KRISIS ILMU PENGETAHUAN MODERN
Oleh:
Mochamad Arifinal
(Dosen Tetap Fakultas Hukum UNTIRTA Banten)
Abstrak :
Jimu Pengetahuan Modem tidak mampu menjawab segala permasa-
lahan hidup manusia sehingga dibutuhkan suatu formula baru untuk
memecahkamnya. Kajian ini merupakan penelaahan terhadap kegagalan
ilmu pengetahuan modem (sekuler) yang menyebabkan krisis kehidupan
manusia dan memberikan dampak negatif yang cukup besar terhadap
perubahan masyarakat intemasional dalam memandang ilmu pengetahuan,
sehingga memunculkan pandangan yang keliru dan memunculkan suatu
dogma bahwa ilmu itu bersifat netral (bebas nilai). Menurut penulis dari
sinilah awal mula terjadinya krisis ilmu pengetahuan modem itu.
Kata Kunei : Krisis, Ilmu Pengetahuan
Pendahuluan
Akar dari kemelut hidup dewasa ini adalah RESIDU dari peradaban
yang tidak terkuras oleh sistem (Ilmu Pengetahuan, pen) modem, di anta-
ranya : AIDS; Kriminalitas; Lomba Senjata; Polusi; Inflasi dan Krisis
Energi" (Prof. Dr. Djawad Dahlan: 2001).' Berdasarkan pada pengalaman
(baca: kenyataan) dalam menyelami kehidupan, ternyata manusia adalah
mahkluk yang -sok tahu-. Kenyataan bahwa manusia selalu berusaha men-
jawab sagala permasalahan hidupnya dengan duga-duga (dzona jahiliah),
walaupun ia selalu meng-atas-nama-kan ilmu pengetahuan atau nilai-nilai
empiris, tetapi temyata metoda yang digunakan dalam penelusurannya
adalah dengan menggunakan hipotesis (trial and error), dan terbukti bahwa
Timu Pengetahuan Modem tidak mampu menjawab sagala permasalahan
hidup manusia? Ini yang dimaksudkan oleh Djawad Dahlan, bahwa Iimu
Pengetahuan Modem tidak mampu menguras residu dari peradaban yang
merupakan akar dari kemelut hidup manusia.
Sejalan dengan hal di atas, Herman Soewardi mengungkapkan
bahwa kenyataan-kenyataan ilmu Barat tidak mampu memecahkan masalah-
masalah yang fundamental. Kemajuan ilmu yang pesat, tetap saja tidak da-
pat menerangkan apa sebenamya yang disebut materi itu, dan apa energi dan
' Djawad Dahlan, Orasi imliah pada acara Tausiah untuk para sarjana,
Pesantren Sarjana (SI) Universtas Islam Bandung, Desember 2001). penulis pada
waktu itu salah satu wisudawan FH UNISBA.
KRISIS ILMU PENGATAHUAN MODERN 229 MOCHAMAD ARIFINALapa pula ether.’ Bahkan dalam kaitan ini, Herman Soewardi memperjelas
ungkapan Djawad Doolan, bahwa kekurangan-kekurangan ilmu Barat dalam
upaya memecahkan masalah-masalah penting seperti penyakit yang sudah
lama diketahui tetapi belum ada cara penyembuhannya, antara lain kangker,
diabetes, alergi, asma, ginjal, jantung dan sebagainya. Penyakit lama belum
dapat disembuhkan, sudah timbul pula penyakit barn yang ganas, seperti
aids, dan lain-lain?
Jelaslah sudah bahwa temyata itmu pengetahuan modem, tidak
mampu menjawab segala permasalahan yang ada, dengan kata lain terdapat
jurang pemisah antara harapan dan kenyataan sehingga memunculkan
kembali permasalahan baru yang semakin lama akan menumpuk menjadi
residu dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Inilah yang penulis sebut sebagai
kekacauan, blunder atau chaos dari ilmu pengetahuan modem!. Kekacauan
ilmu pengetahuan modem diistilahkan oleh Tamas sebagai -crisis of modem
science-, sebagaimana terurai dalam salah satu bab dalam bukunya yang
berjudul -The Passion of the Western Mind, 1993". Untuk keperluan itulah,
manusia perlu mempertanyakan kembali hai-hal mendasar berkaitan dengan
uraian di atas. Apakah hal itu memang pantas disebut krisis? Kalau itu
disebut krisis!_ Mengapa? Bagaimana pemecahan dari krisis ilmu
pengetahuan modem tersebut?
Apakah Hal Itu Memang Pantae Disebut Krisls ?
Istilah -crisis- oleh Kuhn dinisbahkan pada sesuatu keharusan untuk
dilalui dalam proses menuju dewasanya science. Namun perkataan crisis:
diistilahkan oleh Tamas sebagai sesuatu keadaan yang sedang menuju
kehancuran. Science modem sudah kehilangan kepastian, sehingga tak dapat
diharapkan lagi sebagai tumpuan. Dalam kaitan ini, penulis mencoba mene-
laah Kembali mengenai apa yang kita namakan krisis ilmu pengetahuan
modem itu. Penulis memberikan batasan dari krisis adalah suatu ketim-
Pangan atau ketidaksesuaian antara harapan (tujuan) dari ilmu pengetahuan
dengan kenyataan yang ditimbulkannya. Ketimpangan itu, disebut sebagai
kegagalan dari ilmu pengetahuan modem.
‘ Kesalahan-kesalahan dari il mu barat, sedikitmya ada en am hal,
yaitu:’
1. Postulat dasar ilmu barat, ialah space, matter, causality, dan
observation, temyata semuanya dinyatakan tak benar.
2. Dianutya pendapat Kant bahwa yang orang katakan bahwa jagat
raya bukan jagat raya yang sebenamya, tapi jagat raya sebagaimana
? Hermann Soewardi, Roda Berputar Dunia Bergulir (Kognisi Baru
Tentang Timbul Tenggelamnya Sivilisasi, Bandung, Bakti Mandiri, 1999, hal. 215.
Ibid
“ibid
ET
‘TSAQOFAH 230 VOL. 07. NO. 02 (JULF-DESEMBERO 2008diciptakan oleh pikiran manusia.
3, Deterministik Newton kehilangan dasar, maka orang mulai dengan
stochastic.
4. Partikel-partikel sub-atomik terbuka untuk interpretasi spiritual.
5. Prinsip uncertainty sebagaimana ditemukan oleh Heisenberg, dan
6. Kerusakan ekologi (dan atmosfir) yang menyeluruh, yang disebut-
nya planetary ecological crisis.
Pertama, kesalahan-kesalahan pada postulat dasar, yaitu tentang
space atau jagat raya. Pandangan yang sekarang berlaku adalah bahwa jagat
raya bentuknya lengkung (tidak linier), sehingga garis edar atau orbit benda-
benda angkasa berbentuk elips, bukan karena tertarik oleh gaya gravitasi
matahari, tapi memang bentuknya lengkung. Kemudian, kini berlaku empat
dimensi “space-time”, bukan hanya tiga seperti pada eucledian geometry.
Tentang matter atau meteri, baik Democritus maupun Newton memandang
materi itu solid, tapi temyata kesong, mekanika kuantum membuktikannya.
Kausalitas temyata terlalu simplisistik, maksudnya partikel-partikel saling
mempengaruhi tanpa dihayati bagaimana hubungan kausalitas diantara mere-
ka. Ditemukannya prinsip uncertainty oleh Heisenberg, menunjukkan bahwa
observasi terhadap elektron hanya dapat dilakukan kepada salah satu posisi
atau kecepatannya, selain itu observer tidak dapat mengobservasi obyeknya
tanpa merusak obyeknya itu.
Kedua, pandangan Kant tentang "jag at raya bukan yang sebenamya,
hanya ciptaan manusia saja” ini terbukti, dengan bantuan mekanika kuantum
maka yang dikatakan jagat raya itu hanyalah hubungan antara manusia
dengan jagat raya atau sebagaimana tampak menurut apa yang dipertanyakan
oleh manusia.
Ketiga, hukum deterministic Newton kini kehilangan dasar. Orang
mulai menganggap kebalikannya, bukan pasti, tapi mungkin (stochastic),
Keempat, partikel-partikel sub-atomoik, Capra mendapati bahwa ada
semacam “kecerdasan" electron, sehingga kini fisika terbuka untuk inter-
pretasi spiritual, meskipun tidak memaksanya.
Kelima, prinsip uncertainty dari Heisenberg menemukan bahwa ge-
rakan electron tidak dapat keduanya ditetapkan sekaligus, posisi atau
kecepatannya. Ini mempertanyakan bagaimana sebenamya kemampuan
mengobsevasi itu.
Keenam, kerusakan ekologi yang menyeluruh, ini adalah tanda-tanda
kongkrit, ialah dampak dari sains yang kebalikannya dari apa yang diha-
rapkan dari padanya ; kontaminasi air, udara, tanah, efek buruk berganda
pada kehidupan tumbuhan dan hewan, kepunahan spesies-spesies tumbuhan
dan hewan, pengrusakan hutan di seluruh bumi, erosi tanah, pengurasan air
tanah, akumulasi limbah toksit, efek rumah kaca, bolongnya lapisan ozon,
kerusakan ekosistem planet bumi. Semua ini muncul sebagai masalah yang
i
KRISIS ILMU PENGATAHUAN MODERN 21 MOCHAMAD ARIFINALmeningkat kompleksitasnya yang menjadi semakin serius, kemudian
pengurasan sumber daya alam (SDA) menjadikan masalah ekonomi dunia
semakin runyam.
Lain dari pandangan Herman Soewardi di atas, Hidayat Nata-
atmadja, mengemukakan mengenai konsep -trias paradigmatika" dalam
penelusuran mengenai kegagalan dari ilmu barat (sekuler). Sebelum
dilakukan penelaahan terhadap trias paradigma, ada baiknya melihat
peringatan dari Edward de Bono yang menyatakan bahwa manusia modem
masih ban yak memelihara konsep-konsep -gelembung udara”, yang
maknanya tidak diketahui, tapi selalu dipergunakan dalam bahasa sehari-
hari, bahkan dijadikan konsep inti?
Trias Paradigmatika
Trias paradigmatika mengungkapkan adanya tige bentuk paradigma
yang dipelihara dalam dunia modem, yaitu :
(1) paradigma agama, yang dikenal juga sebagai rukun iman;
(2) pradigma ilmu pengetahuan; dan
(3) paradigma ideologi.
Hidayat Natastmadja,* memberi arti lain pada paradigma, sebab
dapat perlihatkan bahwa dalam dunia ilmiah dewasa ini konsep paradigma
juga merupakan semacam konsep "gelembung udara" yang dibiarkan ko-
song, sehingga bisa diisi interprestasi seenakiJua (semau gue). Hidayat
Nataatmadja membuat definisi bahwa paradigma identik dengan paradogma,
yang bararti "engkongnya dogma", yakni perangkat asas yang dipandang
benar dengan sendirinya.
Oleh sebab itu, mengacu pada definisi baru ini maka makna
paradigma menjadi jelas, schingga dapat diketahui apa artinya trias paradi
matika, yakni bahwa manusia modem memelihara tiga rukun iman! Hal
mencerminkan asas relativisme, yang menyatakan bahwa kebenaran itu
relatif, Manusia secara umum dapat saja menggunakan rukun iman yang ber-
beda tergantung pada situasi dan kondisi. Jelas bagi orang beragama
relativisme seperti itu bertentangan dengan paradigma agama itu sendiri, se-
hingga trias paradigmatika haram untuk dipelihara.
Di negara-negara Barat, perkembangan trias paradigmatika telah
berlangsung selama beberapa abad, yang dicirikan oleh berbagai kerancuan
sosial dan politik yang bersumber pada persaingan paradigma yang berkem-
bang sesuai dengan tingkat perkembangan manusia. Kini mereka telah
berhasil mengurangi efek negatif dari trias paradigmatika itu, karena
+ Hidayat Nataatmadja, Trias Pradigmatik: Sumber Kerancuan yang
tersembunyi, dalam Sanafiah Faisal (Direklur Penyusun), Dialog Manusia Falsafah,
Budaya dan Pembangunan, Surabaya, Y.P.2.L.P.M. 1984, hal. 2.
* Ibid hal. 3-5
—
TSAQOFAH 232 ‘VOL. 07. NO. 02 (JULLDESEMBERO 2000paradigma ilmiah telah berhasil diakui sebagai paradigma dominan. Bagi
mayoritas orang Barat paradigma agama dan paradigma ideologi hanyalah
merupakan sisa-sisa sejarah, yang harus diganti dengan paradigma ilmiah,
Inilah yang oleh penulis disebut sebagai krisis ilmu pengetahuan
modem (Ilmu Barat Sekuler) dalam trias paradikmatika yang menekankan
kepada paradigma ilmiah (ilmu pengetahuan) dengan mengesampingkan
paradigma lainnya.
Di negara-negara Marxis, paradigma ilmiah berhimpit dengan
paradigma ideologi dengan mengesampingkan paradigma agama yang
dipandang sebagai opium yang sangat berbahaya bagi manusia modem.
Orang-orang di Timur (baca: kita), cenderung mengira bahwa Barat
telah berhasil nenempuh jalur evolusi yang benar, sehingga apa yang terjadi
di Barat harus ditiru. Ini berarti menununjukkan bahwa telah terjadi perge-
seran ke arah semakin dominannya peran paradigma ilmiah, sehingga
moderenisasi cenderung mengurangi peran agama. Bahwa hal ini sarna
sekali menu rut penulis adalah keliru. Bukankah ilmu pengetahuan seba-
gaimana yang dikenal dewasa ini tidak mampu memberikan makna tethadap
konsepkonsep yang begitu penting dalam kehidupan manusia? Apakah
manusia (baca: kita) harus puas dengan keadaan ini, yaitu suatu keadaan
yang cenderung menjerumuskan manusia modem ke dalam kancah
peperangan yang tidak kunjung berakhir?
Kalau itu disebut krisis! Mengapa?
Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa krisis ilmu pengetahuan
modem itu adalah suatu ketimpangan harapan (tujuan) dari ilmu penge-
tahuan dengan kenyataan yang ditimbulkannya temyata tidak sesuai.
Ketimpangan itu, disebut sebagai kegagalan dari i}mu pengetahuan modem.
Mengapa? karena temyata ilmu pengetahuan modem lebih banyak mem-
berikan efek negatinya (mudhorot) daripada aspek positif (manfaat). Hal ini
disebabkan karena “Jandasan dari ilmu modern adalah bebas nilar. Hal ini
oleh Hidayat Nataatmadja disebut sebagai "ge/embung udara yang dibiarkan
kosong, sehingga dapat diisi interpretasi seenak-gue". Akhirnya ilmu
pengetahuan modem memberikan dampak yang mencelakakan kelanjutan
(sustainable) peradaban mausia. Dibawah ini akan diuraikan dampak-
dampak dari Science Barat menurut beberapa pandangan.
Dampak-dampak science Barat :
a, Menurut Pandangan Herman Soewardi
Dampak buruk dari sains Barat tampak dimana-mana, pada alam,
pada masyarakat manusia, dan pada manusia itu sendiri. Dampak pada alam
telah diuraikan panjang lebar di muka, yang oleh Tamas disebut sebagai
planetary ecological crisis, atau krisis ekologi seluruh dunia, Dampak buruk
itu sangat mengkhawatirkan untuk kehidupan manusia di dunia ini lebih
KRISIS ILMU PENGATAHUAN MODERN 233 MOCHAMAD ARIFINALlanjut. Selain itu, dampak-dampak sosial pun tidak kurang hebatnya.
Sukses paling besar yang dicapai sains malahan menimbulkan
problema bagi manusia. Pengobatan penyakit-penyakit, penurunan laju ke-
Fratian, dan teknologi produksi pang an yang menjadi canggih temyata
menimbulkan kelebihan penduduk di selutuh dunia. Dan kelebihan pen-
duduk ini dimana-mana merupakan masalah yang serius. (Hal ini terasa
sekali di pulau Jawa).
Budaya ilmiah temyata juga menimbulkan stres terhadap jalinan
sosial seperti terjadinya kelebihan perkembangan dan kelebihan pepulasi di
daerah perkotaan, ketidaksabaran kultural dan sosial, tenaga kerja mekanikal
yang lesu (tak irah), peningkatan-peningkatan kecelakaan industrial,
kecelakaan mobil dan perjalanan udara, kangker dan serangan jantung,
alkoholisme dan ketagihan narkotika, televisi yang memiskinkan kultur dan
membekukan pikiran, peningkatan kejahatan dan keganasan, juga mering-
katkan patopsikoiogis.
Kepunahan rasa kemanusiaan, sebagaimana ditimbulkan oleh sains
yang -netral moral," telah menimbulkan efek domino, sebab kekuatan sains
yang tak terbatas, tak dapat lagi menunjang kepentingan man usia. Kini
perubahan itu sendiri yang dibawa ke arah kerusakan oleh kejeniusannya
sendiri.
b, Menurut Pandangan Hidayat Nataatmadja
Hidayat Nataatmadja, mengungkapkan bahwa trias paradigmatika
itu merupakan konsep yang keliru, sehingga menimbulkan pikiran yang
terbalik dari manusia, lebih jauh lagi konsep manusia melahirhan paradigma
yang subyektif, sehingga dapat ditafsirkan -seenak gue", akhirnya ilmu
pengetahuan yang bersumber dari trias paradigmatika itu berdampak menga-
caukan pikiran manusia.
c. Menurut Pandangan Penulis sendiri
Penulis sependapat dengan Herman Soewardi dan Hidayat
Nataatmadja di atas. Sebelum menjelaskan pandangan penulis, sebagai pem-
banding ada baiknya menyimak pandangan Abdul Qadir Djaelani.” Beliau
berpandangan bahwa sekularime telah gagal dalam berbagai aspek,
kegagalan sekularisme antara lain di bidang ideo/ogi, sains, teknologi dan
moral.
Penulis menolak pandangan dari ilmu pengetahuan modem, yang
mengajarkan bahwa “imu iru beresifat netral”. Pandangan ini menurut
penulis mempunyai dampak yang negatif, baik kepada aspek fisik maupun
7 Lihat Hidayat Nataatmadja, ibid, hal. 15
+ Abdul Qadir Djaclani, Sekulerisme Versus Islam, Jakarta, Yayasan
Pengkajian Islam Madinah al-Munawaroh, 1999. hat. 17-23
TSAQOFAH 234 ‘VOL. 07. NO, 02 (JULEDESEMBERO 2009sosial.
1. Dampak yang ditimbulkan kepada fisik
Apapun yang dihasilkan dari imu barat sekuler akan merusak alam
fisik bumi dan jagat raya secara keseluruhan karena i]mu pengetahuan barat
bersifat bebas nilai, maka dalam mengekplorasi, dan ekploitasi bumi dan
jagat raya hanya didasarkan pada kebenaran ilmiah saja, tanpa mengin-
‘dahkan kebenaran yang hakikat (Ajaran mu Allah), Contoh terdekat bagi
manusia akibat dari ilmu pengetahuan modem adalah Gempa dan Badai
Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, di hampir sepuluh negara di Asia
yang menewaskan hampir dari 150.000 orang dan kerusakan serta kerugian
materi yang tak terhingga. Oi Indonesia yang terkena dampak dari Gempa
dan Badai Tsunami adalah Aceh dan Sumatera Utara. Baru-baru ini, pada
awal bulan Oktober 2009, telah te~adi pula gempa bumi berkekuatan 9.0
scala richter telah mengguncang kota Padang dan Pariaman Sumatera Barat.
(Penulis pada kesempatan ini menyampaikan duka untuk Aceh, Sumatera
‘Utara, Nias dan Sumatera Barat).
Sebagaimana tercermin dalam Al-Qur’an, sebagai berikut:
idiot Syallalas Gs Li ol obs is
@ idles
“Dan apabila ia berpaling (dati kamu), ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan
binatang temak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Qs. AIBagoroh: 205,
Telah Tampak kerusakan di darat dan di laut disebablcan karena
perbuatan tangan manusia, supaya AJlah merasakan kepada mereka
‘sebagian dati (alcibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan
yang benat). Qs. Ar- Rum: 41.
2. Dampak yang ditimbulkan kepada aspek sosial
Ajaran bebas nilai mengubah pola pandang dan prilaku manusia
yang saling pengaruh-mempengaruhi serta menimbultkan penyakit sosial
yang akut, seperti munculnya prilaku sex bebas, homosexual, lesbian, dan
heterosexsual yang menimbulkan penyakit Spilis, Aids, dsb. Rusaknya
tatanan ekonomi dunia dengan munculnya ekonomi riba (ekonomi kapi-
talistik) yang melahirkan penyembahan berhala (materialisme), dalam
konsep agama sering kita dengar sebagai "ubud dunia” atau cinta kepada
dunia.
IS
KRISIS ILMU PENGATAHUAN MODERN 235 MOCHAMAD ARIFINALSebagaimana tercermin dalam Al-Our'an, sebagai berikut:
‘Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirlcan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dati yang mungkar, dan
betiman kepada Allah, Sekiranya Ahli Kitab betiman, tentulah ia lebih baik
bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan merelca
adalah orang-orang yang fuik. Qs. Ali-Imron: 110.
8 pckle ica Nya F Al lye 5 at all fy Lyons
ili piss 65H cette aided ky lag MG stil at
Dis
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Dinul Islam) Allah,
dan janganlah kamu barcerai-barai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikaniah kamu karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara; Qs. Ali-Imran: 103.
Penutup
Herman Soewardi memberikan penegasan dalam pemecahan krisis
ilmu_pengetahuan modem tersebut, antara lain: “cepatlah tinggalkan bahtera
yang hampir karam! kembalilah kepada Tuhan YME, dan tinggalkanlah
penyembahan terhadap sains! Kembalilah kepada Tuhan YME. Manusia
(baca: kita) harus benar-benar mencari nalar Islami yang benar, dan ini
bukan ilmu Barat sekuler!
Hidayat Nataatmadja menampilkan tesis bahwa tidak ada altematif
lain yang terbuka bagi manusia modem, kecuali melenyapkan trias
paradigmatika dan melebumya menjadi satu kesatuan paradigma. Dasar dari
paradigma baru ini adalah ajaran agama, yang kini dikembangkan untuk
mampu mengakomodasikan pengalaman manusia di bidang ilmu penge-
tahuan dan ideologi.
Penulis sendiri sejalan dengan kedua pendapat tersebut. Penulis
memberikan penekanan bahwa, "Ilmu itu tidak bebas nilai." Oleh sebab itu,
sesungguhnya ilmu bersifat transenden terhadap Pencipta (Khaliq). Artinya,
manusia harus tunduk kepada Pencipta dan kembali meresapi Ajaran IImu
Allah, agar tidak tergelincir pada jurang kehancuran atau blunder ilmu
pengetahuan modem. Lebih jauh, penulis menguraikan hal-hal yang perlu
dipahami didalam penelusuran kembali terhadap Ajaran Imu Allah, antara
—_———
TSAQOFAH 236 VOL 07. NO. 02 (JULEDESEMBERO 2000lain:
1. Pengkajian; yaitu suatu upaya manusia untuk mengkaji kembali apa
yang sebenamya terjadi (manusia peru mengembangkan visi baru
tentang realitas: (Capra, Friijof: 1997).
2. Memahami Keadaan (Kondisi jahiliah), manusia harus mengenal
kondisi jahiliah agar tidak termasuk bagian yang jahil dalam memahami
dan menjalankan kehidupan ini, karena kondisi jahiliah inilah yang
menimbulkan kerusakan alam dan kerusakan sosial budaya manusia.
3. Hmu: inilah konsep ilmu yang menghantarkan manusia kearah
keselamatan dan harus melahirkan sikap ilmiah, dimana tidak ada sum-
ber dan motor gerak sebagai landasan kehidupan kecuali Allahllimu
Allah. as. Al Hujuraat: 19; dan janganlah manusia melakukan aktifitas
tanpa IImu Allah Qs. Allsraa: 36.
4, Hakikat Penciptaan Manusia; manusia adalah makhluk tiga dimensi
(Nabati; Hewani dan Budaya), yang memiliki ruang qolbu (budaya),
sehingga sebagai khalifah dimuka bumi ini manusia bekerja menurut
‘Ajaran Umu Allah, prinsipnya berbuat kebajikan serta mencegah
perbuatan keji dan mungkar.
5. Qolbu; melalui qolbu, manusia dapat terlindungi dari kehidupan biadab
yang dibentuk atau didominasi oleh faktor biclogis/nafsw/hawahu.
6. Motif, Peristiwa dan Nilai; dengan memahami hal ini maka manusia
tidak akan berpandangan dualism/syirik kepada Allah SWT. Qs. Al-
An'am: 106.
7. Pandangan Hidup; dengan memahami pandangan hidup menurut Ajaran
Timu Allah, maka ia tidak akan menyelewengkan IImu Allah.
8. Dinul Islam; merupakan suatu system, tata cara, dan aturan yang
mendamaikan, menyelamatkan serta mensejahterakan umat manusia.
9. Al-Qur'an dan Sunah Rosul; AI Qur'an merupakan sebagian kecil dari
Iimu yang di ajarkan Allah. Qs. AI Israa: 85; Sunah Rosul (Hadits
Nabi) merupakan teknis strategis dan sekaligus sebagai suri tauladan
(uswah), untuk dan bagaimana melaksanakan Dinul islam.
Inilah konsep-konsep dasar tentang jalan yang terang menuju
keselamatan (rahmatan lil-alamin), dan mampu memberikan pembuktian
terhadap apapun yang menjadi sya-wasangka bagi man usia. Semoga Allah
menyelamatkan kita dari Api Neraka dan mampu menghantarkan manusia
kepada “kebenaran yang nyata,” yaitu menuju Allah Aza Wazalla, dan
semoga Allah SWT memberikan ni'mat karunia kepada orangorang yang
menghendaki.
Hee eee ee aE Spree
KRISIS ILMU PENGATAHUAN MODERN 237 MOCHAMAD ARIFINALDAFTAR PUSTAKA
Djawad Dahan, Djawad. 2001. Orasi ilmiah pada acara Tausiah untuk para
Sarjana (Pesantren Sarjana (Si) Universitas Islam Bandung,
Desember2001).
Djaelani, Abdul Qodir. 1999, Sekularisme Versus Islam, Jakarta: Yayasan
Pengkajian Islam Madinah Al Munawarah.
Nataatmadja, Hidayat. 1984. Trias Paradigmatika: Sumbar Kerancuan yang,
Tersembunyi, dalam Sanafiah Faisal, 1984, Dialog Manusia
Falsafah, Budaya dan Pembangunan, Surabaya: Y.P.2.L.P.M.
Soewardi, Herman. 1999, Roda Berputas, Dunia bergulir (Kognisi Baru
Tentang TimbulTanggelamnya Sivilisasi), Bandung: Bakti
Mandiri.
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur'an, tanpa tahun, Al-Qur'an dan
Terjemahannya, Semarang, Karya Putra Toha.
TSAQOFAH 238 VOL. 07. NO. 02 (JULL-DESEMBERO 2000