Professional Documents
Culture Documents
Jurnal
Jurnal
2
ISSN 2087 - 7889
ABSTRAK
21
Identifikasi Alga (Algae) sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran di Sungai Lamasi
22
Jumadil Awal, Hammado Tantu, Eka Pratiwi Tenriawaru (2014)
termometer air, kadar DO dan BOD suhu terendah berada pada stasiun 1 yaitu
dianalisis dengan menggunakan metode 24ºC.
Wrinkler, dan pH air diukur dengan Tabel 1. Data Hasil Analisis Suhu (ºC)
menggunakan indikator universal. Stasiun Rata-Rata Suhu
HASIL PENELITIAN 1 24
1. Analisis Suhu Air 2 26,5
Berdasarkan hasil penelitian yang 3 28,5
dilakukan berdasarkan 4 (empat) stasiun 4 32
didapatkan kisaran nilai suhu pada perairan
sungai Lamasi kabupaten Luwu adalah Berdasarkan data di atas maka
antara 24ºC-34ºC. Stasiun sampel yang grafik analisis suhu perairan sungai Lamasi
mempunyai nilai suhu yang tertinggi berdasarkan nilai rata-rata dari 4 Stasiun
berada pada stasiun 4 yaitu 34ºC. sampling sebagai berikut.
Sedangkan stasiun yang mempunyai nilai
30 24 Stasiun 1
Stasiun 2
20 Stasiun 3
Stasiun 4
10
Nilai Suhu
23
Identifikasi Alga (Algae) sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran di Sungai Lamasi
Nilai pH
Gambar 2 . Grafik DO
30 26 27,2
Stasiun 1
20
(BOD)
8,23 Stasiun 2
9,65
10
Stasiun 3
0
Stasiun 4
Nilai pH
Data yang diperoleh diatas, BOD sampling 2 dan stasiun sampling 3, dan
mengalami peningkatan pada stasiun BOD mengalami penurunan pada stasiun
24
Jumadil Awal, Hammado Tantu, Eka Pratiwi Tenriawaru (2014)
sampling 1 dan stasiun sampling 4. Nilai terendah berada pada stasiun 1 yaitu
BOD ini bergantung pada organisme pada bernilai 6.
sampel penelitian.
Tabel 4. Derajat Keasaman (pH)
4. Analisis pH Air Stasiun Rata-rata pH
Untuk mengukur derajat keasaman 1 6
air sungai Lamasi maka yang digunakan 2 6,5
adalah alat indikator pH. Berdasarkan hasil 3 7
penelitian yang dilakukan dari 4 (empat) 4 8
stasiun didapatkan kisaran nilai pH pada
perairan Sungai Lamasi Kabupaten Luwu Berdasarkan data di atas maka
adalah antara 6-8. Stasiun sampel yang grafik analisis suhu perairan Sungai lamasi
mempunyai nilai PH yang tertinggi berada berdasarkan nilai rata-rata dari 4 Stasiun
pada stasiun 4 yaitu bernilai 8. Sedangkan sampling adalah:
stasiun yang mempunyai nilai suhu
8 6 6,5 7
6 Stasiun 1
4 Stasiun 2
2 Stasiun 3
0 Stasiun 4
Nilai pH
Gambar 4. Grafik pH
25
Identifikasi Alga (Algae) sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran di Sungai Lamasi
Stasiun
NO. Divisi 1 2 3 4 Jumlah Rata-Rata
1 Nitzschia 12 30 72 12 126 50,4
2 Chlamydomonas 6 36 0 0 42 16,8
3 Monoraphidium 12 30 54 12 108 43,2
4 Oedogonium 6 12 6 0 24 9,6
5 Navicula 12 12 24 12 60 24
6 Arthrospira 0 0 30 6 36 14,4
7 Euglena 18 30 72 12 132 52,8
8 Excentrosphaera 0 6 24 12 42 16,8
9 Volvox 12 12 48 12 84 33,6
10 Dinophysis 0 6 6 12 24 9,6
11 Oscillatoria 6 0 84 6 96 38,4
12 Carteria 6 30 12 0 48 19,2
13 Sphaerellopsis 6 0 6 12 24 9,6
14 Eremosphaera 12 0 24 0 36 14,4
15 Protococcus 0 6 6 0 12 4,8
16 Chlorococcum 6 36 30 6 78 31,2
17 Chlorogonium 6 0 54 0 60 24
18 Phacotus 6 12 12 6 36 14,4
19 Oocystis 0 12 24 6 42 16,8
20 Tetraedron 12 30 36 6 84 33,6
jumlah 138 300 624 132 1194 477,6
Berdasarkan data di atas didapatkan Dimana rata-rata tersebut berasal dari hasil
total rata-rata dari jumlah spesies penjumlahan setiap stasiun. Rata-rata yang
mikroalga yang mendiami seluruh stasiun. didapatkan antara 4,5-43,5.
26
Jumadil Awal, Hammado Tantu, Eka Pratiwi Tenriawaru (2014)
45 Nitzschia
45 43,5 Chlamydomonas
Monoraphidium
40
36 Oedogonium
35 Navicula
33 Arthrospira
30 30 Euglena
27
Excentrosphaera
25 Volvox
Dinophysis
20 19,5
18 19,5 Heterosigma
18 Carteria
15 15 16,5
10,5 Sphaerellopsis
10 9 10,5 Eremosphaera
7,5 10,5
Protococcus
5 4,5 Chlorococcum
4,5 4,5
Chlorogonium
0
Phacotus
Oocystis
Nilai Rata-Rata Keseluruhan Stasiun Tetraedron
27
Identifikasi Alga (Algae) sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran di Sungai Lamasi
28
Jumadil Awal, Hammado Tantu, Eka Pratiwi Tenriawaru (2014)
29
Identifikasi Alga (Algae) sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran di Sungai Lamasi
30
Jumadil Awal, Hammado Tantu, Eka Pratiwi Tenriawaru (2014)
31
Identifikasi Alga (Algae) sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran di Sungai Lamasi
pada stasiun ini mempunyai arus yang dan 1,5 – 3,0 tercemar sangat ringan. Dari
tenang tapi pada stasiun ini terjadi aktivitas penjelasan tersebut jika nilai koefisien
pengerukan sungai sehingga saprobitas semakin rendah maka tingkat
keanekaragamannya sedikit hal ini terjadi pencemaran bahan organik dan anorganik
karna bahan-bahan material sungai akan semakin berat dan sebaliknya apabila
menggangu keberadaan mikroalga dan nilai koefisien saprobitas semakin tinggi
juga suhu pada stasiun ini meningkat. maka tingkat pencemaran bahan organik
Sedangkan pada stasiun 2 dan 3 dan anorganik akan semakin ringan pula.
mempunyai nilai masing-masing 2,42 dan Nilai koefisien saprobitas yang
2,542 dengan nilai tertinggi dari pada tertinggi berada pada stasiun 1 dan 2
stasiun lainnya, hal ini dikarenakan pada dengan nilai koefisien 0,76 dan 0,88, pada
stasiun 2 berdekatan dengan bahan stasiun ini tingkat pencemarannya ringan
pencemar organik seperti pupuk organik dengan fase saprobik β- mesosaprobik dan
pertanian sehingga keanekaragamannya bahan pencemarnya adalah Organik dan
lebih tinggi dibandingkan stasiun 1 dan 4, Anorganik. Sedangkan nilai Koefisian
begitupula dengan stasiun 3 yang Saprobitas yang terendah berada pada
berdekatan dengan limbah peternakan stasiun 3 dan 4 dengan nilai Koefisien
sehingga pada stasiun ini keanekaragaman Saprobitas 0,228 dan 0,114, pada stasiun
mikroalga yang tertinggi pada masing- ini tingkat pencemarannya sedang dengan
masing stasiun. fase saprobik β/α-mesosaprobik dan bahan
pencemarnya adalah huruf kecil.
7. Nilai Koefisien Saprobitas Stasiun 1 dan Stasiun 2 yang
Hasil analisis data nilai koefisien mempunyai nilai koefisien saprobitas
saprobik di Sungai Lamasi berkisar antara tinggi disebabkan karena pada kedua
0,114 sampai 0,88. Hal ini menunjukkan Stasiun ini memiliki arus yang cukup deras
bahwa perairan tersebut berada dalam fase sehingga bahan pencemar organik dan
β/α-mesosaprobik dan dalam fase β- anorganik lebih terbawa arus dibandingkan
mesosaprobik, yang artinya perairan dengan mengendap atau tinggal di sekitar
tersebut tercemar sedang dan tercemar Stasiun 1 dan 2. Tapi nilai Koefisien pada
ringan dimana bahan pencemarnya adalah stasiun 1 lebih rendah dibandingkan pada
bahan organik dan anorganik. Hal ini Stasiun 2, ini dikarenakan pada stasiun ini
terjadi dikarenakan zat pencemar yaitu masih terdapat sedikit sampah rumah
bahan organik dan anorganik yang berupa tangga yang sengaja dibuang oleh
sampah rumah tangga, limbah peternakan, masyarakat, juga pada stasiun ini
dan limbah pertanian yang mencemari dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan
perairan tersebut. Menurut Koesoebiono mandi dan mencuci. Sedangkan pada
(1987) dalam hubungan antara koefisien stasiun 3 dan 4 nilai koefisien cenderung
saprobik dengan tingkat pencemaran lebih rendah, ini dikarenakan stasiun ini
perairan, apabila nilai koefisien saprobik (- memiliki arus yang lambat sehingga bahan
3) – (1,5) tercemar sangat berat, (-1,5) – pencemar akan tinggal dikedua Stasiun ini.
(0,5) tercemar cukup berat, (-0,5) – (0,5) Stasiun 4 lebih rendah dibandingkan
tercemar sedang, 0,5 – 1,5 tercemar ringan, dengan stasiun 3 dikarenakan pada stasiun
32
Jumadil Awal, Hammado Tantu, Eka Pratiwi Tenriawaru (2014)
ini terjadi aktivitas pengerukan sehingga Maka pada hasil analisis tingkat
bahan pencemar organik dan anorganik pencemaran dapat disimpulkan bahwa
yang tadinya mengendap di dalam tanah perairan sungai Lamasi telah tercemar.
perairan akan bercampur kembali bersama
dengan air. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan data yang diperoleh
Effendi, H., 2003. Telaah kualitas Air Bagi
dimana pada stasiun 1 memiliki nilai
Pengelolaan Sumber Daya dan
saprobitas 0,76, stasiun 2 memiliki nilai Lingkungan Perairan.
saprobitas 0,88, stasiun 3 memiliki nilai Yogyakarta: Kanisius.
saprobitas 0,228, dan stasiun 4 memiliki
nilai saprobitas 0,114. Maka dapat Fukuyo, Y. 2000. Red Tide Microalga.
disimpulkan bahwa perairan sungai lamasi (Online) fukuyo@mail.ecc.u-
telah tercemar ringan dan tercemar sedang. tokyo.ac.jp. Diakses tanggal 9
November 2013.
KESIMPULAN Hutabarat, S dan Evans, S.M.. 2006.
Berdasarkan hasil penelitian dan Pengantar Oseanografi. Jakarta:
pembahasan di atas, maka dapat Universitas Indonesia.
disimpulkan bahwa:
1. Kelimpahan Alga di Sungai Lamasi Jhon, D.M., B.A. Whitton, & A.J. Brook.
disebabkan oleh faktor bahan 2002. The Freshwater Alga Flora
of the British Isles.
pencemar seperti kandungan limbah
Cambridge: The United Kingdom
organik maupun limbah anorganik, at the University Press.
dengan semakin tingginya limbah
organik maka alga akan semakin Koesoebiono. 1987. Metode Dan Tekhnik
melimpah pula karna bahan organik Pengukuran Biologi Perairan.
tersebut dapat diserap oleh tubuh, Bogor: Kursus Amdal
angkatan V.
sedangkan semakin banyak limbah
anorganik maka kelimpahan mereka Lee, C.D., S.B. Wang, and C.L. Kuo. 1987.
semakin banyak pula karena predator Benthic Macroinvertebrate and
mereka tidak dapat tahan dengan Fish as Biological Indicator of
toksik yang terkandung pada perairan. Water Quality with Reference to
2. Hasil analisis tingkat pencemaran Community Diversity
didapatkan bahwa nilai pH pada Development Countries. Bangkok.
P. 233.
masing-masing stasiun berkisar antara
24ºC sampai 34ºC, nilai pH berkisar Morganof. 2007. Model Pengendalian
antara 6-8, nilai DO berkisar antara Pencemaran Perairan di Danau
8,58 ppm - 18,14 ppm dan BOD Maninjau Sumatera Barat.
berkisar antara 8,23 ppm - 27,2 ppm. Disertasi. Sekolah Pascasarjana,
3. Stasiun yang paling tinggi tingkat Institut Pertanian Bogor.
pencemarannya berada pada stasiun 3
Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas
dan stasiun yang palin rendah tingkat Air. Jakarta: Universitas Trisakti.
pencemarannya berada pada stasiun 1.
33
Identifikasi Alga (Algae) sebagai Bioindikator Tingkat Pencemaran di Sungai Lamasi
34