You are on page 1of 24

MODUL PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Penyimpangan Perilaku Generasi Saat Ini Yang Berdampak Dan Berasal Karena Pola
Komunikasi

Disusun Oleh :

Eza Putri Novitasari (G.331.20.0071)

Ruli Aditiya (G.331.20.0103)

Demetrius Hurricane Pj (G.331.20.0104)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG
2022

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
A. Komunikasi.....................................................................................................................5
B. Bullying...........................................................................................................................7
C. Disfungsi Keluarga........................................................................................................11
D. Komunikasi Interpersonal.............................................................................................12
E. Pola Komunikasi...........................................................................................................16
CONTOH KASUS..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

i
ii
PENDAHULUAN

Komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan manusia


adalah bukan sekedar benda alam, melainkan makhluk hidup yang memiliki perasaan,
pikiran, dan kepentingan yang sering kali lacak karena bersifat laten, yang sebagai
makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Saat beranjak
dewasa, mereka ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan mereka ingin
mengetahui apa yang terjadi di dalam dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang akan memaksa
manusia perlu berkomunikasi.

Remaja adalah fase yang paling penting dalam kehidupan seseorang, dalam fase ini
seorang remaja akan bertransisi dari masa kanak-kanak menuju masa pendewasaan yang
dimana dalam masa itu seorang remaja akan mengalami banyak perubahan dan peralihan
yang akhirnya menimbulkan permasalahan-permasalahan baru yang tidak mereka alami
saat mereka masih kanak-kanak. Remaja lebih cenderung mempercayai teman sebayanya
untuk melakukan interaksi bercerita atau curhat ketimbang keluarga mereka sendiri.

Secara harfiah anak adalah seorang cikal bakal yang kelak akan meneruskan
generasi keluarga, bangsa dan negara. Anak juga merupakan sebuah aset generasi yang
kelak dapat membantu membangun bangsa dan negara. Dalam literatur lain dikatakan,
komunikasi merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan diri anak, karena
ketika tidak ada komunikasi di dalam suatu keluarga akan berakibat fatal seperti timbulnya
penyimpangan perilaku pada anak.

Penerapan pola komunikasi dalam keluarga perlu dibangun dalam rangka pola
pikir anak dan membangun jiwa anak agar sesuai dengan harapan orang tua. Dalam
lingkungan keluarga orangtua berperan sebagai institusi pendidikan, artinya tidak cukup
dengan komunikasi saja, tetapi didalamnya terjadi komunikasi dalam bidang keagamaan,
sosial, dan perlindungan yang dilakukan orang tua terhadap anak-anaknya. Apabila dalam
suatu keluarga tidak mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi-fungsi sebagai
keluarga maka keluarga tersebut mengalami stagnasi (kemandekan) atau disfusi yang pada
gilirannya akan merusak kekokohan kosentrasi keluarga (khususnya terhadap
perkembangan kepribadian anal). Sebuah keluarga akan berfungsi dengan optimal apabila
didalamnya terdapat pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling terbuka, ada sikap
saling menerima, mendukung rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual
1
yang terjaga. Namun, banyak orang tua mungkin tidak menyadari hal ini. Komunikasi
dengan anak mungkin merupakan hal yang sederhana dan terkesan mudah dilakukan, tapi
ternyata memiliki manfaat yang besar terhadap perkembangan anak.

Ternyata untuk membangun sebuah keluarga yang berfungsi secara optimal dan
harmonis dengan anak tidaklah mudah karena, tidak jarang kita selaku orang tua dibuat
kesal dan jengkel oleh penyimpangan perilaku anak. Anak sering sekali bertingkah laku
tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Penyimpangan-penyimpangan perilaku anak
yang sering anak lakukan seperti anak suka membangkang, suka melawan, suka
mengamuk, keras kepala jika dinasihati, bandel, tidak bisa diam, dan lain sebagainya.
Bahkan perilaku penyimpangan ini dapat dilampiaskan anak ke luar lingkungan keluarga,
seperti di lingkungan sekolah.

Didalam komunikasi di keluarga, peran orang tua menjadi sangat penting kualitas
komunikasi anak sangat dipengaruhi oleh sejauh mana orangtua berkomunikasi
kepadanya. Oleh karena itu, kalau kita selaku orang tua tidak bijaksana dalam hal
menyikapi, menanggapi perilaku menyimpang pada anak kita tentunya akan menimbulan
efek buruk bagi keluarga dan orang lain (masyarakat). Namun lebih baiknya selaku orang
tua harus segera melakukan tindakan proaktif (mengambil inisiatif) untuk menemukan
cara-cara memecahkan dan mengatasi, serta mencegah masalah penyimpangan perilaku
anak tersebut, sebelum semuanya itu terlambat. Selaku orang tua harus mengenali dan
menganalisis, mengapa anak menujukkan perilaku menyimpang, mengapa anak
melakukan perilaku penyimpangan, apa yang mebuat anak melakukan penyimpangan hal
ini tentunya ada faktor-faktor yang membuat anak melakukan penyimpangan tersebut.
Setelah kita mengenali dan menganalisis, kemudian kita juga harus menemukan solusi,
mencari solusi, melakukan pencegahan untuk mengatasi penyimpangan tersebut, sebelum
semuanya menjadi semakin parah dan buruk. Komunikasi akan sukses apabila orangtua
memiliki kredibilitas di mata anaknya. Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung
secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau anak ke orangtua,
atau anak ke anak.

Proses komunikasi bisa disebut baik jika komunikasi berlangsung efektif atau
ideal. Ciri-ciri komunikasi yang efektif atau ideal sendiri yaitu, dimana saat melakukan
komunikasi, mereka mempunyai sikap respect yang menghargai setiap individu yang
menjadi sasaran pesan yang mereka sampaikan, sikap empathy dimana kemampuan kita
2
untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain, sikap
audible yaitu yang dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik, sikap clarity yaitu
adanya keterbukaan dan transparansi terhadap sesama remaja atau teman sebaya, dan sikap
humble dimana sikap rendah hati yang dimiliki para remaja (Suranto, 2011:80-82).

Namun, tidak semua proses komunikasi berlangsung efektif atau tidak ideal.
Faktor-faktor dari komunikasi yang tidak ideal adalah saat seorang remaja tidak
mempunyai rasa empathy, anti sosial atau tidak membuka diri, dan juga tidak dapat
berbaur dengan kalangan remaja lainnya yang dikarenakan mereka mempunyai factor
pengalaman yang tidak baik seperti pengalaman buruk yang telah terjadi sebelumnya,
yakni salah satunya adalah perlakuan bullying. (Gerungan, 2015:89-90).

Bullying atau perundungan adalah salah satu bentuk kenakalan remaja di sekolah.
Bullying yang terjadi seperti mengolok-olok teman, menghina, dan mengucilkan, serta
makian dari guru ke murid. Steve Wharton menuliskan bahwa rasa kurang bahagia akan
dialami oleh siswa korban bullying di sekolah, sehingga ia tidak dapat mencapai potensi
dirinya dengan maksimal. 3 Tindak bullying juga dapat berakibat buruk bagi korbannya,
seperti berusaha untuk membolos, melakukan perilaku yang buruk, menjadi tidak
bersemangat, atau bahkan bisa mengakibatkan depresi. Untuk menghindari dampak
bullying yang lebih buruk, salah satu alternatifnya adalah melakukan komunikasi.

Angka bullying terus meningkat, berdasarkan laporan dari website CNN Indonesia.
Bullying sering terjadi di lingkungan sosial (kampus) dan rumah. Namun, perlakuan ini
lebih banyak dan lebih sering terjadi dalam lingkungan sosial (kampus). Dari perlakuan
tersebut dapat menimbulkan dampak-dampak yang mengakibatkan pola komunikasi
seseorang berubah.

Komunikasi antar pribadi atau interpersonal communication ialah sebuah proses


pertukaran informasi atau pesan antara satu orang dengan orang lain, biasanya terjadi pada
dua orang. Dalam komunikasi antar pribadi sendiri ada banyak faktor yang meningkatkan
hubungan interpersonal, misalnya dari kualitas komunikasi itu sendiri. Faktor yang
mempengaruhinya sendiri ialah, kepercayaan (trust), sikap supportif dan sikap terbuka
(Jalaluddin Rakhmat, 1986:129-138).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, untuk mempermudah pemahaman


dalam pembahasan permasalahan, maka pokok masalah yang diangkat dalam modul ini

3
adalah: “Penyimpangan Perilaku Generasi Saat Ini Yang Berdampak Dan Berasal
Karena Pola Komunikasi”. Dengan meningkatnya tindakan kasus bullying, banyak
orang yang menjadi korban setelah mendapatkan perlakuan bullying. Pihak yang berwajib
dan masyarakat sudah melakukan penanganan saat tindakan tersebut terjadi. Tetapi,
sampai saat ini masih banyak orang yang melakukan tindakan bullying. Pola komunikasi
tidak semuanya ideal. Semua orang mempunyai pola komunikasi yang berbeda. Pola
komunikasi tidak idealpun dapat muncul saat seseorang mendapatkan perlakuan yang
buruk. Perlakuan buruk yang membuat pola komunikasi seseorang berubah sering terjadi
di ruang lingkup pertemanan. Pada pertemanan masih sering adanya tindakan kekerasan
satu dengan lainnya, tindakan tersebut adalah perlakuan bullying. Dengan adanya
perlakuan tersebut, pola komunikasi seseorang dapat berubah menjadi tidak ideal. Maka,
kita dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh dari intensitas bullying terhadap pola
komunikasi korban perlakuan bullying.

Bullying adalah salah satu bentuk kenakalan remaja yang terjadi di sekolah. Dalam
kasus Siswi SMP di kota Semarang yang mengalami kasus bullying itu berasal dari
komunikasi yang buruk yang terjadi dalam keluarga maupun sesama temannya, sehingga
menimbulkan kasus bullying yang mengarah ke perundungan fisik. Hal ini terdapat
berdampak dan berasal pola komunikasi yang selama ini dilakukan oleh korban, baik
korban dengan keluarga, serta korban dengan pelaku. Karena dalam tribunjateng.com
disampaikan bahwa korban baru pertama kali menceritakan permasalahannya kepada
kakaknya, setelah ibunya baru saja meninggal tahun lalu. Dan dalam detik.com
disampaikan bahwa pelaku melakukan perundungan tersebut dikarenakan mereka merasa
tidak dihormati oleh korban. Hal ini semuanya berhubungan dengan pola komunikasi yang
dibentuk.

4
TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi
Banyak para ahli komunikasi yang telah mendefinisikan komunikasi sesuai
dengan pemikirannya masing-masing. Menurut Wilbur Schramm (dalam Rosmawaty,
2010: 14) komunikasi berasal dari Bahasa latin “communication” (pemberitahuan,
pemberian bagan, pertukaran, ikut ambil bagian, pergaulan, persatuan, peran serta atau
kerjasama). Asal katanya sendiri dari kata “communis” yang berarti “common” (bersifat
umum, sama, atau bersama-sama). Sedangkan kata kerjanya “communicare” yang berarti
berdialog, berunding atau bermusyawarah. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan dapat
diterima oleh komunikan.

Proses Komunikasi

Ada beberapa proses terjadinya komunikasi. Pada hakekatnya proses terjadinya


komunikasi menurut Onong U. Effendy adalah proses penyampaian pikiran atau gagasan
oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran tersebut bisa
merupakan gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Pikiran
bersama perasaan yang akan disampaikan kepada orang lain itu oleh Walter Lippman
dinamakan picture in our head, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana caranya
agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat
dimengerti, diterima dan bahkan dilakukan oleh komunikan.

Pikiran yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dalam


komunikasi disebut pesan. Agar komunikasi berjalan dengan lancar maka Wilbur
Schramm dalam karyanya “communication research in the United States” menyatakan
bahwa: “Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator
cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan
pengertian (collection experience and meanings) yang pernah diperoleh oleh komunikan”
(Effendy, 1986).

Dalam proses komunikasi akan timbul umpan balik atau feedback atau efek.
Feedback mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi, sebab
komunikator menerangkan suatu pesan dan bila ditanggapi oleh komunikan membuktikan
5
keefektifan dari proses komunikasi itu sendiri dan umpan balik itu juga menentukan
berlanjut atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan komunikator. Karenanya umpan
balik bisa bersifat positif maupun negatif. Umpan balik yang positif adalah tanggapan
atau respon atau reaksi komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga
komunikasi berjalan lancar. Sebaliknya, umpan balik negatif adalah tanggapan
komunikan yang tidak menyenangkan komunikator sehingga komunikator enggan
melanjutkan komunikasinya. Feedback bisa berupa verbal dalam bentuk kata “ya” untuk
tanda setuju atau “tidak” untuk tanda menolak, bisa juga bersifat non-verbal dalam bentuk
gerakan anggota badan kita dan sebagainya.

Untuk lebih jelasnya, menurut Onong U. Effendy dalam bukunya Human Relations dan
Public Relations menyebutkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur pokok yang diberi
istilah:

 Komunikator

Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan


pikirannya atau perasaannya kepada orang lain.

 Pesan

Pesan sebagai terjemahan dari bahasa asing “message” adalah lambang bermakna
(meaningful symbols), yakni lambang-lambang yang membawakan pikiran atau
perasaan komunikator.

 Komunikan

Komunikan adalah seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran


komunikator ketika ia menyampaikan pesannya.

 Media

Media adalah sarana untuk menyalurkan pesan-pesan yang disampaikan


komunikator kepada komunikan.

 Efek

Efek adalah tanggapan, respons atau reaksi dari komunikan ketika ia atau mereka
menerima pesan dari komunikator. Jadi efek adalah akibat dari proses komunikasi.
(Effendy, 1986). Efek yang di harapkan timbul dari proses komunikasi dalam
6
kegiatan clearing house ini adalah perubahan sikap dari komunikan-komunikan
sehingga akan dapat tercapai tujuan kegiatan ini dengan baik.

Perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada masing-masing


individu. Perubahan sikap seseorang ditentukan oleh stimulus yang diterimanya. Materi
yang disampaikan oleh komunikator dalam kegiatan clearing house merupakan suatu
stimulus yang diberikan kepada komunikan. Yang dalam hal ini adalah dengan adanya
kesepakatan bersama dalam akhir pelaksanaan kegiatan clearing house. Dalam proses
komunikasi, stimulus (materi) tersebut haruslah dapat menimbulkan perhatian, pengertian
dan pemahaman dari komunikan sehingga dapat menimbulkan reaksi yakni perubahan
sikap dari komunikan sesuai dengan keinginan komunikator. Perubahan sikap yang
diharapkan dalam penelitian yang diamati adalah antara departemen-departemen yang
terlibat dalam kegiatan clearing house tersebut dapat mencapai kata sepakat mengenai
media-media massa asing yang ingin meliput di Indonesia. Baik itu persetujuan ataupun
penolakan peliputan tersebut dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang diperlukan
oleh departemen-departemen tersebut.

B. Bullying
Kata bullying yang merupakan bahasa Inggris, berasal dari kata bully yang artinya
ialah mengganggu dan juga menggertak orang yang lebih lemah. Tindakan penculikan,
penganiayaan bahkan intimidasi atau ancaman halus bukanlah sekedar masalah kekerasan
biasa. Tindakan ini disebut bullying, karena tindakan ini sudah bertahun-tahun dilakukan
secara berulang, bersifat regeneratif, menjadi kebiasaan atau tradisi yang mengancam
jiwa korban. Bullying ini merupakan salah satu bentuk tindakan dari agresi. Oleh karena
dampaknya dianggap membahayakan korban, bullying oleh Pearce (Astuti, 2008)
diidentifikasikan sebagai berikut :

a. Suatu perilaku yang tidak dapat diterima


b. Kegagalan untuk mengatasi tindakan bullying akan menyebabkan tindakan
agresi yang lebih jauh.

Parsons (2009) mengatakan bahwa perilaku bullying adalah sesuatu yang


endemik, dimulai ditahun-tahun pertama sekolah dan mengganas sepanjang karier
akademik seorang siswa. Dengan adanya perilaku bullying yang begitu meluas dimana-
7
mana, sangatlah mengherankan bahwa perilaku ini bisa sulit sekali terdeteksi. Memang
banyak dari perilaku-perilaku ini yang tidak teramati. Pelaku bullying teliti dalam
menutupi perbuatan mereka dari pengamatan orang dewasa, mereka menggunakan
ancaman dan tekanan untuk menutup mulut para sasaran dan saksi-saksi tentang
perbuatan mereka.

Coloroso (2003) menjelaskan bahwa bullying sesungguhnya akan selalu


melibatkan ketiga unsur berikut ini:

1. Ketidakseimbangan kekuatan
2. Niat untuk mencederai
3. Ancaman agresi lebih lanjut
4. Teror

Berdasarkan unsur-unsur bullying di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa


perilaku ini bisa terjadi jika ada ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban.
Jika telah terjadi ketidakseimbangan kekuatan tersebut, maka pelaku cenderung memiliki
niat untuk mencederai korbannya kembali dan kemudian melakukan tindakan agresi lebih
lanjut. Setelah ketiga hal tersebut telah terjadi, pelaku akan memberikan teror pada
korban yang merupakan tujuan dari perilaku bullying ini.

Bentuk-bentuk bullying

Sejiwa (2008) membagi tipe bullying menjadi tiga tipe, yaitu:

a. Bullying fisik, ini adalah jenis bullying yang kasat mata. Siapapun bisa melihatnya
karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dengan korbannya seperti
memukul, menampar, menginjak kaki, meludahi, melempar dengan barang,
memalak, menendang, mendorong, merusak atau mencuri barang milik orang lain
atau menyuruh orang lain untuk menyerang korban.
b. Bullying verbal, ini jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa tertangkap
indera pendengaran kita seperti mengejek/mencela, memaki, menghina, memberi
panggilan nama, meneriaki, menuduh, memfitnah, menyoraki, menyindir dan
menyebarkan gosip.
c. Ketiga bullying mental/psikologis, ini adalah jenis bullying yang paling berbahaya
karena tidak tertangkap mata atau telinga kita jika kita tidak awas mendeteksinya.
Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan diluar radar pemantauan kita seperti
8
mengancam dan menunjukkan sikap janggal/tidak seperti biasanya, mendiamkan,
mempermalukan, meneror lewat pesan pendek telepon genggam atau e-mail,
mencibir, melarang orang lain untuk masuk ke dalam kelompok dan
memanipulasi hubungan persahabatan.

Berdasarkan uraian di atas, perilaku bullying dapat terjadi dalam bentuk apapun
dan dalam hal kecil sekalipun. Jika tidak mengantisipasinya bisa saja hal ini terjadi pada
diri sendiri sebagai korban maupun pelakunya.

Faktor-faktor Perilaku Bullying

Priyatna (2010) menyebutkan bahwa tidak ada penyebab tunggal dari bullying.
Banyak faktor yang terlibat dalam hal ini, baik itu faktor pribadi anak itu sendiri,
keluarga, lingkungan, bahkan sekolah semua mengambil peran. Semua faktor tersebut,
baik yang bersifat individu maupun kolektif, memberi kontribusi kepada seorang anak
sehingga akhirnya dia melakukan tindakan bullying. Berikut ini ialah beberapa penyebab
dari lingkungan sehingga perilaku bullying bisa terjadi:

Faktor risiko dari keluarga untuk bullying:

a. Kurangnya kehangatan dan tingkat kepedulian orang tua yang rendah terhadap
anaknya.
b. Pola asuh orang tua yang terlalu permisif sehingga anak pun bebas melakukan
tindakan apa pun yang dia mau, atau sebaliknya.
c. Pola asuh orang tua yang terlalu keras sehingga anak menjadi akrab dengan
suasana yang mengancam.
d. Sikap orang tua yang suka memberi contoh perilaku bullying, baik disengaja
ataupun tidak.
e. Pengaruh dari perilaku saudara-saudara kandung di rumah.

Faktor risiko dari pergaulan untuk bullying:

a. Suka bergaul dengan anak yang biasa melakukan bullying.


b. Anak agresif yang berasal dari status sosial yang tinggi dapat saja menjadi pelaku
bullying demi mendapatkan penghargaan dari kawan-kawan sepergaulannya, atau
sebaliknya.

9
c. Anak yang berasal dari status sosial yang rendah pun dapat saja menjadi pelaku
tindakan bullying demi mendapatkan penghargaan dari kawan-kawan di
lingkungannya.
d. Ikatan pergaulan antar anak yang salah arah sehingga mereka menganggap bahwa
anak lain yang memiliki karakteristik berbeda dari kelompoknya dianggap
“musuh” yang mengancam.
e. Pada sebagian anak remaja putri, agresi sosial terkadang dijadikan alat untuk
menghibur diri! Terkadang juga digunakan sebagai alat untuk mencari perhatian
dari kawan-kawan yang dianggap sebagai saingannya.

Riauskina, Djuwita dan Soestio (Febriandy, 2013) menyebutkan bahwa ada beberapa
faktor lain penyebab perilaku bullying, yaitu:

a. Tradisi turun temurun dari senior. Anggapan para remaja yang salah saat ini
ialah seorang senior atau kakak kelas boleh melakukan apapun terhadap adik
kelasnya. Meskipun anggapan ini sangat tidak benar, para senior tetap saja
selalu semena-mena dan ini terus berlanjut dari tahun ke tahun.
b. Balas dendam karena dulu pernah diberlakukan sama. Para korban bullying
sebelumnya sering berfikir bahwa orang lain harus merasakan juga apa yang
telah mereka rasakan. Hal inilah yang membuat bullying sulit untuk
dihentikan.
c. Ingin menunjukkan kekuasaan. Orang-orang yang merasa memiliki
kemampuan lebih dalam hal fisik, ekonomi, kecerdasan dan lain-lain,
cenderung selalu meremehkan orang-orang yang tidak punya kemampuan
seperti mereka dan selalu ingin menunjukkan kekuasaannya tersebut.
d. Marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
terjadi karena pelaku bullying biasanya sering menentukan apa yang harus
dilakukan oleh para korbannya.
e. Mendapatkan kepuasan tersendiri saat pelaku melakukan tindakan bullying
tersebut.
f. Perilaku dianggap tidak sopan menurut aturan kelompok tertentu. Aturan
tersebut diciptakan oleh pelaku bullying dan biasanya aturan tersebut sering
terkesan mengada-ada atau tidak masuk akal.

10
C. Disfungsi Keluarga
Goldenberg (1985) menjelaskan bahwa disfungsi keluarga ialah suatu keadaan
keluarga yang tidak secara sempurna menjalankan fungsi dan peran yang semestinya
dalam sebuah keluarga, seperti seorang ibu yang juga harus menjadi seorang istri, ayah
yang juga menjadi seorang suami dan juga anakanak di dalam keluarga tersebut.
Sedangkan menurut Kartono (dalam Wati, 2011) disfungsi keluarga adalah merupakan
bentuk keluarga yang mampu memberikan pengaruh predisposisional psikoatis
membentuk berbagai gangguang mental pada anak termasuk ganggguan tingkah laku.

Menurut Yusuf (2004), disfungsi keluarga ialah sebuah keluarga yang tidak
mampu menerapkan atau melaksanakan fungsi-fungsinya seperti saling memperhatikan
dan mencintai, bersikap terbuka dan jujur, mampu berjuang mengatasi masalah hidup,
saling berkomunikasi yang baik antar anggota keluarga dan lain-lain, maka keluarga
tersebut mengalami stagnasi yang akhirnya akan merusak kekokohan keluarga tersebut.

Disfungsi yang dialami sebuah keluarga akan mengakibatkan adanya gangguan


pada peran orangtua dalam mendidik anak, sehingga anak mengalami deprivasi
(kehilangan haknya untuk dibimbing, dibina, dan juga diberikan kasih sayang), dan dapat
menyebabkan hilangnya figur orang tua secara fisik (loss), dikarenakan anak tidak
mendapati peran orang tua (lack) yang penting dalam proses mengidentifikasi dan
mengimitasi pada anak (Hawari, 2004).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa disfungsi


keluarga ialah tidak berfungsinya sebuah keluarga secara normal baik secara fisik
maupun psikis yang dampaknya akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan
anak selanjutnya.

Berdasakan pendapat Goldenberg (1985), ciri-ciri dari disfungsi keluarga adalah sebagai
berikut:

a. Orang tua yang berpisah, yaitu keadaan pada keluarga dimana orang tuanya
tidak tinggal bersama lagi dalam satu rumah.
b. Orang tua yang melakukan perceraian, yaitu kedua orang tua telah sepakat
untuk bercerai sesuai norma hukum dan agama.
c. Kematian orang tua, yaitu keadaan dimana tidak ada sosok salah satu atau
kedua orang tua bagi anak karena telah tutup usia.

11
d. Salah satu orang tua menikah lagi (poligami/poliandri), yaitu keadaan yang
terjadi dalam keluarga saat ayah ataupun ibu memutuskan untuk menikah lagi.
e. Adanya orang tua tunggal, ialah keadaan yang dialami seorang anak yang
sejak kecil hanya dirawat oleh salah satu orang tuanya.
f. Tidak adanya kehangatan dalam keluarga/sikap dingin antar anggota keluarga,
ialah keadaan yang terjadi pada keluarga yang saling tidak memperdulikan
anggota keluarganya/sikap acuh tak acuh.
g. Tidak terpenuhinya kebutuhan biologis dan psikis setiap anggota keluarga,
ialah setiap keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhankebutuhan
anggota keluarganya
h. Anggota keluarga memiliki cacat fisik/mental, yaitu salah satu anggota
keluarga memiliki cacat fisik/mental sehingga tidak mampu melaksanakan
fungsinya dalam keluarga.
i. Adanya kesetaraan power antara orang tua-anak, yaitu keadaan yang terjadi
pada keluarga dimana anak tidak menghormati orang tuanya.

Keluarga merupakan kelompok terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Hurlock (Andrizal, 2008) menjelaskan bahwa keluarga adalah training center bagi
penanaman nilai-nilai anak. Anak akan terbiasa dari pendidikan yang diajarkan orang tua
mereka (modelling). Berdasarkan modelling yang dilakukan oleh anak, tentunya akan
terlihat perbedaan perilaku pada anak-anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan
anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis. Pendidikan dini bagi anak
didapatinya dari keluarga, jika keluarga mampu memberikan pendidikan yang baik untuk
anak maka kelak anak akan mampu bersosialisasi secara baik di masyarakat.

D. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari Bahasa latin
yaitu yang berarti communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal. Jadi
berlangsungnya proses komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan mengenai hal-hal
yang dikomunikasikan ataupun kepentingan tertentu. Komunikasi dapat berlangsung
apabila ada pesan yang akan disampaikan dan terdapat pula umpan balik dari penerima
pesan yang dapat diterima langsung oleh penyampai pesan.

12
Selain itu komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberi tahu, merubah sikap, pendapat atau perilaku baik
langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Dalam komunikasi ini
memerlukan adanya hubungan timbal balik antara penyampain pesan dan penerimanya
yaitu komunikator dan komunikan.

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat
dan sikap. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian
informasi dan pengertian seseorang terhadap orang lain. R. Wayne Pace (1979)
mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi atau communication interpersonal
merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang ataulebih secara tatap
muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan
dapat menerima dan menanggapi secara langsung.

Komunikasi Interpersonal (interpersonal communication) juga bisa dikatakan


sebagai komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun non-verbal.
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan
antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan
beberapa umpan balik seketika.

Setelah melalui proses interpersonal tersebut, maka pesan-pesan disampaikan


kepada orang lain, proses pertukaran informasi antara seseorang dengan seseorang
lainnya atau biasnya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.
Dengan bertambahnya orang-orang yang terlibat dalam komunikasi menjadi bertambah
komplekslah komunikasi tersebut.

Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif. Komunikasi


interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada penerima pesan, begitupula
sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan.
Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan,
stimulusrespon, akan tetapi serangkaian proses saling menerima, penyeraan dan
penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak.

13
Komunikasi Interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan
mengembangkan. Dan perubahan tersebut melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-
pihak yang terlibat untuk memberi inspirasi, semangat, dan dorongan agar dapat merubah
pemikiran, perasaan, dan sikap sesuai dengan topik yang dikaji bersama.

Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan


interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka kita perlu bersikap
terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap
yang paling memahami, menghargai, dan saling mengembangkan kualitas. Hubungan
interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan
kerjasama antara berbagai pihak.

Pentingnya suatu komunikasi interpersonal berlangsung secara dialogis yang


menunjukkan terjadinya interaksi, seseorang yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini
berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.
Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi
untuk terjadinya pergantian bersama (mutual understanding) dan empati. Dari proses ini
terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status sosial melainkan didasarkan
pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan
wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia.

Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya, dinilai paling


ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan.
Alasannya karena komunikasi ini berlangsung tatap muka, oleh karena dengan
komunikasi itu terjadilah kontak pribadi (personal contact), Ketika menyampaikan pesan
umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback) mengetahui pada saat itu
tanggapan komunikan terhadap pesan yang diontarkan pada ekspresi wajah dan gaya
bicara.

Kecenderungan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku


komunikan maka bentuk komunikasi interpersonal sering kali digunakan untuk
menyampaikan komunikasi persuasif (persuasive communication) yakni suatu teknik
komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan,
bujukan atau rayuan. Dengan demikian maka setiap pelaku komunikasi akan melakukan
empat tindakan yaitu membentuk, menyampaikan, menerima dan mengolah pesan,

14
keempat tindakan tersebut lazimnya berlangung secara berurutan dan membentuk pesan
diartikan sebagai menciptakan ide atau gagasan dengan tujuan tertentu.

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Kelebihan dari komunikasi interpersonal adalah umpan balik yang bersifat segera.
Sementara itu, agar komunikasi interpersonal dapat berjalan efektif, maka harus memiliki
lima aspek efektivitas komunikasi. Devito dalam buku Komunikasi Antarmanusia sebagai
berikut:

a. Keterbukaan (Openess)

Mengacu pada keterbukaan dan ketersediaan komunikator untuk bereaksi


secara jujur terhadap stimulus yang datang dan keterbukaan peserta komunikasi
interpersonal kepada orang yang diajak untuk berinteraksi.

b. Empati (Emphaty)

Empati adalah menempatkan diri kita secara emosional dan intelektual pada
posisi orang lain.

c. Sikap Mendukung (Supportiveness)

Sikap mendukung dapat mengurangi sikap defensif komunikasi yang menjadi


aspek ketiga dalam efektivitas komunikasi.

d. Sikap Positif (Positiveness)

Seseorang yang memiliki sikap diri yang positif, maka ia pun akan
mengkomunikasikan hal yang positif. Sikap positif juga dapat dipicu oleh dorongan
(stroking) yaitu perilaku mendorong untuk menghargai keberadaan orang lain.

e. Kesetaraan (Equality)

Kesetaraan merupakan pengakuan bahwa masing-masing pihak memiliki


sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Komunikasi interpersonal merupakan
pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan
balik yang langsung. (2011: 20)

15
E. Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah pola hubungan anatara dua orang atau lebih dalam
pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami. Pola komunikasi merupakan sebuah model dari proses komunikasi,
sehingga dengan adanya beraneka ragam model komunikasi dan bagian dari proses
komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah digunakan dalam
berkomunikasi.

Pola komunikasi identik dengan proses komunikasi, karena pola komunikasi


merupakan rangkaian dari aktivitas menyampaikan pesan sehingga diperoleh feedback
dari penerima pesan, dari proses komunikasi, akan timbul pola, model, bentuk dan juga
bagian-bagian kecil yang berkaitan erat dengan proses komunikasi.

Dalam buku karya Julia T. Wood yang berjudul Komunikasi Interpersonal :


Interaksi Keseharian menyebutkan beberapa pola atau model dari komunikasi
interpersonal, diantaranya :

Model Linear

Model linear awal ini memiliki kekurangan yang nyata. Hal tersebut digambarkan
sebagai komunikasi satu arah-dari pengirim ke penerima pasif. Implikasinya adalah
pendengar tidak pernah mengirim pesan dan hanya menyerap secara pasif apa yang
dikatakan pembicara. Ini bukanlah komunikasi yang seharusnya. Sebagai respon dari
komunikator, pendengar biasanya akan mengangguk, mengerutkan dahi, tersenyum,
terlihat bosan atau tertarik, dan sebagainya.

Terdapat kekeliruan dalam model linear, yaitu menampilkan proses mendengar


sebagai tahap setelah proses bicara. Pada kenyataanya, berbicara dan mendengar adalah

16
dua proses yang terjadi secara bersamaan dan tumpang tindih. Dalam konteks pekerjaan,
karyawan saling bertukar gagasan dan merespon apa yang disampaikan oleh rekanya.

Dalam situasi seperti ini, proses berbicara dan mendengarkan dapat terjadi dalam
waktu bersamaan. Ketika berkomunikasi di dunia maya, begitu mengirimkan pesan, saat
itu juga dapat menerima pesan balasan dari lawan bicara. Orang-orang dalam
berkomunikasi sering kali mengirimkan dan menerima pesan, serta beradaptasi satu
dengan yang lainnya

Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke
titik lain secara lurus, yang berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan sebagai titik terminal. Jadi dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi
dalam komunikasi tatap muka (face to face), tetapi juga adakalanya komunikasi
bermedia. Dalam proses komunikasi ini pesan yang disampaikan akan efektif apabila ada
perencanaan sebelum melaksanakan komunikasi.

17
CONTOH KASUS

Pada 25 Mei 2022 yang lalu, terjadi kasus bullying atau perundungan yang terjadi
di Kota Semarang. Bermula dari beredarnya video viral yang beredar di sosial media,
video tersebut menunjukkan hal yang sangat menyedihkan dan termasuk ke kategori
penyimpangan perilaku remaja. Menunjukan beberapa siswi tersebut memperlihatkan
perilaku beringas. Satu siswi terlihat mengalami perundungan atau bullying disertai
kekerasan fisik. Tidak hanya mengeroyok, menjambak rambut, memukul dan menendang,
para siswi pelaku itu juga melontarkan kata-kata kasar. Berdasarkan setting bangunan
yang tampak di video, peristiwa tersebut terjadi di Alun-Alun Semarang kawasan Pasar
Johar Semarang.

Penyebabnya merupakan budaya senioritas di sekolah yang berujung pada kasus


perundungan tersebut Alasan pelaku melakukan penganiayaan karena menganggap
korban sebagai junior tidak menghormati pelaku, sehingga pelaku emosi, marah, dan
mengajak korban ke lokasi.

Korban sendiri merupakan anak yatim piatu yang ditinggal ayahnya sejak bayi
dan ditambah lagi ibunya telah tiada pada tahun 2020. Saat ini dia tinggal hanya bersama
kakak kandungnya laki-laki. Korban pertama kali bercerita ke kakaknya terkait masalah
ini. Lalu bersama om dan tantenya, korban datang ke polisi. Penanganan kasus tersebut
melibatkan pihak dinas, orangtua korban dan tersangka, psikolog dan pihak lainnya.

Pada kasus ini, dapat diketahui bahwa dalam bullying yang dilakukan termasuk
kedalam bullying verbal dan fisik. Proses komunikasi interpersonal yang dapat diambil
dari kasus ini, korban merupakan pribadi yang introvert dikarenakan bahwa korban baru
pertama kali bercerita tentang yang dia alami kepada kakak kandungnya. Hal ini terjadi
karena kurangnya kehangatan dan tingkat kepedulian dari keluarga yang rendah,
dikarenakan korban sudah yatim piatu dan hanya tinggal bersama kakaknya yang sibuk
bekerja, sehingga intensitas komunikasi di rumah sangat minim. Terdapat juga proses
komunikasi yang buruk antara korban dengan pelaku dari faktor pergaulan, yang mana
pelaku merasa tidak dihormati sebagai kakak kelas, hal ini merupakan salah satu faktor
dari ikatan pergaulan antar anak yang salah arah, sehingga mereka (pelaku) marah karena
korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terjadi karena pelaku

18
biasanya sering menentukan apa yang harus dilakukan oleh para korbannya, atau bisa
disebut sebagai senioritas.

Komunikasi juga tidak berjalan secara efektif, karena pesan yang disampaikan
oleh komunikator (pelaku) tidak dapat diterima dengan baik oleh komunikan (korban).
Selain itu pada saat press conference yang diadakan di Kantor Polisi, keluarga korban
tidak diundang atau dimintai keterangan sebelumnya, melainkan hanya mendatangkan
keluarga pelaku. Kenakalan remaja, khususnya bullying ini juga berasal dari lingkungan
keluarga dimana peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak-anak mereka.
Umumnya, keluarga adalah training center bagi penanaman nilai-nilai anak, maka dari itu
nak akan terbiasa dari pendidikan yang diajarkan orang tua mereka.

Komunikasi yang terjadi dalam proses komunikasi antara korban dengan pelaku
termasuk kedalam komunikasi interpersonal. Terdapat komunikasi yang berlangsung
antara dua orang atau lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan
pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara
langsung. Model komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi linear, yang mana
pendengar (korban) tidak pernah mengirim pesan dan hanya menyerap secara pasif apa
yang dikatakan pembicara (pelaku). Di sini, selama kejadian berlangsung korban tidak
ada tindakan atau ucapan yang terkesan melawan pelaku. Sehingga pola komunikasi yang
dibentuk berdampak pada kasus perundungan, dikarenakan adanya proses komunikasi
yang buruk, dimana korban dianggap tidak menghormati pelaku sebagai kakak kelasnya,
karena komunikasi yang baik dapat diterima baik pula oleh komunikan, walaupun hanya
dengan komunikasi non-verbal, seperti menganggukkan kepala atau ekspresi wajah atau
dengan komunikasi verbal melalui ucapan.

Maka dari itu, komunikasi yang efektif akan membuat pesan tersampaikan dengan
baik hingga tercipta saling pengertian, Dengan adanya keterbukaan, empati, sikap
mendukung, sikap positif, kesetaraan ini semua dapat mendukung efektivitas komunikasi
yang dibentuk, sehingga dapat menghindari adanya pertengkaran atau konflik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto, i. (2022, Mei 28). Cerita Pilu SN Siswi SMP Korban Bully di Semarang, Yatim
Piatu Habis Ditinggal Mati Ibu. Retrieved from Tribun Jateng:
https://jateng.tribunnews.com/2022/05/28/cerita-pilu-sn-siswi-smp-korban-bully-di-
semarang-yatim-piatu-habis-ditinggal-mati-ibu?page=all

Kelik Wahyu Nugroho, dkk. (2022, Mei 25). Alasan Pelaku Merundung Siswi SMP di
Semarang: Korban Tak Hormati Kakak Kelas. Retrieved from kumparanNEWS:
https://kumparan.com/kumparannews/alasan-pelaku-merundung-siswi-smp-di-
semarang-korban-tak-hormati-kakak-kelas-1y8wXWko1pc/full

Prilia Sekarningtyas, S. (2019). Pengaruh Intensitas Bullying Terhadap Pola Komunikasi


Interpersonal Pada Mahasiswa FISIP UNDIP Program Studi Ilmu Komunikasi
Angkatan 2017. Jurnal Ilmu Komunikasi Interaksi Online, 17-20.

Purbaya, A. A. (2022, Mei 25). 3 Siswi Pelaku Perundungan di Alun-alun Semarang


Ternyata Senior Korban. Retrieved from detikJateng:
https://www.detik.com/jateng/berita/d-6095511/3-siswi-pelaku-perundungan-di-alun-
alun-semarang-ternyata-senior-korban

Rolanda, J. (2015). HUBUNGANDISFUNGSI KELUARGA DENGANPERILAKU


BULLYING PADA REMAJA AWAL. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau., BAB II.

Susanti, Y. (2018). POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM “MEMBER


RELATION” CREDIT UNION SANDYA SWADAYA (Studi Kasus Pola
Komunikasi Interpersonal Petugas dengan Anggota di Unit Pelayanan Lowanu Credit
Union Sandya Swadaya Yogyakarta). Skripsi thesis, Universitas Mercu Buana
Yogyakarta, 20-24.

20

You might also like