You are on page 1of 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Bank Syariah

Pengertian bank syariah berdasarkan Undang-undang No.7

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang telah diubah dengan

Undang-undang No.10 Tahun 2008 pasal 1 angka 13 adalah sebagai

berikut:

“Prinsip syariah adalah aturan atau perjanjian berdasarkan hukum

Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau

pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan

sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip

penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan

memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal

berdasarkan prinsip sewa (ijarah), atau dengan adanya pilihan

pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh

pihak lain (ijarah wa iqtina)”.

Sejatinya didalam dunia perbankan syariah produk atau akad

yang digunakan oleh bank syariah dalam operasionalnya terbagi menjadi

dua bagian, yaitu akad tabarru’ dan akad tijarah.

7
8

a. Akad Tabarru’

Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah segala macam

perjanjian yang menyangkut not for profit transaction (transaksi

nirlaba). Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk

mencari keuntungan komersil. Akad tabarru’ dilakukan dengan

tujuan tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Dalam

akad tabarru’ pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak

mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari

akad tabarru’ adalah dari Allah SWT, bukan dari manusia. Namun

demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta

kepada counter part-nya untuk sekedar menutupi biaya (cover the

cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru’

tersebut. Tapi ia tidak boleh sedikitpun mengambil laba dari akad

tabarru’ itu. (Nofinawati, 2014:221)

b. Akad Tijarah

Akad tijarah (compensational contract) adalah segala macam

perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad ini

digunakan mencari keuntungan, karena itu akad ini bersifat

komersil. Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang

diperolehnya, akad tijarah dibagi menjadi dua kelompok yaitu:


9

1) Natural Certainty Contracts (NCC)

NCC adalah suatu jenis kontrak atau transaksi dalam

bisnis yang mempunyai kepastian dalam hal keuntungan dan

pendapatannya baik dari segi jumlah dan waktu penyerahannya.

Dalam NCC kedua belah pihak saling mempertukarkan aset

yang dimilikinya, karena objek pertukarannya (baik barang

maupun jasa) pun harus ditetapkan di awal akad dengan pasti,

baik jumlahnya (quantity), mutunya (quality), harganya (price),

dan waktu penyrahannya (time of delivery). Jadi, kontrak-

kontrak ini secara “sunnatullah” (by their of nature)

menawarkan return yang tetap dan pasti. Yang termasuk dalam

kategori ini adalah akad jual beli dan sewa. (Nofinawati,

2014:222)

2) Natural Uncertainty Contracts (NUC)

Dalam NUC, pihak-pihak yang bertransaksi saling

mencampurkan asetnya (baik real assets maupun financial

assets) menjadi satu kesatuan dan kemudian menanggung resiko

bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan

dan kerugian ditanggung bersama oleh masing-masing pihak.

Karena itu kontrak ini tidak memberikan kepastian pendapatan

(return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu

(timing)-nya. Yang termasuk dalam kontrak ini adalah kontrak-

kontrak investasi atau lebih dikenal dengan kontrak yang


10

mengandung prinsip profit and loss sharing. Kontrak investasi

ini secara “sunnatullah” (by their nature) tidak menawarkan

return yang tetap dan pasti. Jadi sifatnya tidak “fixed and

predetermined”. akad yang termasuk dalam kategori NUC

antara lain mudharabah, dan musyarakah. (Nofinawati,

2014:223)

2. Prinsip Dasar Operasional Produk Perbankan Syariah

Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam akan menjadi dasar

beroperasinya bank Islam yaitu yang paling menonjol adalah tidak

mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah

untuk tujuan komersial, Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi

adalah kemitraan/kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan

prinsip bagi hasil, sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk

tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun. (Baraba, 1999:4)

Didalam menjalankan operasinya, fungsi perbankan syariah akan

terdiri dari :

a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana

yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas

dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank

b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik

dana (shahibul maal) sesuai dengan arahan investasi yang

dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai

manajer investasi)
11

c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya

sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

d. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan

penerimaan serta penyaluran dana kebajikan (fungsi optional)

Sebagaimana dari fungsi-fungsi diatas, maka produk perbankan

syariah akan terdiri dari :

a. Prinsip Mudharabah

yaitu perjanjian antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai

pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola

dana (mudharib) untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi dengan

menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh,

sedangkan kerugian yang timbul adalah resiko pemilik dana

sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan

kecurangan atau tindakan yang tidak amanah (misconduct).

Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib maka

mudharabah dibedakan menjadi mudharabah mutlaqah dimana

mudharib diberikan kewenangan sepenuhnya untuk menentukan

pilihan investasi yang dikehendaki, sedangkan jenis yang lain adalah

mudharabah muqayyaddah dimana arahan investasi ditentukan oleh

shahibul maal sedangkan mudharib bertindak sebagai pengelola.

b. Prinsip Musyarakah

yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk menyertakan modal dalam

suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau


12

kerugian sesuai nisbah yang disepakati Musyarakah dapat bersifat

tetap atau bersifat temporer dengan penurunan secara periodik atau

sekaligus diakhir masa proyek.

c. Prinsip Wadiah

adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau benda

kepada pihak kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi

titipan tersebut sewaktu-waktu dapat diambil kembali, dimana

penitip dapat dikenakan biaya penitipan. Berdasarkan kewenangan

yang diberikan maka wadiah dibedakan menjadi wadiah yad

dhamanah yang berarti penerima titipan berhak mempergunakan

dana/barang titipan untuk didayagunakan tanpa ada kewajiban

penerima titipan untuk memberikan imbalan kepada penitip dengan

tetap pada kesepakatan dapat diambil setiap saat diperlukan, sedang

disisi lain wadiah amanah tidak memberikan kewenangan kepada

penerima titipan untuk mendayagunakan barang/dana yang

dititipkan.

d. Prinsip Jual Beli

1) Murabahah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana

pembeli dan penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari

harga beli ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi

penjual. Murabahah dapat dilakukan selain secara tunai bisa

juga secara bayar tangguh atau bayar dengan angsuran.


13

2) Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan

barang diserahkan kemudian

3) Ishtisna’ yaitu pembelian barang melalui pesanan dan

diperlukan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan

pembeli dan pembayaran dilakukan dimuka sekaligus atau

secara bertahap.

e. Jasa-Jasa,

1) Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan imbalan

pendapatan sewa, bila terdapat kesepakatan pengalihan

pemilikan pada akhir masa sewa disebut Ijarah mumtahiya bit

tamlik (sama dengan operating lease)

2) Wakalah yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak

kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua

mendapat imbalan berupa fee atau komisi.

3) Kafalah yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas

kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai

dengan yang diperjanjikan, dimana pihak pertama menerima

imbalan berupa fee atau komisi (garansi).

4) Sharf yaitu pertukaran /jual beli mata uang yang berbeda dengan

penyerahan segera /spot berdasarkan kesepakatan harga sesuai

dengan harga pasar pada saat Pertukaran.


14

f. Prinsip Kebajikan,

Yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan dalam bentuk

zakat, infak, sedekah, serta penyaluran al-qardhul hasan yaitu

penyaluran dan dalam bentuk pinjaman dengan tujuan untuk

menolong golongan miskin dengan penggunaan produktif tanpa

diminta imbalan kecuali pengembalian pokok hutang. (Baraba,

1999:6)

Sebagaimana perbankan konvensional, perbankan syariah pun

juga merupakan lembaga intermediasi antara pihak penabung dan pihak

investor. Perbedaan pokok perbankan syariah dengan perbankan

konvensional terletak pada dominasi prinsip berbagi hasil dan berbagi

risiko (profit and loss sharing) yang melandasi sistem operasionalnya.

Hal tersebut antara lain dapat dicerminkan dari beberapa karakteristik

berikut ini.

a. Tidak sebagaimana bank konvensional, bank syariah hanya

menjamin pembayaran kembali nilai nominal seperti simpanan giro

dan tabungan (seandainya mekanisme yang digunakan adalah akad

wadiah), tetapi tidak menjamin pembayaran kembali nilai dari

deposito (investment deposit/mudharabah deposit). Bank syariah

juga tidak menjamin keuntungan atas deposito. Mekanisme

pengaturan realisasi pembagian keuntungan final atas deposito pada

bank syariah bergantung pada performance dari bank, tidak

sebagaimana bank konvensional yang menjamin pembayaran


15

keuntungan atas deposito berdasarkan tingkat bunga tertentu dengan

mengabaikan performance dari bank itu sendiri.

b. Sistem operasional bank syariah berdasarkan kepada sistem equity

dimana setiap modal mengandung risiko. Oleh karena itu, hubungan

kerjasama antara bank syariah dan nasabahnya adalah berdasarkan

prinsip berbagi hasil dan berbagi risiko (profit and loss sharing).

c. Dalam melakukan kegiatan pembiayaan (financing), bank syariah

menggunakan model pembiayaan muamalah maaliyah (Islamic

modes of financing): PLS dan non-PLS. Sehubungan dengan itu,

bank syariah melakukan pooling terhadap dana-dana nasabah dan

berkewajiban menyediakan manajemen investasi yang amanah dan

profesional. (Antonio, 2001:181)

3. Produk Ideal Perbankan Syariah

Sejatinya di dalam produk-produk yang ditawarkan oleh

perbankan syariah tidak membebankan bunga di dalam operasionalnya,

melainkan mengajak partisipasi dalam bidang usaha yang didanai. Para

deposan juga sama-sama mendapat bagian dari keuntungan bank sesuai

dengan rasio yang telah disepakati sebelumnya, sehingga ada kemitraan

antara perbankan syariah dan para deposan di satu pihak, dan antara

perbankan syariah dengan nasabah pengelola dana yang dimana dana

tersebut dikelola dalam berbagai usaha produktif dipihak lain. (Mervyn

Lewis, 2001:9)
16

Sebagian besar ulama dan pakar juga sependapat bahwa bank

syariah merupakan bank yang berprinsip utama bagi hasil seperti

mudharabah dan musyarakah, sehingga produk pembiayaan berbasis

bagi hasil tersebut seharusnya lebih diutamakan dan dominan

dibandingkan dengan pembiayaan non-bagi hasil. Sementara sebagian

pakar yang lain memandang wajar kecenderungan pembiayaan non-bagi

hasil bank syariah, khususnya pada tahap awal pengembangan

mengingat berbagai kendala yang dihadapi. (Ascarya, 2005:9)

Berbagai teori diatas juga diperkuat oleh pendapat Dr. Ghulam

Qadir (1994) seorang praktisi perbankan syariah yang berpraktik di

Pakistan, beliau mengkritisi dan berpendapat bahwa pada dasarnya

perbankan syariah adalah institusi keuangan dan bukan rumah dagang

yang mengharuskan mereka melaksanakan perdagangan (murabahah)

dengan harga mark-up yang berarti memaksakan mereka tetap pada

fungsi tersebut. Selain itu, karena model pembiayaan tersebut minim

resiko dan tetap digunakan oleh bank sebagai operasional utama, bank

tidak pernah memikirkan model-model pendanaan yang inovatif dan

imajinatif dalam kerangka musyarakah dan mudharabah (Mervyn

Lewis, 2001:224)

Berdasarkan teori dan pendapat para ahli diatas, maka seharusnya

produk yang ideal bagi perbankan syariah dalam menjalankan perannya

sebagai lembaga intermediary dalam perekonomian adalah produk-

produk yang mengandung prinsip bagi hasil (profit and loss sharing)
17

4. Laporan Keuangan Perbankan Syariah

Berbagai macam perkembangan produk-produk perbankan

syariah dapat dilihat dari pos-pos produk bersangkutan yang terdapat di

dalam laporan keuangan. Adapun laporan keuangan yang lengkap

biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi

keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya

sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana) catatan dan laporan lain

serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan. Oleh karena itu bank komersial baik bank umum maupun bank

perkreditan rakyat yang berdasarkan prinsip syari’ah maupun

konvensional diwajibkan memberikan laporan keuangan pada setiap

periode tertentu.

Pada dasarnya, tujuan utama penyajian laporan keuangan suatu

bank adalah untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang

telah dicapai dalam satu periode waktu yang telah berlalu. Laporan

keuangan memberikan informasi keuangan sebuah perusahaan dan

tentang perubahan-perubahan yang berarti dalam sumber daya dan

kewajibannya dalam suatu format yang berguna bagi para pengambil

keputusan keuangan entitas (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

No.1 Tahun 2009)

Laporan keuangan bank syariah tidak jauh berbeda dengan

laporan keuangan perusahaan pada umumnya, hanya saja pada bank

syari’ah lebih sedikit luas dibanding dengan perusahaan lain. Hal itu
18

karena adanya perbedaan prinsip yakni prinsip Syari’ah yang mana

prinsip syariah bersifat komprehensif dan universal, sehingga

pembahasannya pun lebih luas.

Komponen laporan keuangan perbankan syariah yang lengkap

memiliki beberapa konten/isi yang meliputi sebagai berikut:

a. Laporan posisi keuangan (Neraca)

b. Laporan laba/rugi

c. Laporan perubahan ekuitas

d. Laporan arus kas

e. Laporan perubahan dana investasi terkait

f. Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil

g. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat

h. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan

i. Catatan atas laporan keuangan

Dalam hal ini laporan keuangan entitas syariah bertujuan untuk

memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas

entitas syariah yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna

laporan keuangan dalam rangka membuat berbagai macam keputusan

mengenai kegiatan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban

(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang

dipercayakan kepada mereka. (Ikatan Akuntan Indonesia: PSAK 101).


19

5. Analisis Laporan Keuangan

Perkembangan produk serta kinerja keuangan suatu entitas dapat

dilihat dengan menganalisa laporan keuangan entitas yang bersangkutan.

Adapun pengertian dari analisis laporan keuangan adalah:

“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi


yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau
yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif ataupun non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat.” (Harahap, 2004:109)

Adapun beberapa tujuan dari analisa laporan keuangan

diantaranya sebagai berikut :

a. Pimpinan Bank
Digunakan untuk mengukur apakah bank telah beroperasi secara

efektif dan efesien, yang mana hal ini akan digunakan untuk

menyusun rencana kebijaksanaan operasi pada masa yang akan

datang.

b. Kreditur
Digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar

hutang-hutang jangka panjangnya.

c. Penanam Modal
Digunakan untuk mengambil keputusan apakah mereka akan

menanamkan modalnya pada bank tersebut, menjual saham yang

telah dimiliki atau tetap menahannya.

d. Pemerintah
Digunakan untuk menetapkan pajak-pajak, statistik, dan

perkembangan perekonomian.
20

e. Karyawan
Digunakan untuk meminta pertimbangan kepada pengurus bank

tentang kemungkinan kenaikan gaji, bonus, dan peningkatan

kesejahteraan lainnya.

f. Pembina/Pemeriksa Bank

Digunakan untuk membuat rencana pemeriksaan dan sebagai dasar

untuk mendiskusikan laporan hasil pemeriksaan. (Harahap,

2004:195)

6. Teknik Analisis Trend Laporan Keuangan

Teknik analisis ini dapat digunakan untuk menghitung seberapa

besar perkembangan suatu produk didalam suatu entitas. Analisis trend

atau disebut analisis indeks merupakan teknik analisis yang digunakan

untuk mengetahui tendensi keadaan dan kinerja entitas, apakah

mengalami kenaikan ataupun penurunan. Dalam melakukan analisis

trend harus terlebih dahulu ditentukan tahun dasarnya sebagai

pembanding, setelah itu baru kemudian dihitung angka indeksnya

menggunakan rumus sebagai berikut.

Gambar 1
Perhitungan Analisis Trend
Tahun Pembanding
Angka Indeks = x100%
Tahun Dasar
Sumber : Financial Ratio for Business (Hery, 2016:39)

Sebagai contoh, kas pada tahun 2012 sebesar Rp 500.000 dan kemudian

kas untuk tahun 2013 sebesar Rp 1.500.000


21

1.500.000
Angka Indeks = x100% = 300%
500.000

Hal ini dapat dideskripsikan bahwa:

a. Kas pada akhir tahun 2013 sebesar 300% dari kas yang ada pada

tahun 2012.

b. Kas akhir tahun 2013 meningkat sebesar 200% dari tahun

sebelumnya.

c. Ada peningkatan 3 kali lipat jumlah kas pada tahun 2013 mulai dari

tahun 2012. (Hery, 2016:39)

Selanjutnya tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang

dipilih sebagai tahun dasar diberikan angka indeks 100, sedangkan untuk

pos-pos yang sama dari periode-periode selanjutnya dibagi dengan

jumlah rupiah pada tahun dasar periode sebagai dasar pembagian.

Setelah dilakukan perhitungan untuk setiap angka indeks, maka

kemudian data hasil perhitungan tersebut disajikan dalam bentuk atau

kolom-kolom komparatif per tahun di dalam laporan keuangan seperti

berikut ini:

Tabel 1
Analisis Trend

Sumber : Analisis Trend & Komparatif (Hariyati, 2011:18)


22

Keterangan:

a. Nominal pos tahun ke1 (dalam rupiah)

b. Nominal pos tahun ke2 (dalam rupiah)

c. Nominal pos tahun ke3 (dalam rupiah)

d. Tahun dasar dengan angka indeks 100%

e. Menghitung angka indeks dengan membandingkan pada


jumlah nominal tahun dasar

f. Menghitung angka indeks dengan membandingkan pada


jumlah nominal tahun dasar. (Hariyati, 2011:17)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Anggria Dwi Silvana Hariyati (2011) dengan penelitian yang berjudul

Analisis Komparasi Dan Trend Atas Laporan Keuangan (Studi

Analisis Atas Laporan Keuangan PT. Bank Mandiri Dan PT. Bank

Syariah Mandiri Tahun 2008-2010). Peneliti mengangkat

permasalahan Bagaimana analisis laporan keuangan PT. Bank Mandiri

menggunakan analisis komparasi dan trend selama periode 2008-2010.

Dengan hasil penelitian menunjukkan dimana untuk laporan keuangan

neraca PT. Bank Mandiri di dalam pos aktiva dan laba rugi mengalami

kenaikan yang cukup signifikan.

2. Muhammad Akbar (2011) dengan penelitian yang berjudul Analisis

Trend Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh pada PT

Bank Tabungan Negara Syariah Syariah (Persero) Tbk. Peneliti

mengangkat permasalahan tentang bagaimana menganalisis tingkat


23

perkembangan penerimaan sumber dana qardh dan penyaluran dana

qardh periode 2007-2010. Dengan hasil penelitian menunjukkan dimana

tingkat kenaikan pembiayaan qardh sangat dipengaruhi oleh peningkatan

penerimaan dana denda dan pendapatan non halal yang terus meningkat

secara signifikan setiap tahunnya.

You might also like