You are on page 1of 10
KRISIS ILMU PENGETAHUAN MODERN Oleh: Mochamad Arifinal (Dosen Tetap Fakultas Hukum UNTIRTA Banten) Abstrak : Jimu Pengetahuan Modem tidak mampu menjawab segala permasa- lahan hidup manusia sehingga dibutuhkan suatu formula baru untuk memecahkamnya. Kajian ini merupakan penelaahan terhadap kegagalan ilmu pengetahuan modem (sekuler) yang menyebabkan krisis kehidupan manusia dan memberikan dampak negatif yang cukup besar terhadap perubahan masyarakat intemasional dalam memandang ilmu pengetahuan, sehingga memunculkan pandangan yang keliru dan memunculkan suatu dogma bahwa ilmu itu bersifat netral (bebas nilai). Menurut penulis dari sinilah awal mula terjadinya krisis ilmu pengetahuan modem itu. Kata Kunei : Krisis, Ilmu Pengetahuan Pendahuluan Akar dari kemelut hidup dewasa ini adalah RESIDU dari peradaban yang tidak terkuras oleh sistem (Ilmu Pengetahuan, pen) modem, di anta- ranya : AIDS; Kriminalitas; Lomba Senjata; Polusi; Inflasi dan Krisis Energi" (Prof. Dr. Djawad Dahlan: 2001).' Berdasarkan pada pengalaman (baca: kenyataan) dalam menyelami kehidupan, ternyata manusia adalah mahkluk yang -sok tahu-. Kenyataan bahwa manusia selalu berusaha men- jawab sagala permasalahan hidupnya dengan duga-duga (dzona jahiliah), walaupun ia selalu meng-atas-nama-kan ilmu pengetahuan atau nilai-nilai empiris, tetapi temyata metoda yang digunakan dalam penelusurannya adalah dengan menggunakan hipotesis (trial and error), dan terbukti bahwa Timu Pengetahuan Modem tidak mampu menjawab sagala permasalahan hidup manusia? Ini yang dimaksudkan oleh Djawad Dahlan, bahwa Iimu Pengetahuan Modem tidak mampu menguras residu dari peradaban yang merupakan akar dari kemelut hidup manusia. Sejalan dengan hal di atas, Herman Soewardi mengungkapkan bahwa kenyataan-kenyataan ilmu Barat tidak mampu memecahkan masalah- masalah yang fundamental. Kemajuan ilmu yang pesat, tetap saja tidak da- pat menerangkan apa sebenamya yang disebut materi itu, dan apa energi dan ' Djawad Dahlan, Orasi imliah pada acara Tausiah untuk para sarjana, Pesantren Sarjana (SI) Universtas Islam Bandung, Desember 2001). penulis pada waktu itu salah satu wisudawan FH UNISBA. KRISIS ILMU PENGATAHUAN MODERN 229 MOCHAMAD ARIFINAL apa pula ether.’ Bahkan dalam kaitan ini, Herman Soewardi memperjelas ungkapan Djawad Doolan, bahwa kekurangan-kekurangan ilmu Barat dalam upaya memecahkan masalah-masalah penting seperti penyakit yang sudah lama diketahui tetapi belum ada cara penyembuhannya, antara lain kangker, diabetes, alergi, asma, ginjal, jantung dan sebagainya. Penyakit lama belum dapat disembuhkan, sudah timbul pula penyakit barn yang ganas, seperti aids, dan lain-lain? Jelaslah sudah bahwa temyata itmu pengetahuan modem, tidak mampu menjawab segala permasalahan yang ada, dengan kata lain terdapat jurang pemisah antara harapan dan kenyataan sehingga memunculkan kembali permasalahan baru yang semakin lama akan menumpuk menjadi residu dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Inilah yang penulis sebut sebagai kekacauan, blunder atau chaos dari ilmu pengetahuan modem!. Kekacauan ilmu pengetahuan modem diistilahkan oleh Tamas sebagai -crisis of modem science-, sebagaimana terurai dalam salah satu bab dalam bukunya yang berjudul -The Passion of the Western Mind, 1993". Untuk keperluan itulah, manusia perlu mempertanyakan kembali hai-hal mendasar berkaitan dengan uraian di atas. Apakah hal itu memang pantas disebut krisis? Kalau itu disebut krisis!_ Mengapa? Bagaimana pemecahan dari krisis ilmu pengetahuan modem tersebut? Apakah Hal Itu Memang Pantae Disebut Krisls ? Istilah -crisis- oleh Kuhn dinisbahkan pada sesuatu keharusan untuk dilalui dalam proses menuju dewasanya science. Namun perkataan crisis: diistilahkan oleh Tamas sebagai sesuatu keadaan yang sedang menuju kehancuran. Science modem sudah kehilangan kepastian, sehingga tak dapat diharapkan lagi sebagai tumpuan. Dalam kaitan ini, penulis mencoba mene- laah Kembali mengenai apa yang kita namakan krisis ilmu pengetahuan modem itu. Penulis memberikan batasan dari krisis adalah suatu ketim- Pangan atau ketidaksesuaian antara harapan (tujuan) dari ilmu pengetahuan dengan kenyataan yang ditimbulkannya. Ketimpangan itu, disebut sebagai kegagalan dari ilmu pengetahuan modem. ‘ Kesalahan-kesalahan dari il mu barat, sedikitmya ada en am hal, yaitu:’ 1. Postulat dasar ilmu barat, ialah space, matter, causality, dan observation, temyata semuanya dinyatakan tak benar. 2. Dianutya pendapat Kant bahwa yang orang katakan bahwa jagat raya bukan jagat raya yang sebenamya, tapi jagat raya sebagaimana ? Hermann Soewardi, Roda Berputar Dunia Bergulir (Kognisi Baru Tentang Timbul Tenggelamnya Sivilisasi, Bandung, Bakti Mandiri, 1999, hal. 215. Ibid “ibid ET ‘TSAQOFAH 230 VOL. 07. NO. 02 (JULF-DESEMBERO 2008 diciptakan oleh pikiran manusia. 3, Deterministik Newton kehilangan dasar, maka orang mulai dengan stochastic. 4. Partikel-partikel sub-atomik terbuka untuk interpretasi spiritual. 5. Prinsip uncertainty sebagaimana ditemukan oleh Heisenberg, dan 6. Kerusakan ekologi (dan atmosfir) yang menyeluruh, yang disebut- nya planetary ecological crisis. Pertama, kesalahan-kesalahan pada postulat dasar, yaitu tentang space atau jagat raya. Pandangan yang sekarang berlaku adalah bahwa jagat raya bentuknya lengkung (tidak linier), sehingga garis edar atau orbit benda- benda angkasa berbentuk elips, bukan karena tertarik oleh gaya gravitasi matahari, tapi memang bentuknya lengkung. Kemudian, kini berlaku empat dimensi “space-time”, bukan hanya tiga seperti pada eucledian geometry. Tentang matter atau meteri, baik Democritus maupun Newton memandang materi itu solid, tapi temyata kesong, mekanika kuantum membuktikannya. Kausalitas temyata terlalu simplisistik, maksudnya partikel-partikel saling mempengaruhi tanpa dihayati bagaimana hubungan kausalitas diantara mere- ka. Ditemukannya prinsip uncertainty oleh Heisenberg, menunjukkan bahwa observasi terhadap elektron hanya dapat dilakukan kepada salah satu posisi atau kecepatannya, selain itu observer tidak dapat mengobservasi obyeknya tanpa merusak obyeknya itu. Kedua, pandangan Kant tentang "jag at raya bukan yang sebenamya, hanya ciptaan manusia saja” ini terbukti, dengan bantuan mekanika kuantum maka yang dikatakan jagat raya itu hanyalah hubungan antara manusia dengan jagat raya atau sebagaimana tampak menurut apa yang dipertanyakan oleh manusia. Ketiga, hukum deterministic Newton kini kehilangan dasar. Orang mulai menganggap kebalikannya, bukan pasti, tapi mungkin (stochastic), Keempat, partikel-partikel sub-atomoik, Capra mendapati bahwa ada semacam “kecerdasan" electron, sehingga kini fisika terbuka untuk inter- pretasi spiritual, meskipun tidak memaksanya. Kelima, prinsip uncertainty dari Heisenberg menemukan bahwa ge- rakan electron tidak dapat keduanya ditetapkan sekaligus, posisi atau kecepatannya. Ini mempertanyakan bagaimana sebenamya kemampuan mengobsevasi itu. Keenam, kerusakan ekologi yang menyeluruh, ini adalah tanda-tanda kongkrit, ialah dampak dari sains yang kebalikannya dari apa yang diha- rapkan dari padanya ; kontaminasi air, udara, tanah, efek buruk berganda pada kehidupan tumbuhan dan hewan, kepunahan spesies-spesies tumbuhan dan hewan, pengrusakan hutan di seluruh bumi, erosi tanah, pengurasan air tanah, akumulasi limbah toksit, efek rumah kaca, bolongnya lapisan ozon, kerusakan ekosistem planet bumi. Semua ini muncul sebagai masalah yang i KRISIS ILMU PENGATAHUAN MODERN 21 MOCHAMAD ARIFINAL meningkat kompleksitasnya yang menjadi semakin serius, kemudian pengurasan sumber daya alam (SDA) menjadikan masalah ekonomi dunia semakin runyam. Lain dari pandangan Herman Soewardi di atas, Hidayat Nata- atmadja, mengemukakan mengenai konsep -trias paradigmatika" dalam penelusuran mengenai kegagalan dari ilmu barat (sekuler). Sebelum dilakukan penelaahan terhadap trias paradigma, ada baiknya melihat peringatan dari Edward de Bono yang menyatakan bahwa manusia modem masih ban yak memelihara konsep-konsep -gelembung udara”, yang maknanya tidak diketahui, tapi selalu dipergunakan dalam bahasa sehari- hari, bahkan dijadikan konsep inti? Trias Paradigmatika Trias paradigmatika mengungkapkan adanya tige bentuk paradigma yang dipelihara dalam dunia modem, yaitu : (1) paradigma agama, yang dikenal juga sebagai rukun iman; (2) pradigma ilmu pengetahuan; dan (3) paradigma ideologi. Hidayat Natastmadja,* memberi arti lain pada paradigma, sebab dapat perlihatkan bahwa dalam dunia ilmiah dewasa ini konsep paradigma juga merupakan semacam konsep "gelembung udara" yang dibiarkan ko- song, sehingga bisa diisi interprestasi seenakiJua (semau gue). Hidayat Nataatmadja membuat definisi bahwa paradigma identik dengan paradogma, yang bararti "engkongnya dogma", yakni perangkat asas yang dipandang benar dengan sendirinya. Oleh sebab itu, mengacu pada definisi baru ini maka makna paradigma menjadi jelas, schingga dapat diketahui apa artinya trias paradi matika, yakni bahwa manusia modem memelihara tiga rukun iman! Hal mencerminkan asas relativisme, yang menyatakan bahwa kebenaran itu relatif, Manusia secara umum dapat saja menggunakan rukun iman yang ber- beda tergantung pada situasi dan kondisi. Jelas bagi orang beragama relativisme seperti itu bertentangan dengan paradigma agama itu sendiri, se- hingga trias paradigmatika haram untuk dipelihara. Di negara-negara Barat, perkembangan trias paradigmatika telah berlangsung selama beberapa abad, yang dicirikan oleh berbagai kerancuan sosial dan politik yang bersumber pada persaingan paradigma yang berkem- bang sesuai dengan tingkat perkembangan manusia. Kini mereka telah berhasil mengurangi efek negatif dari trias paradigmatika itu, karena + Hidayat Nataatmadja, Trias Pradigmatik: Sumber Kerancuan yang tersembunyi, dalam Sanafiah Faisal (Direklur Penyusun), Dialog Manusia Falsafah, Budaya dan Pembangunan, Surabaya, Y.P.2.L.P.M. 1984, hal. 2. * Ibid hal. 3-5 — TSAQOFAH 232 ‘VOL. 07. NO. 02 (JULLDESEMBERO 2000 paradigma ilmiah telah berhasil diakui sebagai paradigma dominan. Bagi mayoritas orang Barat paradigma agama dan paradigma ideologi hanyalah merupakan sisa-sisa sejarah, yang harus diganti dengan paradigma ilmiah, Inilah yang oleh penulis disebut sebagai krisis ilmu pengetahuan modem (Ilmu Barat Sekuler) dalam trias paradikmatika yang menekankan kepada paradigma ilmiah (ilmu pengetahuan) dengan mengesampingkan paradigma lainnya. Di negara-negara Marxis, paradigma ilmiah berhimpit dengan paradigma ideologi dengan mengesampingkan paradigma agama yang dipandang sebagai opium yang sangat berbahaya bagi manusia modem. Orang-orang di Timur (baca: kita), cenderung mengira bahwa Barat telah berhasil nenempuh jalur evolusi yang benar, sehingga apa yang terjadi di Barat harus ditiru. Ini berarti menununjukkan bahwa telah terjadi perge- seran ke arah semakin dominannya peran paradigma ilmiah, sehingga moderenisasi cenderung mengurangi peran agama. Bahwa hal ini sarna sekali menu rut penulis adalah keliru. Bukankah ilmu pengetahuan seba- gaimana yang dikenal dewasa ini tidak mampu memberikan makna tethadap konsepkonsep yang begitu penting dalam kehidupan manusia? Apakah manusia (baca: kita) harus puas dengan keadaan ini, yaitu suatu keadaan yang cenderung menjerumuskan manusia modem ke dalam kancah peperangan yang tidak kunjung berakhir? Kalau itu disebut krisis! Mengapa? Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa krisis ilmu pengetahuan modem itu adalah suatu ketimpangan harapan (tujuan) dari ilmu penge- tahuan dengan kenyataan yang ditimbulkannya temyata tidak sesuai. Ketimpangan itu, disebut sebagai kegagalan dari i}mu pengetahuan modem. Mengapa? karena temyata ilmu pengetahuan modem lebih banyak mem- berikan efek negatinya (mudhorot) daripada aspek positif (manfaat). Hal ini disebabkan karena “Jandasan dari ilmu modern adalah bebas nilar. Hal ini oleh Hidayat Nataatmadja disebut sebagai "ge/embung udara yang dibiarkan kosong, sehingga dapat diisi interpretasi seenak-gue". Akhirnya ilmu pengetahuan modem memberikan dampak yang mencelakakan kelanjutan (sustainable) peradaban mausia. Dibawah ini akan diuraikan dampak- dampak dari Science Barat menurut beberapa pandangan. Dampak-dampak science Barat : a, Menurut Pandangan Herman Soewardi Dampak buruk dari sains Barat tampak dimana-mana, pada alam, pada masyarakat manusia, dan pada manusia itu sendiri. Dampak pada alam telah diuraikan panjang lebar di muka, yang oleh Tamas disebut sebagai planetary ecological crisis, atau krisis ekologi seluruh dunia, Dampak buruk itu sangat mengkhawatirkan untuk kehidupan manusia di dunia ini lebih KRISIS ILMU PENGATAHUAN MODERN 233 MOCHAMAD ARIFINAL lanjut. Selain itu, dampak-dampak sosial pun tidak kurang hebatnya. Sukses paling besar yang dicapai sains malahan menimbulkan problema bagi manusia. Pengobatan penyakit-penyakit, penurunan laju ke- Fratian, dan teknologi produksi pang an yang menjadi canggih temyata menimbulkan kelebihan penduduk di selutuh dunia. Dan kelebihan pen- duduk ini dimana-mana merupakan masalah yang serius. (Hal ini terasa sekali di pulau Jawa). Budaya ilmiah temyata juga menimbulkan stres terhadap jalinan sosial seperti terjadinya kelebihan perkembangan dan kelebihan pepulasi di daerah perkotaan, ketidaksabaran kultural dan sosial, tenaga kerja mekanikal yang lesu (tak irah), peningkatan-peningkatan kecelakaan industrial, kecelakaan mobil dan perjalanan udara, kangker dan serangan jantung, alkoholisme dan ketagihan narkotika, televisi yang memiskinkan kultur dan membekukan pikiran, peningkatan kejahatan dan keganasan, juga mering- katkan patopsikoiogis. Kepunahan rasa kemanusiaan, sebagaimana ditimbulkan oleh sains yang -netral moral," telah menimbulkan efek domino, sebab kekuatan sains yang tak terbatas, tak dapat lagi menunjang kepentingan man usia. Kini perubahan itu sendiri yang dibawa ke arah kerusakan oleh kejeniusannya sendiri. b, Menurut Pandangan Hidayat Nataatmadja Hidayat Nataatmadja, mengungkapkan bahwa trias paradigmatika itu merupakan konsep yang keliru, sehingga menimbulkan pikiran yang terbalik dari manusia, lebih jauh lagi konsep manusia melahirhan paradigma yang subyektif, sehingga dapat ditafsirkan -seenak gue", akhirnya ilmu pengetahuan yang bersumber dari trias paradigmatika itu berdampak menga- caukan pikiran manusia. c. Menurut Pandangan Penulis sendiri Penulis sependapat dengan Herman Soewardi dan Hidayat Nataatmadja di atas. Sebelum menjelaskan pandangan penulis, sebagai pem- banding ada baiknya menyimak pandangan Abdul Qadir Djaelani.” Beliau berpandangan bahwa sekularime telah gagal dalam berbagai aspek, kegagalan sekularisme antara lain di bidang ideo/ogi, sains, teknologi dan moral. Penulis menolak pandangan dari ilmu pengetahuan modem, yang mengajarkan bahwa “imu iru beresifat netral”. Pandangan ini menurut penulis mempunyai dampak yang negatif, baik kepada aspek fisik maupun 7 Lihat Hidayat Nataatmadja, ibid, hal. 15 + Abdul Qadir Djaclani, Sekulerisme Versus Islam, Jakarta, Yayasan Pengkajian Islam Madinah al-Munawaroh, 1999. hat. 17-23 TSAQOFAH 234 ‘VOL. 07. NO, 02 (JULEDESEMBERO 2009 sosial. 1. Dampak yang ditimbulkan kepada fisik Apapun yang dihasilkan dari imu barat sekuler akan merusak alam fisik bumi dan jagat raya secara keseluruhan karena i]mu pengetahuan barat bersifat bebas nilai, maka dalam mengekplorasi, dan ekploitasi bumi dan jagat raya hanya didasarkan pada kebenaran ilmiah saja, tanpa mengin- ‘dahkan kebenaran yang hakikat (Ajaran mu Allah), Contoh terdekat bagi manusia akibat dari ilmu pengetahuan modem adalah Gempa dan Badai Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, di hampir sepuluh negara di Asia yang menewaskan hampir dari 150.000 orang dan kerusakan serta kerugian materi yang tak terhingga. Oi Indonesia yang terkena dampak dari Gempa dan Badai Tsunami adalah Aceh dan Sumatera Utara. Baru-baru ini, pada awal bulan Oktober 2009, telah te~adi pula gempa bumi berkekuatan 9.0 scala richter telah mengguncang kota Padang dan Pariaman Sumatera Barat. (Penulis pada kesempatan ini menyampaikan duka untuk Aceh, Sumatera ‘Utara, Nias dan Sumatera Barat). Sebagaimana tercermin dalam Al-Qur’an, sebagai berikut: idiot Syallalas Gs Li ol obs is @ idles “Dan apabila ia berpaling (dati kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang temak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Qs. AIBagoroh: 205, Telah Tampak kerusakan di darat dan di laut disebablcan karena perbuatan tangan manusia, supaya AJlah merasakan kepada mereka ‘sebagian dati (alcibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benat). Qs. Ar- Rum: 41. 2. Dampak yang ditimbulkan kepada aspek sosial Ajaran bebas nilai mengubah pola pandang dan prilaku manusia yang saling pengaruh-mempengaruhi serta menimbultkan penyakit sosial yang akut, seperti munculnya prilaku sex bebas, homosexual, lesbian, dan heterosexsual yang menimbulkan penyakit Spilis, Aids, dsb. Rusaknya tatanan ekonomi dunia dengan munculnya ekonomi riba (ekonomi kapi- talistik) yang melahirkan penyembahan berhala (materialisme), dalam konsep agama sering kita dengar sebagai "ubud dunia” atau cinta kepada dunia. IS KRISIS ILMU PENGATAHUAN MODERN 235 MOCHAMAD ARIFINAL Sebagaimana tercermin dalam Al-Our'an, sebagai berikut: ‘Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirlcan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dati yang mungkar, dan betiman kepada Allah, Sekiranya Ahli Kitab betiman, tentulah ia lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan merelca adalah orang-orang yang fuik. Qs. Ali-Imron: 110. 8 pckle ica Nya F Al lye 5 at all fy Lyons ili piss 65H cette aided ky lag MG stil at Dis Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Dinul Islam) Allah, dan janganlah kamu barcerai-barai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikaniah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; Qs. Ali-Imran: 103. Penutup Herman Soewardi memberikan penegasan dalam pemecahan krisis ilmu_pengetahuan modem tersebut, antara lain: “cepatlah tinggalkan bahtera yang hampir karam! kembalilah kepada Tuhan YME, dan tinggalkanlah penyembahan terhadap sains! Kembalilah kepada Tuhan YME. Manusia (baca: kita) harus benar-benar mencari nalar Islami yang benar, dan ini bukan ilmu Barat sekuler! Hidayat Nataatmadja menampilkan tesis bahwa tidak ada altematif lain yang terbuka bagi manusia modem, kecuali melenyapkan trias paradigmatika dan melebumya menjadi satu kesatuan paradigma. Dasar dari paradigma baru ini adalah ajaran agama, yang kini dikembangkan untuk mampu mengakomodasikan pengalaman manusia di bidang ilmu penge- tahuan dan ideologi. Penulis sendiri sejalan dengan kedua pendapat tersebut. Penulis memberikan penekanan bahwa, "Ilmu itu tidak bebas nilai." Oleh sebab itu, sesungguhnya ilmu bersifat transenden terhadap Pencipta (Khaliq). Artinya, manusia harus tunduk kepada Pencipta dan kembali meresapi Ajaran IImu Allah, agar tidak tergelincir pada jurang kehancuran atau blunder ilmu pengetahuan modem. Lebih jauh, penulis menguraikan hal-hal yang perlu dipahami didalam penelusuran kembali terhadap Ajaran Imu Allah, antara —_——— TSAQOFAH 236 VOL 07. NO. 02 (JULEDESEMBERO 2000 lain: 1. Pengkajian; yaitu suatu upaya manusia untuk mengkaji kembali apa yang sebenamya terjadi (manusia peru mengembangkan visi baru tentang realitas: (Capra, Friijof: 1997). 2. Memahami Keadaan (Kondisi jahiliah), manusia harus mengenal kondisi jahiliah agar tidak termasuk bagian yang jahil dalam memahami dan menjalankan kehidupan ini, karena kondisi jahiliah inilah yang menimbulkan kerusakan alam dan kerusakan sosial budaya manusia. 3. Hmu: inilah konsep ilmu yang menghantarkan manusia kearah keselamatan dan harus melahirkan sikap ilmiah, dimana tidak ada sum- ber dan motor gerak sebagai landasan kehidupan kecuali Allahllimu Allah. as. Al Hujuraat: 19; dan janganlah manusia melakukan aktifitas tanpa IImu Allah Qs. Allsraa: 36. 4, Hakikat Penciptaan Manusia; manusia adalah makhluk tiga dimensi (Nabati; Hewani dan Budaya), yang memiliki ruang qolbu (budaya), sehingga sebagai khalifah dimuka bumi ini manusia bekerja menurut ‘Ajaran Umu Allah, prinsipnya berbuat kebajikan serta mencegah perbuatan keji dan mungkar. 5. Qolbu; melalui qolbu, manusia dapat terlindungi dari kehidupan biadab yang dibentuk atau didominasi oleh faktor biclogis/nafsw/hawahu. 6. Motif, Peristiwa dan Nilai; dengan memahami hal ini maka manusia tidak akan berpandangan dualism/syirik kepada Allah SWT. Qs. Al- An'am: 106. 7. Pandangan Hidup; dengan memahami pandangan hidup menurut Ajaran Timu Allah, maka ia tidak akan menyelewengkan IImu Allah. 8. Dinul Islam; merupakan suatu system, tata cara, dan aturan yang mendamaikan, menyelamatkan serta mensejahterakan umat manusia. 9. Al-Qur'an dan Sunah Rosul; AI Qur'an merupakan sebagian kecil dari Iimu yang di ajarkan Allah. Qs. AI Israa: 85; Sunah Rosul (Hadits Nabi) merupakan teknis strategis dan sekaligus sebagai suri tauladan (uswah), untuk dan bagaimana melaksanakan Dinul islam. Inilah konsep-konsep dasar tentang jalan yang terang menuju keselamatan (rahmatan lil-alamin), dan mampu memberikan pembuktian terhadap apapun yang menjadi sya-wasangka bagi man usia. Semoga Allah menyelamatkan kita dari Api Neraka dan mampu menghantarkan manusia kepada “kebenaran yang nyata,” yaitu menuju Allah Aza Wazalla, dan semoga Allah SWT memberikan ni'mat karunia kepada orangorang yang menghendaki. Hee eee ee aE Spree KRISIS ILMU PENGATAHUAN MODERN 237 MOCHAMAD ARIFINAL DAFTAR PUSTAKA Djawad Dahan, Djawad. 2001. Orasi ilmiah pada acara Tausiah untuk para Sarjana (Pesantren Sarjana (Si) Universitas Islam Bandung, Desember2001). Djaelani, Abdul Qodir. 1999, Sekularisme Versus Islam, Jakarta: Yayasan Pengkajian Islam Madinah Al Munawarah. Nataatmadja, Hidayat. 1984. Trias Paradigmatika: Sumbar Kerancuan yang, Tersembunyi, dalam Sanafiah Faisal, 1984, Dialog Manusia Falsafah, Budaya dan Pembangunan, Surabaya: Y.P.2.L.P.M. Soewardi, Herman. 1999, Roda Berputas, Dunia bergulir (Kognisi Baru Tentang TimbulTanggelamnya Sivilisasi), Bandung: Bakti Mandiri. Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur'an, tanpa tahun, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Semarang, Karya Putra Toha. TSAQOFAH 238 VOL. 07. NO. 02 (JULL-DESEMBERO 2000

You might also like