Professional Documents
Culture Documents
Makalah Sari Spi
Makalah Sari Spi
Disusun Oleh:
Saribanun (202021029)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Bagi Saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A . POLA PENDIDIKAN ISLAM DI NUSANTARA PADA MASA AWAL SAMPAI SEBELUM KEMERDEKAAN. 5
B. POLA DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH BELANDA SEJAK AWAL SAMPAI SEBELUM MERDEKA...............7
C. KEBIJAKAN JEPANG DALAM BIDANG PENDIDIKAN ISLAM................................................................9
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................................10
B. SARAN................................................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Pola pendidikan islam di Indonesia, tidak dapat terlepas dari apa yang telah di ilustrasikan
pada kebijakan kebijakan para penjajah ( belanda dan jepang ) dan juga melewati berbagai hal
permasalahan serta rintangan dalam dunia pendidikan islam di indonesia. Kedatangan belanda di
satu pihak memang telah membawa kemajuan teknologi, tetapi kemajuan tersebut hanyalah
untuk meningkatkan hasil penjajahannya. Begitu pula dengan pendidikan mereka telah
memperkenalkan system dan metodelogi baru yang tentu saja efektif, namun semua itu di
lakukan untuk menghasilkan tenaga tenaga yang dapat membantu segala kepentingan penjajah.
[1]
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pola dan kebijakan pendidikan islam di nusantara pada masa awal sampai
sebelum kemerdekaan?
2. Bagaimana pola dan kebijakan pemerintah belanda sejak awal sampai sebelum merdeka?
3. Bagaimana kebijakan jepang dalam bidang pendidikan islam?
1
. Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai
Indonesia. ( Jakarta: Kencana, 2009 ), hlm. 298
BAB II
PEMBAHASAN
Hal ini dapat di lihat dari terpecahnya dunia pendidikan di Indonesia pada abad 20 M menjadi
dua golongan yaitu: Pendidikan yang di berikan oleh sekolah barat yang sekuler yang tidak
mengenal ajaran agama, dan Pendidikan yang di berikan oleh pondok pesantren yang hanya
mengenal agama saja. Dengan terpecahnya dunia pendidikan menjadi dua corak yang sangat
berbeda, tentunya tidak akan membawa keuntungan bagi perkembangan masyarakat Indonesia
bagi masa yang akan datang. Di satu sisi perlu mengetahui perkembangan dunia luar/ teknologi,
di sisi lain juga di perlukan adanya pemahaman keagamaan.
Dalam hal ini muncul kesadaran dari pendidikan islam ulama-ulama yang pada waktu itu
menyadari bahwa system pendidikan tradisional dan langgar tidak sesuai lagi dengan iklim pada
masa itu, maka di rasakanya penting untuk member pendidikan di sekolah dan di madrasah
secara teratur. Muhammad abduh dan rasyid ridha dengan pembaharuan di bidang sosial dan
kebudayaan berdasarkan tradisi islam Al-Qur’an dan hadis yang di bangkitkan kembali dengan
menggunakan ilmu-ilmu barat.[2] Dan juga merupakan jalan untuk maju dan berpartisipasi dalam
1
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Indonesia ( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1996 ) hlm. 14
2
chadijah ismail, sejarah pendidikan islam, (padang : iain press, 1999) hlm. 78
pembaharuan, maka munculah tokoh tokoh pembaharuan di Indonesia yang mendirikan sekolah
islam di mana-mana.
Menurut penelitian Mahmud yunus, bahwa pendidikan islam yang mula mula berkelas dan
memakai bangku, meja, dan papan tulis adalah sekolah adabiyah/ madrasah adabiyah school di
padang panjang. Sekolah ini didirikan oleh H. Abdullah pada tahun 1907 di padang panjang.[3]
Tokoh lain dalam pembaharuan dunia islam di minangkabau adalah zainuddin labial El-yunisi
pada tahun 1890-1954, mendirikan madrasah Diniyyah pada tahun 1915 sebagai sekolah agama
yang dilaksanakan menurut sistem pendidikan modern yakni dengan alat tulis dan alat peraga,
Tokoh lain dalam pembaharuan dunia islam di minangkabau adalah Zainuddin Labia El-Yunisi
coeducation.[4]
3. Madrasah Muhammadiyah
Kemudian tokoh yang memiliki pola pemikiran yang senada dengan yang di lakukan Abdullah
Ahmad di padang panjang adalah KH. Ahmad Dahlan 1868-1923, yang mendirikan organisasi
Muhammadiyah dengan teman-temannya di kota yogjakarta pada tahun 1912, yang bertujuan
mengajarkan pengajaran rasulullah kepada penduduk bumi putra dan memajukan agama islam.[5]
Sementara itu surau pertama yang memakai system kelas, dalam proses belajar mengajar adalah
Sumatra thawalib padang panjang yang di pimpin oleh seykh Abdullah karim amrullah pada
tahun 1921.
4, Madrasah Salafiah
3
Samsul Nizar, Sejarah Dan Pergolakan Pemikir Pendidikan Islam, Potret Timur Tengah Era Awal dan
Indonesia, ( Jakarta: Quantum Teaching, 2005) hlm. 94
4
Hayati Nizar, Analisis Historis Pendidikan Demokratis di Minangkabau, Dalam Majalah Hadharah PPS
IAIN Imam Bonjol Padang, Vol 3, edisi februari 2006, hlm. 143
5
Ramayulis, Samsul Nizar, Ensklopedia Tokoh Pendidikan Indonesia, Mengenal Tokoh
Pendidikan Islami Dunia Islam Dan Indonesia, (Jakarta : Quantum Teaching, 2005) hlm. 204
Di samping itu terdapat madrasah lain yang berpran dalam pembaharuan islam di jawa, yaitu
pondok pesantren tebuireng di jombang jawa timur, yang didirikan pada tahun 1989 oleh KH.
Hasyim Asy’ari. Yang mengenalkan pola pendidikan madrasah dengan menitik beratkan pada
ilmu-ilmu agama dan bahasa arab dengan system sorogan dan bandongan. Madrasah yang
didirikan ini hampir sama dengan madrasah yang didirikan oleh muhammadiyah, karena lebih
mengutamakan pendidikan sosial, tablig, kemanusiaan bahkan politik, di bawah naungan
organisasi islam Nahdatul Ulama Dan masih banyak lagi Madrasah lainya yang cukup popular di
berbagai daerah yang ikut serta dalam pembaharuan.
Tidak dapat di pungkiri bahwa penjajah belanda selama tiga ratus lima puluh tahun dengan
misi kristenisasi dan westernisasi, dengan berbagai penindasan yang telah di lakukan terhadap
rakyat Indonesia dengan berbagai kebijakan politik yang sangat merugikan bangsa Indonesia.
Zainuddin zuhri menggambarkan bahwa rakyat Indonesia yang mayoritas muslim itu tidak
memandang orang orang barat yang menjajah Indonesia sebagai pembawa kemajuan dan
teknologi. Adapun begitu kuat ajaran dan politik curang orang-orang barat tersebut seperti:
Kebijakan belanda dalam mengatur jalannya pendidikan dimaksudkan untuk kepentingan mereka
sendiri terutama untuk kepentingan Kristen. Hal ini dapat di lihat ketika Vand Den Boss menjadi
gubernur jendral di Jakarta pada tahun 1983 dengan mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah-
sekolah gereja di anggap sebagai sekolah pemerintah. Sedangkan departemen yang mengurus
pendidikan dan keagamaan di jadikan satu. Dan mereka juga menerapkan peraturan-peraturan
seperti :
a. Pada tahun 1882 pemerintah belanda membentuk suatu badan khusus yang bertugas
mengawasi beragama dan pendidikan islam. Dan juga mengeluarkan peraturan baru yang
isinya bahwa orang yang memberikan pengajaran agama Islam harus terlebih dahulu
kepada pemerintah belanda.
b. Pada tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat, yaitu tidak semua kiyai boleh
mengajarkan pelajaran mengaji kecuali mendapat rekomendasi dari pemerintah belanda.
c. Pada tahun 1932 keluar lagi peraturan bahwa wewenang untuk memberantas madrasah-
madrasah dan sekolah yang tidak ada izin, atau memeberi pelajaran yang tidak di sukai
oleh pemerintah belanda.
Secara rumah tangga dan secara surau/ langgar atau masjid, pendidikan pendidikan secara
perorangan dalam rumah tangga lebih mengutamakan pelajaran praktis seperti: ketuhanan,
keimanan dan masalah-masalah yang berhubungan dengan ibadah. Sedangkan pendidikan surau
mempunyai dua tingkatan yaitu pelajaran Al-Qur’an. Kemudian baru melanjutkan pengkajian
kitab seperti ilmu nahu, sharaf, tafsir dll setelah menyelaesaikan pelajaran Al-Qur’an.
Pada masa ini memang sulit untuk menemukan secara pasti kapan dan dimana surau atau
pesantren yang pertama kali berdiri, tetapi dapat di ketahui bahwa pada abad ke 17 M, di pulau
jawa tengah terdapat pesantren sunan boning di tuban, sunan ampel di Surabaya, sunan giri di
sidomukti giri dll. Dan jauh dari pada itu juga di temukan pesantren di hutan gladah sebelah
selatan jepara yang didirikan oleh raden fatah pada tahun 1475M.
Pada masa peralihan, terjadi perubahan dalam pelaksanaan pendidikan islam pada masa
peralihan dengan masa peralihan dengan masa sebelumnya. Baik dalam kebijakan belanda
terhadap pendidikan islam yang lebih ketat, dan juga perbedaan ciri pelajaran agama islam pada
masa peralihan, seperti:
Dengan tampilnya budi utomo dengan isu nasionalisnya, menyadarkan bangsa indonesia bahwa
perjuangan selama ini hanya mengandalkan kekuatan kedaerahan tanpa adanya persatuan,
sehingga sulit mencapai kemerdekaan. Dan Dengan begitu banyaknya perlawanan dari pihak
indonesia secara tegas dan pasti, terhadap pemerintah belanda.
Setelah belanda angkat kaki dari bumi indonesia, maka muncul pergerakan jepang, jepang
tidak begitu ketat terhadap pendidikan islam di indonesia, jepang memeberikan toleransi yang
cukup banyak terhadap pendidikan islam di indonesia, kesetaraan penduduk pribumi sama
dengan penduduk atau anak-anak penguasa, bahkan jepang banyak mengajarkan ilmu-ilmu bela
diri terhadap pemuda indonesia. Begitu juga pada masa penjajahan jepang banyak berdiri
lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran serta pendirian tempat-tempat ibadah dan lembaga
pendidikanpun dapat dikembangkan dan anak-anak di bolehkan untuk belajar agama dan
mengaji.[6] Jepang bahkan menawarkan bantuan dana bagi madrasah, serta membiarkan
masyarakat membuka kembali madrasah-madrasah yang pernah ditutup oleh pemerintah
penjajah Belanda.[7]
6
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai
Indonesia. ( Jakarta: Kencana, 2009 ), hlm. 314
7
http://mpiuika.wordpress.com/2009/12/12/makalah-diskusi-analisis-kebijakan-pendidikan-islam-
kelompok-4/
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas bahwasanya kedatangan bangsa belanda ke indonesia dengan misi
kristenesasi dan westernasinya telah membawa dampak yang sangat merugikan bagi bangsa
indonesia, termasuk di dunia pendidikan, khususnya pendidikan islam. Dan dengan kebijakan-
kebijakan yang telah di keluarkannya sehingga memacu timbulnya gerakan dan tokoh-tokoh
pembaharu dalam dunia pendidikan di nusantara. Tidak terlepas dari pada itu pengaruh kebijakan
jepang dan belanda sedikit banyaknya juga mewarnai pola pendidikan di indonesia, hingga saat
ini pula.
B. SARAN
Pola kebijakan di indonesia pada masa sebelum merdeka, hendaknya dapat kita pelajari dan
memahami sebagai salah satu motivasi dan dorongan untuk kita meningkatkan kualitas
pengetahuan baik dari sejarahnya, dan juga dalam pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia
pendidikan.