Makalah Sejarah Sejarah Perkembangan Oseanografi Di Indonesia Maupun Dunia Rois Saleh

You might also like

You are on page 1of 12

MAKALAH SEJARAH SEJARAH PERKEMBANGAN OSEANOGRAFI DI

INDONESIA MAUPUN DUNIA


TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH INI UNTUK MEMENUHI TUGAS
OSEANOGRAFI
DOSEN PENGAMPUH : Dr.Femy M. Sahami, S.Pi, M.Si

DISUSUN OLEH: ROIS SALEH

NIM:1121421028

JRUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TP 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan rahmat dan 
karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SEJARAH OSEONOGRAFI ” sebagai tugas dalam  mata kuliah Oseanografi
dengan tepat waktu.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari  kerjasama berbagai pihak, baik itu
dari dosen pengajar  ataupun dari pihak - pihak lainnya yang turut serta membantu
terselesaikannya makalah ini. Saya menyadari bahwa pada pembuatan makalah ini
dapat ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, saya menanti kritik dan saran pembaca makalah ini untuk kemudian
dapat saya revisi dan saya tulis dengan benar di masa yang selanjutnya, sebab
saya m enyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif.
Akhir kata, saya berharap makalah sederhana ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Saya pun memohon maaf yang apabila dalam
makalah ini terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

2
DAFTAR ISI

Contents
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1 Sejarah Singkat Oseanografi....................................................................................5
2.2  Sejarah Oseanografi di Indonesia............................................................................7
2.3 Perkembangan Oseanografi di Indonesia.................................................................7
2.4 Peristiwa dipole moment, el nino dan la nina...........................................................9
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................11
3.2 SARAN..................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Hampir 70 persen bagian bumi diseli muti oleh lautan atau perairan. Bumi juga
disebut dengan planet biru, hal ini dikarenakan oleh peraira n yang lebih mendominasi
bumi. Lautan terbentuk jutaan tahun lalu, terbentuk pada masa glasial yaitu oleh
pencairan es di kutub. Selain itu akumulasi dari penguapan yang terjadi di daratan dan
akhirnya massa air tersebut berubah menjadi hamparan air yang luas yang disebut dengan
lautan.
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sudah tentu banyak memiliku laut
atau perairan. Dari total wilayah Indonesia yan g mencapai 5.180.053 km². Perbandingan
antara wilayah daratan dan lautan di Indonesia adalah 3:1, yaitu dengan luas sebenarnya
daratan Indonesia hanya 1.922.570 km², sedangkan luas lautannya mencapai 3.257.483
km². Jelas bahwa wilayah lautan Indonesia lebih luas dibandingkan dengan daratanya.
Tentu saja potensi yang ada di dalamnya pun melimpah. Untuk mengetahui akan hal
tersebut perlu diadakannya penelitian – penelitian yang dapat mengekplorasi kekayaan
lautan Indonesia.
Oseanografi adalah ilmu yang mengkaji tentang laut. Pada awalnya oseanografi
merupakan penelitian yang dilakukan secara biologi, yaitu untuk mengetahui hewan –
hewan atau makhluk hidup yang hidup di dalam lautan. Namun seiring perkembangan
ilmu, oseanografi sekarang sudah lebih interdisipliner yang tidak hanya mengkaji tentang
hewan atau makhluk hidup yang ada di dalam lautan, tetapi juga sudah mempelajari
lautan secara keseluruhan, baik fisik maupun makhluk hidup yang ada di lautan.
Dari paparan di atas, maka tim penulis mencoba menyusun makalah yang
berjudul Sejarah dan Perkembangan Oseanografi di Indonesia. Dan di bab berikutnya
akan dibahas secara lebih rinci tentang sejarah perkembangan oseaonogr afi di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Dari paparan latar belakang di atas, maka tim penyusun merumuskan masalah
adalah sebagai berikut:
1.1. Bagaimana sejarah singkat dan perkembangan oseanografi di dunia?
1.2. Bagaimana sejarah dan perkembangan oseanografi di Indonesia?
1.3. peristiwa dipole moment, el nino dan la nina

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat Oseanografi


Oseanografi terdiri dari dua kata: oceanos yang berarti laut dan graphos yang
berarti gambaran atau deskripsi (bahasa Yunani). Secara sederhana kita dapat
mengartikan oseanografi sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain
yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan
(eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian
dari hidrosfer. Seperti kita ketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut
litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer.
Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup
penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer.
Sebelum melangkah pada uraian yang lebih jauh, mungkin ada di antara anda
yang bertanya: "Apa bedanya oseanografi dan oseanologi?" Kalau kita melihat pada
beberapa ensiklopedia yang ada, oseanografi dan oseanologi adalah dua hal yang sama
(sinonim). Namun, dari beberapa sumber lain dikatakan bahwa ada perbedaan mendasar
yang membedakan antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata
(dalam bahasa Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap,
oseanologi adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu
pengetahuan tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dll ke dalam segala aspek
mengenai laut. Anda tinggal pilih, mau setuju dengan pendapat pertama atau kedua.
Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam  4 (empat) bidang
ilmu utama yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di
bawah laut; fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus,
gelombang, pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari
masalah-masalah kimiawi air laut dan yang terakhir biologi oseanografi yang 
mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna di laut. 
1. Pengantar Sejarah Oseanografi
 Oseanografi dapat dikatakan sebagai salah satu ilmu pengetahuan terbaru, namun
ilmu cabangnya jika diaplikasikan dapat mempelajari dan merekam kejadian beberapa
puluh tahun yang lalu. Sejarah perkembangan ilmu ini diawali dari pelayaran pertama,
para navigator dan ahli kelautan mulai memperhatikan berbagai hal tentang laut antara
lain pasang surut, badai, arus dan  gelombang yang membawa dan menggerakkan rakit
mereka selama berada di lautan. Selain mengamati sifat fisik dari laut, mereka juga
mengamati kondisi biota yang hidup di laut terutama ikan. Mereka menangkap ikan untuk
dimakan, namun tidak menggunakan air laut untuk diminum karena mereka tau air laut
itu asin dan tidak dapat diminum.
 Pada mulanya pengetahuan tentang laut dibicarakan dari mulut ke mulut selama
ribuan tahun lalu dari mitos dan legenda yang ada. Tapi pada 850 SM para naturalis dan
filsuf mulai mancoba memahami tentang badan laut dari daratan. Karena orang hanya
dapat melihat laut tanpa ujung garis pantainya (dari darat), maka orang berpendapat dan
percaya bahwa dunia itu datar. Namun hal ini terpatahkan dengan adanya pelayaran yang
dilakukan oleh Columbus pada tahun 1400-an. Columbus menyatakan bumi ini bulat dan
¾ nya diselimuti oleh lautan.
Selanjutnya, oseanografi modern mulai dijadikan ilmu pengetahuan sejak 130
tahun yang lalu yaitu pada akhir abad ke-19. Amerika, Inggris dan Eropa meluncurkan

5
ekspedisi untuk mengeksplorasi arus laut, dasar laut dan kehidupan laut. Ekspedisi
Challenger tahun 1872-1876 merupakan ekspedisi ilmiah pertama yang menjelajahi
lautan dunia dan dasar lautnya.
A.  Pelaut Polinesia
 1. Peta Polinesia
Sekitar 30.000 tahun yang lalu, di sepanjang garis pantai barat Samudra Pasifik -
sekarang diantara Australia dan Cina- orang-orang mulai bermigrasi ke arah timur
melintasi hamparan Samudra Pasifik. Migrasi ini dilakukan karena adanya perang suku,
bencana alam dan wabah penyakit. Selanjutnya orang Polinesia ini menjajah pulau-pulau
di selatan dan barat Pasifik, dari New Guinea di barat ke Fiji dan Samoa di tengah sela
ma 25.000 tahun lamanya. Mengapa demikian..? Timbul pertanyaan: “ Bagaimanakan
orang Polinesia dapat berlayar menempuh jarak ribuan mil tanpa kompas atau alat
navigasi yang modern.. ?
Hal ini menunjukkan bahwa orang Polinesia sanagt mengamati oseanografi dan
hidup harmoni dengan laut. Mereka mengamati keadaan laut selama berlayar, seperti
keberadaan burung dan kehidupan yang lainnya. Mereka juga merupakan orang pertama
yang menggunakan astronomi bintang untuk menavigasi mereka mel ewati laut. Mereka
juga merupakan orang pertama yang membuat peta navigasi atau disebut stick chart.
B.   Laut Me diterania dan Mitos Kuno tentang Samudra
 Orang-orang yang tinggal di sekitar Laut Mediterania mulai menjelajahi laut
Pelaut dari Mesir dan Fenisi a memetakan garis pantai daerah untuk membangun
beberapa rute perdagangan. Pada awal pera daban Mediterania, termasuk  orang-orang
Yunani, telah banyak mitos yang berkembang termasuk  dewa dan dewi yang memerintah
atas alam, seperti Poseiden dengan tritonnya. Legenda Mediter ania, seperti Jason dan
Argonauts, juga terlibat petualangan di laut besar dan berbahaya. Banyak  peta lautan dan
garis pantai yang berasal dari daerah ini. Para pedagang Mediterania membuat peta untuk
membantu mereka mendapatkan jalur pelayaran yang tepat untuk bolak-balik ke berbagai
kota di pantai Mediterania. 
Sekitar 2.900 tahun yang lalu, orang Yunani mulai keluar dari Mediterania
melewati Selat Gibraltar di ujung barat Laut Mediterania, yang memisahkan Eropa dari
Afrika, dan Mediterania dari Samudra Atlantik. Hanya di luar Selat Gibraltar, para pelaut
Yunani dapat melihat bagaiman pergerakan arus kuat yang bergerak dari utara ke selatan.
Karena pelaut hanya melihat arus sungai, mereka berpikir arus kuat itu hanya bagian lain
dari sungai yang lebih besar. Kata Yunani untuk sungai adalah okeano, yang merupakan
akar dari kata laut.
C.   Eksplorasi Voyages dan Ilmu Pengetahuan
Sekitar 650 tahun yang lalu, penjelajah Eropa berlayar ke laut untuk menemukan
rute perdagangan yang lebih cepat menuju kota-kota di Asia dan Eropa. Pangeran Henry
seorang navigator dari Portugal mengakui pentingnya lautan untuk niaga dan kemudian
mendirikan pusat belajar ilmu kelautan. Ini merupan lembaga oseanografi pertama.
Pada akhir tahun 1400-an Cristopher Columbus menjadi orang Eropa pertama
yang berlayar ke arah barat melintasi Samudra Atlantik. Dan pada awal tahun 1500-an
berlanjut dengan pelayaran Ferdinand Magellan mengelilingi dunia. Awal tahun 1700-an
beberapa negara Eropa (Spanyol, Inggris, Prancis) berusaha memperluas kekuasaan
mereka hingga ke Hindia Timur melalui jalur lautan.

6
Perjalanan yang paling terkenal yaitu pada tahun 1768 ketika HMS Endeavour
meninggalkan Inggris dan berlayar dibawah pimpinan Kapten James Cook. Lebih dari 10
tahun James Cook telah memimpin tiga ekspedisi mengelilingi dunia dan membuat peta
dari berbagai daerah termasuk Australia, Selandia Baru dan Kepulauan Hawaii. Dia
adalah pelaut ulung, navigator dan ilmuwan yang selalu mengamati setiap perjalanan
pelayarannya dengan tajam. Dialah yang menyatakan bahwa kekurangan vitamin C bagi
para nelayan merupakan faktor yang menyebabkan banyak nelayan meninggal selama
pelayaran. Sehingga Cook selalu berlayar dengan membawa bekal berupa acar kubis yang
kaya akan vitamin C.
Selain sejarah para pelaut yang panjang, sejarah lainnyapun ditorehkan oleh
Harrison seorang pembuat lemari berkebangsaan Inggris. Diawali pada tahun 1728,
Harrison membuiat jam pendulum untuk membantu mengetahui waktu, namun jamnya
tidak berfungsi dengan baik pada kapal yang sedang berlayar. Pada 1736 Harrison
membuat jam dengan pegas bukan dari pendulum dan berhasil. Akhirnya dengan alat ini
pelaut dapat mengetahui waktu dan jarak barat atau timur dari meridian utama (0 derajat
bujur). Jam yang terakhir ini telah diuji dalam pelayaran dari Inggris ke Jamaika dan
dapat berfungsi dengan baik.
Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali dengan
dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh naturalis bernama
C.W. Thomson (berkebangsaan Skotlandia) dan John Murray (berkebangsaan Kanada).
Istilah Oseanografi sendiri digunakan oleh mereka dalam laporan yang diedit oleh
Murray. Murray selanjutnya menjadi pemimpin dalam studi mengenai sedimen laut.
Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut
dalam perkapalan/perhubungan laut, perikanan, kabel laut dan studi mengenai iklim
akhirnya membawa banyak negara untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya.
Organisasi oseanografi internasional pertama adalah The International Council for the
Exploration of the Sea (1901). 

2.2  Sejarah Oseanografi di Indonesia


Di  Indonesia sendiri terdapat beberapa lembaga penelitian dan perguruan-
perguruan tinggi dalam bi dang kelautan. Salah satu lembaga penelitian kelautan yang
tertua di Indonesia adalah Lembaga  Oseanologi Nasional, yang berada di bawah
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (disingkat menjadi  LON-LIPI) yang kini telah
berubah namanya menjadi Pusat Penelitian Oseanografi. Cikal bakal dari lembaga
penelitian ini dulu bernama Zoologish Museum en Laboratorium te Buitenzorg yang
didirikan pada tahun 1905.
Penelitian oseanografi di Indonesia pertama kali dilakukan tahun 1904 oleh
KONINGSBENSER, ketika mendirikan laboratorium Perikanan di Jakarta. Lab ini tahun
1919 di ubah menjadi Lab. Biologi Laut, dan akhirnya sejak tahun 1970 menjadi
Lembaga Oseanologi Nasional.

2.3 Perkembangan Oseanografi di Indonesia


Dari waktu ke waktu penelitian tentang kelautan di Indonesia terus
dikembangkan baik untuk penelitian skala nasional maupun partisipati dalam penelitian
skala internasional. Perkembangan oseanografi di indonesia tersebut dapat dirinci pada
penjelasan di bawah ini:
1. The British Challenger Expedition (1872-1876): Hasil dari ekspedisi ini telah 
dibukukan dalam 50 jilid besar dan dianggap sebagai penemu ilmu pengetahuan
kelautan modern 

7
2. Ekspedisi Snellius (1929-1930): menguraikan dan mengungkapkan geologi
kelautan dan oseanografi fisik
3. Pada Tahun 1952: orang-orang Denmark dengan Ekspedisi "Galathea" juga
mengunjungi Indonesia. Ekspedisi ini mempelajari aspek-aspek biologis laut
dalam di Indonesia. Veen (1953): pembuatan peta distribusi salinitas di perairan
laut di Indonesia Wyrtki (1957): menemukan gejala naiknya air di Laut Banda
Awal thn 1960 merupakan era baru bagi penelitian laut di Indonesia yang
aktivitasnya baru dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan dalam negeri.

Kemudian Tiga badan nasional diberi tugas untuk mengadakan aktivitas dalam penelitian
lautan, berikut:
Pertama, adalah pengganti dari Marine Research Laboratory yang saat ini dikenal dengan
nama Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi (P30-LIPI) di Jakarta.
Fungsi-fungsi utama P30-LIPI adalah :
1.  Melakukan penelitian kelautan tentang keadaan fisik, kimia, biologi,  dan aspek-aspek
tentang pembentukan permukaan tanah laut.
2. Mengkoordinasikan pengumpulan data.
3. Memberikan saran-saran ilmiah kepada Badan-badan Nasional  dan masyarakat
tentang masalah-masalah ilmiah yang berhubungan  dengan lautan.
Kedua, adalah Lembaga Penelitian Perikanan Laut (LPPL) yang saat ini dikenal dengan
nama Balai Penelitian Perikanan Laut (Balit Kanlut) yang mempunyai fungsi pekerjaan
yang sama seperti halnya yang dilakukan oleh P30-LIPI, namun lebih memusatkan
kepada aspekaspek perikanan laut.
Ketiga, adalah badan yang bernama DISHIDROS (Dinas Hidro-Oseanografi) yang juga
mempunyai fungsi yang sama dengan kedua badan yang telah disebutkan diatas tetapi
mempunyai tugas yang khusus yaitu menangani Hidrografi laut seperti kedalaman laut,
pemetaan mengenai arus dan pasang surut.
Indonesia memiliki Kapal Penelitian “Jalanidhi" (1963) dan "Burudjulasad"
(1966), sehingga dapat lebih menggiatkan aktivitas penelitian di bidang kelautan, baik
nasional maupun yang bekerjasama dengan dunia internasional, sebagai berikut:
a.       Ekspedisi Baruna I (1964), merupakan Ekspedisi Ilmiah tentang lautan
yang pertama di Indonesia dilakukan oleh ilmuwan dalam negeri,
b.      Ekspedisi Baruna II (1966) dan Ekspedisi Cenderawasih (1967),
c.     Tahun 1970-1980, Ekspedisi Lautan India Internasional (IIOE), Ekspedisi tentang
kerjasama mempelajari daerah Kuroshio dan sekitarnya (CSK), Koordinasi Komite dari
(WESTPAC) Southeast Asia Tectonic and Resources (SEATAR), Operasi Amindo Jaya
di Selat Makasar antara Republik Indonesia dan Amerika, Ekspedisi Corindon (RI -
Perancis), dan Ekspedisi Snellius II di Perairan Indonesia Timur (RI - Belanda),
d.      Ekspedisi Rumphius I, II, dan III. untuk mengadakan penelitian biosistematika.
Kegiatan 1980-sekarang:
1.  East Asian Seas Action Plan (Rencana Aksi Laut Asia Timur) yang dilaksanakan oleh
UNEP-COBSEA (Badan Koordinasi mengenai Laut di Asia Timur).
2.  South China Sea Forum (Forum Laut Cina Selatan) yang merupakan forum
pemerintah di sekeliling laut Cina Selatan yang dikoordinasikan oleh Indonesia.

8
3. ASEAN Marine Science Programs (Program-program ilmiah kelautan ASEAN).
4. ASEAN-Australia Regional Living Coastal Resources Program (1985-1994) (Program
Sumber-sumberdaya Kehidupan Pesisir ASEAN-Australia).
5.  ASEAN-Australia Regional Ocean Dynamics (1985-1995), (Kegiatan laut wilayah
ASEAN-Australia).
6. ASEAN-USA Coastal Resources Management Project (1986-1993), (Proyek
Pengelolaan Sumberdaya Laut ASEAN - Amerika).
7. ASEAN-Canada Marine Polution Criteria (1987 - 1997), (Kriteria pencemaran Laut
ASEAN-Canada).
8.  ASEAN-ROK Industrial Use of Marine Biological Resources (1994-1997),
(Penggunaan Sumberdaya Biologi Kelautan dalam Industri ASEAN - ROK).
9. ASEAN-JAPAN Management of Multispacies Resources And Multigear Fisheries.
10. GEF/UNDP/IMO Regional Program for The Prevention and Management of Marine
Pollution in The East Asian Seas, (Program Regional untuk Pencegahan dan Pengelolaan
Pencemaran Laut di laut-laut di Asia Timur GEF/UNDP/IMO).

 2.4 Peristiwa dipole moment, el nino dan la nina


El-Nino dan La-Nina merupakan fenomena cuaca global yang berlangsung di
wilayah ekuator samudera pasifik dan pada umumnya dikaitkan dengan adanya anomali
iklim dunia. El-Nino dan La-Nina sering disebut dengan ENSO (El-Nino Southern
Oscillation). El-Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena cuaca yang
terjadi setiap 3 sampai 7 tahun dengan intensitas bervariasi (Irawan, 2006). Berdasarkan
beberapa kali kejadian, seringkali peristiwa El-Nino diikuti oleh La-Nina. Seiring dengan
semakin intensifnya proses pemanasan global, intensitas terjadinya fenomena ENSO
semakin meningkat (Timmermann dkk., 1999 dalam Bapennas, 2010).
 Pada saat terjadi fenomena El-Nino tahun 1997/1998, Indonesia pada umumnya
mengalami musim kering yang panjang, sedangkan saat terjadi La-Nina tahun 1999,
Indonesia mengalami kenaikan curah hujan yang tinggi dan kenaikan tinggi muka air laut
sebesar 20 s.d 30 cm, sehingga menyebabkan banjir disebagian besar wilayah Indonesia,
terutama wilayah pesisir (Bapennas, 2010).
Untuk melihat besarnya pengaruh fenomena El-Nino dan La-Nina terhadap
kondisi permukaan laut perairan Sumatera Barat dilakukan analisis korelasi antara data
SLA yang mewakili kondisi perairan Sumatera Barat dan data Indeks Nino 3.4 yang
mewakili fenomena El-Nino dan La-Nina. Nilai korelasi antara data SLA multi satelit
altimetri dan data Indeks Nino3.4 selama 20 tahun adalah -0,32. Nilai korelasi negatif,
menunjukkan hubungan yang dibentuk antar kedua data adalah berkebalikan, artinya
semakin tinggi nilai Indeks Nino3.4 maka semakin rendah nilai SLA. 
Untuk menguji tingkat hubungan antara kedua data maka dilakukan uji korelasi
(uji r) yaitu dengan membandingkan nilai r hitung dan r tabel (hasil bacaan tabel).
Hipotesis yang dibuat dalam pengujian ini adalah: 
a) H0: korelasi = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara variabel 1 dan variable 2. 
b) Ha: korelasi ≠ 0, artinya terdapat hubungan antara variabel 1 dan variabel 2. 
 Nilai r hitung adalah 0,32 sedangkan nilai bacaan r tabel pada tingkat
kepercayaan 95% untuk derajat kebebasan 239 adalah 0,13. Berdasarkan nilai tersebut,

9
nilai r hitung lebih besar dari pada r tabel. Berdasarkan kriteria pengujian nilai r hitung
dan r tabel (seperti yang dijelaskan pada metode), hal tersebut berarti H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya korelasi tidak sama dengan nol. Korelasi tidak sama dengan nol artinya
kedua data saling berhubungan. Berarti dapat dikatakan bahwa fenomena ENSO
mempengaruhi kondisi perairan Sumatera Barat. Pengaruh tersebut dapat terlihat ketika
fenomena El-Nino terjadi maka kondisi perairan Sumatera Barat mengalami penurunan
dan saat terjadi fenomena La-Nina, kondisi perairan Sumatera Barat mengalami kenaikan.
Hasil penelitian ini bersesuaian dengan penelitian Riyadi (2015) dimana dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa awal terjadinya El-Nino ditandai dengan variasi muka
laut yang mulai menurun sedangkan awal terjadinya La-Nina ditandai dengan variasi
muka laut yang mulai naik.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Negara kepulauan Indonesia kaya dengan beragam sumber daya laut dan pesisir.
Bermacan jenis ikan, burung laut, termbu karang, mangrove, dan biota lainnya hidup di
laut yang terbentang di antara ribuan pulau. Berbagai tipe pantai, teluk, angin,
gelombang, mineral dan sumber daya lainnya terhampar luas di pesisir dan laut lepas.
Kekayaan sumberdaya tersebut bukan saja menjadi penghidupan bagi penduduk di sekitar
laut tetapi juga mendatangkan pendapatan dan devisa bagi negara. Dengan demikian laut
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain seperti yang disebutkan di
bawah ini :
1.      Bidang transportasi
2.      Perikanan
3.      Pertambangan
4.      Bahan baku obat-obatan
5.      Potensi energi
6.      Rekreasi dan pariwisata
7.      Pendidikan dan penelitian
8.      Konservasi alam
9.      Pertahanan dan keamanan nasional, dsb 

3.2 SARAN
Diharapkan penelitian demi penelitian terus dikembangkan untuk kepentingan
kelautan di Indonesia. Agar Indonesia mampu memaksimalkan potensi kelautan yang
dimiliki.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. ‘Network Common Data Form’, Unidata, [online]


www.unidata.ucar.edu, 25 Februari 2017.
Brando et al. (2003) Satellite Hyperspectral remote sensing for estimate estuarine and 
coastal water quality. IEEE transaction on geoscience.
Cook, E. R., et al. Bradley, RS, and PD Jones, eds. Climate since AD 1 500. London 
and New York, 1992. Summer Temperature Patterns over Europe: A 
Reconstruction from 1750 AD Based on Maximum Latewood Density Indices 
of. Encyclopedia of Climate and Weather: 774.
Cracknell, Arthur P. 1981. Remote sensing in meteorology, oceanography and 
hydrology.
Danoerdono, P. 2012 Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta. ANDI.
Gieskes, W. W. C., et al. 1990. Monsoonal differences in primary production in the 
eastern Banda Sea (Indonesia).Netherlands Journal of Sea Research 25.4 : 
473-483.
Illahude dan Nontji, 1999. Oseanografi Indonesaia dan Perubahan Iklim Global (El 
Nino dan La Nina). Lokakarya Kita dan Perubahan Iklim Global; Kasus El 
– Nino – La Nina. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Khulifah, A., 1999. Analisis Citra Digital Landsat TM untuk Identifikasi Sebaran 
Fitoplankton dan Suhu di Perairan Jepara Jawa Tengah.Tesis, Program 
Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kunarso, dkk. 2005. Karakterisitik Upwelling di Sepnajang Perairan Selatan NTT 
hingga Barat Sumatera. Jurnal Ilmu Kelautan. 10(1) : 17-28
Lillesand, Thomas M., et al. 1985. "The potential impact of Thematic Mapper, SPOT 
and microprocessor technology on forest type mapping under Lake State 
conditions." Proc of Pecora.

12

You might also like