You are on page 1of 48

TINJAUAN TEORI

ASUHAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR ( BBL )

Mata Kuliah: Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

Disusun Oleh :
Verlingga Diah Oktiasa Putri
P27824221061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
2022
BAB 1

LANDASAN TEORI PERSALINAN

1.1 Konsep Dasar Persalinan


1.1.1 Pengertian

1. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (Sondakh, 2015).
2. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat
hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Mochtar,
2012: 91).
3. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. (Saifuddin, 2014: 100).
1.1.2 Jenis Persalinan
1. Menurut Manuaba et al (2012:164) cara- cara persalinan yaitu :
a. Persalinan spontan
Bila persalinan berlangsung menggunakan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran (partus presipitatus).
2. Menurut umur kehamilan
a. Partus Immaturus
Pengeluaran buah kehamilan kurang dari 28 minggu dan lebih dari 20 minggu
dengan berat janin antara 500-1000 gram (Saifuddin, 2014:180).
b. Partus Prematurus
Suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup, tetapi belum aterm (cukup

2
bulan). Berat janin antara 1000 sampai 2500 gram atau tua kehamilan antara 28
minggu sampai 36 minggu (Saifuddin, 2014:180).

3
c. Partus maturus (aterm).
Bila hasil konsepsi dikeluarkan dengan berat badan lebih dari 2501 gram atau usia
kehamilan 38-42 minggu (Manuaba et al, 2012:287).
d. Partus serotinus
1.1.3 Bila persalinan atau pengeluaran hasil konsepsi terjadi setelah melewati usia kehamilan 42
minggu (Manuaba et al, 2012:287).Teori Penyebab Mulainya Persalinan
1. Teori Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun
(Mochtar, 2012: 92).
2. Teori Ketegangan menurut Manuaba (2010: 159)
a. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
c. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan
tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan ischemia otot-otot rahim,
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta (Mochtar, 2012: 92).
4. Teori Oksitosin Internal menurut Manuaba (2012:159)
a. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
b. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas
otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
c. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin
dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
5. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (Fleksus frankenhauser). Bila ganglion
ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
(Mochtar, 2012: 92).
6. Teori Prostaglandin menurut Manuaba (2012:159) adalah:

4
a. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang di
keluarkan oleh desidua.
b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
c. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Yanti (2014: 21-49) faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain:
1. Power
Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin
keluar adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen,
dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
a. His (kontraksi uterus)
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot rahim bekerja dengan baik dan
sempurna dengan sifat kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti
relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek. Kavum uteri manjadi lebih kacil mendorong janin dan kantong
amnion ke arah bawah rahim dan serviks. Dalam melakukan observasi ibu bersalin
hal-hal yang harus diperhatikan dari his adalah:
1) Frekuensi his adalah jumlah his daam waktu tertentu biasanya per menit atau
per 10 menit.
2) Intensitas his adalah kekuatan his (adekuat atau lemah).
3) Durasi (lama his) adalah lamanya setiap his yang berlangsung dan ditentukan
dengan detik misalnya 50 detik.
4) Interval his adalah jarak antara his yang satu dengan his yang berikutnya,
misalnya his datang 2-3 menit.
5) Datangnya his, apakah his datang sering, teratur atau tidak.
Pace maker yaitu pusat koordinasi his berada di sudut tuba dimana gelombang his
berasal, dari sini gelombang his bergerak ke dalam dan ke bawah. Fundus
dominan adalah kekuatan paling tinggi dari his yang sempurna berada di fundus
uteri. Kekuatan his yang paling lemah berapa pada segmen bawah rahim (SBR).
Perubahan-perubahan akibat his:

5
1) Pada uterus dan serviks, uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Serviks
tidak memiliki otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul his maka
terjadi pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks.
2) Pada ibu, rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat pula
kenaikan nadi dan tekanan darah.
3) Pada janin, pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang sehingga
timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas
didengar karena adanya iskemia fisiologis. Bila trjadi hipoksia yang lama,
misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksi dengan
denyut jantung janin diatas 160 permenit dan tidak teratur.
Pembagian his dan sifatnya:
1) His pendahuluan, his tidak kuat dan tidak teratur namun menyebabkan
keluarnya bloody slow.
2) His pembukaan (Kala I) menyebabkan pembukaan serviks, samakin kuat,
teratur dan sakit.
3) His pengeluaran (Kala II) untuk mengeluarkan janin, sangat kuat, teratur,
simetris, terkoordinasi dan lama. Koordinasi bersama antara kontraksi otot
perut, diafragma dan ligamen.
4) His pelepasan uri (Kala III) kontraksi sedang untuk melepaskan dan
melahirkan plasenta.
5) His pengiring (Kala IV) kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (merian), terjadi
pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.
b. Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak keluar
selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal. Tekanan ini serupa dengan
tenaga mengejan waktu kita buang air besar tetapi jauh lebih kuat lagi.
Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu
menutup glottisnya, mengontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragma ke
bawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap
dan paling efektif sewaktu ada his.

6
c. Passanger
Faktor lain yang berpenaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang meliputi
sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah janin dan posisi janin.
a. Sikap (habitus)
Sikap janin menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin,
biasanya terhadap tulang punggung. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana
kepala, tulang punggung dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di
dada.
b. Letak (situs)
Letak janin adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya
letak lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu, letak membujur
dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak
sungsang.
c. Presentasi
Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang berada di bagian bawah
rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya
presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-lain.
d. Bagian terbawah janin sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya.
e. Posisi janin
Posisi janin digunakan untuk indikator atau menetapkan arah bagian terbawah
janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap sumbu ibu
(martenal-pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala (LBK), UUK kiri depan,
UUK kanan belakang.

2. Passage
Passage atau jalan lahir dibagi atas bagian keras (tulang-tulang/rangka panggul) dan
bagian lunak (otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen).
a. Bagian keras panggul
1) Tulang panggul
a) Os coxae : os ilium, os ischium, os pubis

7
b) Os sacrum : promontorium
c) Os coccygis
2) Artikulasio (persendian)
a) Simpisis pubis, didepan pertemuan os pubis
b) Artikulasi sacro-iliaka yang menghubungkan os sacrum dan os ilium
c) Artikulasi sacro-coccygium yang menghubungkan os sacrum dan os
coccygis
3) Ruang panggul
a) Pelvis mayor (false pelvis)
b) Pelvis minor (true pelvis)
Pelvis mayor terletak di atas linea terminalis yang di bawahnya disebut pelvis
minor.
4) Pintu panggul
a) Pintu atas panggul (PAP) disebut inlet, dibatasi oleh linea terminalis/linea
inominata
b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadika, disebut
midlet
c) Pintu bawah panggul (PBP) dibatasi simpisis dan arkus pubis, disebut
outlet
5) Sumbu panggul
Sumbu panggul adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah panggul
yang melengkuk ke depan (sumbu carus).
6) Bidang-bidang panggul
a) Bidan Hodge I : jarak antara promontorium dan pinggir atas simpisi,
sejajar dengan PAP
b) Bidang Hodge II : sejajar dengan PAP, melewati pinggir bawah simpisis
c) Bidang Hodge III : sejajar PAP, melewati spina ischiadika
d) Bidang Hodge IV : sejajar PAP, melewati ujung coccygis
7) Ukuran-ukuran panggul
Ukuran panggul luar:

8
a) DS : distansia spinarum yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior
superior (24-26 cm)
b) DC : distansia cristarum yaitu jarak antara kedua crista iliaka kanan dan
kiri (28-30 cm)
c) CE : conjugata eksterna (baudeloque) (18-20 cm)
d) DT : distensia tuberum, dengan mnggunakan jangka oseander (10,5 cm)
e) CD : conjugata diagonalis, dengan periksa dalam (12,5 cm)
Ukuran pangul dalam:
a) Pintu atas panggul: bidang yang dibentuk oleh promontorium, linea
nominata dan pinggir atas simpisis pubis.
b) Konjugata vera dengan pemeriksaan dalam diperoleh conjugata
diagonalis 11 cm-1,5 cm.
c) Conjugata transversa 12-13 cm
d) Conjugata oblique 13 cm
e) Conjugata obstetrika adalah jarak bagian tengah simpisis ke
promontorium
f) Ruang tengah pangul
g) Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
h) Bidang sempit ukurannya 11,5 x 11 cm
i) Jarak antara spina ischiadika 11 cm
j) Pintu bawah panggul
k) Ukuran anterio-posterior 10-11 cm
l) Ukuran melintang 10,5 cm
m) Sudut arkus pubis membentuk 90° lebih
n) Inklinasi pelvis (miring panggul) adalah sudut yang dibentuk dengan
horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-60°
b. Bagian lunak panggul
Jalan lahir lunak yang berperan dalam persalinan adalah SBR, serviks, uteri dan
vagina. Disamping itu otot-otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-
alat urogenetal juga sangat berperan dalam persalinan. Dasar panggul (pelvic
floor) terdiri dari:

9
1) Diafragma pelvis adalah bagian dalam yang terdiri dari M. Levator ani dan
M. Pubococcygeus, M. Illeococcygeus dan M. Ischiococcygeus.
2) Diafragma urogenetal terdiri dari perineal faciae otot-otot superficial.
3. Psikis Ibu
Dalam fase persalinan juga terjadi peningkatan kecemasan, dengan meningkatnya
kecemasan akan semakin meningkatkan intensitas nyeri. Fenomena hubungan antara
cemas dan nyeri dan sebaliknya merupakan hubungan yang berkorelasi positif. Dengan
semakin majunya proses persalinan menyebabkan perasaan ibu hamil semakin cemas
dan rasa cemas tersbut menyebabkan rasa nyeri semakin intens, demikian pula
sebaliknya sensasi nyeri yang diderita ibu bersalin tersebut berasal dari sinyal nyeri
yang timbul saat otot rahim berkontraksi dengan tujuan untuk mendorong bayi yang
ada didalam rahim keluar.
Stress persalinan tidak hanya berdampak pada ibu, tetapi juga terhadap janin. Sebab
ibu yang mengaami stress, sinyalnya berjalan lewat aksis HPA (Hipotalamo-Pituitari-
Adrenal) dapat menyebabkan lepasnya hormon stress antara lain ACTH, Kortisol,
Katekolamin, β-Endropin, Gh, Prolaktin dan LH/FSH. Akibatnya terjadi
vasokonstriksi sistemik, termasuk diantaranya kontriksi vaso utero plasenta yang
menyebabkan gangguan aliran darah didalam rahim, sehingga penyampaian oksigen
ke dalam miometrium terganggu, berakibat melemahnya kontraksi rahim.
4. Penolong
Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus
ditetapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin disetiap tahapan
persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Tenaga
kesehatan yang juga menjadi pelaksana pertolongan persalinan, yang juga harus
mampu untuk mengenali (sejak dini) setiap komplikasi yang mungkin terjadi dan 1
mengambil tindakan yang diperlukan dan sesuai dengan standar yang diinginkan
(Yanti, 2014: 21-49).
1.1.5 Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Yanti (2009: 9-10) tanda-tanda persalinan antara lain:
1. His persalinan
Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifat-sifatnya sebagai berikut:

10
a. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut depan
b. Makin lama makin pendek intervalnya dan makian kuat intensitasnya
c. Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
d. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan pembukaan serviks
2. Bloody show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervikalis keluar disertai
dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput
janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah
terputus.
3. Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan yang banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal
ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau
pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang lamban sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun demikian diharapkan persalinan akan mulai dalam 24 jam setelah ketuban
keluar.
1.1.6 Kala Dalam Persalinan dan Tanda- Tandanya
1. Kala I
Menurut Yanti (2014: 6) kala I atau kala pembukaan adalah periode persalinan yang
dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap.
Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi:
a. Fase laten yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm yang
pada primi membutuhkan waktu ± 8 jam dan pada multi membutuhkan waktu ± 4
jam.
b. Fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat dan terbagi lagi menjadi:
1) Fase akselerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3-4 cm yang dicapai dalam
2 jam.
2) Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4-9 cm yang dicapai dalam 2 jam.
3) Fase decelerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9-10 cm selama 2 jam
Menurut Yanti (2014: 10) tanda-tanda kala I yaitu:

11
a. His belum kuat, datangnya 10-15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu
sehingga ia sering masih dapat berjalan.
b. Lambat laun his bertambah kuat, interval lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan
lebih lama.
c. Bloody show bertambah banyak
d. Lama kala I untuk primi 12 jam dan untuk multi 8 jam
e. Pedoman untuk mengetahu kemajuan kala I adalah kemajuan pembukaan 1 cm
sejam untuk primipara dan 2 cm sejam bagi multipara, walaupun ketentuan ini
sebetulnya kurang tepat.
2. Kala II
Menurut Yanti (2014: 6-11) kala II atau kala pengeluaran adalah periode persalinan
yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Tanda-tanda kala II yaitu:
a. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya tiap 2-3
menit.
b. Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan
sekonyong-konyong dan banyak.
c. Pasien mulai mengejan.
d. Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul,
perineum menonjol, vulva membuka dan rektum membuka.
e. Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan menhilang waktu his
berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut kepala
membuka pintu.
f. Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa
mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada dibawah
simpisis disebut kepala keluar pintu.
g. Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan
mulut pada commisura posterior.
h. Saat ini untuk primi para, perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya
karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut.

12
i. Setelah kepala, dilanjutkan putaran paksi luar, sehingga kepala melintang, vulva
menekan pada leher dengan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung
anak keluar lendir dan cairan.
j. Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh
badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir.
k. Sesudah anak lahir, sering keluar sisa ketuban, yang tidak keluar ketika ketuban
pecah, kadang-kadang bercampur darah.
l. Lama kala II untuk primipara 50 menit dan pada multipara 20 menit.
3. Kala III
Menurut Yanti (2014: 6-12) kala III atau kala uri adalah periode persalinan yang
dimulai dari lahirnya bayi sampai dengan lahirnya plasenta. Tanda-tanda kala III yaitu:
a. Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi
disebut his pengeluaran uri yaitu his yang melepaskan uri sehingga terletak pada
segmen bawah rahim (SBR) atau bagian atas dari vagina.
b. Setelah anak lahir uterus teraba seperti tumor yang keras, segmen atas lebar karena
mengandung plasenta, fundus uteri teraba sedikit dibawah pusat.
c. Bila plasenta telah lepas bentuk uterus menjadi bundar dan tetap bundar hingga
perubahan bentuk ini dapat diambil sebagai tanda pelepasan plasenta.
d. Jika keadaan ini dibiarkan, maka setelah plasenta lepas fundus uteri naik sedikit
hingga setinggi pusat atau lebih dan bagian tali pusat diluar vulva menjadi lebih
panjang.
e. Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam SBR atau bagian
atas vagina dan dengan demikian mengangkat uterus yang berkontraksi, dengan
sendirinya akibat lepasnya plasenta maka bagian tali pusat yang lahir menjadi
lebih panjang.
f. Lama kala uri 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit.

Cara pelepasan plasenta menurut Yanti (2014: 194) yaitu:


a. Schulze
Lepasnya seperti kita menutup payung (80% sering terjadi). Yang lepas dahulu
adalah bagian tengah, lalu terjadi retro plasenta, hematoma yang menolak uri,

13
mula-mula bagian tengah kemudian seluruhnya. Perdarahan biasanya tidak terjadi
sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.

b. Duncan
Lepasnya uri dimulai dari pinggir, darah mengalir keluar antara selaput ketuban.
Jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian plasenta lepas sampai seluruhnya.
Pelepasan cara ini terutama terjadi pada plasenta letak rendah.
Cara memeriksa pelepasan plasenta menurut Yanti (2014: 194) yaitu:
a. Prasat kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/diatas simpisis, tali pusat di
regangkan, bila tali pusat masuk berarti belum lepas, bila maju berarti sudah lepas.
b. Prasat klein
Sewaktu ada his, rahim kita dorong sedikit, tali pusat kembali berarti belum lepas,
bila diam/turun berarti lepas.
c. Prasat strassman
Tangan kanan meregangkan tali pusat, tangan kiri mengetok fundus, jika bergetar
berarti belum lepas, jika tidak bergetar berarti sudah lepas.
d. Prasat manuaba
Tangan kiri memegang uterus pada segmen rahim, sedangkan tangan kanan
memegang dan meregangkan tali pusat. Bila tarikan terasa berat dan tali pusat
memanjang berarti belum lepas. Bila tarikan terasa ringan dan tali pusat
memanjang berarti sudah lepas.
4. Kala IV
Menurut Yanti (2014: 7) kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam
klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV persalinan
meskipun masa setelah plasenta adalah masa dimulainya masa nifas (puerperium),
mengingat masa ini sering timbul perdarahan.

14
1.1.7 Mekanisme Persalinan
Menurut Manuaba (2016) adalah rentetan gerakan pasif dan fetus melalui jalan lahir
kelahiran. Pada persalinan yang normal, yaitu dengan letak belakang kepala, maka
gerakan-gerakan yang dibuat untuk melalui jalan kelahiran itu adalah sebagai berikut:
1. Turunnya Kepala
a. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi
pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multi biasanya terjadi pada
permulaan persalinan. Masuknya kepala dalam PAP biasanya dengan sutura
sagitalis melintang dan fleksi ringan.
1) Synclitismus, kalau sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir ialah
tepat diantara symphisis dan promontorium.
2) Asynclitismus, jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis ke
belakang mendekati promontorium.
a) Posterior : jika sutura sagitalis mendekati symphisis dan os parietal
belakang lebih rendah dari os parietal depan.
b) Anterior : jika sutura sagitalis mendekati promontorium dan os parietal
lebih rendah dari os parietal belakang.
b. Turunnya kepala pada primigravida terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga
panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multigravida sebaliknya,
masuknya kepala dan turunnya kepala dalam rongga panggul terjadinya
bersamaan. Yang menyebabkan masuknya kepala ialah:
1) Tekanan cairan intravena
2) Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
3) Kekuatan mengejan
4) Meluruskan badan anak oleh perubahan bentuk rahim
2. Fleksi Dari Kepala
Kepala dalam keadaan fleksi apabila ukuran kepala yang akan dilalu lebih dari ukuran
suboccipito-fronto, yaitu ukuran dari bawah tulang kepala sampai ke dahi adalah 10
cm. Apabila kepala lebih fleksi, maka ukuran ini berubah menjadi ukuran sub occipito-
bregmatika , yaitu 9,5 cm. Yang menyebabakan fleksi adalah sikap semula sudah fleksi
karena harus menyesuaikan diri dengan besar dan bentuk ruangan rahim serta adanya
kontraksi uterus yang mendesak anak harus keluar.
15
3. Rotasi Dalam Dari Kepala
Rotasi dalam atau putaran dalam yaitu bagian dari anak menuju ke bagian depan jalan
lahir. Bahu di bawah arcus pubis dalam ukuran memanjang pintu bawah panggul.
Faktor yang memungkinkan terjadinya rotasi dalam bagian dasar panggul yang pasif,
bentuk saluran jalan lahir dan karena kepala menekur menuju satu arah, yaitu saluran
jalan lahir yang tidak lurus.
4. Defleksi Dari Kepala
Apabila belakang kepala sudah di bawah sympisis, dengan adanya kontraksi uterus,
maka kepala mengadakan gerakan ke atas. Mula-mula yang bergerak dan kelihatan
dari luar ialah ubun-ubun kecil, belakang kepala lahir, kemudian menengadah
melahirkan ubun-ubun besar, dahi, mata, hidung, mulut dan dagu dengan melalui
perineum.
5. Putar Paksi Luar
Setelah kepala lahir, maka kepala bayi memutar kembali ke arah punggung bayi untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini
disebut restitusi atau putaran balasan.
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan bawah symphisis dan menjadi hipomoclion
untuk kelahiran bahu belakang kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya sluruh
badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

1.2 Asuhan Kebidanan Persalinan


1.2.1 Pengkajian Data
1. Data subyektif
a. Biodata
1) Nama
Ditanyakan nama dengan tujuan agar dapat mengenal/memanggil penderita dan
tidak keliru dengan penderita lain (Fraser, 2015).
2) Umur
Umur 20-30 tahun merupakan saat yang tepat untuk persalinan, karena bila
umur <20 tahun termasuk faktor resiko, dimana organ reproduksi belum

16
berfungsi optimal dan umur >35 tahun juga termasuk faktor resiko karena
jaringan otot kaku sehingga persalinan kurang lancar (Manuaba, 2012).
3) Agama
Agama ditanyakan berhubungan dengan perawatan penderita, misalnya dari
agamanya tidak boleh makan daging dan sebagainya dan dalam keadaan yang
gawat ketika memberi pertolongan dan perawatan dapat diketahui siapa harus
dihubungi (Fraser, 2015).
4) Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektual. Tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap, perilaku, kesehatan seseorang (Fraser, 2015).
5) Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan pasien/klien (Fraser, 2015).
6) Penghasilan
Penghasilan yang terbatas sehingga sehingga kelangsungan hamilnya dapat
menimbulkan bebagai masalah kebidanan. Putus kerja karena berbagai alasan
sehingga menambah sulitnya masalah ekonomi (Manuaba, 2012: 27).
7) Umur kawin
Belum matangnya alat reproduksi untuk hamil dapat merugikan kesehatan ibu
maupun pertumbuhan dan perkembangan janin. Kehamilan dan persalinan pada
remaja memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat
antara 20-30 tahun (Manuaba, 2012: 27).
8) Lama/berapa kali kawin
Ditanyakan pada ibu berapa kali kawin untuk membantu menentukan
bagaimana keadaan alat kelamin dalam ibu (Manuaba, 2012).
9) Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan dalam
keadaan mendesak. Dengan diketahui alamatnya, bidan dapat mengetahui
tempat tinggal pasiaen/klien dan lingkungannya (Manuaba, 2012).
b. Keluhan utama
Keluhan utama menurut Manuaba (2012: 165):

17
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, interval semakin
pendek dan kekuatannya makin berat.
2) Nyeri semakin hebat bila untuk aktifitas (jalan) dan tidak berkurang lagi dibuat
tidur.
3) Mengeluarkan lendir dan darah.
4) Pengeluaran cairan yang sebagian besar ketuban pecah menjelang pembukaan
lengkap.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Diperbolehkan pada klien yang tidak pernah menderita penyakit jantung, ginjal,
hati, TBC, varices, DM > 20 tahun, TD >180/110 mmHg, kanker payudara
ataupun perdarahan pervaginam yg tidak jelas sebabnya (Saifuddin, 2013: MK-
34).
2) Riwayat kesehatan sekarang
Diperbolehkan pada klien yang tidak sedang menderita penyakit jantung, ginjal,
hati, TBC, varices, DM > 20 tahun, TD 180/110 mmHg, kanker payudara,
perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya dan tidak sedang dalam
keadaan hamil (Saifuddin, 2013: MK-34).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga tida ada yang mengalami penyakit seperti penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, asma, DM dan kanker/keganasan.(Saifuddin, 2013: MK-
34).
d. Riwayat Kebidanan
1) Haid

Menarche (pada umumnya wanita indonesia mengalami menarche pada usia sekitar 12
tahun), siklus menstruasi (jarak antara menstruasi yang dialami dengan menst
berikutnya sekitar23-32 hari), volume darah (digunakan sebagai kriteria banyak
sedikitnya darah menstruasi yang dikeluarkan), keluhan yang dirasakan ketika mens
(Romauli, 2011)

18
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Masalah selama kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya seperti bedah
sesar, persalinan dengan ekstrasi vakum atau forsep, induksi atau augmentasi,
hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan, preeklamsia/eklamsia, perdarahan
persalinan, perdaraha berlebih saat masa nifas (Wiknjosastro, 2020).

3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang

Jadual pemeriksaan hamil 4 paling sedikit yaitu 4 kali, 1 kali saat trimester 1, 1
kali pada trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3. Pelayanan asuhan kehamilan
standart minimal 7 T yaitu timbang, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus
uteri, pemberian imunisasi TT lengkap, pemberian tablet zat besi, tes terhadap
PMS dan temu wicara.
4) Riwayat KB

Perlu ditanyakan pada ibu yang mengikuti atau pernah mengikuti KB yaitu jenis
kontrasepsi yang digunakan, efek samping, alasan pemberitahuan kontrasepsi
(bila tidak memakai lagi) dan lamanya menggunakan alat kontrasepsi
(Kemenkes, 2011). Ditanya pula rencana KB setelah melahirkan. KB yang
dapat digunakan pada ibu post partum dan puerperium adalah suntik, nor plant
(susuk KB) atau implant, AKDR, kontap atau metode sederhana.
b. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Sebagai peraturan khusus, makan padat tidak boleh diberikan selama persalinan
aktif, karena makanan ini akan lebih lama tinggal dalam lambung ketimbang
cairan. Dan pencernaan menjadi sangat lambat selama persalinan (Saifudin,
2014).
2) Eliminasi
Tekanan pada kepala bayi pada prineum merangsang reflek saraf, menyebabkan
keinginan BAB (Saifuddin, 2014).
3) Istrirahat dan tidur
Istirahat dan tidur diperlukan bagi ibu yang akan bersalin dengan teratur dan
istirahat dilakukan apabila persalinan masih agak jauh. Bila persalinan sudah

19
dekat, tentu tidak mungkin dapat istirahat karena rasa nyeri lebih kuat
(Saifuddin, 2014).
4) Aktivitas dan rekreasi
Menurut Ibrahim (Manuaba, 2012):
a) Bila his jarang bagian terdepan belum masuk PAP dan ketuban positif,
maka pasiaen diperbolehkan jalan agar his bertambah kuat dan sering.
b) Bila his jarang, kepala belum masuk PAP, ketuban (-) ibu tidak boleh jalan
dan dianjurkan telentang.
c) Bila his kuat, kepala masuk PAP , ketuban ( + ), pasian tidak boleh jalan.
5) Personal hygiene
Mandi dapat merangsang sirkulasi, menyegarkan dan menghilangkan kotoran
tubuh. Perawatan gigi dilakukan lebih awal untuk mencegah karies. Pakaian
disesuaikan dengan perubahan cuaca, longgar sehingga tidak menyebabkan
sesak. Perawatan payudara selama hamil dipersiapkan untuk fungsi uniknya
dalam menghasilkan ASI bagi bayi yang menetek segera setelah lahir, vulva
merupakan bagian dari jalan lahir yang akan terbuka untuk melahirkan anak,
sehingga akan terjadi hubungan bagian dalam dan luar kandungan. Jadi,
kegunaan utama pembersihan vulva adalah untuk pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2014).
6) Riwayat Ketergantungan
Bayi dan ibu-ibu perokok mempunyai berat badan lebih kecil, karena itu wanita
hamil dilarang merokok, ketergantungan pada minuman beralkohol, obat-
obatan adiktif, seperti bercin, merokok dapat mengakibatkan ganguan pada
kehamilan, persalinan, pertumbuhan dan perkembangan janin.
7) Latar Belakang Sosial Budaya
Beberapa budaya yang merugikan bagi ibu bersalin diantaranya ibu yang
mengalami kesulitan dalam melahirkan rambutnya harus diuraikan dan
persalinan dilakukan di lantai, mengonsumsi rumput fatimah akan
mempercepat persalinan. Beberapa mitos yang dianut masyarakat yang
berhubungan dengan bayi baru lahir diantaranya bayi dilarang minum ASI
permulaan/susu jolong yang warnanya kuning, bayi baru lahir diberi bantal

20
yang isinya beras dan bayi baru lahir langsung diberi makan pisang campur
nasi.
8) Psikososial dan spiritual
Kesabaran, ketenangan dan bebas rasa takut akan memperlancar proses
kehamilan. Kelainan kejiwaan dapat menyebabkan kelainan persalinan seperti
insersia uteri, partus lama dan perdarahan pasca persalinan. Diusahakan agar
penderita memiliki kepercayaan pada diri sendiri bahwa ia mampu melahirkan
anak normal seperti wanita-wanita lainnya, percaya bahwa persalinan yang
dihadapi akan lancar pula seperti wanita-wanita lainnya (Mochtar, 2013).
9) Kehidupan seksual
Pada umumnya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan
dengan hati-hati, pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk kedalam
rongga panggul, coitus sebaiknya dihentikan, karena dapat menimbulkan
perasaan sakit dan perdarahan (Wiknjosastro, 2014: 160).
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah pada saat inpartu meningkat saat kontraksi, sistol meningkat
sekitar 10-15 mmHg sedangkan diastole meningkat sekitar 5-10 mmHg
(Yanti, 2013: 99).
b) Nadi terjadi peningkatan dan pernapasan menandakan infeksi, stres, atau
dehidrasi (Yanti, 2013).
c) Suhu tubuh mengalami peningkatan selama persalinan, dianggap normal
peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5°C sampai 1°C yang
mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan. Peningkatan
suhu lebih dari 37,5°C dapat mengindikasikan terjadinya dehidrasi atau
infeksi dan tidak dapat dikatakan normal pada keadaan ini (Varney, 2011).
d) Pernapasan sedikit mengalami peningkatan tetapi masih dianggap normal
karena mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan (Varney, 2011).
2) Antropometri

21
a) Berat Badan
Pada TM I biasanya belum menunjukkan peningkatan bahkan kadana-
kadang menurun. Selama TM II dan III penambahan berat badan 0,5 kg per
minggu. Pertambahan lebih dari 0,5 kg per minggu pada TM III harus
diwaspadai kemudian pre eklompsia. Penambahan berat badan yang normal
selama kehamilan sekitar 9-13,5 kg (Manuaba, 2012).
b) Tinggi Badan
Ibu hamil yang tingginya kurang dari 145 cm pada kehamilan pertama,
tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki pinggul yang
sempit. Pengukuran tinggi badan cukup dilakukan satu kali, yaitu pada
pemeriksaan pertama (Manuaba, 2012).
c) Lila
Lila < 23,5 merupakan indikator untuk status gizi yang buruk atau kurang,
sehingga resiko untuk melahirkan BBLR. Dengan demikian dengan hal ini
ditemukan sejak awal kehamilan, petugas dapat memotivasi ibu agar lebih
mempertahankan kesehatannya baik jumlah dan kualitasnya (Manuaba,
2012).
b. Pemeriksaan fisik
Kepala : Kulit kepala bersih, rambut tidak rontok, tidak ada
ketombe, penyebaran merata
Muka : Tidak ada odem, tidak ada cloasma gravidarum, tidak
cyanosis/dyspenea, simetris.
Mata : Simetris, conjungtiva palpebrae merah muda, sklera
putih.
Hidung : Bersih, lubang simetris, tidak ada polip dan sekret, tidak
ada pernafasan cuping hidung.
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak pecah-pecah, lembab, tidak ada
stomatitis, gigi bersih, tidak ada caries gigi.
Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen berlebih,
pendengaran baik.

22
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid maupun limfe
serta tidak teraba bendungan vena jugularis.
Dada : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe pada aksila, tidak
ada wheezing atau ronchi, suara jantung normal, tidak
ada penarikan intrakosta, payudara simetris, puting
menonjol, bersih, colostrum sudah keluar.
Abdomen : Saat his perut tegang, pusar menonjol keluar.
Ekstermitas : Tidak ada odem maupun varises, simetris.
Genetalia : Tidak ada odem dan varises, bersih, tidak ada flour
albus, tidak ada condiloma akumilata, vagina terasa
hangat dan mudah digoyangkan dengan jari. Tanda
inpartu adalah pengeluaran pervaginam yaitu berupa
blood slym, perineum menonjol, vulva membuka saat
kala II.
Anus : Tidak ada hemoroid, bersih, membuka saat kala II.

c. Pemeriksaan khusus
1) Palpasi
Adalah periksa raba untuk menentukan besarnya rahim, tuanya kehamilan,
letak anak dalam rahim, bagian-bagian janin dalam rahim dimana bagian
terendah janin masuk dalam panggul. Ada atau tidak keseimbangan antara
ukuran kepala janin dengan panggul, bayi tunggal atau kembar (Manuaba,
2012).
a) TFU Mc. Donald
Tinggi fundus uteri (cm) Umur kehamilan (bulan)
26 7
30 8
33 9

b) Cara mentukan TBJ (tafsiran berat janin)


Menurut Nurul Jannah (2012: 85):

23
(TFU dalam cm - n) x 155 = TBJ gram
n : posisi kepala masih diatas spina ischiadika (-12) atau dibawah (-11).
c) Leopold menurut Mochtaar (2013)
Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam
fundus, konsistensi uterus. Teraba bagian yang lunak, besar, kurang
melenting (bokong)/bundar, keras (kepala). Pada saat inpartu biasanya TFU
turun karena kepala sudah mulai masuk PAP.
Leopold II untuk menentukan batas samping rahim kanan-kiri, menentukan
letak janin. Teraba keras, memanjang seperti papan dikanan/kiri.
Leopold III pada inpartu didapatkan hasil bagian terendah janin tidak dapat
digoyangkan (bagian terendah sudah masuk PAP).
Leopold IV untuk menentukan bagiab terbawah janin apa dan seberapa jauh
masuk PAP. Bila kedua tangan konvergen maka harga sebagian kecil (1/3)
kepala turun kedalam panggul. Bila kedua tangan sejajar maka separuh dari
kepala masuk ke rongga panggul. Bila kedua tangan devergen maka bagian
besar kepala masuk ke dalam rongga panggul.
d) Penurunan kepala janin melaui system persalinan
Menurut Saifuddin (2014)
Periksa Periksa dalam Keterangan
luar
Kepala diatas PAP, mudah
5⁄ -
5 Digerakkan
Sulit digerakkan, bagian terbesar
4⁄ HI – II
5 kepala belum masuk panggul
Bagian terbesar belum masuk
3⁄ HII – III
5 Panggul
Bagian terbesar kepala sudah
2⁄ HIII +
5 masuk panggul
1⁄ HIII – IV Kepala di dasar panggul
5
0⁄ HIV Di perineum
5

24
2) Auskultasi
Terdengar DJJ kurang lebih 2 jari kanan/kiri bawah pusat, normal 120-160 x
/menit, teratur, dipantau setiap 15 menit kala I setiap 5 menit pada kala II.
Puntum max DJJ ditetapkan disekitar skapula. Pada bayi da;am letak flexi DJJ
terdengar bertolak belakang dengan bagian kecil anak DJJ terdengar paling
jelas dibagian sebelah atas pusat ibu bagian kiri atua kanan berarti janin letak
sungsang (Saifuddin, 2014).
3) Perkusi
Dengan menggunakan refleks hammer dilakukan pengetokan pada lutut bagian
depan. Bila lutut negatif kemungkinan pasien mengalami kekurangan vitamin
B (Saifuddin, 2014).
4) His menurut Manuaba2012):
a) Kala I : his belum begitu kuat, datangnya tiap 10-15 menitdan tidak
seberapa mengganggu ibu hingga masih dapat berjalan, lambat laun his kuat
dan lama.
b) Kala II : his semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-60
detik.
c) Kala III : setelah anak lahir, maka his berhenti sebentar, tetapi setelah
kurang lebih 5-19 menit timbul lagi. His ini dinamakan his pelepasan uri.
d) Kala IV : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (merian), terjadi pengecilan
rahim dalam beberapa jam atau hari.
5) Pemeriksaan dalam
VT menurut Mochtar (2013)
a) Pembukaan serviks 10 cm effacement 100% (dalam cm atau jari)
b) Penurunan kepala diukur menurut Hodge (mencapai HIII dan H IV)
c) Sutura sagitalis teraba melintang kira-kira ditengan jalan lahir
d) UUK melintang sesuai dengan punggung janin
e) UUB melintang berlawanan dengan punggung janin
6) Pemeriksaan panggul luar dan dalam

25
Ukuran panggul yang luar normal menurut Manuaba (2012) adalah:
a) Distansia spinarum : 23-26 cm
b) Distania cristarum : 26-28 cm
c) Bodelague : 18-20 cm
d) Lingkar panggul : 80-90 cm
e) Distania tuberum : 10,5-11 cm
7) Pemeriksaan penunjang
a) Air kencing
Untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urine, pemeriksaan ini untuk
menerangkan diagnosa/mendeteksi faktor resiko ibu hamil. Dilakukan pada
kunjungan pertama dan setiap kunjungan pada trimester II dan III
(Manuaba, 2012)
b) Darah
Menurut Manuaba (2012: 29)
Kadar Hb normal > 11 gr % : tidak anemia/normal
Kadar Hb 9 – 10 gr % : anemia ringan
Kadar Hb 7 – 8 gr % : anemia sedang
Kadar Hb < 7 gr % : anemia berat
3. Analisa Data
Setelah diperoleh data yang akurat, langkah selanjutnya yaitu analisa data. Menurut
Kemenkes RI tahun 2011 tentang Standar Asuhan Kebidanan yang merupakan hasil
dari pengumpulan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan menganalisa data yang diperoleh
dalam pengkajian, menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
1.2.2 Diagnosa
G...PAPIAH usia kehamilan . . . minggu, tunggal, hidup, intrauterin, situs bujur, habitus
fleksi, puka/puki, presentasi kepala, H . . . , inpartu kala… fase…, keadaan umum ibu
dan janin baik dengan kemungkinan masalah:
1. Cemas
2. Kurangnya pengetahuan mengenai kemajuan persalinan

26
3. Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan penurunan asupan
4. Gangguan mobilisasi fisik
5. Resiko cedera (ibu dan janin)
6. Nyeri karena kontraksi rahim
7. Gangguan pertukaran gas, resiko kerusakan janin
8. Perubahan eliminasi urine
9. Keletihan

Prognosa baik.
1.2.3 Perencanaan/ Intervensi
G...PAPIAH usia kehamilan . . . minggu, tunggal, hidup, intrauterin, situs bujur, habitus
fleksi, puka/puki, presentasi kepala, H…, inpartu kala…fase…, keadaan umum ibu dan
janin baik.
Tujuan : Proses persalinan berjalan dengan normal ibu dan bayi sehat
Kriteria :
a. KU baik, kesadaran komposmentis
b. TTV dalam batas normal (TD: 100/60-130/90 mmHg, S: 36-37oC, N: 80-
100x/menit, R: 16-24x/menit)
c. His minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40 detik
d. Kala I pada primigravida < 13 jam sedangkan multin gravida < 7 jam
e. Kala II pada primigravida < 2 jam sedangkan pada multigravida < 1 jam
f. Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerak aktif
g. Kala III pada primigravida < 30 menit sedangkan multigravida < 15 menit
h. Plasenta lahir spontan, lengkap
i. Perdarahan < 500 cc
Intervensi:
a. Jelaskan pada ibu bahwa saat ini masuk dalam proses persalinan.
R/ Ibu dapat memahami keadaan dirinya dan dapat kooperatif dalam setiap
tindakan yang dilakukan.
b. Perhatikan psikososial ibu dan beri dukungan mental pada ibu dengan
menghadirkan keluarga.
R/ Ibu yakin dan tabah dalam menjalani proses persalinan nanti.

27
c. Anjurkan pada ibu untuk makan dan minum diantara his.
R/ Persiapan energi ibu untuk persalinan.
d. Bantu ibu memilh posisi yang nyaman dengan tidur miring kiri.
R/ Mempercepat penurunan kepala janin.
e. Anjurkan ibu untuk jalan-jalan jika ketuban belum pecah dan pembukaan belum
lengkap.
R/ Mempercepat penurunan kepala janin.
f. Observasi TTV tiap 4 Jam untuk tensi dan suhu, tiap 30 menit untuk nadi dan RR.
R/ Peningkatan TTV mengarah ke preshock neurogenic dan memonitor kesehatan
ibu, janin serta kemajuan persalinan.
g. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kecing tiap 2 jam atau bila terasa.
R/ Blass yang penuh dapat menghalangi penurunan kepala janin sehingga
menyebabkan nyeri waktu his.
h. Lakukan VT tiap 4 jam, jika ketuban telah pecah, terdapat tanda gejala kala II, atau
bila ada indikasi.
R/ Untuk mengetahui kemajuan janin.
i. Tunggu pembukaan lengkap. Jika telah memasuki kala II segera pimpin persalinan
secara APN.
a. Mengenali tanda gejala kala II
R/ menentukan ketepatan tindakan
1) Tanda gejala kala II
a) Ibu ada dorongan kuat uintuk meneran
b) Ibu ada tekanan pada anus
c) Perineum menonjol
d) Vulva dan sfingter ani membuka
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
R/ membantu koefisien kerja, waktu
2) Pastikan peralatan, bahan dan obat esensial lengkap untuk menolong
persalinan dan tata laksana komplikasi ibu dan BBL. Untuk asfiksia siapkan
tempat datar dan keras, 2 kain, handuk bersih, lampu sorot 60 watt jarak 60
cm dari tubuh bayi

28
a) Menyiapkan kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi, ganjal bahu
b) Oksitosin 10 IU, alat suntik steril dalam partus set
3) Pakai celemek
4) Melepas perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air bersih
5) Pakai sarung tangan DTT untuk periksa dalam
6) Memasukkan oksitosin 10 IU ke tabung suntik steril dengan tangan yang
memakai hanscoen steril tangan memegang spuit
c. Memastikan pembukaan lengkap
R/ pembukaan lengkap mencegah terjadinya rupture
7) Membersihkan vulva/perineum dari depan ke belakang dengan kapas dan air
DTT
8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila ketuban
belum pecah lakukan amniotomi
9) Dekontaminasi sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
10) Periksa DJJ setelah kontraksi
11) Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
Bantu ibu menemukan posisi nyaman
12) Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran
13) Pimpin ibu saat ada his, bombing meneran dengan efektif
14) Anjurkan ibu jalan, jongkok, atau mengambil posisi nyaman, jika belum
ada dorongan meneran dalam 60 menit
15) Letakkan kain bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu jika kepala
crowning 5-6 cm
16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 di bawah bokong ibu
17) Buka tutup partus set dan cek ekmbali kelengkapan alat
18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Setelah kepala crowning 5-6 cm lindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi kain bersih dan kering. Tangan lain menahan kepala bayi defleksi.
Anjurkan ibu meneran perlahan dan bernafas cepat dan dangkal
20) Periksa kemungkinan lilitan tali pusat
21) Tunggu kepala melakukan putar paksi luar

29
22) Setelah putar paksi luar, pegang secara biparietal. Lakukan ekstraksi
23) Setelah kepala lahir sangga kepala, lengan dan siku bawah
24) Setelah tubuh lahir pegang kedua mata kaki (perasat garpu)

d. Penanganan bayi baru lahir


R/ mencegah hipotermi dan mengetahui kelainan sedini mungkin
25) Melakukan penilaian sepintas yaitu gerak dan tangis
26) Keringkan tubuh bayi, kecuali telapak tangan
27) Periksa uterus untuk memastikan janin tunggal
28) Beritahu ibu akan disuntik ositosin agar kontraksi baik
29) Dalam waktu 1 mnit, suntikkan oksitosin 10 IU secara IM
30) Setelah 2 menit pasca ersalinan, jepit tali pusat dengan klem di kedua sisi
31) Gunting tali pusat diantara 2 klem, ikat dengan benang DTT lepas klem,
dan masukkan dalam wadah yang telah disiapkan
32) Letakkan bayi pada perut ibu
33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangta, pasang topi di kepala bayi
34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva
35) Letakkan satu tangan diatas sympisis untuk mengecek, tangan lain
meregangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat kearah bawah, tangan lain
dorsokranial secara hati-hati. Lakukan 30-40 detik . jika gagal tunggu his
selanjutnya
37) Lakukan peregangan dan dorongan dorsokranial selama 15 menit, bila tidak
lepaas dalam 15 menit beri dosisi ulang oksitosin 10 IU secara IM
38) Saat plasenta di introitus vagina lahirkan dengan kedua tangan
39) Segera setelah plasenta lahir lakukan masase uterus 15x dalam 15 detik
40) Periksa kedua sisi plasenta, pastikan selaput ketuban utuh dan lengkap
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum
42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
43) Biarkan bayi melakukan IMD 1 jam
44) Setelah 1 jam, lakukan pemeriksaan, tetes mata, dan vitamik K1 1mg IM di
paha kiri anterolateral
30
45) Setelah 1 jam pemebrian salep mata dan vitamin k, berikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan anterolateral
46) Lanjutkan pemantauan kontraksi 2-3 x dalam 15 menit pertama, tiap 15
menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua. Apabila uterus tidak
berkontraksi dengan baik maka lakukan asuhan yang sesuai untuk atonia uteri
47) Anjurkan ibu dan keluarga cara masase dan menilai kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah perdarahan
49) Memeriksa keadaan ibu dan kandung kemih tiap 15 menit selama 1 jam
pertama dan 30 menit pada jam kedua
50) Periksa kembali bayi untuk memastikan bayi bernafas dengan baik serta
suhu normal
51) Dekontaminasi alat bekas pakai pada larutan klorin 0,5% selama 10 menit
dan cuci bilas
52) Buang bahan terkontaminasi di tempat yang sesuai
53) Bersihkan ibu dengan air, bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
54) Pastikan ibu nyaman, bantu ibu memberi ASI, anjurkan keluarga
memberikan makanan dan minuman yang diinginkan ibu
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56) Celupkan sarung tangan pada larutan klorin 0,5% dan lepas secara terbalik
57) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Lengkapi partograf, periksa tanda vital dan observasi kala IV
1.2.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan merupakan realitas dari rencana tindakan yang telah ditetapkan
pada tahap perencanaan. Dalam melakukan tindakan ini, seorang bidan dapat
melakukannya secara mandiri maupun kolaborasi selama melakukan tindakan. Bidan
mengawasi dan memonitor kemajuan kesehatan klien, pelaksanaan tindakan selalu
diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, efisien dan berkualitas (Depkes RI,
1995:11).

31
1.2.5 Evaluasi
Menurut Kemenkes RI (2011:7-10) bidan melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan didalam rencana. Semakin dekat tindakan yang dilakukan
dengan sasaran yang telah ditetapkan di dalam kriteria, maka akan mendekati
keberhasilan yang diharapkan evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP. Yaitu
sebagai berikut :
S : Data Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa
O : Data Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik,
hasil laboratorium dan hasil diagnosa lain yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asesment
A : Asesment
1. Diagnosa / masalah
2. Antisipasi diagnosa lain / masalah potensial
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan evaluasi
berdasarkan asesment

TTD PETUGAS

32
BAB II

LANDASAN TEORI BBL

2.1 Konsep Dasar BBL

2.1 Pengertian

1. Bayi baru lahir adalah masa kehidupan bayi pertama di luar rahim sampai dengan
usia 28 hari dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam
rahim menjadi di luar rahim. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan
umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai
4000 gram (Manuaba, 2014).

2.2 Penilaian Awal

Semua bayi baru lahir akan dilakukan penilaian awal 3 pertanyaan yaitu :

1. Apakah kehamilan cukup bulan ?

2. Apakah bayi bernafas atau tidak megap megap

3. apakah tonus otot bayi baik / bergerak aktif ?

Dalam alur penatalaksanaan bayi baru lahir dimulai dari persiapan ,penilaian,
dan keputusan serta alternatif tindakan sesuai hasil penilaian keadaan BBL . Setelah
bayi lahir dari rahim langsung dicek cukup bulan dengan air ketuban jernih yang
langsung menanggis atau bernafas spontan dan bergerak aktif ,jika bayi kurang
cukup bulan <37 minggu atau >42 minggu dan tidak bernafas atau megap megap
dan otot tonus tidak baik maka dikatakan Afeksia

2.3 Manajemen BBL


1. Jaga Kehangatan

2. Bersihkan jalan lahir

3. Keringkan

33
4. Pemantauan Tanda Bahaya

5. Klem dan potong lalu ikat tali pusat tanpa membumbui apapun kira kira 2 menit
setelah bayi lahir

6. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )

7. Suntik Vitamin K 1 mg intramuskuler dipaha kiri anterolateral

8. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata

9. Pemeriksaan fisik

10. Beri Imunisasi hepatitis B 0. 0,5 mg Intramuskuler dipaha kanan anterolateral kira
kira 1-2 jam setelah pemberian vit K

2.4 Adaptasi dan Asuhan BBL

1. Perubahan sistem pernafasan

2. Fungsi sistem pernafasan dan kaitanya dengan fungsi kardiovaskuler

3. Sistem pengatur suhu

4. Metabolisme glukosa

5. Perubahan sistem gastrointestinal

6. Sistem kekebalan tubuh

34
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 05-08 - 2022 Waktu : Pukul 10.00 WIB


Tempat pengkajian : PMB Bidan V
3.1 Data Subyektif
1.Biodata
Istri Suami
Nama : Ny. A Tn. A
Umur : 30 tahun 32 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1 S1
Pekerjaan : Guru SD Wiraswasta
Penghasilan : Rp.2.000.000 Rp.4.000.000/bulan
Lama Menikah/berapa kali : 4 Tahun /1 kali 4 Tahun/1 kali
Alamat :Ds.Mangkurejo RT.04/RW.01 ,Kec.Lumbung ,Kab.Magetan

2. Keluhan Utama
Mulas - mulas sejak jam 08.00 WIB , timbulnya semakin sering dan lama serta
mengeluarkan lendir bercampur darah dari jalan lahir
3. Riwayat Kesehatan
Ibu dan keluarga dalam keadaan sehat . Tidak sedang menderita Penyakit menular
Seperti Covid -19 , hepatitis , HIV / Aids dan TBC . Ibu tidak mempunyai Penyakit
menurun seperti Asma , hipertensi dan diabetes melitus . Ibu juga tidak memiliki
Penyakit menahun seperti Kanker , tumor , Jantung dan hipertensi dalam keluarga Ibu
maupun suami tidak ada riwayat Keturunan Kembar , riwayat Kejiwaan ataupun
riwayat cacat bawaan
4. Riwayat Kebidanan
a ). Haid
Ibu menarce Pada usia 13 tahun Siklus haid teratur 28-30 hari , Lama haid 5-7
hari warna darah haid merah segar dan sedikit ada gumpalan , Konstitensi darah
35
encer , tidak ada keluhan , dismenore ringan , ganti Pembalut 4-5 kali sehari .
HPHT : 18-10-2021 HPL 25-08-2022

b ) Riwayat Kehamilan , Persalinan dan Nifas yang Lalu


Ibu hamil anak Pertama mual dan muntah diawal Kehamilan , tetapi tidak sampai
mengganggu aktivitas dan mulai menghilang saat usia kandungan 3 bulan . Ibu
rutin Periksa ke bidan , bertemu dengan dokter umum , dokter gigi , ahli gizi dan
periksa ke laboratorium. Janin lahir usia 40 minggu. melahirkan normal ditolong
oleh bidan di PMB . Langsung menangis , gerak aktif ,jenis kelamin Laki - laki ,
BB 2.900 gr PB : 48 cm Plasenta Lahir Setelah 5 menit bayi lahir , Jahitan
perineum ,IMD,asi eksklusif,selama masa nifas , Keadaan anak Pertama dan Ibu
sehat , Asi Lancar , Ibu tidak mengalami bendungan asi , Perdarahan seperti haid ,
Setelah Asi ekslusif 6 bulan lalu diberikan makanan tambahan ( MPASI ) ,
Sekarang anak berusia 3 tahun dan dalam keadaan Sehat
c) Riwayat KB
Ibu Pernah menggunakan KB IUD Post Plasenta selama 2 tahun , tidak ada keluhan
Lepas IUD Karena ingin Program hamil . Setelah melahirkan anak kedua rencana
akan memakai KB IUD lagi
d) Riwayat Kehamilan sekarang
Selama hamil Ibu sudah Periksa Kehamilan 3x ke bidan , 2x ke dokter Obgyn , 1x
ke ahli gizi Kahan Selama TM I mual dan muntah , Sering BAK Pada awal TM 2
dan nyeri Pinggang Pada TM 3 Ibu sudah mendapatkan tablet fe dan diminum
Setiap hari . Ibu sudah Vaksin covid -19 3x , Imunisasi TT sudah lengkap 5T ,
kondisi janin baik dan sehat
6. Pola Kebiasaan sehari - hari
a ). Nutrisi
Ibu makan 3x sehari dengan Porsi sedang , Komposisi nasi 1 centong , Potong
tempe Kecil dan I potong ayam , I mangkuk sayur , I buah pisang minum air putih
9-10 gelas / hari , minum susu Ibu hamil 1 gelas / hari
b ). Eliminasi
BAK 6-7x / hari , saat malam hari Ibu BAK I Kali dan tidak mengganggu . tidur ibu
tidak ada keluhan saat BAK terakhir I Jam yang lalu . BAB 1x / hari berwarna
36
kuning kecoklatan , konsistensi lunak dan tidak ada keluhan saat BAB
c) Aktivitas
Ibu sebelumnya mengajar menjadi guru SD , 1 bulan yang lalu sebelum persalinan
Ibu sudah mengambil cuti . dirumah Ibu melakukan aktivitas rumah tangga seperti
Menyapu dan memasak . Sedangkan untuk Pekerjaan berat dilakukan oleh
suaminya dan setiap pagi Ibu jalan - jalan disecitar rumah selama 10-15 menit
d)Istirahat
Ibu istirahat dengan cukup , tidur malam +-8 Jam , tetapi kadang terbangun untuk
BAK Tidur mulai Jam 21.00- 04.00 wib dan tidur siang pukul 13.00 - 14.00 wib
Ibu mengatakan Semalam tidurnya agak terganggu karena mulai tetapi masih jarang
e)Personal hygne
Ibu Mandi 2x sehari , gosok gigi , ganti baju setiap selesai mandi . ganti celana Saat
kotor / basah ibu mengatakan keramas 2 hari 1x, saat setelah BAB dan dibersihkan
dari depan kearah belakang diguyur dengan air bersih Ibu mengatakan sebelum
berangkat ke PMB bidan sudah mandi . Selain itu ibu juga rutin membersihkan
payudara 2×/hari sebelum mandi menggunakan baby oil dan selalu mencuci tangan
setelah BAB,BAK dan berpergian
f ) Kebutuhan Seksual
Selama Kehamilan trimester 3 ibu melakukan hubungan seksual dengan hati- hati
Posisi Ibu berada dibawah dan apabila ada kontraksi > 20 detik maka segera
dihentikan saat berhubungan Ibu tidak mengalami kram dan tidak keluar cairan dari
jalan lahir
g) Riwayat Ketergantungan
Ibu tidak memiliki riwayat ketergantungan pada obat - obatan tertentu , jamu-
jamuan minuman beralkohol dan tidak mengkonsumsi kopi . Suami / anggota
keluarga tidak merokok dan tidak minum - minuman beralkohol
h ) Riwayat Psikososial dan spiritual
Ibu , Suami dan Keluarga sangat bahagia dan mendukung atas kehamilanya ini .
Ibu suami dan Keluarga sangat menanti Kelahiran bayi . Ibu , suami dan keluarga
berharap janin dalam kandungan agar tetap sehat dan persalinan bisa lancar
i ) Latar Belakang sosial budaya
Dalam keluarga ibu tidak ada pantangan makanan , Ibu tidak memiliki kebiasaan
37
minum rumput Fatimah dan minum jamu - jaman , saat hamil Ibu tidak pernah pijat
perut

B Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a ). Keadaan umum baik , Composmentis , sikap tubuh Lordosis , cara berjalan normal
b) . Tanda -Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
N : 78 x / m
S : 36,5 ° C
R : 21 x / menit

c) . Pemeriksaan Antropometri
BB Sebelum hamil : 59 Kg
BB sekarang : 68 Kg
TB :148 cm
IMT : 26,94 kg
Lila : 25 cm
Rekomendasi kenaikan BB : 7,0 – 11,5 Kg
2.Pemeriksaan Fisik
a . Kepala : Bersih , warna rambut hitam,tidak mudah rontok,tidak ada bekas luka
b . Muka :bentuk simetris , tidak pucat , tidak sembab,tidak ada luka
c . Mata : Simetris , sklera push , Konjungtiva Palpabrae merah muda
d . Hidung :Simetris , tidak ada polip,tidak ada lendir berbau , tidak ada sumbatan,
e . Mulut :Bibir tidak Pecah - Pecah , gusi tidak epolis , gigi tidak karies, lidah
bersih
f . Telinga :Simetris , bersih tidak ada otitis media
g . Leher :Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar Limfe serta
tidak ada bendungan Pada vena jugularis
h) Dada :tidak ada bunyi whezing dan ronki pada paru - paru , bunyi jantung
normal dup- dup , Pola nafas normal , Payudara bersih simetris , puting
susu menonjol dan sudah keluar kolostrum .
38
i) Abdomen :Pembesaran Perut Membujur , Pembesaran perut sesuai usia kehamilan
tidak ada luka bekas operasi , tidak mengikilap,tidak nyeri saat dipegang
/ dipalpasi , sesekali terlihat tegang karena His , Janin masih bergerak,
kandung kemih kosong dan ada sedikit varises
j ) genetalia : vulva bersih , tidak ada odema pada vulva , tidak ada varises , tidak
ada kondiloma akuminanta maupun matalata,keluar lendir darah
k) ekstremitas :Atas : simetris,telapak tangan merah muda tidak ada kelainan
Bawah : Simetris ,tidak ada odema , tidak ada varises

3.Pemeriksaan Khusus
a) MC donals : 31 cm
b) TBJ : ( 31 – 11 ) x 155 = 3.100 gram
c) Palpasi
Leopord 1 :TFU teraba 2 jari dibawah PX ,pada fundus teraba bulat keras melenting
Leopord 2 :Pada perut bagian kiri teraba keras ,panjang seperti papan ,pada perut
bagian kanan teraba bagian bagian kecil janin
Leopord 3 :Pada bagian bawah teraba bulat keras dan sudah tidak bisadigoyangkan
Leopord 4 :Tangan pemeriksa divergen ( sebagian besar kepala sudah masuk PAP
Perlimaan :3/5
His Teratur 1-2x dalam 10 menit lama 30 detik

d ) Auskultasi
Djj ( + ) 135 x / menit Kuat teratur , terdengar Pada Punctum maximum 2 Jari dibawah
Pusat sebelah kiri

4. Pemeriksaan Laboratorium
1 ) Homogobin : 11,4 gr %
2 ) Hbs Ag : Negatif
3 ) Golongan darah :B
4 ) Protein urine :(-)
5 ) Urine reduksi :(-)
6 ) Rapid Antigen : Non Reaktif
39
7). Hiv :(-)
8) USG :UK 38 minggu , janin tunggal , Presentasi kepala , Djj ( + ) , Plasenta
di Fundus , Ketuban cukup , TBJ 3.100 gram , tafsiran Persalinan pada
tanggal 25 - 08 – 2022

5. Skreening Preeklamsia
 MAP : 2.80 + 110 = 160 + 110 = 270 = 90
3 3 3
 ROT diastole T – diastole M = 80 - 70 = 10
 Skrining Perdarahan
Tabel Skrining Perdarahan
No Faktor Resiko Antenatal Ya Tidak Faktor Resiko Ya Tidak
Persalinan
1. Usia > 35 tahun  Induksi Persalinan
2. BMI ≥ 30  Partus Lama
3. Grandemulti  Kala 1
4. Postdate  Kala II
5. Makrosomia  Kala III
6. Gameli  Epidural
7. Myoma  Analgesic
8. APB  Vacum/Forcep
9. Riwayat HPP  Episiotomi
10. Riwayat SC  Kurionitis
11. Riwayat SC

Ibu tidak ada resiko Preeklamsi Karena MAP ≤ 90 dan ROT < 15 dan Pada
Lembar skrening Pre eklamsi tidak ada jawaban " YA "

40
6. Pemeriksaan Dalam ( VT )
Tanggal 05-08-2022 , Pukul 12.00
Vulva Vagina bersih , tidak ada odema pada vulva , tidak ada varises , tidak ada
kondiloma akuminanta maupun matalata , efficement 50 % Ketuban ( + ) ,
Presentasi kepala , tidak ada bagian kecil yang beraba disamping kepala Jamin ,
Promontorium tidak teraba , spina Isciadica tidak menonjol Arcus pubis > 90º ,
oscoccygis dapat ditolak , kesan jalan lahir normal

C) Assesment
G2 P₁0001 ) UK 40 minggu , Janin tunggal hidup , Intrauterine , situs bujur ,
habitus Fleksi , Puki , Presentasi kepala bidang hodge 2 , kepala sudah masuk PAP ,
Inpartu kala I Fase laten , Keadaan Umum Ibu dan janin baik , dengan Skor Poedji
Rochjati 6 ( KET ) , Prognosa baik

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu Ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan Ibu dan
janin baik
2. Menjelaskan pada ibu tentang Penyebab timbulnya nyeri, yaitu karena adanya
his dan pembukaan Jalan Lahir
3 . Mengajarkan Ibu teknik Relaksasi
4. Menghadirkan Keluarga dengan meminta suami Ibu untuk menemui Ibu , dan
masase Pinggang saat his
5. Menganjurkan Ibu untuk makan & minum sebagai sumber tenaga untuk
persalinan nanti
6. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK
7. Menganjurkan Ibu miring ke kiri atau dibuat jalan jalan jika ibu kuat agar
mempercepat penurunan kepala
8 Menganjurkan keluarga untuk salalu mendampingi Ibu
9. Mengobservasi DJJ dan his tiap 30 menit , Suhu dan TD tiap 2 jam , nadi tiap 1
Jam
10.Merencanakan VT 3 jam lagi / sewaktu waktu ada Indikasi

41
KALA 2 Tanggal 05 – 08 – 2022 pukul 16.00

A. Data subyektif
1. Ibu merasa mulas mulas ( kontraksi semakin sering dan kuat ) .
2. Ibu makan porsi sedang terpenuhi dengan minum
3. Ibu merasa Lebih Sering ingin buang air kecil

B. Data Obyektif
1. Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
2. TD : 120/80 mmHg , N: 88x/menit, R: 21x/menit, S: 36,6ºC
3. DJJ : 144x/menit , Kuat teratur
4. Penurunan kepala 1/5 .gerak janin aktif
5. His 4x10’ lama 45’
6. VT : Vulva menonjol terdapat lendir bercamur darah ,tidak odema,tidak ada varises, Ø
10 cm ( Lengkap ),eff 100 % , ketuban ( - ) jernih , presentasi kepala ,UUK,sutura
teraba jelas ,tidak ada bagian kecil disamping kepala janin ,kesan jalan lahir normal.

C. Assesment
Kala II, keadaan umum ibu dan janin baik, prognosa baik.

D. Penatalaksanaan
1.Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap dan ibu Penatalaksanaan boleh
meneran saat ada nya. E/ibu ingin meneran, bersemangat dan bekerja sama.
2.Mengatur posisi ibu (posisi litotomi). E/persalinan didampingi keluarga berada
disamping.
3.Mengajari ibu cara meneran yang baik dan benar. E/ibu dapat meneran secara
efektif, RR: 21x/menit, His: 4x10' lama 45", DJJ: 144x/menit.
4. Mengecek kandung kemih. E/kandung kemih kosong.
5.Mengecek kelengkapan alat partus, perlengkapan ibu serta bayi. E/semua sudah
lengkap.
6. Memberi minum disela-sela his. 250 ml air putih, diminum setengah gelas.
42
7. Memimpin meneran saat his. His 4x 10 menit lama 45 detik, kuat posisi meneran
sudah benar. Terdapat kemajuan kepala janin. Memberi support dan pujian. E/ibu
dapat bekerja sama, keluarga terlihat memberi dukungan seperti mengusap keringat,
berdoa, memberi minum air putih disela his.
8. Memeriksa DJJ disela-sela his. E/ DJJ 144x/ menit kuat, puctum maksimum di atas
simfisis, gerak janin
9. Menolong persalinan secara normal, setelah kepala crowning 5-6 cm di depan vulva,
cek lilitan, biparietal, sangga susur E/bayi lahir spontan pukul 16.15 WIB.
10. Melakukan penilaian sesaat 0 detik pada bayi. E/bayi lahir spontan hidup, cukup
bulan, menangis kuat, gerak aktif, warna kemerahan.
11. Rencana asuhan kala III:
a. Cek fundus, injeksi oksitosin 10 IU, PTT untuk lahirkan plasenta, massage fundus
b. Observasi KU dan kesadaran ibu, pelepasan plasenta, his, perdarahan.
c. Lakukan perujukan jika ada kegawatdaruratan.
12. Rencana asuhan BBL:
a. Lakukan observasi APGAR skor menit 1 dan 5
b. Lakukan jepit potong ikat tali pusat, IMD, jaga kehangatan bayi.
c. Lakukan pemeriksaan fisik, jenis kelamin, antropometri, pemberian injeksi salep
mata vit K, imunisasi Hb 0
d. Lakukan perujukan jika ada kegawatdaruratan

ASUHAN BBL Tanggal 05-08-2022 Pukul 16.15

A Data Subjektif
Ibu merasa Lega dan bersyurur bayi sudah lahir dengan selamat dan sehat
B. Data Obyektif :
Bayi lahir aterm, spontan belakang kepala, menangis kuat, gerak aktif, warna kemerahan,
jenis kelamin laki laki pada pukul 16.15 WIB.
C. Assesment : Bayi baru lahir normal, keadaan umum baik, prognosa baik.
D. Penatalaksanaan
1. Meletakkan bayi di atas perut ibu. E/posisi tengkurap diantara payudara ibu.

43
2. Menjepit, memotong, dan mengikat tali pusat. E/tali pusat terikat kuat, tidak ada
perdarahan aktif
3. Mengeringkan bayi, mengganti bedong basah dengan bedong kering, dan memakaikan
topi. E/bayi tidak terlihat gemetar kedinginan dan kulit bayi kemerahan.
4. Melakukan penilaian APGAR score menit ke-1 A-S 8-9 dan ke-5. A-S: 9-10 5.
Melakukan IMD selama 1 jam, mendekatkan bayi pada payudara ibu, dan setelah± 50
menit bayi belum juga berhasil menemukan puting.
6. Mengukur antrophometri pada 05-08-2022 jam 16.20 WIB, BB: 3.000 gram, PB: 50
cm, LK: 32 cm, LIDA: 31 cm pemberian salep mata tetrasiklin 1 mg jam 16.22 WIB,
sudah injeksi vit K. E/tidak terdapat sekret dan tanda infeksi pada mata.
7. Menjaga bayi dalam keadaan hangat, bayi diselimuti dan menggunakan topi. Bayi
diletakkan didekapan ibu, mempersilahkan keluarga untuk mengadzani. E/kulit bayi
kemerahan, tidak ada tanda sianosis, akral hangat, bayi sudah di adzani.
8. Rencana asuhan neonatus normal:
a. Lakukan pemeriksaan fisik bayi secara head to toe
b. Suntik Hb 0
c. Mandikan bayi minimal 6-24 jam setelah lahir dan suhu bayi normal, ASI on
demand, jaga kehangatan
d. Lakukan perujukan jika ada kegawatdaruratan

KALA 3 Tanggal 05 - 08 -2022 Pukul = 16.35

A. Data Subyektif
Ibu mengatakan perutnya mulas-mulas
B. Data Obyektif
KU baik, composmentis. TFU setinggi pusat, kontraksi baik, tali pusat didepan vulva,
terdapat semburan darah tiba-tiba, kandung kemih kosong.
C.Assesment
P10011 inpartu kala III ku baik, prognosa baik.

44
D. Penatalaksanaan
1. Memeriksa TFU dan memastikan janin tunggal. E/ janin tunggal, TFU setinggi pusat
Assesment Penatalaksaan
2. Memberikan injeksi oksitosin 10 IU secara IM pukul 16.15 WIB. E/kontraksi kuat, tidak
terdapat perdarahan aktif dari tempat penyuntikan.
3. Melakukan PTT saat his. E/tidak ada tahanan, tali pusat bertambah panjang, TFU setinggi
pusat, terdapat semburan darah tiba-tiba, menahan uterus ke arah dorso cranial.
4. Melahirkan plasenta. E/plasenta lahir spontan pukul 16.20 WIB.
5. Memassage fundus 15 kali 15 detik. E/Fundus bundar keras, menonjol. TFU 2 jari bawah
pusat.
6. Memeriksa kelengkapan plasenta. E/plasenta lahir lengkap. Sisi maternal: Kotiledon 20,
diameter 21 cm, tebl 2 cm, selaput ketuban utuh, tidak ada yang tertinggal. Sisi fetal:
insersi tali pusat sentralis, panjang tali pusat 45 cm, tidak pembuluh darah yang terputus.
7. Rencana asuhan kala IV:
a. Periksa laserasi dan perdarahan
b. Lakukan pemeriksaan vital sign, observasi perdarahan, pengukuran TFU, observasi
kontraksi, observasi kandung kemih, pada 15 menit satu jam pertama dan tiap 30
menit pada satu jam kedua, dan suhu setiap 1 jam
c. Lakukan heacting perineum derajat 2
d. Penuhi kebutuhan dasar ibu
e. Lakukan proses rujukan jika ada kegawatdaruratan

KALA IV Tanggal : 05-08-2022 Pukul : 16.45

A. Data Subyektif
Ibu merasa lega karena plasenta telah lahir lengkap.
B. Data Obyektif
TTV: TD: 110/80 mmHg, N: 88 x/menit, S: 36,6°C, R : 21x/menit. TFU setinggi
pusat, kontraksi baik, uterus keras dan bundar, kandung kemih kosong. Robek spontan
pada perincum bawah serong ke kanan, robek mengenai kulit dan mukosa vagina
robekan +1 cm, terdapat pendarahan aktif dari tempat robekan
45
C. Assesment
GP10001 inpartu kala IV dengan laserasi derajat 2, KU baik, prognosa baik
D. Penatalaksanaan
1. Memeriksa perdarahan dan laserasi jalan lahir. E/perdarahan dalam batas normal,
laserasi derajat 2
2. Melakukan injeksi lidocain 0,2 % dengan aquadest, secara IM, dan melakukan
heacting perineum derajat 2 dijahit jelujur dan sub cutis menggunakan benang
catgut. E/ibu tidak terasa nyeri saat dijahit. Jahitan tertaut rapi, tidak ada odema dan
kemerahan sekitar vulva, vagina, dan perineum, terdapat nyeri tekan, tidak ada
darah segar yang mengalir dari luka jahitan, tidak perdarahan aktif setelah heacting.
Estimasi jumlah perdarahan ± 150 cc.
3. Menyibin ibu dan memanfaatkan pakaian yang bersih. E/ibu merasa nyaman,
bersih, sudah ganti pakaian, pembalut, dan celana dalam.
4. Mendekontaminasi alat dan tempat persalinan. E/alat dan tempat persalinan sudah
dibersihkan.
5. Mendekatkan bayi dengan ibu. E/ibu nampak lega bayi dalam keadaan sehat. Ibu
mencium, dan mendekap bayinya, mencoba mengajak bicara bayinya.
6. Mempersilahkan keluarga memberi makan minum. E/ibu makan dengan 1 porsi
nasi, lauk dan sayur
7. Mengobservasi tensi, nadi, perdarahan, TFU, kontraksi, perdarahan, kandung
kemih, pada 15 menit
8. satu jam pertama dan tiap 30 menit pada satu jam 92 kedua, dan suhu setiap 1 jam.
E/kondisi baik, terlampir pada lembar partograf.
9. Mengobservasi tanda bahaya kala IV. E/tidak terdapat tanda bahaya kala IV.
10. Memberikan terapi:
a. Asam Mefenamat 2x1 berjumlah 10 tablet;
b. Etabion 2 x1 berjumlah 10 tablet;
c. Ciprofloxacin 3x1 berjumlah 10 tablet;
d. Vit. A 1x1 200.000 IU;
11.Rencanakan tindakan asuhan masa nifas kunjungan 1 (KF I) pada tanggal 05-08-
2022 jam 22.00
a.Observasi laktasi, involusi, dan lokhea;
46
b. Observasi kemampuan ibu dan bayi untuk menyusui atau menetek
c. Lakukan pijat oksi dan PBA
d. Lakukan perujukan jika ada kegawatdaruratan
e. Melengkapi pertograf dan lengkap partograf dan diisi pada buku KIA.

47
DAFTAR PUSTAKA

APN. (2016). Jakarta.


Kemenkes RI. (2020). Pedoman pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan BBL di Era
Adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Keputusan Mentri Kesehatan No938/
MENKES/ SK/ III/ 2007. Jakarta: Depkes RI.
Manuaba I.AC,, Manuaba. I.B.G.F, dan Manuaba I.B.G. 2012. Ilmu Kebidanan, Ilmu
Kandungandan KB. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Depkes RI.

Rukiyah, A. Y., Yuliant, L., Maemunah, & Susilowati, L. (2013). Asuhan Kebidanan 1
(kehamilan). Jakarta: Trans Info Media.

Saifuddin, AB. 2014 Buku Asuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: YBPSP.

Saifuddin, A. B. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
Suryati. 2011. Buku Ajar Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Wiknjosastro, G. H. 2014. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR. Romauli,

48

You might also like