyaan STS TS N S SS
s
(1) (2) (3) (4) (5) Jml
Hotel Crown Plaza - - 15 33 32 80
menjadi Prioritas 4,21
1 utama saya dalam - - (45) (132 (160) 337
memilih tempat )
menginap.
Saya merasa nyaman - - 11 40 29 80
menginap di Hotel 4,23
2 Crown Plaza dan - - (33) (160 (145) 338
enggan berpindah ke )
tempat lain.
Saya akan memberikan - - 14 34 32 80
rekomendasi kepada 4,23
3 - - (42) (136 (160)
orang untuk menginap 338
di Hotel Crown Plaza )
Saya menginap di Hotel - 1 17 28 34 80
Crown Plaza karena 4,18
4 - (2) (51) (112 (170)
hotel ini sesuai dengan 335
kebutuhan saya )
Total Rata-rata : 16,85 / 4 4,21
Variabel Keputusan Menginap (Y)
Sumber Data Primer Yang Diolah 2017

Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa jumlah jawaban

responden untuk variabel Keputusan Menginap adalah 4,21 masuk kategori sangat

tinggi (rentang 4,21-5,00) untuk indikator Keputusan Menginap yaitu Prioritas

Utama, Kenyamanan, Memberikan rekomendasi kepada orang lain, Serta Hotel

yang sesuai dengan kebutuhan saya.


Penjelasan diatas mengidentifikasikan bahwa sebagian besar responden

merasa Puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh Hotel Crown Plaza Semarang

adalah sudah baik.

4.4. Analisis Data dan Pembahasan

4.4.1. Hasil Uji Validitas

Uji validitas akan menguji masing-masing variabel yang digunakan dalam

penelitian ini, dimana keseluruhan variabel penelitian memuat 17 pernyataan yang

harus dijawab oleh responden. Adapun kriteria yang digunakan dalam menentukan

valid tidaknya pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut: tingkat kepercayaan = 75 % (α = 5 %), derajat kebebasan (df) = n – 3 = 80 –

3 = 77 didapati r tabel = 0,224 Jika r hitung (untuk tiap butir dapat dilihat pada kolom

Corrected Item – Total Correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka

butir pernyataan dikatakan valid (Ghozali, 2005). Berdasarkan analisis yang telah

dilakukan, maka hasil pengujian validitas dapat ditunjukkan pada Tabel 4.9 sebagai

berikut:

Tabel 4.9

Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian


Sumber:
Item
Variabel r hitung r tabel Keterangan
Pernyataan

X1.1 0,707 0,224 Valid


KUALITAS X1.2 0,853 0,224 Valid
PELAYANAN X1.3 0,609 0,224 Valid
X1.4 0,823 0,224 Valid
X2.1 0,848 0,224 Valid
X2.2 0,773 0,224 Valid
FASILITAS
X2.3 0,813 0,224 Valid
X2.4 0,856 0,224 Valid
X3.1 0,834 0,224 Valid
X3.2 0,859 0,224 Valid
HARGA
X3.3 0,856 0,224 Valid
X3.4 0,850 0,224 Valid
Y1 0,942 0,224 Valid
Y2 0,886 0,224 Valid
K. MENGINAP
Y3 0,873 0,224 Valid
Y4 0,846 0,224 Valid
Data primer yang diolah dengan SPSS 21.0, 2017

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai dari r hitung keseluruhan

indikator yang diuji bernilai positif dan lebih besar daripada nilai r tabel. Maka dapat

diambil kesimpulan, bahwa seluruh keseluruhan butir indikator yang digunakan

dalam penelitian ini lolos dalam uji validitas dan dinyatakan valid.

4.4.2. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi konstruk atau variabel

penelitian. Untuk mengukur uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji

statistik Cronbach Alpha (α).

Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Alpha Keterangan


Kualitas 0,738 Reliabel
pelayanan
Fasilitas 0,841 Reliabel
Harga 0,872 Reliabel
K. menginap 0,910 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS 21.0, 2017

Dari tabel 4.10 diatas terlihat bahwa suatu konstruk atau variabel dikatakan

reliabel jika memberikan nilai koefisien Alpha lebih besar daripada 0, 60 (Nunnaly,

1967; dalam Ghozali, 2005). Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Cronbach’s Alpha sebesar X1=0,738. X2=0,842. X3=0,872. Y=0,910 memiliki

nilai koefisien Alpha lebih besar dari pada 0,60. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

4.4.3. Uji Asumsi Klasik

4.4.

4.4.1.

4.4.2.

4.4.3.

4.4.3.1. Uji Normalitas Data

Uji ini di pergunakan untuk menguji dalam sebuah produk regresi variabel

independent atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Namun

data dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov. Dasar pengambilan

keputusan:

 Jika nilai signifikansi > 0, 05 maka model dari regresi memenuhi asumsi

normalitas.

 Jika nilai signifikansi < 0, 05 maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Tabel 4.11
Normalitas Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kualitas Pelayanan Fasilitas Harga Keputusan Menginap
N 80 80 80 80
Mean 17,53 17,00 16,95 16,85
Normal Parameters a,b
Std. Deviation 2,074 2,733 2,550 2,620
Absolute ,141 ,143 ,147 ,135
Most Extreme Differences Positive ,116 ,136 ,116 ,117
Negative -,141 -,143 -,147 -,135
Kolmogorov-Smirnov Z 1,257 1,278 1,317 1,210
Asymp. Sig. (2-tailed) ,085 ,076 ,062 ,107
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS 21.0, 2017

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan data spss maka dapat

diketahui hasil perhitungan kolmogrov-smirnov adalah sebagai berikut:

 Kualitas pelayanan (X1) = 0,085 yang artinya ≥ 0, 05 maka populasi berdistribusi

normal.

 Fasilitas (X2) = 0,076 yang artinya ≥ 0, 05 maka populasi berdistribusi normal.

 Harga (X3) = 0,062 yang artinya ≥ 0, 05 maka populasi berdistribusi normal.

 Keputusan Menginap (Y) = 0,107 yang artinya ≥ 0,05 maka populasi

berdistribusi normal.

Selain pengujian kolmogrof – smirnov test, normalitas juga dapat dilihat atau

dideteksi dengan menggunakan grafik normal probability plot (P-Plot). Pada grafik

normal probability plot diatas terlihat titik menyebar berhimpit disekitar garis

diagonal, serta penyebaran mengikuti garis diagonal. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa dari ketiga grafik tersebut dapat dinyatakan bahwa model regresi

pada penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.1
Hasil Uji P-Plot
Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS 21.0, 2017

4.4.3.2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Menurut Ghozali

(2006) nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk multikolonieritas adalah tidak

melebihi 10 dan nilai tolerance di atas 0,10. Hasil uji multikolonieritas tertera pada

Tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.12
Multikolonieritas
Variabel Penelitian VIF Tolerance
Kualitas Pelayanan (X1) 1,573 0,636
Sumber: Data primer
Fasilitas (X2) 2,554 0,392
yang diolah Harga (X3) 2,105 0,475 dengan

SPSS 21.0, 2017

Dari tabel 4.12 diatas terlihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF

lebih besar dari 10 dan nilai tolerance yang lebih kecil dari 10% yang berarti bahwa

tidak terdapat korelasi antar variabel bebas yang lebih besar dari 95 %, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam

model regresi. Atau dengan kata lain model regresi dalam penelitian ini terbebas

dari gejala multikolonieritas.

4.4.3.3. Uji Heteroskedastisitas

1. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat melalui scatter plot pada Gambar dibawah :

Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)

Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS 21.0, 2017

Dari gambar scatterplot di atas dapat terlihat bahwa titik-titik menyebar secara

acak baik diatas maupun di bawah nol pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu

pola tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi, oleh karena itu model regresi dalam

penelitian ini layak dipakai untuk memprediksi keputusan menginap berdasarkan

masukan variabel independen yang meliputi Kualitas Pelayanan, Fasilitas Dan

Harga.

2. Hasil Uji Glejser dapat dilihat melalui Tabel 4.13 dibawah :

Tabel 4.13
Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
-1,018E- 1,251 ,000 1,000
(Constant)
013
Kualitas ,000 ,084 ,000 ,000 1,000 ,636 1,573
1 Pelayanan
Fasilitas ,000 ,081 ,000 ,000 1,000 ,392 2,554
Harga ,000 ,079 ,000 ,000 1,000 ,475 2,105
a. Dependent Variable: Abslt
Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS 21.0, 2017

Berdasarkan output diatas diktahui bahwa nilai signifikan variabel Kualitas Pelayanan

adalah (X1), Fasilitas (X2) dan Harga (X3) lebih besar dari 0,05 artinya tidak terjadi

heteroskedastisitas pada variabel Kualitas Pelayanan adalah (X1), Fasilitas (X2) dan Harga

(X3).

4.5. Analisis Regresi Linier Berganda

Besarnya perubahan pada faktor dependen (Y) akibat perubahan pada faktor

independen (X) secara parsial dapat dijelaskan melalui persamaan regresi yang

diperoleh. Dengan menggunakan program SPSS versi 21.0 diperoleh hasil seperti

yang tertera dalam Tabel 4.14

Tabel 4.14
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
-1,359 1,251 - ,281
(Constant)
1,086
Kualitas ,300 ,084 ,237 3,584 ,001 ,636 1,573
1 Pelayanan
Fasilitas ,483 ,081 ,504 5,968 ,000 ,392 2,554
Harga ,280 ,079 ,272 3,553 ,001 ,475 2,105
a. Dependent Variable: Keputusan Menginap
Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS 21.0, 2017

Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan, maka persamaan

regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:


Y = 0,237X1 + 0,504X2 + 0,272X3

Keterangan:

Y = Keputusan Menginap

X1 = Kualitas Pelayanan

X2 = Fasilitas

X3 = Harga

Dari persamaan di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Koefisien regresi pada variabel Kualitas Pelayanan (X1) sebesar 0,237 adalah

positif. Artinya bila terjadi peningkatan variabel Kualitas Pelayanan dimana variabel

lain konstan akan dapat meningkatkan Keputusan Menginap.

b) Koefisien regresi pada variabel Fasilitas (X2) sebesar 0,504 adalah positif. Artinya

bila terjadi peningkatan variabel Fasilitas (X2) dimana variabel lain konstan akan

dapat meningkatkan Keputusan Menginap.

c) Koefisien regresi pada variabel Harga (X3) sebesar 0,272 adalah positif. Artinya

bila terjadi peningkatan variabel Harga (X3) dimana variabel lain konstan akan dapat

meningkatkan Keputusan Menginap.

4.6. Pengujian Hipotesis (uji-t)

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat dan

melihat seberapa besar pengaruh Kualitas Pelayanan, Fasilitas, Harga, terhadap

Keputusan Menginap. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji pengaruh

masing-masing variabel terhadap Keputusan Menginap (dalam uji t)

4.4.4.

4.4.5.
Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas

(Kualitas Pelayanan, Fasilitas, Harga) secara parsial atau individual menerangkan

variabel terikat (Keputusan Menginap).

Tabel 4.15
Hasil Uji t

VARIABEL BEBAS T- HITUNG SIGNIFIKAN


Kualitas Pelayanan 3,584 0,001
Fasilitas 5,968 0,000
Harga 3,553 0,001
Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS 21.0, 2017

H0: bi = 0, Tidak ada pengaruh antara variabel independen dengan variabel

dependen

H1: bi > 0, variabel independen mempengaruhi veriabel dependen.

Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut:

1. Dari Tabel 4.15 dapat kita lihat bahwa nilai t hitung pada variabel Kualitas Pelayanan

adalah sebesar 3,584 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Karena nilai t hitung

lebih besar dari t tabel yaitu (3,584) > (1,664) dan nilai signifikansinya 0,001 < 0,05

maka H0 ditolak dan H1 diterima

Kesimpulan: variabel Kualitas Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Keputusan Menginap.

2. Dari Tabel 4.15 dapat kita lihat bahwa nilai t hitung pada variabel Fasilitas adalah

sebesar 5,968 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai t hitung lebih besar

dari t tabel yaitu (5,968) > (1,664) dan nilai signifikansinya 0,000 < 0, 05 maka H0

ditolak dan H1 diterima.

Kesimpulan: variabel Fasilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan

Menginap.
3. Dari Tabel 4.15 dapat kita lihat bahwa nilai t hitung pada variabel Harga adalah sebesar

3,553 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002. Karena nilai t hitung lebih besar dari t

tabel yaitu (3,553) > (1,664) dan nilai signifikansinya 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak dan

H1 diterima.

Kesimpulan: variabel Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan

Menginap.

4.7. Pengujian Model (Uji – F )

Pengujian model penelitian berupa pengaruh variabeel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel terikatnya dilakukan dengan menggunakan Uji-F

Tabel 4.16
uji Model
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 427,180 3 142,393 94,087 ,000b
1 Residual 115,020 76 1,513
Total 542,200 79
a. Dependent Variable: Keputusan Menginap
b. Predictors: (Constant), Harga, Kualitas Pelayanan, Fasilitas
Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS 21.0, 2017

Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan SPSS di peroleh nilai F

sebesar 94,087 dengan tingkat signifikan 0,000 jika di nilai dari tingkat signifikansi F

tersebut di peroleh bahwa nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti

bahwa variabel-variabel kualitas pelayanan, fasilitas, dan harga layak untuk

memprediksi keputusan menginap.

4.7.1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase

perubahan atau variasi dari variabel dependen bisa dijelaskan oleh perubahan atau
variasi dari variabel independen. Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi

dapat dijelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel dependen.

Semakin tinggi nilai koefisien determinasi akan semakin baik kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen. Hasil pengujian

koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R square pada analisis regresi

berganda.

Tabel 4.17
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,888a ,788 ,779 1,230
a. Predictors: (Constant), Harga, Kualitas Pelayanan, Fasilitas
b. Dependent Variable: Keputusan Menginap
Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS 21.0, 2017

Berdasarkan Tabel 4.17, koefisien determinasi memiliki adjusted R square

sebesar 0,779 Hal ini berarti 77,9% Keputusan Menginap (Y) yang dapat dijelaskan

oleh variabel-variabel independen yaitu Kualitas Pelayanan (X1), Fasilitas (X2),

Harga (X3). Sedangkan sisanya (100 % - 77,9% )= 22,1% dijelaskan oleh variabel-

variabel lain di luar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

4.8. Pembahasan

4.8.1. Variabel Kualitas Pelayanan

Variabel Kualitas Pelayanan berpengaruh positif terhadap Keputusan

Menginap dengan koefisien regresi sebesar 0,237, artinya semakin di tingkatkan

kecepatan pelayanan, sopansantun, karyawan mengerti akan kebutuhan para tamu,

dan keluhan dari para tamu selalu di respons dengan baik untuk semakin

meningkatkan keputusan menginap.


Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,

jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan (Tjiptono,2006). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan

penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen. Kualitas pelayanan dapat

diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan

yang nyata–nyata meraka terima atau peroleh dengan pelayanan yang

sesungguhnya mereka terima atau mereka harapkan terhadap atribut–atribut

pelayanan suatu perusahaan (Zeithaml et al, 1998).

Hasil penelitan mendukung penelitian yang dilakukan Taufik Hidayat,

Saryadi, Wahyu Hidayat (2015) yang berjudul “Pengaruh Kualitas pelayanan,

fasilitas, dan lokasi, terhadap Keputusan konsumen dalam memilih lembaga

pendidikan BBC-ETS Tlogosari Semarang” bahwa variabel kualitas pelayanan

berpengaruh signifikan secara positif terhadap variabel keputusan menginap.

4.8.2. Variabel Fasilitas

Variabel Fasilitas berpengaruh positif terhadap Keputusan Menginap dengan

koefisien regresi sebesar 0,504. Artinya, bahwa responden lebih dominan memberi

tanggapan sangat setuju, diantaranya dalam indikator Kamar Hotel Crown Plaza

bersih dan nyaman, Tersedia lobi yang nyaman untuk tempat menunggu, Fasilitas

keluarga (kolam renang, restoran, cafe) yang nyaman, untuk makin meningkatkan

keputusan menginap. di Hotel Crown Plaza Semarang.

Sesuai dengan Raharjani (2005) menyatakan bahwa apabila suatu

perusahaan jasa mempunyai fasilitas yang memadai sehinggga dapat memudahkan

konsumen dalam menggunakan jasanya dan membuat nyaman konsumen dalam

menggunakan jasanya tersebut tersebut maka akan dapat mempengaruhi


konsumen dalam melakukan pembelian jasa. Selain itu perusahaan yang

memberikan suasana menyenangkan dengan desain fasilitas yang menarik akan

mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Yanuar Pristanto (2012) yang

berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menginap pada Hotel

Bintang Mulia Jember” bahwa variabel kualitas pelayanan berpengaruh signifikan

secara positif terhadap variabel keputusan menginap.

4.8.3. Variabel Harga

Variabel berikutnya adalah Harga berpengaruh positif dengan koefisien

regresi sebesar 0,272. Artinya, mayoritas responden memberi tanggapan sangat

setuju dari beberapa indikator pertanyaan diantaranya tanggapan Harga Hotel

Crown Plaza semarang terjangkau, Harga yang ditawarkan sesuai dengan

pelayanan dan fasilitas yang di dapat, Harga dibanding manfaat yang di peroleh

sangat seimbang, akan meningkatkan keputusan menginap di Hotel Crown Plaza

Semarang.

Harga merupakan satu-satunya unsur yang menghasilkan penerimaan

penjualan. Peranan penetapan harga akan menjadi sangat penting terutama pada

keadaan persaingan yang semakin tajam dan perkembangan permintaan yang

terbatas. Dalam keadaan persaingan yang semakin tajam dewasa ini, terutama

sangat terasa dalam pasar pembeli (buyer market).

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Yanuar Pristanto (2012) yang

berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan menginap pada Hotel

Bintang Mulia Jember” bahwa variabel harga berpengaruh signifikan secara positif

terhadap variabel keputusan menginap.


BAB V

PENUTUP

1.

2.

3.

4.

5.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel Kualitas Pelayanan

terhadap variabel Keputusan Menginap.

2. Fasilitas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel Keputusan

Menginap.

3. Terdapat pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel Harga terhadap

variabel Keputusan Menginap.

4. Variabel yang paling berpengaruh terhadap keputusan menginap adalah variabel

Fasilitas

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan

saran-saran sebagai pelengkap terhadap keputusan menginap yang dapat diberikan

oleh Hotel Crown Plaza Semarang sebagai berikut :


1. Untuk meningkatkan keputusan menginap maka kualitas pelayanan harus

ditingkatkan terutama Karyawan Hotel Crown Plaza harus ramah dan sopan

saat melayani para tamu .

2. Untuk meningkatkan keputusan menginap maka Fasilitas harus ditingkatkan

terutama Fasilitas keluarga (kolam renang, restoran, cafe) yang nyaman.

3. Untuk meningkatkan keputusan menginap maka Harga yang harus disesuaikan

terutama Harga sebanding dengan manfaat.

5.3. Keterbatasan

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai beikut adalah

Dalam penelitian ini besarnya koefisien determinasi hanya 0,779% hal ini

menunjukkan bahwa dalam penelitian ini variabel Kualitas Pelayanan, Fasilitas,

Harga hanya bisa menjelaskan 77,9% saja dari variabel Keputusan Menginap. Maka

dari itu masih terdapat sisa yaitu 22,1% (100% -77,9% = 22,1%) dijelaskan oleh

variable-variabel lain diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

5.4. Agenda Peneliti Mendatang

Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ditentukan dalam penelitian ini,

maka pada penelitian mendatang :

1. Berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ditentukan dalam penelitian ini, maka pada

penelitian mendatang perlu menambah obyek penelitian.

2. Menambah variabel independen yang lain selain variabel yang digunakan dalam penelitian
ini. Yaitu variabel Tangibless atau bukti fisik, Reliability atau kehandalan, Responsiveness
atau ketanggapan, dan Assurance atau jaminan dan kepastian.
DAFTAR PUSTAKA

Adianto, R. (2009). Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi dan Komunikasi


dengan Pemanfaatan Software Delphi untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Skripsi
S1. FKIP UMS, Surakarta.

Adji, J dan Semuel, H. 2014. “Pengaruh Satisfaction dan Trust Terhadap Minat Beli
Konsumen (Purchase Intention) Di Starbucks The Square Surabaya,” Journal
Management Pemasaran Petra,Vol. 2, 1-10.

Ansori, S, M., Mansur, M., & Wahono, B. (2022). Pengaruh harga, citra merek dan kualitas
produk terhadap keputusan pembelian iphone di kota malang (studi kasus pada
konsumen iphone fineapple_id). e – Jurnal Riset Manajemen. (1) 1, ISSN 2733-8710

Assael, H. (2001). Consumer Behavior. (6th Edition). New York: Thomson-Learning.

Bruun, P., Jensen, M., & Skovgaard, J. (2002). e-Marketplaces: Crafting A Winning Strategy.
European Management Journal, 20(3), 286-298

Cockrill, Antje dan Mark M.H. Goode. (2015). Perceived Price And Price Decay In the DVD
Marke. The Journal of Product And Brand Management. 19 (5).

Durianto, D., & Liana, C. (2004). Analisi Efektivitas Iklan Televisi Softener Soft & Fresh di
Jakarta dan Sekitarnya dengan Menggunakan Consumen Decision Model. Jurnal
Ekonomi Perusahaan, 11(1), 35-55.

Ferdinand. (2002). Metode Penelitian Manajemen: Pedoman penelitian untuk Skripsi, Tesis,
dan Desertasi Ilmu Manajemen. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Idris,C.A. 2017. “Analisis pengaruh kualitas online Word-Of-Mouth dan keamanan terhadap
minat beli dengan kepercayaan sebagai variabel intervening pada pembelian produk
fashion di situs zalora Indonesia di semarang,” Diponegoro Journal of Management, Vol
6(3), 1–11. Islam,Vol. 7 (2), 143- 160.

Ivoni, Dzara., Santika, I.W., & Alit Suryani. 2015. “Pengaruh Persepsi Harga, Orientasi
Merek, dan Orientasi Belanja Terhadap Niat Beli Fashion Online,” E-Jurnal Manajemen
Unud, Vol. 4 (4). 898-911.

Kalakota, R and Whinston, A.B. 1997. Electronic Commerce: A Manager’s Guide. New
Jersey: Addison-Wesley Professional

Kannaiah, Desti, R. S. 2015. “The Impact of Augmented Reality on E-commerce,” Journal of


Marketing and Consumer Research, 64–73.

Khare, A., Achtani, D., & Khattar, M. 2014. “Influence of price perception and shopping
motives on Indian consumers’ attitude towards retailer promotions in malls,” Asia
Pacific Journal of Marketing and Logistics, Vol. 26(2), No. 272–295.

Klein, B.D. (2017). On the Development and Application of a Framework for Understanding
the Properties of Information Quality of Online Reputation Systems. Journal of the
Midwest Association for Information Systems, 17(1), 35-52

Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2012. Prinsip-prinsip pemasaran, Edisi 13 jilid 1. Jakarta.
Erlangga.

Laudon, K.C., Traver, C.G. (2015). E-commerce 2015. (11th Edition). United State of
America: Pearson.

Peng, L., Zhang, W., Wang, X., & Liang, S. 2019. Moderating effects of time pressure on the
relationship between perceived value and purchase intention in social E-commerce sales
promotion: Considering the impact of product involvement. Information and
Management, Vol. 56(2), 317–328.

Pratama, I.P.A.E. 2015. E-commerce, E- Business dan Mobile Commerce Berbasiskan Open
Source. Penerbit Informatika. Bandung.

Purbo, O., W. & Wahyudi, A., A. (2001). Mengenal eCommerce. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Schiffman & Kanuk. (2008). Perilaku Konsumen. (Edisi 7). Jakarta: Indeks.

Wijayanti, Ajeng. 2017. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Good Corporate Social


Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak. Economica, Vol. 5(2), 113-127.

Wu, F., Li, H. H., & Kuo, Y. H. (2011). Reputation Evaluation for Choosing a Trustworthy
Counterparty in C2C e-Commerce. Electronic Commerce Research and Applications,
10(4), 428-436

Wulansari, Anette. (2013). Pengaruh Brand Trust dan Perceived Quality terhadap Keputusan
Pembelian Ulang. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol 1 Nomor 2, 2 Maret, P.388-48.

You might also like